• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Partuturan Dalam Kekerabatan Masyarakat Suku Simalungun

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.2. Kajian Pustaka

2.2.6 Gambaran Partuturan Dalam Kekerabatan Masyarakat Suku Simalungun

Marga” memegang peranan penting dalam soal adat Simalungun. Orang Simalungun tidak terlalu mementingkan soal “silsilah” karena penentu partuturan di Simalungun adalah “hasusuran” (tempat asal nenek moyang) dan tibalni parhundul (kedudukan/peran) dalam horja-horja adat (acara-acara adat). Hal ini bisa dilihat saat orang Simalungun bertemu, bukan langsung bertanya “aha marga ni ham?” (apa marga anda) tetapi “hunja do hasusuran ni ham (dari mana asal-usul anda)?” Hal ini dipertegas oleh pepatah Simalungun “Sin Raya, sini Purba, sin Dolog, sini Panei. Na ija pe lang na mubah, asal ma marholong ni atei” (dari Raya, Purba, Dolog, Panei, Yang manapun tak berarti, asal penuh kasih).

Adapun Perkerabatan dalam masyarakat Simalungun disebut sebagai partuturan. Tutur bisa diterjemahkan sebagai panggilan yang digunakan masyarakat Simalungun sebagai sebutan untuk/kepada orang tertentu. Partuturan

ini menetukan dekat atau jauhnya hubungan kekeluargaan (pardihadihaon). Perkerabtan masyarakat simalungun dapat dibagi kedalam beberapa kategori sebagai berikut:

A. Tutur Manorus / Langsung

Perkerabatan yang langsung terkait dengan diri sendiri.

ANTURANG (nantulang) : Istri dari tulang, istri dri saudaranya tulang, ibu dari besan (mertua dri saudara laki” istri kita)

PARUMAEN: Menantu perempuan, menantunya sepupu kita, anak

perempuan dari saudara laki” istri kita, namboru dan makkela juga

marparumaenya sama istri kita.

NASIBESAN: istri dari saudara laki” istri kita dan istri sepupunya. Kalau

anda perempuan maka NASIBESANNYA adalah suami dari saudara

perempuan suami kita. • HELA: menantu laki” kita

GAWEI :EDA, antar perempuan : anak perempuan dari namboru, istri dr anak laki namboru. Istri dr saudara laki” kita dan sebaliknya.

LAWEI:LAE antar laki” sama halnya dgn Gawei.

PAHOMPU: cucu

NONO: Cucunya anak kita, ada juga beberapa tempat di SIMALUNGUN

menyebut cucunya anak perempuan kta. • NINI: Kebalitan dari NONO.

SIMA-SIMA: anak dari nono maupun nini.

SIMINIK: semua generasi keturunan yang dibawah SIMA-SIMA. Ini

kebanyakan dipakai hanya dgn secara religius.

B. Tutur Holmouan / Kelompok

Melalui tutur Holmouan ini bisa terlihat bagaimana berjalannya adat Simalungun

SANINA SAPANGANONKON: sepupu dari bapa / ibu / ompung Kita dan

yang satu marga dgn kita.

SAPANGANONKON: Tulangnya menantu kita, sepupunya ibu kita.

PARIBAN: sepupu perempuan istri kita,TONDONG BOLON/JABU =

orang tua dan saudara laki”nya istri kita

TONDONG PAMUPUS: saudara laki”nya ibu kita

TONDONG BONA: saudara laki”nya nenek kita (pamupus ni bapa kita)

TONDONG MATA NI ARI: namamupus ompung diri (tulang ni ompung)

TONDONG NI TONDONG: Saudara laki”nya mertua perempuan kita

TONDONG MANGIHUT: Keluarga dari menantu perempuan kita, keluarga dari istri saudara laki” bapa kita dan keluarga dari istri sepupu

laki” kita. Ada yg menyebut dgn TONDONG RIAP.

ANAK BORU JABU:Makkelakita yang telah disahkan dengan adat.

Biasanya yang paling tua. Dia lah yang menanggungjawabi seluruh yang disebut boru(bani sagala horja adat malas niuhur barang pusok niuhur). • PANOGOLAN: anak laki, dan perempuan dari saudara perempuan kita.

ANAK BORU AMPUAN: Suami dari boru kita (marga na legan humbani

boru diri)

ANAK BORU MINTORI: anak perempuan / suami dari saudari perempuan

kita.

ANAK BORU MANGIHUT:Lawei mangihut botou atappe boru

marhalahon ni sanina marhalahon ni inang

ANAK BORU SANINA:Anak boru mintoriyang semarga dengan kita. Dan

ada juga yang mengatakan Anak boru Sanina tersebut Gamot. Tugas dan fungsi Anak Boru Sanina bisa saja menjadisanina, dan dapat juga berperan menjadi boru.

C. Tutur Natipak / Kehormatan

Tutur Natipak digunakan sebagai pengganti nama dari orang yang diajak berbicara sebagai tanda hormat

MAR-KAHA : Panggilan kita buat istri abang kita, istri abang sepupu,

sapanganonkon diri siabangan. Kalau kita perempuan maka kita

MARKAHA terhadap suami dari anak perempuan dari kakak ibu kita

(suami kakak sepupu)

MAR-NASIKAHA : Istri kita kepada abang kita dan abang sepupu,

Sapanganonkon, semua abang menurut tutur (adat) • MAR-NASIANGGIKU : Semua istri dari tutur adik kita.

MAR-ANGGI : kita (perempuan) ke suami dari adik kita perempuan

MAR-HAM : Kita ke orang yg lebih tua dari kita, orang yg belum kita tau jelas partuturan kita dan kepada orang yg kira” seumuran dgn kita.

MAR-HANDIAN : Hampir sama dgn MARHAM pemakaiannya dan

pemakaiannya lebih luas lagi artinya. Di daerah Bandar boleh juga dipakai kepada perempuan.

MAR-DOSAN : Dipakai perempuan (ibu pengasuh, dayang” ataupun

puan”) ke sesamanya yang sudah lansia.

MAR-ANAHA : Dipakai puan” kepada laki muda atau Garama. MAR-KAKAK : Antara perempuan ke perempuan ke yg lebih tua darinya. • MAR-AMBIA : Sesama laki” ke orang yg sama umurnya atau ke lebih

muda dari kita.

MAR-HO : kepada saudara kandung yg dibawah umur kita. Dibeberapa

daerah sekarang ini ada yg menyebut ke istrinya.

MAR-HANIMA:sebutan kepada istri kita (agak kasar) ataukepada yang

MAR-NASIAM: Sebutan kepada orang yg umurnya diatas kita (lebih dari satu org)

MAR-AKKORA: Sebutan orang tua kepada yg lebih muda yg dekat

hubungan familynya (tuturnya)

MAR-ABANG: Kepada abang kita dan org yg lebih tua dari kita.

MAR-TUAN:panggilan kepada penguasa (raja) kampung pada zaman

dahulu ataupun pada keturunan.

MAR-BORU TULANG: orang yang menikah dengan boru tulangnya.

MAR-SIBURSOG: Panggilan kepada anak yang baru lahir kalau dia laki-laki.

MAR-SITATAP: Panggilan kepada anak yang baru lahir kalau dia

perempuan.

MAR-PANG / PAN PAN NANG / NAN :Partigoranankepada yang telah

memiliki keturunan, diambil dari nama anak yang pertama atau anak laki-laki yang lebih tua.

MAR-BAYA : panggilan perempuan yg sama umurnya(sebaya) atau lebih muda dari kita (Sinaga, 2008:4-10).

Masyarakat Simalungun dalam ikatan sosialnya terhisab ke dalam organisasi

sosial yang disebut Tolu Sahundulan Lima Saodoran yang mengikat orang

Simalungun dalam kekerabatan menurut adat istiadat Simalungun. Adapun hubungan ” Tolu Sahundulan, lima saodoran “, yaitu

a) Unsur Sanina yang mempunyai Horja (pesta), ditambah dengan

saudara-saudaranya dari garis bapak dan ompung semarga.

b) Unsur Boru, pelaksana tugas dalam Horja yang ditentukan, terdiri dan

suami saudara perempuan bapak ditambah dengan suami saudara perempuan dari sanina yang punya Horja

c) Tondong, yaitu mereka yang dihormati dan duduk di luluan (tempat

terhormat) yang terdiri dari saudara laki- laki dan ibu dan istri yang punya Horja.

d) Boru mintori, adalah boru dari pihak boru yang turut melaksanakan tugas dalam Horja di rumah tondongnya.

e) Tondong Bona atau Bonaniari adalah saudari laki-laki dari ompung

perempuan.

Adanya struktur (kerangka susunan) lembaga adat ini sekaligus memberi gambaran atau besar kecilnya suatu upacara adat itu menurut besar kecilnya perhelatan adat yang akan dilaksanakan. Dalam kehidupan sehari-hari hubungan kekerabatan ini diistilahkan dengan: “Sisei, sukkun, sari

dan surduk ibagas Habonaron do Bona” dalam bermasyarakat, dengan penjabaran

 dingat martulang

 sisei bani Sanina  holong / sari bani Boru

 sukkun marsinhuta

Dokumen terkait