• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.5 PERUMUSAN STRATEGI PEMASARAN

Perumusan strategi bertujuan untuk membantu pengambil keputusan dalam memilih strategi terbaik yang dapat diterapkan oleh pihak pengusaha (UKM). Pada perumusan strategi ini terdapat tiga tahap, yaitu tahap pengumpulan data atau tahap masukan, tahap analisis data atau tahap pencocokan, dan terakhir tahap pengambilan keputusan. Pengumpulan data dilakukan dengan mengumpulkan data primer maupun sekunder. Data primer diperoleh langsung dari wawancara dengan pihak terkait,

51

observasi langsung ke lapangan, dan pengisian kuesioner oleh tiga orang pakar yaitu satu pakar dari Asosiasi Dewan Atsiri Indonesia dan dua pakar lainnya berasal dari kalangan pengusaha minyak akar wangi yaitu direktur utamanya dan kepala bagian pemasarannya. Untuk data sekunder sendiri diperoleh dari pembukuan perusahaan, sumber pustaka seperti buku, internet, majalah, dan dari lembaga-lembaga pemerintahan seperti dari Departemen Perindustrian, Perdagangan, BPEN, BPS, dan dari Dewan Atsiri Indonesia.

Tahapan selanjutnya setelah dilakukan pengumpulan data yaitu dilakukan analisis terhadap lingkungan internal dan eksternal perusahaan yang kemudian dirumuskan menjadi faktor kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman perusahaan. Berdasarkan informasi tersebut, selanjutnya lingkungan internal dan eksternal dievaluasi dengan menggunakan matriks IFE dan matriks EFE yang kemudian dilanjutkan dengan tahap pencocokan menggunakan matriks IE dan SWOT. Matriks IE merupakan tahap pencocokan secara kuantitatif dan digunakan untuk mengetahui posisi perusahaan serta strategi yang sebaiknya digunakan oleh perusahaan, sedangkan matriks SWOT merupakan tahap pencocokan secara kualitatif dan digunakan untuk merumuskan alterntif strategi pemasaran yang dapat digunakan oleh perusahaan. Prioritas alternatif strategi yang terpilih akan di analisis dengan menggunakan matriks perencanaan strategis kuantitatif atau QSPM.

5.5.1Analisis Matriks IFE

Matriks IFE atau matrik evaluasi faktor internal merupakan langkah terakhir dalam melaksanakan audit manajemen strategis internal perusahaan. Alat perumusan strategi ini meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam area-area fungsional bisnis, dan juga menjadi landasan untuk mengidentifikasi serta mengevaluasi hubungan di antara area tersbut (David, 2009). Pemberian bobot dan rating pada matriks IFE dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Penilaian tersebut dilakukan oleh tiga orang responden yang ahli dalam bidang atsiri khususnya akar wangi, serta kepada responden yang paham mengenai kondisi perusahaannya dan memiliki jabatan yang penting dalam perusahaannya. Hasil penilaian bobot dan peringkat faktor strategis internal dapat dilihat pada Lampiran 6.

Tabel 13 di bawah ini merupakan hasil analisis matriks IFE menghasilkan total skor sebesar 2.200. Total skor IFE mengindikasikan bahwa kemampuan UKM Pulus Wangi Nusantara dalam merespon lingkungan internalnya masih dibawah rata-rata. Menurut David (2009), skor bobot total di bawah 2.5 mencirikan organisasi yang lemah secara internal, sedangkan skor yang secara signifikan berada di atas 2.5 mengindikasikan posisi internal yang kuat. Adapun kekuatan utama dari UKM PWN adalah telah mampu melaksanakan ekspor secara langsung, yang artinya UKM tersebut sudah bisa memenuhi persyaratan ekspor (secara administratif) dengan skor tertinggi yaitu sebesar 0.436. Hal ini menjadi kekuatan utama karena di Garut sendiri masih sangat sedikit, bahkan bisa dihitung banyaknya UKM yang sudah pernah melakukan ekspor secara langsung. Selain itu untuk bisa mewujudkan visi perusahaan untuk bisa bersaing di pasar internasional adalah kemampuan UKM dalam melakukan ekspor secara langsung yang didukung oleh persyaratan-persyaratan administratif yang tentunya masih sedikit dimiliki oleh UKM lain yang berada di Indonesia terutama di Garut. Kelemahan utama dari UKM PWN yaitu kontinuitas produksi yaitu produksi belum bisa berjalan secara kontinu yang disebabkan oleh beberapa faktor dengan skor terkecil yaitu 0.132. Hal ini menjadi kelemahan utama perusahaan karena untuk bisa menjalin kerjasama jangka panjang dengan pembeli, salahsatu persyaratannya yaitu produksi minyak akar wangi yang dihasilkan harus kontinu, terutama jika UKM telah melakukan kerjasama dengan pihak importir dari negara luar. Inilah yang menjadi salahsatu kendala terbesar UKM PWN dalam melakukan kegiatan ekspornya secara langsung, yaitu ketidaksanggupan UKM dalam memenuhi permintaan importir untuk bisa memasok minyak akar

52

wangi secara kontinu, sehingga pada akhirnya UKM ini terpaksa untuk menjual ke eksportir-eksportir Indonesia bahkan jika produksi minyak akar wanginya sedikit terpaksa dijual ke pengumpul di Garut sehingga laba yang diperoleh pun tidak terlalu memuaskan. Hasil pengolahan matriks IFE dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Hasil pengolahan matriks IFE UKM PWN

No Faktor Internal Bobot Rating Skor

Kekuatan

1

UKM PWN telah memenuhi persyaratan ekspor (secara

administratif)

0.109

4.000

0.436

2

Diversifikasi produk

0.097

3.667

0.356

3

Fasilitas laboratorium

0.085

3.000

0.255

4

Memiliki lahan perkebunan sendiri

0.083

3.333

0.277

Kelemahan

1

Kontinuitas produksi

0.132

1.000

0.132

2

Struktur organisasi tradisonal, SDM, dan skill pekerja

belum cukup terlatih

0.109

2.000

0.218

3

Modal atau finansial

0.132

1.333

0.176

4

Teknologi yang digunakan

0.104

1.667

0.173

5

Informasi akses pasar

0.148

1.333

0.197

Total 1.000 2.200

5.5.2

Analisis Matriks EFE

Menurut David (2009), matriks evaluasi faktor eksternal memungkinkan para penyusun strategi untuk meringkas dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografis, lingkungan, politik, pemerintahan, hukum, teknologi, dan kompetitif. Matriks EFE diperoleh dari hasil penilaian responden mengenai sejauh mana faktor-faktor strategis eksternal memberikan pengaruh terhadap perusahaan. Sama halnya seperti pada matriks IFE, pada matriks EFE pun menggunakan kuesioner. Pengisian kuesioner dilakukan oleh tiga orang responden yang sama pada matriks IFE. Hasil penilaian bobot dan peringkat faktor strategis eksternal dapat dilihat pada Lampiran 7.

Berdasarkan Tabel 14 di bawah ini, analisis matriks EFE menghasilkan total skor sebesar 2.589. Total skor EFE tersebut mengindikasikan bahwa kemampuan UKM PWN dalam merespon lingkungan eksternalnya diatas rata-rata, sehingga bisnis penyulingan ini dapat dikatakan cukup berhasil, mampu menarik keuntungan dari peluang eksternal dan menghindari ancaman yang menghadang perusahaan. Peluang utama dalam perusahaan ini yaitu minyak akar wangi Indonesia yang sudah dikenal dengan brand Java Vetiver Oil dengan skor tertinggi yaitu sebesar 0.389. Hal ini menjadi peluang utama, karena di pasaran internasional minyak akar wangi Indonesia terkenal dengan keunggulannya yaitu memiliki kadar vetiverol ±50%. Ancaman utama yaitu kecanggihan teknologi negara pesaing dengan skor terkecil yaitu sebesar 0.119. Hal ini menjadi ancaman utama karena dengan canggihnya teknologi negara pesaing, maka akan menghasilkan minyak akar wangi dengan kualitas yang bagus, selain itu walaupun di Negara pesaing lahan perkebunannya masih sangat tebatas, akan tetapi jika teknologi yang digunakan sudah modern dan dalam proses produksinya itu

53

menggunakan teknologi penyulingan yang benar, maka proses penyulingan minyak akar wangi menjadi lebih efektif dan efisien dan rendemen yang dihasilkan pun menjadi optimal. Minyak akar wangi dengan kualitas yang bagus tentu saja akan menjadi incaran negara konsumen minyak akar wangi, dan tentu saja ini akan sangat mengancam jumlah permintaan minyak akar wangi Indonesia dan harga minyak akar wangi Indonesia.

Tabel 14. Hasil pengolahan matriks EFE UKM PWN

No Faktor Eksternal Bobot Rating Skor

Peluang

1

Kebutuhan dunia terhadap minyak akar wangi

0.109 2.333 0.254

2

Indonesia memiliki brand Java Vetiver Oil

0.106 3.667 0.389

3

Belum ada produk substitusi minyak akar wangi

0.070 2.000 0.140

4

Adanya Dewan Atsiri Indonesia (DAI) sebagai

fasilitator bagi para UKM

0.083 2.667 0.221

5

Adanya dukungan pemerintah

0.086 3.667 0.315

Ancaman

1

Kebijakan pemerintah dan Lingkungan Hidup

terhadap penggunaan bahan bakar

0.097 3.667 0.356

2

Teknologi negara pesaing lebih canggih

0.089 1.333 0.119

3

Persaingan bahan baku di dalam negeri

0.100 2.000 0.200

4

Adanya isu lingkungan akibat penyulingan akar

wangi

0.076 2.667 0.203

5

Harga minyak akar wangi yang cenderung fluktuatif

0.111 2.000 0.222

6

Pertukaran atau kurs mata uang

0.073 2.333 0.170

Total 1.000 2.589

5.5.3Analisis Matriks IE

Analisis matriks I-E digunakan untuk mengetahui posisi UKM PWN saat ini. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan alat bantu berupa kuesioner penentuan bobot dan peringkat oleh para pakar yang dapat dilihat pada Lampiran 8. Matriks I-E didasarkan pada total skor yang diperoleh dari matriks IFE dan EFE. Nilai matriks IFE sebesar 2.200 sedangkan nilai matriks EFE sebesar 2.589. Melalui total skor dalam matriks IFE dan EFE, maka dapat digambarkan posisi UKM PWN dalam matriks I-E seperti pada Gambar 15.

54

TOTAL FAKTOR INTERNAL (IFE)

4.0 Kuat 3.0 Sedang 2.0 Lemah (3.0-4.0) (2.0-2.99) (1.0-1.99) T O T Tinggi A (3.0-4.0) L F A K T O Sedang R (2.0-2.99) E K S T E R Rendah N (1.0-1.99) A L I II III IV V (2.200 : 2.589) VI VII VIII IX

Gambar 15. Posisi UKM PWN dalam matriks IE

Berdasarkan pada matriks I-E, UKM PWN berada pada posisi sel V yaitu pada tahap menjaga dan mempertahankan (hold and maintain). Posisi ini akan menentukan strategi pemasaran yang dapat diterapkan oleh perusahaan. Menurut David (2009), strategi yang sebaiknya diterapkan pada posisi ini adalah strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Strategi penetrasi pasar yaitu suatu strategi yang mengusahakan peningkatan pangsa pasar untuk produk dan jasa yang ada di pasar saat ini melalui upaya-upaya pemasaran yang lebih besar, sedangkan strategi pengembangan produk adalah sebuah strategi yang mengupayakan peningkatan penjualan dengan cara memperbaiki atau memodifikasi produk atau jasa yang ada saat ini. Pengembanagn produk biasanya membutuhkan pengeluaran yang besar untuk penelitian dan pengembangan. Menurut Pearce dan Robinson (2008), strategi pengembangan produk seringkali digunakan untuk memperpanjang siklus hidup dari produk yang ada saat ini maupun untuk memanfaatkan reputasi atau merek yang menguntungkan. Hal ini sesuai dengan kondisi perusahaan saat ini, yang mana perusahaan sedang mengupayakan pengembangan dan diversifikasi produk, seperti adanya berbagai minyak yang dibuat dengan kualitas yang berbeda-beda, adanya pengembangan produk kerajinan tangan, pengaplikasian akar wangi ke dalam produk pangan (kopi akar wangi), dan berencana untuk membuat produk olahan dari minyak akar wangi seperti kosmetik, sabun, dan lain-lain. Strategi pengembangan produk juga perlu dilakukan dalam rangka meningkatkan kualitas produk.

Penerapan strategi penetrasi pasar penting untuk dilakukan mengingat masih tingginya permintaan dunia terhadap minyak akar wangi yang belum bisa dipenuhi oleh negara produsen

55

minyak akar wangi. Hal ini karena pemain utama dalam bisnis ini di dunia memang masih sangat terbatas. Saat ini hanya beberapa negara saja yang menjadi produsen utama, yaitu Haiti, Indonesia, China, India, Brazil, dan Jepang (Lavania, 2003), sehingga peluang pasar masih sangat besar dan sangat perlu dilakukan peningkatan produksi untuk memenuhi permintaan dunia sehingga bisa memperluas pangsa pasar.

5.5.4

Analisis Matriks SWOT

Menurut David (2009) analisis SWOT adalah sebuah alat pencocokan yang penting yang membantu para manajer mengembangkan empat jenis strategi, yaitu strategi SO (kekuatan-peluang), strategi WO (kelemahan-peluang), strategi ST (kekuatan-ancaman) dan strategi WT (kelemahan- ancaman). Analisis SWOT merumuskan alternatif-alternatif strategi pemasaran yang bisa digunakan oleh UKM PWN dalam melakukan pemasarannya berdasarkan kondisi perusahaan saat ini yang digambarkan pada matriks I-E. Alternatif strategi pemasaran yang dihasilkan melalui analisis SWOT disusun dengan menggunakan kombinasi antara faktor-faktor strategis internal dan eskternal yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Hasil analisis SWOT UKM PWN dapat dilihat pada Lampiran 9. Berdasarkan analisis matriks SWOT, dirumuskan beberapa alternatif strategi pemasaran, yaitu sebagai berikut:

1. Strategi SO

Strategi SO adalah suatu cara yang digunakan untuk memanfaatkan kekuatan internal perusahaan untuk menarik keuntungan dari peluang eksternal (David, 2009). Berdasarkan analisis matriks SWOT pada UKM PWN, dihasilkan tiga alternatif strategi SO yaitu: 1) Meningkatkan kapasitas produksi untuk memenuhi permintaan pasar, 2) Melakukan strategi ekspor langsung dengan memanfaatkan bantuan pemerintah maupun DAI, dan 3) Melakukan pengembangan dan diversifikasi produk dalam rangka perluasan pasar

Meningkatkan kapasitas produksi untuk memenuhi permintaan pasar sangat penting untuk dilakukan. Hal ini karena melihat peluang pasar yang masih sangat terbuka untuk berkembangnya bisnis penyulingan minyak akar wangi, selain itu permintaan dunia terhadap minyak akar wangi sebesar ± 250- 300 ton/tahun yang belum bisa dipenuhi oleh pebisnis minyak akar wangi. Indonesia sendiri dalam empat tahun terakhir produksi minyak akar wanginya hanya berkisar 30-35 ton/tahun (DAI 2007-2010). Oleh karena itu perlu adanya peningkatan dan optimalisasi produksi guna memenuhi permintaan dunia.

Untuk bisa masuk dan berkompetisi di Pasar internasional, maka salahsatu strategi yang harus dilakukan yaitu direct exporting (ekspor secara langsung). Disamping kekuatan terbesar yang sudah dimiliki UKM PWN yaitu sudah terpenuhinya persyaratan dalam melakukan ekspor (secara administratif), perusahaan pun harus peka terhadap kekuatan dan peluang yang dimiliki yang bisa menunjang pemasaran ekspornya, misalnya saja dengan memanfaatkan berbagai bantuan baik itu dari DAI, maupun dari pemerintah. Bantuan dari DAI yang bisa dimanfaatkan yaitu mengenai informasi akses pasar dan teknologi yang bisa diterapkan dalam proses produksi minyak sehingga menghasilkan kualitas bagus yang bisa memenuhi standar internasional. Bantuan dari pemerintah sendiri seperti bantuan dalam bentuk penyuluhan, bantuan modal, ataupun peralatan untuk menunjang kegiatan operasional produksi. Dengan mendayagunakan seluruh kekuatan dengan optimal, maka peluang pun akan mudah diraih.

Alternatif yang ketiga dari strategi SO adalah melakukan pengembangan dan diversifikasi produk dalam rangka perluasan pasar. Hal ini penting untuk dilakukan mengingat tidak semua negara memiliki kebutuhan yang sama terhadap produk minyak akar wangi. Beberapa negara lebih tertarik

56

membeli produk minyak akar wangi kualitas regular, namun beberapa negara lainnya lebih memilih minyak akar wangi dengan kualitas premium. Sejauh ini permintaan pembeli lebih cenderung untuk membeli minyak akar wangi dengan kualitas regular, walaupun sebenarnya kualitas premium lebih bagus, hal ini berkaitan dengan pertimbangan harga yang ditawarkan. Selain itu diversifikasi produk penting untuk dilakukan mengingat harga minyak akar wangi yang cenderung fluktuatif. Dengan adanya diversifikasi produk akar wangi, maka dapat meminimalisir kemungkinan kerugian akibat ketidakstabilan harga minyak akar wangi.

2. Strategi WO

Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal dengan cara mengambil keuntungan dari peluang eksternal. Menurut Rangkuti (2008), pada kondisi ini perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi di lain pihak perusahaan menghadapi beberapa kelemahan internal. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

Berdasarkan analisis matriks SWOT pada UKM PWN, dihasilkan tiga alternatif strategi WO yaitu : 1) Meningkatkan kontinuitas produksi dengan menjalin kerjasama dengan penyuplai bahan bakar, memanfaatkan bantuan DAI dan bantuan pemerintah, 2) Peningkatan kualitas dengan cara melatih para pekerja dan perbaikan teknologi, dan 3) Memperbaiki sistem manajemen dan sistem informasi, terutama informasi pemasaran (akses pasar).

Alternatif yang pertama yaitu meningkatkan kontinuitas produksi dengan menjalin kerjasama dengan penyuplai bahan bakar, memanfaatkan bantuan DAI dan bantuan pemerintah. Hal ini penting untuk dilakukan mengingat untuk menjalin suatu kerjasama yang kontinu dengan negara pengimpor atau dengan pelanggan, maka salah satu persyaratan utama yang diminta oleh pelanggan adalah kontinuitas produksi. Dengan memanfaatkan bantuan pemerintah dan DAI sebaik mungkin, UKM PWN berpeluang untuk meningkatkan kontinuitas produksinya. Sejauh ini kontinuitas produksi UKM PWN terkendala pada bahan baku dan bahan bakar. Bahan baku akar wangi selama ini diperoleh dari perkebunan sendiri dan dari petani-petani baik itu petani di daerah Samarang, maupun di luar daerah Samarang. Banyaknya IKM penyulingan akar wangi di daerah Garut, mengakibatkan para pelaku IKM tersebut berlomba-lomba untuk memperoleh bahan baku akar wangi dalam jumlah banyak, agar minyak yang dihasilkan relatif banyak dan bisa memenuhi permintaan pembeli. Sejauh ini UKM PWN sudah menjalin kerjasama dengan para petani akar wangi di Samarang dengan di tiga daerah penghasil akar wangi lainnya yaitu Cilawu, Leles, dan Bayongbong. Hal ini dilakukan untuk memperlancar pasokan bahan baku untuk pembuatan minyak akar wangi. Hal lain yang bisa dilakukan oleh UKM PWN yaitu dengan meminta bantuan pemerintah, terutama pemerintah daerah setempat untuk bisa mempertimbangkan kebijakan mengenai penetapan luas penanaman akar wangi, yaitu untuk meningkatkan areal penanaman perkebunan akar wangi. Hal ini mengingat masih sedikitnya market share Indonesia dalam memenuhi permintaan minyak akar wangi dunia yang salah satu penyebabnya adalah keterbatasan bahan baku untuk produksi. Selain keterbatasan bahan baku, hal lain yang menghambat kontinuitas produksi yaitu adanya kebijakan pemerintah terhadap penggunaan bahan bakar. Hal ini bisa diatasi dengan membuka jaringan dan menjalin kerjasama dengan para peyuplai bahan bakar dengan memanfaatkan bantuan DAI untuk kelancaran pasokan bahan bakarnya.

Peningkatan kualitas dengan cara melatih para pekerja dan perbaikan teknologi sangat penting untuk dilakukan. Hal ini mengingat bahwa SDM UKM PWN masih belum cukup terlatih dalam melakukan proses produksi minyak akar wangi. Selain itu perlu juga dilakukan pelatihan terhadap pihak manajemen agar bisa mengambil keputusan scara bijak dan bisa mengambil langkah-langkah yang harus diambil oleh perusahaan secara cepat dan tepat. Pelatihan SDM ini bisa dilakukan dengan

57

meminta bantuan dari pihak pemerintah seperti Departemen Pertanian, Departemen Perkebunan, dan Departemen Perindustrian Perdagangan, juga bisa memanfaatkan bantuan dari DAI, dengan meminta diskusi dengan pakar-pakar minyak akar wangi yang ada di DAI. Dengan demikian, kemampuan para pekerja operasional maupun para manajer di perusahaan bisa lebih meningkat dan lebih berkualitas. Selain pelatihan SDM, perbaikan teknologi sangat penting untuk dilakukan, hal ini karena teknologi yang digunakan di UKM PWN masih bersifat semi tradisional sehingga rendemen dan kualitas minyak yang dihasilkan masih belum optimal. Hal ini tentunya akan sangat mempengaruhi terhadap permintaan negara importir. Negara importir sangat mementingkan kualitas minyak akar wangi yang dihasilkan dan kekontinuitasan prduksi minyak akar wangi. Jika UKM PWN ingin mendapatkan pelanggan yang tetap dan loyal, maka peningkatan kontinuitas produksi dan peningkatan kualitas sangat penting untuk diperhatikan. Untuk bisa melakukan hal tersebut tentu harus didukung oleh teknologi yang menunjang proses produksinya.

Untuk bisa bersaing di pasaran internasional, maka salah satu hal yang penting untuk diperhatikan yaitu penguasaan terhadap informasi akses pasar. Selama ini UKM PWN hanya mendapatkan informasi dari pihak DAI (itu pun masih terbatas) dan dari media internet. Ketertutupan eksportir terhadap para UKM, terutama mengenai informasi harga, membuat pihak UKM tidak memiliki posisi tawar yang kuat dalam menentukan harga. Oleh karena itu strategi yang bisa dilakukan untuk meminimalisir hal seperti ini yaitu dengan memperbaiki sistem manajemen dan sistem informasi, terutama informasi pemasaran (akses pasar). Untuk bisa mengetahui perkembangan pasar internasional, UKM PWN harus berani melakukan ekspor langsung dan menjalin kerjasama dengan importir, selain itu perlu dilakukan studi banding terhadap negara-negara produsen minyak akar wangi dunia. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan aktif mengikuti kegiatan pameran, baik nasional maupun internasional, memiliki kemampuan negosiasi yang baik dengan para anggota DAI dan pemerintah. Dalam pelaksanaannya tidak cukup sulit, hal ini dikarenakan Direktur Utama, H. Ede Kadarusman merupakan salahsatu anggota DAI (Ketua Asosiasi Minyak Atsiri Jawa Barat) yang sudah mengetahui seluk beluk dan prosedur yang harus dilakukan untuk bisa memperluas jaringan dan memperluas informasi akses pasarnya.

3. Strategi ST

Strategi ST menggunakan kekuatan sebuah perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak ancaman eksternal (David, 2009). Menurut Rangkuti (2008) pada posisi ini perusahaan masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar). Berdasarkan analisis matriks SWOT pada UKM PWN, dihasilkan strategi ST yaitu dengan melakukan diversifikasi dan pengembangan produk akar wangi beserta pengolahan limbahnya.

Agar tetap bisa bersaing di pasar domestik maupun pasar internasional, suatu perusahaan harus memiliki inovasi ataupun pembeda dari perusahaan lain, terutama dari produk yang ditawarkan. Oleh karena itu, strategi diversifikasi produk merupakan salah satu strategi yang tepat yang bisa diterapkan oleh perusahaan pada posisi ini. Hal ini mengingat kekuatan yang dimiliki perusahaan yaitu adanya lahan perkebunan sendiri untuk pasokan bahan baku, adanya fasilitas berupa laboratorium yang dapat digunakan untuk penelitian dan pengembangan, serta adanya diversifikasi produk yang pernah dilakukan sebelumnya oleh pihak perusahaan. Pengembangan produk harus terus dilakukan untuk mengatasi ancaman eksternal yang mungkin datang. Selain itu, limbah yang dihasilkan dari hasil penyulingan minyak akar wangi dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan kompos, dan

58

kerajinan tangan, atau mungkin dengan penelitian lebih lanjut bisa dimanfaatkan lagi menjadi sesuatu yang lebih memiliki nilai tambah.

4. Strategi WT

Strategi WT merupakan taktik defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman eksternal (David, 2009). Pada posisi ini perusahaan menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal. Berdasarkan analisis matriks SWOT pada UKM PWN, dihasilkan dua alternatif strategi WT, yaitu: 1) Adanya pelatihan manajemen organisasi dan teknis operasional produksi yang rutin, dan 2) Membuka jaringan, kerjasama dan mencari tahu sebanyak banyaknya mengenai informasi akses pasar.

Pada posisi ini perusahaan menghadapi posisi yang sulit, yaitu berada pada posisi yang lemah dan menghadapi ancaman dari luar. Hal yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan pelatihan manajemen organisasi dan teknis operasional produksi secara rutin. Pada situasi ini pihak manajemen harus bisa mengambil langkah yang cepat dan tepat untuk keberlanjutan usahanya. Hal yang bisa dilakukan yaitu dengan meningkatkan kualitas SDM dengan melakukan pelatihan dan penyuluhan secara sederhana yang sebelumnya sudah pernah dilakukan. Pelatihan terhadap SDM tersebut harus tetap dipertahankan, karena dengan latihan dan penyuluhan secara rutin walaupun kondisi perusahaan

Dokumen terkait