• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wilayah DKI Jakarta

Keadaan Geografis DKI Jakarta

Kota Jakarta merupakan ibukota negara Indonesia dan juga sebagai pusat perekonomian negara. Luas wilayahnya sebesar 7 659.02 km2 yang meliputi 662.33 km2 daratan (termasuk 110 pulau di Kepulauan Seribu yang tersebar di teluk Jakarta) dan 6 977.5 km2 lautan.

Secara geografis wilayah DKI Jakarta terletak antara 106.22’42” BT sampai 106.58’18” BT dan 5.19’12” LS sampai 6.23’54” LS. Peta Jakarta dapat dilihat pada Gambar 7, dengan batas-batas wilayah sebagai berikut (RPJMD DKI 2013):

 sebelah timur berbatasan dengan kabupaten Bekasi dan kota Bekasi

 sebelah selatan berbatasan dengan kota Depok

 sebelah barat berbatasan dengan kabupaten Tangerang dan kota Tangerang

Gambar 7 Peta Jakarta

Sumber: www.jakarta.go.id 2013

Sedangkan secara administrasi terbagi menjadi lima kota administrasi yaitu Jakarta Pusat, Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Utara, Jakarta Barat, dan satu Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu. Dimana secara keseluruhan terdapat 44 kecamatan, 267 kelurahan, 2 705 RW, 30 195 RT, dan 3 145 016 Kepala Keluarga diwilayah DKI Jakarta.

Berdasarkan letaknya, DKI Jakarta termasuk kota delta yang berada pada muara sungai, dimana terdapat 13sungai dan 2 kanal (Kanal Banjir Barat dan Kanal Banjir Timur) yang melewati Jakarta, dimana sebagian besar berhulu di daerah Jawa Barat dan bermuara di teluk Jakarta (RPJMD DKI 2013). Kota Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter di atas permukaan laut dan umumnya beriklim panas dengan suhu udara maksimum 34.6oC pada siang hari dan suhu udara minimum 22.86oC pada malam hari. Serta rata-rata curah hujan sepanjang tahun 2 395 mm2 dan tingkat kelembaban udara mencapai 74 persen (Dephut 2013).

Keadaan Demografi DKI jakarta

Pada tahun 2011, penduduk DKI Jakarta berjumlah 9 761 992 jiwa, jumlah tersebut meningkat sebesar 1.77 persen pada tahun 2012 menjadi 9 937 994 jiwa, terdiri dari 5 039 727 jiwa laki-laki dan 4 898 267 jiwa perempuan. Berdasarkan strukturnya, sebesar 73.01 persen atau 7 255 953 jiwa penduduk DKI Jakarta termasuk ke dalam kategori struktur penduduk produktif dengan usia antara 15 tahun hingga 64 tahun. Pada Agustus 2012, jumlah angkatan kerja DKI Jakarta mencapai 5.37 juta jiwa, dimana jumlah penduduk yang bekerja sebesar 4.84 juta jiwa meningkat sebesar 250.18 ribu jiwa bila dibandingkan pada Agustus 2011 sebesar 4.59 juta jiwa.

Lapangan kerja formal yang tersedia di DKI Jakarta tidak sepenuhnya dapat menampung jumlah tenaga kerja yang ada. Oleh karena itu, adanya UMKM di DKI Jakarta sangatlah berperan besar guna mengurangi jumlah pengangguran DKI Jakarta sebesar 529.97 ribu orang pada Agustus 2012.

Pada tahun 2010, jumlah UKM di DKI Jakarta mencapai 838 053 unit usaha, terdiri dari usaha kecil 683 841 unit dan usaha menengah 154 212 unit. Data tersebut mampu menyerap tenaga kerja hingga 6 503 445 orang. Profil usaha UKM menurut kategori dan tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Profil usaha UKM menurut kategori dan tenaga kerja di DKI Jakarta tahun 2010

No. Wilayah Uraian Usaha Kecil Usaha

Menengah Jumlah UKM

1 Jakarta Utara Potensi1 108 022 28 943 136 965

Jumlah TK2 540 110 578 860 1 118 970

2 Jakarta Timur Potensi 147 440 31 766 179 206

Jumlah TK 737 200 635 320 1 372 520

3 Jakarta Selatan Potensi 148 584 31 933 180 517

Jumlah TK 742 920 638 660 1 381 580

4 Jakarta Barat Potensi 146 527 31 425 177 952

Jumlah TK 732 635 628 500 1 361 135

5 Jakarta Pusat Potensi 133 048 30 070 163 118

Jumlah TK 665 240 601 400 1 266 640

6 Kep. Seribu Potensi 220 75 295

Jumlah TK 100 1 500 2 600

Total Potensi 683 841 154 212 838 053

Jumlah TK 3 419 205 3 084 240 6 503 445

Sumber: Dinas Koperasi UMKM dan Perdagangan Provinsi DKI Jakarta 2013, diolah 1unit, 2orang

Berdasarkan skala usaha, pendataan usaha PKL (Pedagang Kaki Lima) termasuk ke dalam kelompok usaha mikro, dimana terdapat 14 kategori lahan yang menjadi target lahan usaha PKL dengan sasaran utamanya adalah trotoar, badan jalan, halaman pasar, di sekitar kantor/rumah perorangan, halaman pertokoan atau tanah kosong milik perorangan, lahan parkir dan lahan milik pemda. Berdasarkan kategori lahan, lokasi yang paling banyak ditempati PKL adalah badan jalan dan trotoar dengan jumlah PKL masing-masing sebesar 28 797 unit dan 26 530 unit, kemudian diikuti oleh halaman pasar 10 216 unit. Penyebaran lokasi PKL menurut wilayah dan jenis lahan di Provinsi DKI Jakarta dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Penyebaran lokasi PKL menurut wilayah dan jenis lahan di Provinsi DKI Jakarta tahun 2010 (unit)

No. Uraian Jenis Lahan Jakarta

Utara Jakarta Timur Jakarta Selatan Jakarta Barat Jakarta Pusat Total 1 Trotoar 2 954 5 103 7 055 5 037 6 381 26 530 2 Badan jalan 4 491 5 516 8 099 5 313 5 378 28 797 3 Jalur hijau 263 284 375 252 429 1 603 4 Taman kota 42 22 169 245 104 582 5 Halaman parkir 1334 1 125 1 272 327 939 3 796

6 Halte jalan raya 23 36 63 31 48 201

7 Areal terminal/stasiun 202 144 639 146 489 1 620 8 Halaman pasar 1 068 2 450 2 219 2 663 1 816 10 216 9 Halaman pertokoan 350 557 1 680 822 113 4 542 10 Perorangan/badan 2 140 1 873 1 533 716 365 6 627 11 Atas/pinggir rel kereta api 270 53 390 446 256 1 415

12 Jembatan penyeberangan 8 23 9 32 15 87

13 Lahan milik pemda 1 402 893 506 808 1 015 4 624 14 Lahan jenis lainnya 201 228 611 338 697 2 075

Jumlah 13 547 18 307 24 620 17 176 19 065 92 715

Sumber: Dinas Koperasi UMKM dan Perdagangan Provinsi DKI Jakarta 2013, diolah

Berdasarkan kategori lokasi pada tahun 2011, peranan lokasi PKL liar atau tidak berizin ternyata masih sangatlah besar. Misalnya, di Jakarta Selatan, peranan

Sekaran

Lamongan

PKL liar mencapai 92 persen dari total PKL sebanyak 24 620 unit dan porsi rata- rata PKL liar di DKI Jakarta rata-rata mencapai 84.5 persen. Penyebaran usaha PKL menurut kategori lokasi dan wilayah di Provinsi DKI Jakarta dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Penyebaran usaha PKL menurut kategori lokasi dan wilayah di Provinsi DKI Jakarta tahun 2011

No. Wilayah Jumlah

PKL

Lokasi PKL yang Dibina/Diizinkan

Lokas PKL yang Tidak Diizinkan Lokasi Sementara Lokasi Binaan Jumlah 1 Jakarta Utara 13 527 2 710 433 3 143 10 384 2 Jakarta Timur 18 327 2 864 1 055 3 919 14 408 3 Jakarta Selatan 24 620 1 436 542 1 978 22 642 4 Jakarta Barat 17 212 1 492 548 2 040 15 172 5 Jakarta Pusat 19 065 2 503 830 3 333 15 732 Total 92 751 11 005 3 408 14 413 78 338

Sumber: Dinas Koperasi UMKM dan Perdagangan Provinsi DKI Jakarta 2013, diolah

Catatan: Jumlah Usaha Mikro secara keseluruhan sesuai sensus tahun 2006 sebanyak 703 409 unit

Sejarah Singkat Kelompok Pedagang Warung Tenda Pecel Lele KKBSJ

Kelompok KKBSJ (Kerukunan Keluarga Besar Siman Jaya) merupakan kelompok sosial warga desa Siman, Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Seluruh anggota kelompok KKBSJ berprofesi sebagai pedagang warung tenda pecel lele dan telah menetap di Jakarta dan sekitarnya.

Desa Siman sendiri merupakan salah satu desa di kecamatan Sekaran; kabupaten Lamongan; Jawa Timur, dengan jumlah penduduk desa sebanyak 1 393 jiwa pada tahun 2012. Peta kabupaten Lamongan, Jawa Timur dapat dilihat pada Gambar 8, dengan batas-batas wilayahnya sebagai berikut:

 sebelah utara berbatasan dengan desa Kembangan

 sebelah barat berbatasan dengan desa Miru

 sebelah selatan berbatasan dengan desa Bukutengger

 sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Pucuk

Gambar 8 Peta Kabupaten Lamongan, Jawa Timur

Keberadaan kelompok KKBSJ menunjukkan asal muasal adanya pedagang kaki lima Lamongan di Jakarta, yang mana dipelopori oleh H. Sulaiman pada tahun 1953. H. Sulaiman memulai usahanya dengan membuka stand makanan pada pasar malam (sekarang PRJ) yang diadakan di Jakarta. Kemudian jejak karirnya tersebut diikuti oleh para karyawan yang pernah bekerja dengannya dan juga berasal dari

desa Siman, para karyawan tersebut diantaranya yaitu H. Jali Suprapto dan H. Abbas. Hingga saat ini desa Siman merupakan desa yang sebagian besar warganya berprofesi sebagai pedagang soto lamongan atau pedagang warung tenda pecel lele, dan sebagainya (Maksum 2000).

Kelompok KKBSJ dibentuk pada tahun 1980 di Jakarta yang dipelopori oleh H. Amin Jabir; Abdul Hadi; H. Syukron (H. Abdullah Huda); H. Khusnan Mansur; H. Sulaiman (Alm.) dan H. Amar (Alm.), dan mendapat dukungan dari para pengurus desa Siman dan tokoh agama setempat dengan kehadirannya pada saat proses pembentukan berlangsung. Alasan pedagang membentuk kelompok KKBSJ tersebut adalah karena pedagang ingin mempersatukan dan mempererat tali silaturahmi antar warga lamongan pada umumnya dan warga siman pada khususnya yang merantau mencari rezeki di daerah Jakarta dan sekitarnya. Hal itu dilakukan agar terjalin rasa kepedulian antar pedagang sebagai sesama perantau di kota Jakarta, serta kepedulian terhadap perkembangan kampung halaman yang ditinggalkannya.

Pedagang warung tenda pecel lele KKBSJ memilih profesi sebagai seorang pedagang, karena sebagian besar pedagang berasal dari keluarga petani penggarap di desa asalnya dan juga adanya faktor keterbatasan kemampuan yang dimiliki. Hal itu mendorong pedagang bertekad menciptakan pekerjaan bagi diri pedagang sendiri dan bekerja keras guna memperbaiki dan meningkatkan taraf dan kualitas hidup pedagang beserta keluarga di masa depan, yaitu dengan mendirikan usaha warung tenda pecel lele secara mandiri di daerah rantauan, kota Jakarta dan sekitarnya.

Setelah pedagang berhasil menciptakan pekerjaan bagi dirinya dengan mendirikan usaha warung tenda pecel lele, pedagang baru bersedia bergabung ke dalam kelompok KKBSJ karena adanya dorongan jiwa sosial pedagang yang tinggi. Hal itu dilakukan untuk bersama-sama mencapai salah satu tujuan utama tebentuknya kelompok KKBSJ, yaitu mengumpulkan dana sumbangan yang berasal dari warga desa Siman yang telah menetap di Jabodetabek maupun warga yang masih tinggal di desa Siman, guna keperluan sosial dan pembangunan desa Siman itu sendiri. Upaya tersebut dilakukan agar tidak ada kesenjangan kehidupan antara kehidupan di daerah rantauan yaitu Jabodetabek sebagai tempat mencari nafkah, dengan kehidupan di kampung halaman sebagai tempat kehidupan nanti di usia senja.

Dana yang telah terkumpul tersebut kemudian dimanfaatkan untuk perkembangan sarana dan prasarana desa Siman, diantaranya pembangunan masjid Al-Istiqomah yang ada di desa Siman (telah terealisasi tahun 1985); pelebaran pesantren Al-Fattah (telah terealisasi tahun 1995); pembangunan jalan desa (telah terealisasi tahun 1995), maupun untuk kebutuhan sosial lainnya seperti dana bantuan bagi orang-orang yang kurang mampu; anak-anak yatim; orang-orang yang tertimpa musibah atau sakit; dan sebagainya. Dana tersebut seluruhnya berasal dari dana sumbangan dan tidak ada bantuan dana dari luar seperti dana bantuan pemerintah. Hal itu juga merupakan keinginan tersendiri para pedagang warung tenda pecel lele KKBSJ yang tidak ingin meminta bantuan dana dari luar. Data-data kebutuhan tersebut diperoleh dari pengurus desa Siman, dimana sebelumnya telah dilakukan pendataan terlebih dahulu di desa Siman tersebut.

PENASEHAT

H. Khusnan Mansur (Alm) H. Amar (Alm.) KETUA H. Amin Jabir WAKIL KETUA H. ZainiMustofa BENDAHARA H. Sukron SEKRETARIS H. Ismail Struktur Organisasi KKBSJ

Struktur kepengurusan kelompok KKBSJ terdiri dari ketua, wakil ketua, bendahara, sekretaris, dan penasehat. Proses pemilihan kepengurusan dilakukan dengan cara mengumpulkan pedagang- pedagang KKBSJ yang kemudian dilakukan penunjukkan para pedagang yang dianggap mampu menjadi pengurus KKBSJ, masa kepengurusan selama tiga tahun. Namun, yang sering kali terjadi pengurus-pengurus tersebut mengundurkan diri hingga sampai kepada struktur kepengurusan KKBSJ saat ini, hal itu dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 Struktur kepengurusan kelompok KKBSJ di Jakarta

Keanggotan kelompok KKBSJ dihitung berdasarkan per kepala keluarga (KK), jumlah pedagang dalam KKBSJ saat ini sebanyak 300 KK yang keseluruhannya bekerja sebagai pedagang warung tenda pecel lele. Di dalam kelompok KKBSJ sendiri terbagi menjadi 10 paguyuban atau kelompok kecil dengan anggota masing-masing paguyuban rata-rata berjumlah 30 KK. Adapun paguyuban-paguyuban tersebut antara lain adalah:

1) Paguyuban Kota I 2) Paguyuban Kota II 3) Paguyuban Grogol

4) Paguyuban Kampung Rambutan 5) Paguyuban Otista

6) Paguyuban Cililitan 7) Paguyuban Sarinah 8) Paguyuban Tanjung Priuk 9) Paguyuban Kampung Melayu 10)Paguyuban Kebon Nanas

Kegiatan yang biasanya dilakukan dalam kelompok KKBSJ adalah pertemuan besar untuk seluruh anggota kelompok KKBSJ setiap setahun sekali,

yaitu acara “Halal bi halal”dengan mengundang tokoh-tokoh masyarakat di desa Siman, dan pertemuan pada masing-masing paguyuban setiap tiga bulan sekali. Terdapat juga kegiatan lainnya seperti jama’ah tahlilan dan kelompok arisan yang dilakukan sebulan sekali setiap malam jum’at (Maksum 2000). Namun, pedagang

KKBSJ tidak diwajibkan ikut serta, bahkan di dalam kegiatan tersebut ada beberapa diantaranya yang bukan pedagang KKBSJ.

Seluruh pedagang KKBSJ sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan dibina langsung oleh pengurus kelompok KKBSJ. Tanggung jawab tersebut antara lain menentukan besarnya pembagian sumbangan yang akan diberikan bagi pedagang- pedagang yang terkena musibah, sakit, dan anak-anak yatim. Sedangkan untuk pelatihan atau penyuluhan kewirausahaan tidak pernah diadakan, dengan kata lain kewirausahaan yang dilakukan oleh pedagang secara mandiri dengan modal dan kemampuan sendiri.

Produk Pedagang Warung TendaPecel Lele KKBSJ

Menu hidangan yang ditawarkan oleh pedagang warung tenda pecel lele KKBSJ saat pertama kali menjalankan warung tenda pecel lele antara lain sop kaki sapi, soto madura, soto lamongan, dan sebagainya. Seiring berjalannya waktu, banyak permintaan dari konsumen yang mencari menu hidangan ayam goreng maupun pecel lele.

Melihat peluang usaha dan profit yang menjanjikan tersebut, para pedagang warung tenda pecel lele KKBSJ akhirnya memutuskan untuk menambah menu hidangan yang ditawarkannya seperti ayam goreng dan pecel lele, yang kemudian banyak ditiru oleh warung tenda lainnya dan hingga kini menjadi menu utama di antara warung-warung tenda yang ada, termasuk warung tenda pecel lele KKBSJ itu sendiri. Meskipun demikian, adapula beberapa pedagang yang masih mempertahankan menu hidangan utamanya berupa sop kaki sapi seperti yang dilakukan oleh H. Amin Jabir dan H. Syukron.

Selain menawarkan menu hidangan utama berupa ayam goreng dan pecel lele, ada beberapa diantara pedagang yang juga tetap menawarkan aneka macam sop atau soto seperti sop kaki sapi; soto ayam; soto babat; soto daging; dan sebagainya, dengan dasar pertimbangan di sekitar lokasi usaha tidak ada/banyak usaha kuliner yang menawarkan hidangan sop/soto. Namun jika sudah banyak usaha kuliner yang menawarkan hidangan sop/soto maka pedagang hanya menawarkan menu hidangan utama saja yaitu ayam goreng dan pecel lele, dengan terus berupaya membuat menu utama tersebut laris di kalangan konsumen yang ada. Bahkan ada beberapa pedagang yang juga menawarkan menu hidangan tambahan seperti ati-ampela goreng; tahu-tempe goreng; bebek goreng; burung dara goreng; dan sebagainya, karena adanya permintaan dari konsumen serta peluang usaha yang menjanjikan dari variasi menu tersebut. Dengan kata lain, keberadaan warung tenda pecel lele juga sangatlah penting, selain dapat mengurangi masalah pengangguran, usaha tersebut juga turut berpartisipasi dalam menunjang keberlangsungan pertanian Indonesia melalui subsistem pengolahannya. Hal itu karena usaha warung tenda pecel lele banyak memanfaatkan komoditi-komoditi pertanian lokal Indonesia yang diperoleh dari pasar-pasar lokal, sehingga dapat memberikan nilai tambah pada produk-produk pertanian Indonesia itu sendiri.

Dokumen terkait