• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bagian ini memaparkan terkait stok modal sosial yang dimiliki oleh masyarakat di wilayah Kelurahan Selosari khususnya yang berada di dalam lingkungan sentra industri kerajinan kulit. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan antara karakteristik yang dimiliki oleh penjual kerajinan kulit berupa usia, tingkat pendidikan, pengalaman usaha dan jumlah jam kerja dengan stok modal sosial berupa tingkat jaringan, tingkat kepercayaan, dan kepatuhan norma. Pada tingkat jaringan diukur dengan seberapa banyak penjual kerajinan kulit mampu mengembangkan jaringan kepada pihak terkait yang dapat digunakan untuk mendukung kegiatan usaha. Sedangkan, tingkat kepercayaan diukur dengan rasa kepercayaan yang telah diberikan penjual kerajinan kulit terhadap pihak terkait, serta kepatuhan norma diukur dengan melihat kepatuhan dari penjual kerajinan kulit terhadap aturan atau kesepakatan yang berlaku. Maksud dari pihak terkait adalah pihak-pihak yang mempunyai peran dalam kegiatan usaha dari penjual kerajinan kulit, seperti: sesama penjual, pemasok, konsumen, aparat pemerintah, Dinas terkait, lembaga keuangan, binaan dan paguyuban atau organisasi yang ada. Dari ketiga unsur tersebut dirasa sangat penting dan saling berkaitan satu dengan yang lain. Sebelum membahas hubungan antara karakteristik individu penjual kerajinan kulit dengan stok modal sosial, berikut penjelasan terkait peranan dari masing-masing modal sosial yang dimiliki oleh penjual kerajinan kulit di Kelurahan Selosari, Kecamatan Magetan, Kabupaten Magetan.

Modal Sosial Penjual Kerajinan Kulit di Kelurahan Selosari

Pada kehidupan bermasyarakat, terkadang sering melupakan peranan dari modal sosial yang terbentuk dan berkembang di dalam suatu masyarakat atau komunitas. Pada dasarnya, dengan adanya modal sosial tersebut masyarakat menjadi lebih mudah untuk saling terhubung satu dengan yang lain sehingga dapat menciptakan suatu interaksi sosial. Field (2010) menyatakan bahwa seseorang akan berhubungan melalui serangkaian jaringan dan mereka cenderung akan memiliki kesamaan nilai dengan anggota lainnya dalam jaringan tersebut, sejauh jaringan tersebut menjadi sumber daya maka hal tersebut dapat dipandang sebagai modal sosial. Modal sosial sendiri terdiri dari tiga unsur pembentuknya, antara lain jaringan, kepercayaan, dan norma yang berjalan beriringan di dalam suatu masyarakat. Ketiga unsur inilah yang membuat masing-masing dari masyarakat mempunyai rasa saling memiliki dan berhubungan satu dengan yang lain. Namun, kenyataannya hal tersebut dapat berbeda-beda berdasarkan kasus yang ditemui pada saat dilapang. Oleh karena itu, berikut penjelasan peran dari setiap unsur-unsur di dalam modal sosial yang terdapat pada kegiatan usaha penjual kerajinan kulit di Kelurahan Selosari.

Tingkat Jaringan

Hakikatnya di dalam kehidupan bermasyarakat, manusia merupakan makhluk sosial yang mempunyai sifat saling bergantung satu dengan yang lain. Manusia selalu hidup berdampingan dan tidak dapat hidup tanpa bantuan dari orang lain. Masing-masing individu membentuk dan mengembangkan simpul- simpul atau ikatan yang dimilikinya sehingga dapat menghasilkan suatu jaringan sosial. Suatu jaringan memegang peranan yang sangat penting dalam proses keberlangsungan usaha yang dijalankan oleh para pelaku usaha. Sebagaimana dikemukakan oleh Fukuyama (2007) yang menyatakan bahwa jaringan merupakan suatu hubungan yang dapat membentuk adanya kerjasama sehingga mampu untuk mencapai keuntungan bersama.

Sesuai dengan hal tersebut, penjual kerajinan kulit di Kelurahan Selosari menerapkan serta mengembangkan jaringan dalam menjalankan aktivitas usaha. Jaringan sosial yang dimanfaatkan oleh penjual kerajinan kulit berupa terjalinnya hubungan antara sesama penjual kerajinan kulit sebagai upaya untuk meminta bantuan jika menghadapi kesulitan dalam usaha. Hubungan tingkat jaringan juga terjalin antara penjual kerajinan kulit dengan pemasok untuk memudahkan membeli bahan baku atau memasok barang kerajinan kulit dari pemasok. Selain itu, jaringan dengan konsumen terjalin sebagai jalur pemasaran atas usahanya. Tidak hanya itu, relasi antara aparat pemerintah, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) serta lembaga keuangan atau binaan juga dimanfaatkan dan dikembangkan oleh penjual kerajinan kulit sebagai upaya untuk mendapatkan bantuan usaha berupa modal atau barang.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa tingkat jaringan yang dimiliki oleh penjual kerajinan kulit yang ada di sentra kerajinan kulit di Kelurahan Selosari berada pada kategori tinggi yaitu sebesar 75,76 persen sebanyak 25 responden. Gambaran selengkapnya mengenai tingkat jaringan yang dimiliki oleh penjual kerajinan kulit di Kelurahan Selosari dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat jaringan penjual kerajinan kulit di Kelurahan Selosari tahun 2016

No Tingkat jaringan Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Tinggi 25 75,76

2. Sedang 8 24,24

3. Rendah 0 0,00

Total 33 100,00

Sumber: Data Primer, 2016

Berdasarkan Tabel 15 menunjukkan bahwa modal sosial yang dimiliki oleh penjual kerajinan kulit khususnya pada unsur tingkat jaringan berada pada kategori jaringan tinggi sebesar 75,76 persen sebanyak 25 responden. Pada kategori jaringan sedang sebesar 24,2 persen sebanyak 8 responden dan pada kategori jaringan rendah sebesar 0 persen sebanyak 0 responden. Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa mayoritas penjual kerajinan kulit di Kelurahan Selosari memiliki jaringan yang tinggi dalam mengelola kegiatan usahanya.

Jaringan sosial yang terjalin di dalam penjual kerajinan kulit di Selosari tergolong sangat baik. Jaringan tersebut merupakan penghubung antar satu pihak kepada

pihak lain yang dipercaya dapat memberikan kontribusi yang besar dalam keberhasilan usaha mereka. Tingkat jaringan sosial yang dimiliki oleh penjual kerajinan kulit dapat diukur dan diketahui melalui seberapa banyak responden mengenal dan menjaga hubungan dengan baik antara sesama penjual kerajinan kulit lainnya, pemasok yang menyetok bahan baku atau barang kepada penjual kerajinan kulit, konsumen yang sering membeli barang kepada penjual kerajinan kulit dalam jumlah sedikit ataupun banyak, kepada aparat pemerintah setempat atau dinas terkait, dan lembaga keuangan atau binaan yang diikuti. Tidak hanya itu, keikutsertaan responden dalam paguyuban, organisasi atau perkumpulan yang terdapat di dalam sentra industri kerajinan kulit tersebut juga mempengaruhi seberapa besar responden mampu melibatkan diri ke dalam sejumlah paguyuban, organisasi atau perkumpulan yang ada. Hal ini dapat terlihat dari pada gambar grafik berikut ini:

Gambar 2 Grafik persentase responden berdasarkan tingkat jaringan dalam menjalin hubungan kepada pihak terkait oleh penjual kerajinan kulit di Kelurahan Selosari tahun 2016

Tingkat jaringan yang dimiliki oleh penjual kerajinan kulit terlihat dari seberapa dekat mereka dapat mengenal, menjalin dan menjaga hubungan baik dengan pihak terkait. Gambar grafik di atas menunjukkan seberapa banyak hubungan yang mampu dijalin oleh penjual kerajinan kulit dengan pihak terkait dalam menjalankan aktivitas usahanya. Berdasarkan grafik diatas, dapat terlihat bahwa seluruh penjual kerajinan kulit sebesar 100 persen sebanyak 33 responden mengaku mengenal dan menjaga hubungan baik dengan sesama penjual kerajinan kulit, pemasok dan kepada konsumen. Hal ini dikarenakan antara sesama penjual kerajinan kulit terjalin interaksi sosial yang kuat sehingga adanya ikatan dan saling ketergantungan satu dengan yang lain. Selain itu, mengingat bahwa sentra industri kerajinan kulit ini sudah terbentuk sejak puluhan tahun yang lalu sehingga sudah sewajarnya jika masing-masing dari penjual kerajinan kulit tidak hanya mengenal saja tetapi juga menjaga hubungan dengan baik dan munculnya rasa saling tolong menolong dan membantu satu sama lain. Sementara itu, hubungan

0 20 40 60 80 100 120

Pers

en

tas

e

(%

)

dengan pemasok barang juga terjalin dengan baik sama seperti halnya dengan sesama penjual kerajinan kulit. Hal tersebut dikarenakan setiap penjual kerajinan kulit mempunyai pihak-pihak yang dijadikan pemasok bahan baku atau barang kerajinan kulit sehingga mereka mengenal dan selalu menjaga hubungan baik dengan pihak pemasok tersebut.

Sama halnya dengan sesama penjual dan pemasok, ternyata hubungan baik juga terjalin antara penjual kerajinan kulit dengan konsumen. Masing-masing penjual kerajinan kulit memiliki konsumen tetap bahkan penjual kerajinan kulit sudah hafal nama konsumen tersebut beserta asalnya. Hal ini membuktikan bahwa konsumen tetap tersebut sering membeli barang kerajinan kulit sehingga setiap penjual kerajinan kulit mengenal para konsumen yang dimilikinya dan selalu menjaga hubungan baik supaya konsumen tersebut tetap selalu membeli barang kerajinan kulit di penjual tersebut. Fakta ini diperkuat dengan pernyataan responden berikut ini:

“Di sini itu semua pada kenal satu sama yang lain baik ke penjual, pemasok atau konsumen. Kalau sesama penjual karena memang sudah lama hidup bertetangga ya pasti kenal. Pemasok harus kenal biar tidak ditipu terutama dari segi kualitas terus kalau sama konsumen ya pasti kenal. Terutama konsumen yang sering beli pasti inget atau udah langganan beli disini. Bahkan sampai hafal nama sama rumahnya.“ (MA, 48 tahun).

Hubungan yang dapat dijalin oleh penjual kerajinan kulit tidak hanya sebatas kepada sesama penjual, konsumen atau pemasok. Namun, mereka juga mengenal dan menjaga hubungan baik dengan aparat pemerintah dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) sebesar 78,80 persen sebanyak 26 responden. Hal ini dikarenakan penjual kerajinan kulit secara tidak langsung terhubung dengan aparat pemerintah seperti pengurusan masalah perizinan usaha dan jika kepada Disperindag mengenai masalah penerimaan bantuan atau pengadaan program pelatihan sehingga sebagian besar penjual kerajinan kulit memang mengenal kedua pihak tersebut. Sebesar 69,70 persen sebanyak 23 responden juga tergabung dan terlibat dibeberapa paguyuban atau organisasi yang terdapat di sentra industri kerajinan kulit.

Keterlibatan penjual kerajinan kulit semakin luas dan semakin mengenal dengan orang banyak tergantung jumlah organisasi atau perkumpulan yang mereka ikuti. Semakin banyak organisasi atau perkumpulan yang mereka ikuti maka semakin banyak jaringan yang dapat mereka kembangkan sehingga hal tersebut dapat berpengaruh terhadap kegiatan usaha penjual kerajinan kulit. Selain itu, keterlibatan penjual kerjinan kulit dengan berbagai paguyuban atau organisasi yang ada dapat digunakan sebagai sarana untuk mempromosikan usaha kerajinan kulit mereka. Selanjutnya, penjual kerajinan kulit juga mengenal dan menjaga hubungan baik dengan lembaga keuangan atau binaan sebesar 51,52 persen sebanyak 17 responden. Hubungan tersebut terbina dengan baik karena beberapa dari penjual kerajinan kulit bersedia untuk menggunakan fasilitas perbankan atau binaan dalam memperoleh modal usaha sehingga penjual kerajinan kulit harus mengenal terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk bergabung ke dalam binaan atau meminjam modal kepada perbankan. Hubungan tersebut dibina dengan baik hingga sekarang karena penjual kerajinan kulit masih bertemu ketika mereka ingin meminjam modal kembali atau membayar cicilan kepada pihak bank dan binaan.

Selain melihat hubungan yang terjalin antara penjual kerajinan kulit dengan pihak-pihak terkait, pengukuran tingkat jaringan juga dapat diukur dengan seberapa banyak responden melibatkan anggota keluarga, sesama penjual kerajinan kulit yang berada di dalam sentra industri tersebut, aparat pemerintah atau dinas terkait dan lembaga keuangan atau binaan dalam meminta bantuan untuk mengatasi permasalahan usaha yang dihadapi oleh responden. Hal ini dapat terlihat dari pada gambar grafik dibawah ini:

Gambar 3 Grafik persentase responden berdasarkan tingkat jaringan dalam meminta bantuan modal usaha atau barang penjual kerajinan kulit di Kelurahan Selosari tahun 2016

Gambar grafik di atas menunjukkan seberapa banyak penjual kerajinan kulit di Kelurahan Selosari yang melibatkan pihak terkait dalam kegiatan usaha khususnya untuk mengembangkan jaringan ketika sedang mengalami kesulitan usaha. Berdasarkan grafik di atas, penjual kerajinan kulit lebih memprioritaskan meminta bantuan kepada sesama penjual untuk meminta bantuan sebesar 69,70 persen sebanyak 23 responden. Dalam hal ini biasanya penjual kerajinan kulit meminta bantuan dalam bentuk barang seperti meminjam barang dagangan penjual lain ketika barang dagangan yang mereka miliki sedang kekurangan. Sedangkan bagi para penjual kerajinan kulit yang baru membuka usaha biasanya mereka memasok dan membeli barang dagangan dari penjual lainnya di wilayah sentra industri tersebut kemudian dijualkan kembali. Beberapa penjual yang tidak memproduksi barang kerajinan kulit sendiri mengaku lebih memilih memasok langsung dari sesama penjual yang lain karena dilihat dari kualitas barangnya yang bagus dan dari segi harga juga tidak terlalu mahal. Namun, terdapat beberapa penjual yang juga memilih untuk memasok dari luar wilayah sentra industri karena produktivitas barang kerajinan kulit di dalam sentra industri sendiri dirasa kurang dapat memenuhi permintaan konsumen sehingga perlu penambahan produk dari luar wilayah sentra industri untuk menutupi kekurangan tersebut. 0 10 20 30 40 50 60 70 80

Pers

en

tas

e (%

)

Gambar grafik di atas juga menunjukkan sebesar 51,52 persen sebanyak 17 responden memilih untuk meminta bantuan kepada lembaga keuangan (bank) atau tergabung ke dalam suatu binaan ketika sedang mengalami kesulitan usaha. Berbeda dengan sebelumnya, permintaan bantuan dari penjual kerajinan kulit kepada lembaga keuangan atau binaan dalam bentuk pinjaman modal usaha. Tetapi, terdapat beberapa penjual kerajinan kulit yang tidak meminta bantuan kepada pihak tersebut karena merasa bahwa mereka mampu untuk mencukupi modal usaha secara mandiri. Lembaga keuangan yang diikuti oleh penjual kerajinan kulit, antara lain: Bank BRI, Bank BNI, Bank Jatim dan koperasi, sedangkan binaan yang diikuti oleh penjual kerajinan kulit, antara lain: PT POS Indonesia, PT Telkom Indonesia, BUMN dan PLN. Bentuk dari pinjaman modal tersebut berupa pinjaman kredit usaha yang harus dicicil dan dibayar setiap bulannya sesuai kesepakatan yang telah dibuat antara pihak peminjam modal dengan penjual kerajinan kulit yang meminjam modal. Awalnya, lembaga keuangan atau binaan tersebut direkomendasikan melalui aparat pemerintah setempat atau yang lebih sering difasilitasi oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag). Namun, seiring berjalannya waktu aparat pemerintah dan Disperindag sudah tidak lagi memfasilitasi penjual kerajinan kulit untuk mendapatkan modal usaha karena sekarang lembaga keuangan atau binaan tersebut datang dan menawarkan langsung kepada penjual kerajinan kulit. Dengan adanya pinjaman modal dari lembaga keuangan atau binaan ini dirasa sudah cukup membantu dalam memenuhi kebutuhan usaha dari penjual kerajinan kulit sehingga mereka tidak kesulitan dalam membuka dan mengembangkan usaha.

Bantuan yang bisa dimanfaatkan oleh penjual kerajinan kulit tidak hanya kepada sesama penjual ataupun lembaga keuangan tetapi beberapa responden juga memilih untuk meminta bantuan kepada aparat pemerintah atau Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) yaitu sebesar 48,48 persen sebanyak 16 responden. Bantuan dari pemerintah dan Disperindag ini lebih dirasakan oleh penjual yang memproduksi sendiri barang kerajinan kulit atau yang biasa disebut pengrajin. Hal ini dikarenakan tujuan dari bantuan yang diberikan pemerintah dan Disperindag adalah untuk meningkatkan produktivitas dari barang kerajinan kulit sehingga produk yang ada mampu mencukupi permintaan konsumen dan tidak memasok produk dari luar wilayah sentra industri. Bantuan tersebut diberikan dalam bentuk pengadaan mesin jahit, teknologi dan alat-alat yang digunakan pengrajin untuk memproduksi barang kerajinan kulit. Namun, terdapat beberapa pengrajin yang memilih untuk membeli mesin jahit, teknologi dan alat-alat secara mandiri karena dana yang dibutuhkan tersedia. Fakta ini diperkuat dengan pernyataan responden berikut ini:

“Saya kan cuma penjual saja bukan pengrajin jadi kalau bantuan dari pemerintah atau Disperindag ya tidak ada. Kalau sepengetahuan saya bantuan itu lebih diberikan kepada pengrajin. Soalnya kan pengrajin lebih fokus ke produktivitas jadi harus lebih

dibantu terutama dari segi mesin dan alat-alatnya itu.“

(S, 54 tahun).

Terakhir, sebesar 36,36 persen sebanyak 12 responden memilih untuk meminta bantuan guna mengatasi kesulitan usaha kepada anggota keluarga mereka. Jumlah ini lebih sedikit dibandingkan dengan lainnya karena sebagian

dari penjual kerajinan kulit sudah cukup merasa terbantu dengan adanya lembaga keuangan atau binaan yang telah mereka ikuti. Biasanya penjual kerajinan kulit meminta bantuan kepada salah satu anggota keluarga mereka seperti anak kandung yang sudah bekerja dan berkeluarga, saudara yang mempunyai kondisi ekonomi lebih baik dan kerabat dekat mereka untuk keperluan peminjaman uang. Sedangkan penjual kerajinan kulit yang memilih untuk tidak meminta bantuan pinjaman uang kepada salah satu anggota keluarganya karena keterbatasan keadaan ekonomi yang dimiliki oleh anggota keluarga mereka sehingga mereka enggan untuk meminjam uang kepada anggota keluarga mereka.

Tingkat Kepercayaan

Kepercayaan merupakan dimensi modal sosial yang paling mendasar dan harus dimiliki oleh masyarakat pada umumnya. Kepercayaan ini dapat tercipta melalui proses interaksi sosial yang telah terjalin dalam waktu yang lama dan sudah sangat mengenal satu dengan yang lain. Adanya kepercayaan dapat membangun suatu hubungan baik dengan orang lain sehingga mampu menciptakan kerjasama. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Fukuyama (2007) bahwa dengan trust, orang-orang dapat bekerjasama secara lebih efektif dikarenakan hal ini memungkinkan adanya kesediaan diantara mereka untuk menempatkan kepentingan kelompok diatas kepentingan individu. Kepercayaan yang ada di dalam masyarakat tercipta jika masing-masing individu saling mempercayai satu dengan yang lain dan percaya bahwa orang tersebut tidak akan berbuat curang atau menghianati sesuatu yang telah disepakati.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh data bahwa secara umum tingkat kepercayaan penjual kerajinan kulit di Kelurahan Selosari berada pada kategori tinggi sebesar 69,70 persen sebanyak 23 responden. Sedangkan, tingkat kepercayaan penjual kerajinan kulit yang berada pada kategori sedang sebesar 30,30 persen sebanyak 10 responden dan pada karegori rendah sebesar 0 persen sebanyak 0 responden. Gambaran selengkapnya mengenai tingkat kepercayaan yang dimiliki penjual kerajinan kulit dapat terlihat pada Tabel 16.

Tabel 16 Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kepercayaan penjual kerajinan kulit di Kelurahan Selosari tahun 2016

No Tingkat kepercayaan Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Tinggi 23 69,70

2. Sedang 10 30,30

3. Rendah 0 0,00

Total 33 100,00

Sumber: Data Primer, 2016

Tabel 16 menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan dari penjual kerajinan kulit di Kelurahan Selosari dapat dikatakan tinggi. Penilaian terhadap tingkat kepercayaan dilakukan dengan melihat rasa kepercayaan dari penjual kerajinan kulit kepada pihak terkait. Maksud dari pihak terkait adalah sesama penjual kerajinan kulit, pemasok bahan baku, konsumen, aparat pemerintah serta Disperindag. Selain itu, tingkat kepercayaan juga dilihat dari persepsi penjual kerajinan kulit mengenai bagaimana rasa kepercayaan yang diberikan pihak terkait kepada masing-masing penjual kerajinan kulit sendiri. Tingginya tingkat

kepercayaan tersebut dikarenakan lama usaha yang telah ditempuh oleh mayoritas dari penjual kerajinan kulit sehingga masing-masing individu telah mengenal dengan baik dan muncul perasaan percaya satu dengan yang lain terutama dalam hal kegiatan usaha. Selain itu, kesamaan profesi dan kesamaan tujuan juga turut mempengaruhi tingginya tingkat kepercayaan yang mana penjual kerajinan kulit saling percaya bahwa masing-masing individu tidak akan saling curang dalam berdagang dan tidak mengambil pelanggan dari penjual kerajinan kulit yang lain. Bentuk kepercayaan yang terjalin diantara sesama penjual kerajinan kulit dapat terlihat dari ketika penjual kerajinan kulit meminjam barang dagangan kepada penjual lain disaat sedang kekurangan barang dagangan. Tidak hanya itu, sesama penjual kerajinan kulit mempunyai rasa kepercayaan untuk bersedia memberikan sebagian pesanan kepada penjual lain ketika sedang banyak pesanan.

Tingkat kepercayaan tidak hanya terjalin antara sesama penjual kerajinan kulit tetapi juga kepada pemasok. Bentuk kepercayaan tersebut dapat terlihat dari adanya kecenderungan penjual kerajinan kulit untuk memilih dan menggunakan pemasok di tempat yang sama untuk jangka waktu yang lama dan enggan untuk berpindah ke pemasok yang lain. Rata-rata mereka percaya dengan standart kualitas yang diberikan pemasok kepada penjual kerajinan kulit dan percaya dengan harga yang diberikan pemasok cukup relatif murah dan terjangkau. Selain itu, penjual kerajinan kulit jarang untuk mengecek barang dari pemasok karena sudah percaya bahwa pemasok tidak akan memberikan barang yang cacat. Namun, beberapa penjual kerajinan kulit yang berpindah pemasok dikarenakan kualitas barang cenderung menurun sehingga membuat penjual tidak percaya terhadap pemasok tersebut.

Disisi lain, kepercayaan antara penjual kerajinan kulit dengan konsumen ditunjukkan dengan kualitas barang yang diberikan penjual kerajinan kulit kepada konsumen. Mereka percaya bahwa barang yang dijual kepada konsumen memiliki kualitas bagus dan selalu dijaga kualitasnya, terbukti dengan tingginya intensitas konsumen tersebut membeli barang kepada mereka dan enggan untuk berpindah ke penjual kerajinan kulit lainnya. Hal ini membuktikan bahwa konsumen percaya terhadap kualitas barang yang mereka dapatkan dari penjual kerajinan kulit dan puas telah membeli barang di tempat tersebut. Fakta ini diperkuat dengan pernyataan responden berikut ini:

“Kalau percaya sih percaya aja apalagi sesama penjual karena disini juga udah lama jadi ya percaya saja. Sekarang prinsipnya gini saja, kalau dalam berdagang itu pasti punya rezeki masing- masing jadi ya tidak ada curang atau sampai jahat mau ambil pembeli dari penjual lain. Malah kalau disini saling bantu juga kalau ada masalah apa gitu. Sama pemasok juga percaya soalnya mereka selalu menjaga kualitas dari barang yang mau saya beli jadi ya saya percaya saja. Kalau saya tidak percaya sama pemasok ya sudah dari dulu saya ganti pemasok. Pelanggan juga sama, percaya saja. Pokoknya kalau disini itu kuncinya kualitas barang, selama kualitas barang selalu bagus dan awet ya pasti pelanggan

Dokumen terkait