• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Umum Desa Selosari, Kabupaten Magetan Kondisi Geografis

Desa Selosari merupakan salah satu wilayah kelurahan yang berada di Kecamatan Magetan, Kabupaten Magetan, Provinsi Jawa Timur. Desa Selosari terdiri dari 49 RT (Rukun Tetangga) dan 9 RW (Rukun Warga). Luas wilayah Kelurahan Selosari adalah 226,18 Ha. Jarak yang ditempuh untuk dapat mencapai ke wilayah Selosari sekitar 0,8 Km jika dihitung dari pusat wilayah Kabupaten Magetan. Secara administratif, Kelurahan Selosari ini dibatasi oleh beberapa wilayah, yaitu:

1. Sebelah utara : Kelurahan Tawanganom 2. Sebelah selatan : Desa Ringinagung 3. Sebelah timur : Kelurahan Keloporejo 4. Sebelah barat : Desa Candirejo

Kondisi bangunan yang terdapat di wilayah Kelurahan Selosari ini sudah cukup ramai dan padat, hal tersebut dikarenakan banyaknya masyarakat luar daerah yang setiap tahunnya memilih untuk menetap di wilayah ini sehingga setiap tahun jumlah penduduk semakin bertambah. Dengan luas wilayah dari Kelurahan Selosari yang besar, banyak lahan-lahan yang dipergunakan untuk kehidupan masyarakat setempat guna memenuhi kebutuhannya. Sebagian besar lahan yang ada di wilayah tersebut dipergunakan untuk perumahan, persawahan, perkebunan, kuburan, pekarangan, taman dan sarana prasarana penunjang lainnya. Secara lebih rinci, penggunaan lahan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Luas lahan menurut penggunaanya di Kelurahan Selosari tahun 2015 No Jenis penggunaan lahan Luas (Ha/m2) Persentase (%)

1. Pemukiman 47 20,77 2. Persawahan 86 38,02 3. Perkebunan 37 16,35 4. Kuburan 7 3,09 5. Pekarangan 49 21,65 6. Taman 0,1 0,04 7. Perkantoran 0,18 0,07

8. Prasarana umum lainnya 0,1 0,04

Total 226,18 100,00

Sumber: Profil Desa dan Kelurahan Selosari (Desember 2015)

Dapat terlihat dari Tabel 8 yang menunjukkan bahwa sebesar 20,77 persen wilayah Selosari digunakan sebagai lahan pemukiman dengan luas 47 Ha, sebesar 38,02 persen digunakan sebagai lahan persawahan dengan luas 86 Ha, sebesar 16,35 persen digunakan sebagai lahan perkebunan yang memiliki luas 37 Ha, digunakan sebagai lahan kuburan sebesar 3,09 persen dengan luas 7 Ha, digunakan sebagai lahan pekarangan sebesar 21,65 persen dengan luas 49 Ha, sebesar 0,04 persen digunakan sebagai lahan taman yang memiliki luas 0,1 Ha, sebesar 0,07 persen digunakan sebagai lahan perkantoran dengan luas 0,18 Ha,

dan sisanya sebesar 0,04 persen digunakan sebagai penggunaan sarana dan prasarana lainnya yang menunjang dengan luas 0,1 Ha.

Penggunaan lahan di wilayah Kelurahan Selosari lebih banyak digunakan untuk persawahan, pekarangan dan pemukiman. Pemanfaatan pemukiman tersebut digunakan sebagai tempat sentra industri kerajinan kulit yang di dalamnya terdapat beberapa masyarakat setempat yang bermata pencaharian sebagai penjual kerajinan kulit. Sentra industri kerajinan kulit ini telah ada sejak tahun 1980 dan semakin berkembang hingga sekarang. Dengan adanya sentra industri kerajinan kulit ini diharapkan mampu menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang datang dan mengunjungi Kabupaten Magetan.

Kondisi Demografis

Desa Selosari terbagi menjadi 49 Rukun Tetangga (RT) dan 9 Rukun Warga (RW). Menurut data profil desa dan kelurahan Selosari tahun 2015, menyebutkan bahwa terdapat 1618 KK yang berada di wilayah ini dengan total jumlah penduduk sebesar 6073 jiwa. Kepadatan penduduk juga terjadi setiap 100 per km2, yang artinya wilayah ini terbilang padat. Sebagian besar penduduk yang tinggal di Kelurahan Selosari merupakan masyarakat lokal yang dari dulu sudah tinggal diwilayah tersebut, namun tidak sedikit pula masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut merupakan masyarakat pendatang dari luar daerah. Dari total jumlah penduduk yang ada, berikut perbandingan proposisi antara laki-laki dan perempuan di Kelurahan Selosari yang dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Jumlah dan persentase penduduk menurut jenis kelamin di Kelurahan Selosari tahun 2015

No Jenis kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1. Laki-Laki 3.026 49,83

2. Perempuan 3.047 50,17

Total 6.073 100,00

Sumber: Profil Desa dan Kelurahan Selosari (Desember 2015)

Tabel 9 menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki sebesar 49,83 persen sebanyak 3026 jiwa sedangkan untuk jumlah penduduk perempuan sebesar 50,17 persen sebanyak 3047 jiwa. Hal ini terlihat bahwa diantara kedua proporsi tersebut tidak mengalami perbedaan yang signifikan hanya mempunyai selisih 21 jiwa dan selain itu dari data di atas juga menunjukkan jumlah penduduk perempuan lebih banyak daripada laki-laki dari total penduduk secara keseluruhan sebanyak 6073 jiwa. Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan juga digolongkan sesuai dengan kelompok umur mulai dari umur 0 bulan sampai dengan umur 75 tahun keatas. Berikut rincian dari jumlah penduduk Kelurahan Selosari berdasarkan umur yang dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Jumlah dan persentase penduduk menurut kelompok umur di Kelurahan Selosari tahun 2015

No Kelompok umur Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1. 0-4 328 5,40 2. 5-9 395 6,50 3. 10-14 411 6,77 4. 15-19 426 7,02 5. 20-24 500 8,24 6. 25-29 542 8,92 7. 30-34 484 7,96 8. 35-39 410 6,75 9. 40-44 495 8,15 10. 45-49 443 7,30 11. 50-54 400 6,58 12. 55-59 457 7,53 13. 60-64 361 5,95 14. 65-69 306 5,03 15. 70-74 102 1,68 16. ≥ 75 13 0,22 Total 6.073 100,00

Sumber: Profil Desa dan Kelurahan Selosari (Desember 2015)

Terlihat pada Tabel 10 menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang paling banyak berada pada rentang umur 25-29 tahun sebesar 8,92 persen sebanyak 542 jiwa. Hal ini dikarenakan pada rentang umur tersebut merupakan tergolong ke umur yang produktif yang mana pada rentang umur tersebut orang dapat dikatakan sebagai tenaga kerja yang telah bekerja atau memiliki pekerjaan. Selain itu, tingginya jumlah penduduk pada rentang umur 25-29 tahun disebabkan banyaknya penduduk yang bermigrasi dari luar daerah menuju ke daerah Magetan untuk mencari pekerjaan, mengingat bahwa di wilayah ini memiliki perkembangan industri atau wilayah industri yang cukup maju. Sedangkan, untuk jumlah penduduk yang paling sedikit berada pada rentang umur ≥ 75 tahun. Hal ini disebabkan pada umur tersebut sudah banyak penduduk yang meninggal dunia dikarenakan usia yang semakin bertambah. Sementara itu, tingkat pendidikan yang telah ditempuh oleh masing-masing penduduk yang berada di Kelurahan Selosari sangat beragam dan berbeda jika dilihat per Kepala Keluarga (KK). Perbedaan tersebut dapat dipengaruhi oleh keadaan perekonomian dari masyarakat yang berbeda satu dengan yang lain sehingga terdapat masyarakat yang mampu menempuh pendidikan yang tinggi dan ada pula yang tidak mampu untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Tingkat pendidikan tersebut seperti tidak pernah sekolah, tamat SD/sederajat, tamat SMP/sederajat, tamat SMA/sederajat, dan tamat perguruan tinggi (PT). Untuk lebih lengkapnya, berikut data tingkat pendidikan yang dimiliki oleh penduduk Kelurahan Selosari yang dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Jumlah dan persentase penduduk menurut tingkat pendidikan di Kelurahan Selosari tahun 2015

No Tingkat pendidikan Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1. Tidak tamat SD/sederajat 32 0,81

2. Tamat SD/sederajat 561 14,23 3. Tamat SMP/sederajat 593 15,04 4. Tamat SMA/sederajat 1.596 40,49 5. Tamat D1 54 1,37 6. Tamat D2 76 1,92 7. Tamat D3 719 18,24 8. Tamat S1 310 7,86 9. Tamat S2 7 0,17 10. Tamat S3 - - Total 3.941 100,00

Sumber: Profil Desa dan Kelurahan Selosari (Desember 2015)

Tabel 11 menunjukkan bahwa penduduk dari Kelurahan Selosari mayoritas menempuh pendidikan sampai dengan tingkat SMA/sederajat sebesar 40,49 persen sebanyak 1596 jiwa. Tetapi tidak sedikit pula masyarakat yang mampu menempuh pendidikan hingga tamat D3 sebesar 18,24 persen sebanyak 719 jiwa. Dan banyak pula penduduk yang hanya mampu menempuh pendidikan hingga tamat SD/sederajat sebesar 14,23 persen sebanyak 561 jiwa dan tamat SMP/sederajat sebesar 15,04 persen sebanyak 593 jiwa. Tingkat pendidikan yang paling sedikit dimiliki oleh penduduk Kelurahan Selosari yaitu tamat S3 sebesar 0,17 persen sebanyak 7 jiwa dari total secara keseluruhan sebanyak 3941 jiwa. Namun demikian, tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Selosari sudah dirasa cukup tinggi mengingat bahwa hampir 50 persen masyarakat di wilayah tersebut dapat menempuh pendidikan sampai jenjang SMA/sederajat yang sesuai dengan peraturan dari pemerintah yaitu wajib belajar 12 tahun. Selain tingkat pendidikan yang dimiliki oleh penduduk beragam, mata pencaharian pokok penduduk di wilayah tersebut juga beragam dan sebagian besar dari penduduk disana bekerja sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh Kabupaten Magetan. Mata pencaharian pokok masyarakat Kelurahan Selosari yang paling dominan seperti petani, buruh, Pegawai Negeri Sipil (PNS), pengrajin industri rumah tangga, pedagang, TNI/POLRI, pengusaha kecil dan menengah, dan karyawan swasta. Berikut jenis mata pencaharian pokok penduduk di Kelurahan Selosari yang dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Jumlah dan persentase penduduk menurut mata pencaharian pokok di Kelurahan Selosari tahun 2015

No Mata pencaharian Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1. Petani 133 9,92

2. Buruh tani 48 3,58

3. PNS 613 45,74

4. Pengrajin industri rumah tangga 141 10,52

5. Pedagang 41 3,06

6. Pengusaha kecil dan menengah 100 7,46

7. Karyawan swasta 255 19,02

8. TNI/POLRI 9 0,67

Total 1.340 100,00

Sumber: Profil Desa dan Kelurahan Selosari (Desember 2015)

Berdasarkan Tabel 12 menunjukkan bahwa penduduk di Kelurahan Selosari bermata pencaharian sebagai PNS sebesar 45,75 persen sebanyak 613 jiwa. Hal ini dikarenakan wilayah Selosari ini terletak hampir berdekatan dengan wilayah pemerintahan Kabupaten Magetan dan terdapat beberapa sekolahan seperti TK, SD, SMP dan SMA sehingga banyak penduduk yang memilih untuk bekerja di bagian pemerintahan atau bekerja sebagai guru. Selain itu, tidak sedikit pula yang bermata pencaharian sebagai karyawan swasta sebesar 19,02 persen sebanyak 255 jiwa. Sebesar 10,52 persen sebanyak 141 jiwa penduduk di wilayah Selosari bermata pencaharian sebagai pengrajin industri rumah tangga serta sebesar 7,46 persen sebanyak 100 jiwa bermata pencaharian sebagai pengusaha kecil dan menengah. Jika dilihat dari jumlah dan presentase khususnya pada mata pencaharian pengrajin industri rumah tangga dan pengusaha kecil menengah, maka dapat dikatakan cukup mendominasi dari total keseluruhan jumlah jiwa yang ada. Hal ini sesuai dengan kondisi yang sebenarnya bahwa di daerah Selosari terdapat suatu sentra industri dengan komoditas yaitu kerajinan kulit sapi asli sehingga mampu menyerap jumlah tenaga kerja yang cukup banyak untuk bekerja di bidang kerajinan kulit.

Kondisi Fisik

Kondisi bangunan rumah dari penduduk di Kelurahan Selosari rata-rata sudah menjadi bangunan permanen yang mana dinding sudah tembok dan dicat rapi, lantai sudah keramik, dan beberapa rumah memiliki dua lantai atau bertingkat. Namun, ada pula beberapa rumah penduduk yang masih semi permanen yang mana dinding rumah masih terbuat dari bambu, lantai tanah, dan atap belum sepenuhnya tertutup genteng. Jika dilihat dari segi sarana prasarana yang ada di Kelurahan Selosari beberapa lahan yang ada sudah digunakan sesuai dengan kebutuhan dari masyarakat setempat. Artinya lahan-lahan tersebut dibangun beberapa fasilitas sebagai penunjang kegiatan sehari-hari seperti masjid atau mushalla sebagai tempat beribadah bagi penduduk yang beragama Islam, gereja sebagai tempat beribadah bagi penduduk yang beragama Kristen dan Katholik, sekolah-sekolah, perkantoran, hingga taman dan fasilitias olahraga. Berikut ini data sarana prasarana yang terdapat di Kelurahan Selosari yang disajikan pada Tabel 13.

Tabel 13 Jumlah sarana dan prasarana di Kelurahan Selosari tahun 2015 No. Jenis sarana dan prasarana Jumlah (unit)

1. Taman 2

2. Bangunan Play Group 1

3. Bangunan TK 3 4. Bangunan SD/sederajat 4 5. Bangunan SMP/sederajat 1 6. Bangunan SMA/sederajat 1 7. Pondok Pesantren 3 8. Jembatan 3 9. Masjid 13 10. Musholla 11 11. Gereja 2

12. Lapangan Sepak Bola 1

13. Lapangan Bulu Tangkis 2

14. Lapangan Voli 3

15. Meja Pingpong 3

16. Lapangan Futsal 1

Sumber: Profil Desa dan Kelurahan Selosari (Desember 2015)

Tabel 13 menunjukkan bahwa sarana dan prasarana yang ada di Kelurahan Selosari hampir terpenuhi semua. Namun, ada sarana dan prasarana yang masih kurang dan sedikit jumlahnya yaitu pada bangunan sekolah khususnya sekolah SMP dan SMA. Wilayah tersebut masing-masing hanya memiliki 1 unit untuk bangunan sekolah SMP dan SMA. Sangat diharapkan supaya perlu adanya penambahan atau pengadaan atau pembangunan sekolah khususnya SMP dan SMA, karena hal ini akan mengakibatkan banyak penduduk terutama pada usia remaja sedikit kesulitan untuk mencari sekolah jika ingin meneruskan ke jenjang SMP atau SMA. Sarana dan prasarana lainnya seperti tempat beribadah seperti masjid dan musholla sudah tergolong cukup sebanyak 13 unit dan musholla sebanyak 11 unit jika mengingat bahwa mayoritas penduduk di Kelurahan Selosari beragama Islam. Selain bangunan sarana dan prasarana diatas, wilayah Selosari ini juga memiliki pelayanan dibidang kesehatan seperti terdapat sebanyak 1 unit rumah sakit, sebanyak 1 unit puskesmas, sebanyak 9 unit posyandu yang tersebar hampir di pelosok desa yang cenderung sulit untuk dijangkau oleh pihak dari rumah sakit, sebanyak 5 unit rumah bersalin dan sebanyak 5 unit balai kesehatan ibu dan anak. Sedangkan untuk jumlah tenaga medis yang terdapat di Kelurahan Selosari sangat terbatas yaitu sebanyak 2 orang sebagai dokter umum, sebanyak 2 orang sebagai dokter spesialis, sebanyak 5 orang sebagai bidan, sebanyak 1 orang sebagai perawat, sebanyak 4 orang sebagai dokter praktek, dan 3 orang sebagai dukun pengobatan alternatif.

Keadaan Umum dan Perkembangan Sentra Industri Kerajinan Kulit Selosari

Magetan merupakan salah satu daerah kabupaten yang memiliki potensi dan dikenal sebagai daerah penghasil kulit sapi asli. Dari sinilah masyarakat setempat mulai memanfaatkan potensi tersebut dengan cara mengolah kulit sapi menjadi suatu kerajinan kulit yang bernilai jual tinggi dengan bentuk sepatu, sandal, ikat

pinggang, tas dan jaket. Dahulu, proses pembuatan kerajinan kulit masih terbilang sangat tradisional dan sederhana. Mulai dari proses membuat pola sampai ke tahap pewarnaan masih menggunakan alat atau mesin yang sederhana dan belum menggunakan mesin atau teknologi yang modern seperti sekarang. Masyarakat yang pertama kali mulai menekuni kerajinan kulit ini adalah masyarakat yang berada di desa Kauman dan semakin lama kerajinan kulit ini mulai diminati dan ditekuni oleh masyarakat di desa lainnya yaitu desa Candirejo. Pada saat itu, kedua desa ini masih tergolong industri rumah tangga dan hampir dikatakan sebagian besar masyarakat disana menjadi pengrajin kerajinan kulit. Namun, seiring dengan bergantinya zaman industri rumah tangga tersebut mulai ditinggalkan oleh masyarakat setempat karena memang masyarakat lebih memilih untuk bekerja di sektor formal. Sampai saat itu, dari pihak pemerintah belum melakukan upaya untuk melestarikan kerajinan kulit asli Magetan ini dan belum adanya pembinaan secara intensif dari pemerintah kepada pengrajin kulit.

Akhirnya pada tahun 1979 pemerintah mulai bergerak untuk melakukan pembinaan kepada pengrajin kerajinan kulit yang sudah mulai ditinggalkan ini. Bentuk perhatian dan pembinaan dari pemerintah terhadap pengrajin kerajinan kulit ini ditunjukkan dengan dibentuknya sentra industri kerajinan kulit pada tahun 1980 yang bertempat di wilayah Kelurahan Selosari. Pemilihan tempat tersebut dikarenakan tempatnya strategis dan mudah ditemukan jika terdapat wisatawan yang mengunjungi Kabupaten Magetan. Selain itu, beberapa masyarakat dari desa Selosari juga menekuni kerajinan kulit, dan lokasi dari wilayah Selosari ini berdekatan dengan Lingkungan Industri Kulit (LIK) yang bertujuan supaya limbah dari proses pembuatan kerajinan kulit tidak mencemari lingkungan serta supaya ramah lingkungan. Selain membentuk sentra industri kerajinan kulit, di tahun yang sama yaitu 1980 pemerintah juga membangun Lingkungan Industri Kulit (LIK) yang berada di sekitar desa Selosari yang bertujuan sebagai sarana penunjang aktivitas bagi pengrajin untuk memproduksi barang kerajinan kulit dan LIK juga menyediakan bahan baku kulit gelondongan sehingga diharapkan pengrajin memasok bahan baku di LIK dan tidak memasok dari luar daerah Magetan supaya kualitas barang tetap terjaga.

Dahulu pada saat sentra industri kerajinan kulit ini terbentuk hanya berisi 5 orang saja tetapi sekarang sudah berkembang menjadi sekitar 33 orang. Bahkan, saat ini, di dalam sentra industri kerajinan kulit terdapat pengrajin dan penjual dan masing-masing telah memiliki toko. Pengrajin yaitu orang yang memproduksi barang sendiri dan menjualkannya, sedangkan penjual orang yang hanya menjual barang tanpa memproduksi. Sampai saat ini, sentra industri kerajinan kulit semakin berkembang dan menjadi terkenal berkat bantuan dari pihak pemerintahan khususnya Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) yang bertugas sebagai pengawas dan memfasilitasi segala kebutuhan dari para pengrajin dan penjual kerajinan kulit. Bantuan yang telah diberikan dari pihak pemerintah dan Disperindag sampai saat ini sehingga para pengrajin dan penjual berhasil dan berkembang dalam usahanya antara lain memberikan bantuan modal usaha melalui binaan atau lembaga keuangan yang ada. Selain itu, pemerintah memberikan pelatihan-pelatihan sebagai alat untuk mengembangkan usahanya. Biasanya pelatihan yang diberikan terkait dengan pelatihan design, manajemen, dan produksi atau pemasaran. Pemerintah dan dinas juga memberikan bantuan berupa pengadaan mesin, teknologi atau alat khususnya kepada pengrajin sebagai

salah satu penunjang peningkatan produktivitas mereka. Dengan diadakannya pelatihan serta pemberian bantuan tersebut diharapkan para pengrajin dan penjual mampu mandiri dalam mengembangkan usaha yang dimilikinya sehingga dapat berhasil dalam usaha.

Karakteristik Penjual Kerajinan Kulit di Kelurahan Selosari

Unit analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah penjual kerajinan kulit di Desa Selosari dan diambil secara sensus atau keseluruhan dari populasi yang terdapat di lokasi tersebut. Jumlah responden diambil sebanyak 33 responden yang berprofesi sebagai penjual kerajinan kulit yang tergabung di dalam suatu kawasan yaitu sentra industri kerajinan kulit. Adapun karakteristik responden yang akan diidentifikasi dalam penelitian ini adalah usia yang dimiliki oleh penjual, tingkat pendidikan yang telah ditempuh oleh penjual, pengalaman bekerja yang telah dimiliki oleh penjual, dan jam kerja atau jam operasional dari penjual dalam menjalankan aktivitas usahanya. Untuk lebih jelasnya, berikut jumlah dan presentase dari setiap variabel karakteristik dari penjual kerajinan kulit yang disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14 Jumlah dan persentase responden menurut karakteristik penjual kerajinan kulit di Kelurahan Selosari tahun 2016

No. Karakteristik responden Jumlah (orang) Persentase (%) 1. Kelompok Usia Awal dewasa Pertengahan Tua 11 16 6 33,33 48,48 18,18 Total 33 100,00 2. Tingkat Pendidikan SD/Sederajat SMP/Sederajat SMA/Sederajat Diploma Sarjana 1 8 17 4 3 3,03 24,24 51,52 12,12 9,09 Total 33 100,00 3. Pengalaman Usaha Singkat Sedang Lama 14 8 11 42,42 24,24 33,33 Total 33 100,00

4. Jumlah Jam Kerja Singkat Sedang Lama 10 6 17 30,30 18,18 51,51 Total 33 100,00

Usia/Umur

Pengelompokkan usia/umur responden adalah umur yang dimiliki oleh seluruh penjual kerajinan kulit di Kelurahan Selosari yang dibagi menjadi tiga kelompok umur. Dalam melakukan pengelompokkan usia responden, digunakan rumus standart deviasi sehingga muncul tiga kelompok umur yaitu kelompok usia yang tergolong awal dewasa yaitu antara rentang 32 sampai 41 tahun, usia yang tergolong pertengahan yaitu antara rentang 42 sampai 51 tahun, dan usia tua yaitu lebih dari 52 tahun. Penggunaan standart deviasi dalam pengelompokkan usia dilakukan atas dasar data yang telah diperoleh dan disesuaikan dengan kondisi lapang yang sebenarnya. Berdasarkan Tabel 14 menunjukkan bahwa usia dari penjual kerajinan kulit yang ada di Kelurahan Selosari mayoritas berada pada usia pertengahan sebesar 48,48 persen sebanyak 16 responden. Pada usia awal dewasa sebesar 33,33 persen sebanyak 11 responden, dan sisanya berada pada usia tua sebesar 18,18 persen sebanyak 6 responden.

Hal tersebut dikarenakan usaha kerajinan kulit tersebut sudah ada sejak dahulu dan merupakan usaha keluarga atau turun temurun, sehingga banyak dari mereka yang meneruskan usaha kerajinan kulit dari orangtua mereka pada usia sekitar 42 sampai 51 tahun dan beberapa sudah menjadi penjual pada rentang usia antara 32 sampai 41 tahun. Selain itu, pada rentang usia 42 sampai 51 tahun merupakan umur yang matang untuk dapat menjalankan usaha kerajinan kulit, mengingat bahwa pada umur tersebut mereka sudah memiliki pengalaman dan telah melewati proses belajar untuk berani memulai melakukan usaha khususnya pada penjualan produk kerajinan kulit. Sedangkan pada usia tua lebih dari 52 tahun keatas cenderung lebih sedikit karena sudah semakin tua dan lebih memilih untuk menyerahkan usaha kerajinan kulit tersebut kepada anak-anaknya untuk dikelola lebih lanjut hingga sekarang dan menjadi usaha turun temurun dari keluarganya atau antar generasi ke generasi. Fakta ini diperkuat dengan pernyataan responden berikut ini:

“Kalau usaha ini sebenarnya sudah dari jaman bapak saya sudah ada. Tapi semakin kesini karena tidak ada yang meneruskan jadi saya mulai berani untuk mengambil alih usaha milik bapak saya. Saya juga belajar menjadi pengrajin juga belajar dari bapak saya. Maka dari itu toko ini udah buka kurang lebih 30 tahun sejak bapak saya sudah ada. Jadi saya juga sudah lumayan lama menggantikan usaha bapak saya dan sampai sekarang masih saya jalankan usahanya.” (S, 50 tahun).

Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan responden diukur dengan jenjang pendidikan formal atau nonformal terakhir yang telah ditempuh oleh responden. Terdapat lima jenis tingkat pendidikan yang dimiliki oleh penjual kerajinan kulit Selosari, jenis pendidikan tersebut antara lain: SD/Sederajat, SMP/Sederajat, SMA/Sederajat, Diploma, dan Sarjana. Pada Tabel 14 menunjukkan bahwa hampir sebagian besar tingkat pendidikan yang dimiliki oleh penjual kerajinan kulit adalah SMA/Sederajat sebesar 51,52 persen sebanyak 17 responden. Pada tingkat pendidikan SMP/Sederajat sebesar 24,24 persen sebanyak 8 responden.

Selanjutnya, beberapa dari penjual kerajinan kulit yang berhasil mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi yaitu Diploma sebesar 12,12 persen sebanyak 4 responden dan untuk Sarjana sebesar 9,09 persen sebanyak 3 responden. Namun, ada pula penjual kerajinan kulit yang tidak berkesempatan untuk menempuh pendidikan yang tinggi dan hanya mampu sampai tingkat SD/Sederajat sebesar 3,03 persen sebanyak 1 responden. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang dimiliki oleh penjual kerajinan kulit cukup tinggi, mengingat bahwa fasilitas bangunan sekolah yang dimiliki oleh Kelurahan Selosari sudah cukup lengkap hanya saja jumlahnya yang sangat terbatas.

Tidak hanya itu, semakin tinggi tingkat pendidikan yang dimiliki oleh responden maka akan berpengaruh terhadap tingkat usaha mereka. Hal ini dikarenakan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh responden lebih banyak dan beragam sehingga mampu dalam mengembangkan usahanya sendiri. Selain itu, dengan tingginya tingkat pendidikan yang dimiliki responden dapat memberikan dampak yang positif bagi responden lain yang memiliki tingkat pendidikan rendah. Dampak positif tersebut ditunjukkan dengan adanya inisiatif untuk membentuk suatu organisasi di dalam sentra industri kerajinan kulit tersebut dari salah satu responden yang dianggap memiliki pengetahuan dan kemampuan yang lebih baik daripada responden lainnya yang dilihat dari tingginya tingkat pendidikannya. Selain itu, salah satu responden yang lebih paham dan mengerti

Dokumen terkait