• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1 SEJARAH DAN PERKEMBANGANNYA

UKM PWN sebenarnya sudah berbentuk PT. dan berdiri berdiri sejak awal tahun 2002 yang merupakan cikal bakal pendiriannya, namun pada saat itu UKM PWN belum resmi memakai nama PT. hal ini karena belum memiliki status badan hukum dan hanya merupakan sebuah usaha perorangan yang di miliki oleh H. Ede Kadarusman yang bertempat di Jl.Raya kamojang 002/007 Kp. Legok Pulus Desa Sukakarya Kecamatan Samarang Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat.

Pada mulanya, perusahaan ini bergerak di sektor agribisnis murni yang memfokuskan diri dalam sektor pertanian jenis sayuran. Pada saat itu H. Ede Kadarusman adalah seorang pegawai sebuah BUMN, sehingga usaha ini merupakan bisnis sampingan setelah pekerjaannya sebagai karyawan. Oleh karena itu, belum ada pemikiran dari pihak H. Ede Kadarusman untuk membuat legalitas atau badan hukum dari bisnisnya tersebut. Setelah H. Ede Kadarusman mengambil program pensiun dini dari perusahaan tempatnya bekerja maka H. Ede Kadarusman mulai fokus terhadap bisnis ini dengan segera membuat status badan hukum dengan bentuk PT. Bersama beberapa orang temannya maka terbentuklah PT. PWN. Hal yang mendasari H. Ede untuk mengubah status menjadi PT. semata-mata adalah untuk mempermudah dalam proses pemasarannya, terutama pemasaran ekspor. Karena untuk bisa melakukan ekspor, maka perusahaan harus sudah berbadan hukum. Sebagaimana diketahui bahwa hampir 99% minyak akar wangi diekspor. Produk unggulan waktu itu adalah kentang, namun selain itu juga memiliki produk pertanian yang lainnya. Setelah sekitar dua tahun lebih beroperasi dan mengalami peningkatan, baru pada awal tahun 2005 memiliki status badan hukum berdasarkan keputusan Menteri Hukum dan HAM Nomor: C- 28396HT.01.01.TH.2005 dengan Notaris Irdawati Bachtiar, SH. Pada saat mulai naiknya harga komoditi minyak akar wangi (Vetiver oil) atau biasa disebut minyak usar oleh kalangan produsen di Garut yaitu sekitar awal tahun 2004, maka pemilik perusahaan waktu itu mengalihkan sekitar 60% bisnisnya untuk budidaya tanaman dan penyulingan minyak akar wangi.

Untuk dapat bersaing dengan para pelaku bisnis minyak akar wangi yang telah lebih dulu ada, maka saat itu H. Ede Kadarusman melakukan kerjasama permodalan dengan beberapa orang. Orang- orang yang terlibat secara langsung dalam pendirian diantaranya: H. Ede Kadarusman, Tatang Wahyudin, Aris Faizal, Kusna Muharam, dan Hj. Iis Jubaedah. Saat ini PT. PWN mempunyai lahan seluas 100 Ha. Dari total lahan yang dimiliki, skitar 20 Ha yang merupakan milik H. Ede, sedangkan sisanya merupakan tanah gabungan dari kelompok tani. Sampai saat ini PT. PWN telah memiliki pabrik penyulingan minyak akar wangi sendiri dengan luas lahan pabrik 2000 m2 serta memiliki dua buah ketel penyuling yang memiliki kapasitas produksi masing-masing 1.5-2 ton bahan baku akar wangi.

Pada awal berdirinya, perusahaan mendapatkan keuntungan yang besar dari bisnis penyulingan minyak akar wangi. Hal ini dikarenakan harga untuk komoditi ini sedang dalam harga yang cukup tinggi, yaitu mencapai angka Rp 750,000/kg. Namun menginjak akhir tahun 2004 harga minyak akar wangi terus menurun hingga mencapai titik terendah Rp 200,000/kg yang merupakan harga terendah sepanjang sejarah perkembangan. Pada tahun-tahun berikutnya harga minyak akar wangi berangsur- angsur membaik kembali.

Sebagaimana layaknya suatu perusahaan, PT. PWN sudah mempunyai landasan hukum yang kuat sesuai dengan peraturan-peraturan pemerintah yang ada, telah memenuhi persyaratan- persyaratan tersebut diatas. Surat-surat izin yang telah dimiliki yaitu:

32

1) Akte pendirian perusahaan

2) Tanda Daftar Perusahaan (TDP) 3) Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) 4) Surat Izin Tempat Usaha (ITU) 5) Izin lokasi dari BPN

6) Izin prinsip dari departemen perindustrian 7) Surat bukti kepemilikan tanah dari notaris.

4.2 VISI DAN MISI

PT. PWN sebagai perusahaan yang bergerak di bidang agroindustri minyak Atsiri (minyak akar wangi) memiliki visi dan misi besar untuk kelangsungan hidup perusahaan di masa yang akan datang. Visi dari PT. PWN yaitu “Menjadi Produsen Minyak Akar Wangi Utama yang Memenuhi Standar Internasional di Indonesia

Untuk mencapai suatu visi, maka dibutuhkanlah misi yang dapat menunjang pencapaian keberhasilan visi tersebut. Misi suatu perusahaan adalah tujuan (purpose) yang membedakannya dari perusahaan-perusahaan yang lain yang sejenis dan mengidentifikasi cakupan operasionalnya. Adapun misi yang ingin dicapai oleh PT. PWN diantaranya :

1. Meningkatkan keuntungan bagi perusahaan dan pendapatan bagi pemerintah dalam bentuk dividen, pajak, serta memeberikan manfaat bagi stakeholder

2. Menghasilkan minyak akar wangi dengan kualitas terbaik 3. Membuat produk-produk olahan dari minyak akar wangi 4. Selalu berusaha memenuhi kepuasan pelanggan

5. Memberikan nilai tambah kepada lingkungan masyarakat sekitar.

4.3 STRUKTUR ORGANISASI

PT. PWN memiliki seorang Komisaris serta Dewan Direksi yang beranggotakan satu Direktur Utama dan tiga anggota Dewan Direksi. Dewan direksi yang dimaksud antara lain: Direktur Pemasaran, Direktur Operasional, dan Direktur Keuangan. PT. PWN dipimpin oleh seorang Direktur Utama yaitu H. Ede Kadarusman dibawah pengawasan komisaris dan dibantu oleh tiga orang Direksi. Masing-masing Direksi mempunyai tugas dan wewenang yang berbeda, namun secara keseluruhan merupakan satu kesatuan yang saling mendukung untuk terciptanya tujuan perusahaan. Untuk memperjelas hubungan antar unit yang bersangkutan, dibawah ini disajikan struktur organisasi yang dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Struktur organisasi PT. Pulus Wangi Nusantara (Internal PT. Pulus Wangi Nusantara 2006)

Komisaris Hj.Iis Jubaedah Direktur Utama H. Ede K Dir.Keuangan Kusna Muharam Dir. Pemasaran

33

4.4 KETENAGAKERJAAN

PT. PWN memiliki pekerja sebanyak 66 orang dengan perincian sebagai berikut: 1. 20 orang pekerja laki-laki di kebun

2. 40 orang pekerja perempuan di kebun

3. 6 orang pekerja laki-laki di Pabrik penyulingan minyak akar wangi.

Para pekerja ini adalah warga sekitar yang mayoritas adalah buruh tani dengan taraf pendidikan SR (Sekolah Rakyat) atau setingkat dengan SD (Sekolah Dasar). Para pekerja dibayar perminggu,

biasanya dibayarkan setiap hari jum’at dengan hitungannya per lima jam sesuai dengan pekerjaannya

serta tidak membedakan gender. Para pekerja biasanya bekerja dari jam 7-12. Upah para pekerja ini perinciannya adalah sebagai berikut:

1. Upah harian pekerja di kebun perorang Rp 12,000/5 jam 2. Upah harian pekerja di pabrik perorang Rp 40,000/24 jam

3. Upah harian pekerja pada saat waktu panen perorang Rp 30,000/24 jam

Khusus untuk poin nomer tiga pekerja biasanya dibayar dengan sistem borongan dikarenakan hanya orang-orang tertentu saja yang bisa melakukan panen tanaman akar wangi dengan baik dan benar. Biasanya para pekerja untuk pekerjaan ini sudah dilakukan kontrak satu minggu sebelumnya. Hal ini disebabkan karena langkanya tenaga kerja untuk pekerjaan jenis ini sehingga menjadi rebutan para produsen minyak akar wangi yang lainnya.

4.5 PROSES PRODUKSI MINYAK AKAR WANGI

Proses produksi minyak akar wangi terdiri atas beberapa tahapan, mulai dari tahap penanaman, produksi, dan pengemasan. Akar wangi pada umumnya memiliki masa tanam selama satu tahun. Pada proses penanaman dilakukan beberapa proses seperti proses pemupukan dan proses penyiangan rumput. Penyiangan rumput ini dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu:

 Penyiangan rumput tahap pertama dilakukan selama 1.5-2 bulan  Penyiangan rumput tahap kedua yaitu pada bulan ke empat  Penyiangan rumput tahap ketiga yaitu pada bulan ke 6

 Pemupukan dilakukan pada bulan ke tiga sampai bulan ke empat. Pemupukan hanya dilakukan satu kali dalam setahun.

Proses persiapan lahan tanam dan pemupukan dapat dilihat pada Gambar 10 dan Gambar 11.

Gambar 10. Proses persiapan lahan tanam Gambar 11. Proses pemupukan

Tujuan dari penyiangan rumput ini yaitu untuk membersihkan rumput-rumut lain yang tumbuh di sekitar tanaman akar wangi, sehingga pertumbuhan akar wangi bisa menjadi cepat dan tidak terhambat. Setelah satu tahun penanaman, kemudian akar wangi siap untuk dipanen. Gambar 12 dan

34

Gambar 13 di bawah ini memperlihatkan suasana panen akar wangi dan akar wangi yang siap untuk didestilasi.

Gambar 12. Suasana panen akar wangi Gambar 13. Akar wangi hasil panen

Setelah akar wangi dipanen, kemudian dilakukan proses produksi. Proses produksi dimulai dengan proses penjemuran. Proses penjemuran dilakukan dengan menjemur akar wangi secara terbuka dengan menggunakan sinar matahari dan dilakukan hingga kurang lebih 70-80% akar wangi kering. Lamanya penjemuran tergantung dari cuaca. Tujuan dari proses pengeringan dengan penjemuran ini yaitu untuk mempercepat dalam proses penyulingan. Jika akar wangi yang akan disuling berada dalam kondisi yang kering, maka waktu yang diperlukan untuk proses penyulingan hanya 10-11 jam, beda halnya apabila akar wangi masih dalam kondisi basah, waktu yang diperlukan dalam proses penyulingan bisa mencapai 11-13 jam, sehingga akan lebih boros dalam penggunaan bahan bakar.

Setelah proses penjemuran, kemudian dilakukan proses perajangan. Tujuan dari proses perajangan yaitu untuk mempercepat dalam proses penyulingan dan membuat rendemen minyak akar wangi menjadi lebih banyak. Setelah proses perajangan, tahap berikutnya yaitu proses penyulingan. Akar yang sudah dikeringkan dan dirajang dimasukan ke dalam ketel penyulingan. Sistem penyulingan yang digunakan adalah gabungan sistem uap dan air atau biasa disebut sebagai sistem kukus. Proses penyulingan ini dimulai dengan memasukan air ke dalam ketel dilanjutkan dengan pemasukan akar wangi kedalamnya. Antara air dan akar wangi dibatasi oleh penyaringan. Operasi berlangsung selama 20 jam, dengan tekananan bertahap dari 1-3 bar. Minyak akar wangi dalam bahan baku akar akan hidrodifusi dan kemudian ikut ke fasa steam. Campuran steam dan minyak kemudian dikondensasi dalam kondensor. Setelah semua minyak dan steam terkondensasi, maka minyak akar wangi dan air dipisahkan di tangki pemisah. Minyak akan berada di atas, sedangkan air ada di fasa bawah. Sebelum dialirkan ke dalam wadah, uap air dan minyak yang berada dalam pipa akan menuju ke dalam bak pendingin yang berisi air. Uap air dan minyak memiliki bobot jenis yang berbeda, maka minyak dan uap air akan terpisah sendiri. Biasanya untuk memisahkannya pekerja juga menggunakan kain untuk menyaring minyak dari air kondensatnya.

Setelah proses penyulingan biasanya dilakukan aging. Aging adalah proses pendinginan minyak setelah disuling. Semakin lama aging, maka kualitas minyak yang dihasilkan akan semakin bagus. Setelah proses aging, maka dilakukan proses penyimpanan minyak ke dalam wadah untuk selanjutnya disimpan di rumah H. Ede.

Menurut Dewan Atsiri Indonesia (2009), minyak akar wangi dihasilkan melalui proses penyulingan uap pada tekanan bertingkat 1-3 atm selama 8-9 jam dengan laju destilasi 0.7-0.8 ltr destilat/kg akar/ jam. Rendemen rata-rata minyak akar wangi 1.5-2 %. Mutu minyak akar wangi yang dihasilkan tidak hanya bergantung pada umur akar, tetapi juga tergantung dari lamanya penyulingan. Bau gosong yang ditimbulkan dari penyulingan yang terlalu cepat dapat menurunkan mutu dan harga

35

minyak akar wangi yang diinginkan pembeli. Diagram alir proses produksi minyak akar wangi dapat dilihat pada Lampiran 3.

36

Dokumen terkait