• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI PEMBAHASAN

A. Gambaran pelaksanaan IMD pada ibu sectio caesarea

2. Bagaimana gambaran waktu pertama kali ibu menyusui bayinya?

3. Bagaimana gambaran nyeri paska operasi yang dirasakan ibu terhadap pemberian ASI?

4. Bagaimana gambaran pengeluaran ASI pertama kali setelah melahirkan pada ibu sectio caesarea?

5. Bagaimana gambaran jenis obat bius yang dipakai saat operasi terhadap pemberian ASI?

6. Bagaimana gambaran kondisi bayi yang lahir pada ibu dengan sectiocaesarea

terhadap pemberian ASI?

7. Bagaimana gambaran pemberian ASI pada ibu rawat gabung: waktu dan cara pemberian?

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pemberian ASI pada bayi dengan ibu post Sectio Caesarea. Dalam hal ini proses pemberian IMD dan faktor apa saja yang menghambat pemberian IMD (Nyeri, Pengeluaran ASI, jenis anastesi, kondisi bayi dan pemberian ASI pada ibu rawat gabung).

2. Tujuan Khusus

1) Diperolehnya gambaran pelaksanaan IMD pada ibu sectio caesarea

2) Diperolehnya gambaran waktu pertama kali ibu menyusui bayinya 3) Diperolehnya gambaran nyeri paska operasi yang dirasakan ibu

terhadap pemberian ASI

4) Diperolehnya gambaran pengeluaran ASI pertama kali setelah melahirkan pada ibu sectio caesarea

5) Diperolehnya gambaran jenis obat bius yang dipakai saat operasi terhadap pemberian ASI

6) Diperolehnya gambaran kondisi bayi yang lahir pada ibu dengan

sectio caesarea terhadap pemberian ASI

7) Diperolehnya gambaranpemberian ASI pada ibu rawat gabung: waktu dan cara pemberian ASI

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai gambaran pemberian ASI pada ibu dengan sectio caesarea yaitu tentang pemberian IMD, waktu pemberian ASI dan faktor yang mempengaruhi terhambatnya pemberian ASI sehingga diharapkan dapat dilakukan penelitian selanjutnya agar dapat ditemukan intervensi yang sesuai agar pelaksanaan IMD dapat terlaksana dengan baik.

2. Bagi Peneliti

Hasil penelitian diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan untuk peneliti tentang pemberian ASI pada bayi dengan ibu bersalin dengan Sectio Caesarea.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi oleh peneliti lain baik secara teoritis maupun metodologi mengenai penelitian terkait pemberian ASI pada bayi dengan ibu Sectio caesarea.

4. Bagi Instansi Terkait

Hasil penelitian ini diharapkan jadi pertimbangan dan masukan untuk rumah sakit agar dapat memberikan motivasi kepada ibu yang bersalin dengan sectio caesarea dan melakukan intervensi yang sesuai agar dapat

meningkatkan pemberian ASI pada bayi dengan ibu dengan Sectio Caesarea.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini ingin melihat gambaran pemberian ASI pada ibu post

Sectio Caesarea. Populasi penelitian ini adalah pasien dengan sectio caesarea

yang dirawat di ruang perawatan dan yang akan menyusui bayinya. Pengambilan sampel menggunakan teknik accidental sampling. Penelitian dilakukan dari bulan Februari sampai bulan April 2016. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu menggunakan kuesioner.

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Air Susu Ibu (ASI)

1. Definisi

ASI atau air susu ibu merupakan makanan yang paling cocok diberikan terutama untuk bayi yang baru lahir. Pemberian ASI pada masa awal kehidupan dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi di dunia.Karena sangat pentingnya pemberian ASI organisasi kesehatan dunia seperti WHO dan UNICEF menganjurkan agar bayi hanya diberikan ASI ekslusif selama 6 bulan awal kehidupannya. Makanan Pendamping ASI (MPASI) dapat diberikan sesudah bayi berumur lebih dari 6 bulan dan pemberian ASI dapat dilanjutkan sampai bayi berusia 2 tahun.

Depkes mengelompokkan pola menyusui menjadi 3 yaitu menyusui ekslusif, menyusui predominan, menyusui parsial. Menyusui ekslusif menurut Depkes adalah tidak memberi bayi makanan atau minuman lain termasuk air putih. Kedua, menyusui predominan adalah menyusui bayi tetapi pernah memberikan sedikit air atau minuman berbasis air misalnya teh, sebagai makanan/ minuman prelakteal sebelum ASI keluar. Terakhir menyusui parsial adalah menyusui bayi serta diberikan makanan buatan selain ASI, baik susu formula, bubur atau makanan lainnya sebelum bayi berumur enam bulan, baik diberikan secara kontinyu maupun sebagai makanan prelakteal (Depkes, 2012).

2. Manfaat ASI

a. Manfaat bagi bayi

ASI memiliki semua kandungan nutrisi yang diperlukan bayi seperti air, lemak, trigliserida, karbohidrat, laktosa, protein, vitamin, mineral, kalsium dan fosfor yang tidak dapat ditemukan di susu formula ataupun susu lainnya. ASI juga mengandung sel imun, antibodi yang banyak terdapat dalam kolostrum, laktoferin dalam ASI dapat menghambat pertumbuhan bakteri berbahaya didalam usus dan komponen lain dalam ASI dapat mendorong kematangan sistem pencernaan yang dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit karena beberapa bulan setelah lahir bayi belum dapat membentuk sendiri respon imun tubuhnya dengan sempurna sehingga dengan memberikan ASI dapat membantu bayi untuk terlindung dari berbagai macam penyakit khususnya penyakit saluran pencernaan karena saluran pencernaan bayi masih sangat sensitif, saluran ini lebih siap untuk mengolah susu manusia dibanding susu formula sehingga bayi yang diberikan susu formula cenderung lebih mudah mengalami gangguan pencernaan (Sherwood, 2012).

ASI yang pertama (kolostrum) mengandung beberapa antibodi yang dapat mencegah infeksi pada bayi. ASI diperkirakan dapat mengirimkan limfosit ibu ke dinding usus bayi dan memulai proses imunologik sehingga memberikan imunitas pasif pada bayi terhadap penyakit infeksi tertentu hingga mekanisme itu sepenuhnya berfungsi setelah 3 sampai 4

bulan. Bayi yang meminum ASI terbukti jarang menderita gastroenteritis dan kemungkinan bayi menderita kejang oleh karena hipokalsemia sangat sedikit (Sumarah, 2009).

Pemberian ASI ekslusif terbukti dapat meningkatkan sistem imun bayi.Penelitian Haris (2011) menjelaskan bahwa terdapat perbedaan status imunitas bayi yang diberikan ASI ekslusif dengan bayi yang tidak diberikan ASI ekslusif. Bayi yang mendapatkan ASI ekslusif menunjukan status imunitas yang lebih baik dan stabil dibandingkan dengan yang tidak diberikan ASI ekslusif. Penelitian lain yang dilakukan oleh Eka Putri (2013) jika bayi yang diberikan ASI ekslusif lebih banyak maka jumlah bayi yang menderita diare akan lebih sedikit. Dapat disimpulkan ada hubungan antara pemberian ASI ekslusif dengan angka kejadian diare akut pada bayi. Hal ini terjadi karena pada waktu lahir dan selama beberapa bulan sesudahnya semua sekresi saluran cerna bayi yang mengandug enzim, terutama enzim yang diperlukan untuk mencerna susu manusia belum bisa mencerna makanan yang lain karena bayi baru memproduksi sedikit amilase saliva atau pankreas. Dengan demikian, pencernaan bayi tidak siap mencerna karbohidrat kompleks yang diperoleh dalam makanan padat sehingga dapat menimbulkan berbagai macam masalah pencernaan (Bobak, 2005).

b. Manfaat bagi Ibu

Pemberian ASI ke bayi dapat membantu ibu memulihkan diri dari proses setelah persalinan. Pemberian ASI selama beberapa hari pertama membuat rahim berkontraksi dengan cepat dan memperlambat perdarahan (isapan pada puting susu merangsang dikeluarkannya oksitosin alami yang akan membantu kontraksi rahim). Pemberian ASI adalah cara yang penting bagi ibu untuk mencurahkan kasih sayangnya pada bayi dan membuat bayi merasa nyaman (Bahiyatun, 2009).

Menyusui bagi para ibu muda yang baru pertama melahirkan, sering kali masih menjadi hal yang membingungkan. Seperti bagaimana cara menyusui, waktu pemberian, maupun produksi asi yang lancar. Padahal sebenarnya menyusui adalah proses yang sangat menyenangkan. Saat menyusui ibu melakukan kontak kepada bayi seperti berbicara, mendekap, atau mengelus bayi. Dari sisi kesehatan ibu, menyusui juga terbukti dapat mencegah timbulnya kanker payudara juga mampu mencegah perdarahan setelah persalinan sehingga ibu terhindar dari defisiensi zat besi atau anemia.

Menyusui dapat mengurangi berat badan ibu. Lemak yang tersimpan selama masa kehamilan, digunakan sebagai energi pembentuk ASI, sehingga kadar lemak dalam tubuh ibu berkurang. Menyusui juga dapat mengembalikan kembali bentuk rahim secara cepat. Menyusui dengan ASI sangat praktis, kapan pun dan dimana pun bayi ingin menyusu dapat diberikan. Persiapan penyajian ASI juga tidak memerlukan proses yang

lama seperti menyajikan susu formula. Dari segi kebersihan ASI sangat steril, sehingga tidak perlu dikhawatirkan terdapat kuman yang dapat mengganggu sistem pencernaan bayi. Pada bayi yang diberi ASI secara ekslusif, tingkat stress dan emosional anak saat dewasa lebih stabil. ASI juga mampu meningkatkan hubungan batin yang erat antara ibu dan bayi (Budi, 2010).

Penghisapan oleh bayi dapat menekan siklus haid dengan menghambat sekresi LH dan FSH, mungkin dengan menghambat GnRH. Karena dengan menyusui sesering mungkin dapat meningkatkan produksi hormon prolaktin yang dapat menghambat proses pematangan sel telur, karena itu laktasi cenderung mencegah ovulasi, menurunkan kemungkinan kehamilan berikutnya meskipun bukan cara kontrasepsi yang handal. Mekanisme ini memungkinkan semua sumber daya ibu dicurahkan kepada bayinya dan bukan dibagi dengan mudigah baru (Sherwood, 2012).

c. Manfaat untuk keluarga

Dalam budaya Indonesia kelahiran bayi adalah kebahagiaan bagi seluruh keluarga besar. Jika ibu memberi ASI, keluarga tidak perlu dibuat repot dengan menyediakan susu formula. Jika anak bangun dan ingin minum cukup menyediakan diri. Menyusui adalah pemberian makan minum paling praktis. Pemberian ASI dapat mengurangi biaya rumah tangga karena biaya untuk membeli susu formula lumayan cukup mahal dan dapat mengurangi biaya pengobatan karna bayi yang diberi ASI cenderung lebih jarang sakit (Kun budiasih, 2008).

d. Manfaat untuk Negara

Semakin banyak ibu yang menyusui, Negara dapat menghemat biaya subsidi untuk perawatan anak sakit dan pemakaian obat-obatan. Angka kematian bayi juga dapat berkurang karena pemberian ASI. Negara juga berhemat dari biaya membeli alias mengimpor susu formula dan perlengkapan menyusui. Menyusui akan mengurangi polusi karena penggunaan susu formula menghasilkan sampah kaleng, plastik, kardus, dan sebagainya. Sedangkan ASI tidak menghasilkan sampah apapun, jika sebagian besar anak Indonesia minum ASI, Negara diuntungkan karena memiliki generasi muda yang sehat dan pintar (Kun budiasih, 2008).

B. Fisiologi Laktasi

Menyusui menurut Bobak (2005) tergantung pada gabungan kerja hormon, refleks, dan perilaku yang dipelajari ibu dan bayi baru lahir dan terdiri dari faktor-faktor berikut ini:

1. Laktogenesis: Laktogenesis (permulaan produksi susu) dimulai pada tahap akhir kehamilan. Kolostrum disekresi akibat stimulasi sel-sel alveolar mamaria oleh laktogen plasenta, suatu substansi yang menyerupai prolaktin. Produksi susu berlanjut setelah bayi lahir sebagai proses otomatis selama susu dikeluarkan dari payudara.

2. Produksi susu: Kelanjutan sekresi susu terutama berkaitan dengan jumlah produksi hormon prolaktin yang cukup di hipofisis anterior dan

pengeluaran susu yang efisien. Nutrisi maternal dan masukan cairan menyerupakan faktor yang mempengaruhi jumlah dan kualitas susu. 3. Ejeksi susu: Pergerakan susu dari alveoli (dimana susu disekresi oleh

suatu proses ekstrusi dari sel) ke mulut bayi merupakan proses yang aktif di dalam payudara. Proses ini tergantung pada refleks let-down atau refleks ejeksi susu. Refleks let-down secara primer merupakan respons terhadap isapan bayi. Isapan menstimulasi kelenjar hipofisis posterior untuk menyekresi oksitosin. Dibawah pengaruh oksitosin, sel-sel di sekitar alveoli berkontraksi, mengeluarkan susu melalui sistem duktus ke dalam mulut bayi.

4. Kolostrum: Kolostrum kuning kental secara unik sesuai untuk kebutuhan bayi baru lahir. Kolostrum mengandung antibodi vital dan nutrisi padat dalam volume kecil, sesuai sekali untuk makanan awal bayi. Menyusui dini yang efisien berkorelasi dengan penurunan kadar bilirubin darah. Kadar protein yang tinggi di dalam kolostrum mempermudah ikatan bilirubin dan kerja laksatif kolostrum untuk mempermudah perjalanan mekonium. Kolostrum secara bertahap berubah menjadi susu ibu antara hari tiga dan kelima masa nifas. 5. Susu ibu: Pada awal setiap pemberian makan, susu pendahulu

mengandung lebih sedikit lemak dan mengalir lebih cepat dari pada susu yang keluar pada bagian akhir menyusui. Menjelang akhir pemberian makan, susu sisa ini lebih putih dan mengandung lebih banyak lemak. Kandungan lemak yang lebih tinggi pada akhir

pemberian makan memberikan bayi rasa puas. Pemberian makan yang cukup lama, untuk setidaknya membuat satu payudara menjadi lebih lunak, memberi cukup kalori yang di butuhkan untuk meningkatkan berat badan, menjarangkan jarak antar menyusui dan mengurangi pembentukan gas dan kerewelan bayi karena kandungan lemak yang lebih tinggi ini akan dicerna lebih lama (Woolridge, Fisher, 1988). Bayi baru lahir yang cukup bulan dan sehat memiliki tiga refleks yang diperlukan untuk membuat psoses menyusui berhasil: refleks rooting, menghisap dan menelan. Akan tetapi, untuk menyusui secara efisien, beberapa bayi memerlukan latihan untuk mengoordinasi mengisap, menelan dan bernapas.

C. Refleks Menyusui pada Ibu

Tiga refleks maternal utama sewaktu menyusui ialah sekresi prolaktin, ereksi puting susu dan refleks let-down. Prolaktin merupakan hormon laktogenik yang penting untuk memulai dan mempertahankan sekresi susu. Stimulus isapan bayi mengirim pesan ke hipotalamus yang merangsang hipofisis anterior untuk melepas prolaktin, suatu hormon yang meningkatkan produksi susu oleh sel-sel alveolar kelenjar mamaria. Jumlah prolaktin yang disekreksi dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan dengan besarnya stimulus isapan yaitu frekuensi, intensitas, dan lama bayi menghisap (Garza, Hopkinson, 1988; Lawrence, 1994; Worthington-Roberts, 1993).

Stimulus puting susu oleh mulut bayi menyebabkan ereksi. Refleks ereksi puting susu ini membantu mendorong susu melalui sinus-sinus laktiferus ke pori-pori puting susu.

Ejeksi susu dari alveoli dan duktus susu terjadi akibat refleks let-down. Akibat stimulus isapan, hipotalamus melepas oksitosin dari hipofisis posterior. Stimulasi oksitosin membuat sel-sel mioepitel di sekitar alveoli di dalam kelenjar mamaria berkontraksi. Kontraksi sel-sel yang menyerupai otot ini menyebabkan susu keluar melalui sistem duktus dan masuk kedalam sinus-sinus laktiferus, dimana susu tersedia untuk bayi (Lawrence, 1994).

Refleks let-down dapat dirasakan sebagai sensasi kesemutan atau dapat juga ibu tidak merasakan sensasi apa pun. Tanda-tanda lain let-down adalah tetesan susu dari payudara sebelum bayi mulai memperoleh susu dari payudara ibu dan susu menetes dari payudara lain yang tidak sedang dihisap oleh bayi. Kram uterus selama menyusui disebabkan oleh kerja oksitosin terhadap uterus dan peningkatan perdarahan per vagina selama atau sesaat setelah menyusui. Banyak ibu mengalami refleks let-down hanya karena berfikir tentang bayinya atau mendengar bayi lain menangis. Refleks let-down dapat terjadi selama aktivitas seksual karena oksitosin dilepas selama orgasme. Kebanyakan ibu merasa sangat rileks atau mengantuk setelah mereka menyusui. Peningkatan rasa haus juga merupakan tanda bahwa proses menyusui berlangsung baik.

Walaupun sikap ibu terhadap menyusui dapat merupakan faktor yang sangat penting untuk mencapai keberhasilan laktasi, tetapi bukti banyak bayi tetap selamat walaupun ibunya berada dalam kondisi yang sangat lelah sekalipun, membuktikan bahwa laktasi tidak membutuhkan tempat yang ideal (Bobak, 2005).

19 D. Komposisi Gizi ASI

Dalam buku Bahiyatun (2009) Air susu ibu dalam stadium laktasi dibedakan menjadi:

1. Kolostrum

Merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar payudara, mengandung tissue debris dan residual material yang terdapat dalam alveoli dan duktus dari kelenjar payudara sebelum dan setelah masa puerperium. Disekresi oleh kelenjar payudara dari hari ke-1 sampai hari ke-3 dan komposisi dari kolostrum ini dari hari ke hari selalu berubahdengan warna kekuning-kuningan dan lebih kuning daripada susu yang matur. Kolostrum juga merupakan pencahar yang ideal untuk membersihkan meconium dari usus bayi yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan makanan bayi bagi makanan yang akandating dan lebih banyak mengandung protein daripada ASI yang matur, tetapi berbeda dari ASI yang matur.

Kolostrum lebih banyak mengandung antibody daripada ASI yang matur. Selain itu, dapat memberikan perlindungan bagi bayi sampai umur 6 bulan dan memiliki kadar karbohidrat dan lemak yang lebih rendah daripada ASI yang matur serta mineral (terutama natrium, kalium dan klorida) lebih tinggi daripada susu matur. Vitamin yang larut dalam lemak lebih tinggi daripada ASI yang matur, sedangkan vitamin

yang larut dalam air dpaat lebih tinggi atau lebih rendah. Bila dipanaskan akan menggumpal, sedangkan ASI matur tidak. Terdapat tripsin inhibitor sehingga hidrolisis protein yang ada di dalam usus bayi menjadi kurang sempurna. Hal ini akan lebih banyak menambah kadar antibody pada bayi dan volumenya berkisar 150-300 ml/ 24 jam.

2. Air susu masa peralihan

Merupakan ASI peralihan dari kolostrum menjadi ASI yang matur, disekresi dari hari ke-4 sampai dengan hari ke-10 dari masa laktasi. Ada pendapat bahwa ASI matur baru terjadi pada minggu ke-3 sampai minggu ke-5. Kadar protein makin rendah, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak serta volume juga semakin meningkat. Komposisi ASI menurut Klein dan Osten adalah satuan gram/100 ml

3. Air susu matur

Merupakan ASI yang disekresi pada hari ke-10 dan seterusnya, komposisi relative konstan. Ada pendapat yang menyatakan bahwa komposisi ASI relative konstan mulai minggu 3 sampai minggu ke-5.Merupakan cairan berwarna putih kekuningan yang berasal dari Ca-kasein, riboflafin dan karoten yang terdapat di dalamnya. Terdapat faktor anti microbial didalamnya yaitu antibodi terhadap bakteri dan virus, sel (fagosit granulosit dan makrofag serta limfosit tipe T), enzim (lisozim, laktoperosidase, lipase, katalase, fosfatase, amilase,

fosfodieterase, alkalifosfatase), protein (laktiferin, B12 binding protein), faktor resisten terhadap stafilokokus, Sel penghasil interferon, laktoferin merupakan suatu iron binding protein yang bersifat bakteriostatik kuat terhadap Escherichia coli dan juga menghambat pertumbuhan Candida albicans, Lactobacillus bifidus merupakan koloni kuman yang memetabolisasi laktosa menjadi asam laktat yang menyebabkan rendahnya Ph sehingga pertumbuhan kuman pathogen dapat dihambat

Immunoglobulin memberi mekanisme pertahanan yang efektif terhadap bakteri dan virus (terutama IgA) dan bila bergabung dengan komplemen dan lisozim merupakan suatu antibacterial nonspesifik yang mengatur pertumbuhan flora di usus

Faktor leukosit pada pH ASI mempunyai pengaruh mencegah pertumbuhan kuman pathogen (efek bakteriostatis dicapai pada Ph sekitar 7,2)

(Bahiyatun, 2009)

E. Lama dan Frekuensi Menyusui

Menyusui bayi sebaiknya tanpa dijadwal, karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena sebab lain (misalnya karena buang air) atau ibu sudah merasa perlu menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat

mengosongkan satu payudara dalam 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan kosong dalam waktu 2 jam. Perhatikan tanda-tanda bila bayi sudah cukup ASI. Pada awalnya, bayi akan menyusu dengan jadwal yang tidak teratur, dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1 sampai 2 minggu kemudian. Menyusui yang dijadwalkan akan berakibat kurang baik. Hal ini disebabkan oleh isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui ASI tanpa jadwal dan sesuai kebutuhan bayi, akan mencegah banyak masalah yang mungkin timbul (Bahiyatun, 2009).

F. Tanda kecukupan ASI

Bayi berkemih 6 kali dalam 24 jam dan warnanya jernih sampai kuning muda, bayi sering buang air besar berwarna kekuningan dengan bentuk “berbiji”, bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun dan tidur cukup, bayi setidaknya menyusu 10-12 kali dalam 24 jam, Payudara ibu terasa lunak dan kosong setiap kali selesai menyusui, Ibu dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI, setiap kali bayi mulai menyusu dan berat badan bayi bertambah (Bahiyatun, 2009).

G. Cara menyusui yang benar

Proses menyusui harus santai dan nyaman bagi ibu, ibu dapat duduk dengan bersandar, gunakan bantal untuk mengganjal bokong bayi. Menyusui bisa dimulai dari payudara kanan dengan meletakkan kepala bayi pada siku

kanan bagian dalam dengan posisi badan bayi menghadap badan ibunya. Tangan kanan memegang bokong dan paha bayi. Sangga payudara kanan dengan tangan kiri, tetapi tidak di bagian yang hitam lalu sentuh mulut bayi dengan puting susu anda untuk memberi rangsangan, bila bayi membuka mulut masukkan seluruh puting susu sebanyak mungkin sampai daerah areola tertutupi dan dekap bayi hingga ujung hidung bayi menyentuh payudara anda, ibu jari menekan sedikit payudara sehingga bayi bayi dapat bernafas.

Menyusui dapat terjadi kurang lebih 10-15 menit, lepaskan isapan bayi dengan menekan dagunya atau memasukkan jari kelingking yang bersih ke sudut mulut bayi. Sebelum dilanjutkan dengan menyusu pada payudara lain, sendawakan dahulu bayi agar tidak muntah dengan cara membuat posisi bayi menempel di pundak ibu (Ida ayu, 2009).

H. Posisi dalam menyusui

1. Posisi menggendong atau cradle position

Letakkan kepala bayi di lekuk lengan.Pegang badan dan bokong bayi dengan tangan dan lengan anda. Bayi berbaring menghadap anda. Payudara berada di depan muka bayi. Letakkan tangan bayi yang satu di belakang tubuh anda seperti posisi merangkul.

2. Posisi memegang kepala atau football position

Dengan cara meletakkan (menyelipkan bayi pada lengan bawah seperti memegang bola football dengan kepala bayi berada pada tangan anda.

Ini adalah posisi yang baik untuk ibu dengan operasi Caesar atau bayi yang kecil. Posisi ini akan mengurangi tekanan pada bagian perut. 3. Posisi miring atau lie on your side

Posisi tubuh ibu miring ke satu sisi dengan bayi menghadap ibu (berhadapan).Anda dapat menggunakan beberapa bantal untuk menyokong kepala dan pundak anda.Posisi ini baik untuk ibu dengan operasi Caesar atau yang masih sulit untuk duduk.

Dokumen terkait