• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.1. Organisasi Pertamina

PT Pertamina (Persero) mengemban tugas negara (Public Service Obligation) untuk mengusahakan dan mengembangkan potensi sumber daya alam minyak, gas, dan panas bumi berdasarkan pada landasan idiil yaitu Pancasila dan landasan konstitusional UUD 1945 pasal 33. Selain itu, landasan operasionalnya adalah UU Migas No.22 tahun 2001, sebagai pengganti UU No.8 tahun 1971, khusus tentang Pertamina.

Berakhirnya PSO BBM menyebabkan perubahan mindset di tubuh Pertamina. Salah satunya adalah perubahan bisnis dari perusahaan nonprofit menjadi perusahaan dengan orientasi profit. Perubahan mindset yang disertai dengan perubahan logo ini diharapkan akan diikuti pula oleh perubahan budaya korporat menjadi lebih baik lagi, mencakup budaya malu, budaya disiplin, budaya teladan, budaya jujur, dan budaya kerja keras. Dari segi organisasi, PT Pertamina (Persero) dipimpin oleh seorang direktur utama yang membawahi empat direktorat, yaitu:

1. Direktur Hulu

2. Direktur Hilir atau Pengolahan 3. Direktur Pengembangan 4. Direktur Keuangan

Jajaran Direktorat Hilir saat ini memiliki tujuh Unit Pengolahan (UP), yaitu: 1. UP I Pangkalan Brandan dengan kapasitas 5.000 barrel/hari

2. UP II Dumai dan sungai Pakning dengan kapasitas 170.000 barrel/hari 3. UP III Plaju dan sungai Gerong dengan kapasitas 135.000 barrel/hari 4. UP IV Cilacap dengan kapasitas 348.000 barrel/hari

5. UP V Balikpapan dengan kapasitas 270.000 barrel/hari 6. UP VI Balongan dengan kapasitas 125.000 barrel/hari 7. UP VII Kasim Papua dengan kapasitas 10.000 barrel/hari

Pertamina UP IV Cilacap memiliki wilayah kegiatan (lihat Lampiran 3) dengan luas areal sebagai berikut :

1. Kilang dan kantor 203,19 Ha

2. Jalur pipa 12,77 Ha

3. Terminal minyak atau pelsus 50,97 Ha 4. Perumahan atau Mess 100,80 Ha

5. Rumah Sakit 10,27 Ha

6. Sarana olahraga atau rekreasi 69,71 Ha

4.1.1. Visi, Misi, Tujuan, dan Strategi Unit Pengolahan IV

1. Visi : menjadi kilang minyak yang kompetitif di dunia.

2. Misi : mengolah minyak bumi menjadi produk Bahan Bakar Minyak (BBM) dan Non Bahan bakar Minyak (NBM) untuk memenuhi kebutuhan pasar.

3. Tujuan : memuaskan konsumen dan meningkatkan kesejahteraan pekerja dengan meningkatkan kinerja perusahaan yang berwawasan lingkungan dan berstandar internasional yang dikelola secara profesional.

4. Motto : bekerja dalam kebersamaan untuk keunggulan konsumen.

5. Strategi : penyempurnaan konfigurasi kilang, orientasi maksimum profit, berwawasan lingkungan, peningkatan kehandalan peralatan dan operasi, pemanfaatan teknologi informatika dan otomatisasi, percepatan pembangunan budaya kerja baru

6. Nilai-nilai unggulan : sikap jujur, tegakkan disiplin, sadar biaya, puaskan pelanggan.

4.1.2. Fungsi Tiap Unit Kerja

Pertamina UP IV Cilacap memiliki 11 unit kerja berdasarkan fungsionalnya (lihat Lampiran 4), yang memiliki fungsi sebagai berikut :

1. Perencanaan dan Perekonomian

Berfungsi melakukan sejumlah perencanaan perusahaan termasuk di dalamnya bidang perekonomian.

2. Enjiniring (Perekayasaan) dan Pengembangan

Melakukan sejumlah pengaturan yang berkaitan dengan permesinan termasuk di dalamnya mesin-mesin yang beroperasi di kilang serta mengkoordinir bidang pengembangan.

3. Keuangan

Melakukan pembukuan perusahaan serta mengatur pemasukan dan pengeluaran perusahaan

4. Umum

Mengkoordinasi sejumlah agenda yang bersifat umum 5. Lingkungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (LKKK)

Mengkoordinasi usaha-usaha untuk menjamin lingkungan kerja yang aman serta tunjangan berupa jaminan keselamatan kerja.

6. Sistem Informasi dan Komunikasi

Mengatur jalannya arus informasi dan komunikasi. 7. Jasa dan Sarana Umum

Mengatur masalah pelayanan berupa sarana umum baik yang berkaitan dengan karyawan maupun pelayanan bagi masyarakat.

8. Sumber Daya Manusia (SDM)

Mengkoordinasi masalah kepegawaian atau personalia, antara lain hal rekrutmen, pemindahan bagian, mutasi karyawan, dan sebagainya.

9. Jasa Pemeliharaan Kilang (JPK)

Mengatur hal-hal yang berkaitan dengan kilang minyak 10. Rumah Sakit Pertamina Cilacap (RSPC) Swadana

Memberikan pelayanan kesehatan bagi karyawan dan juga masyarakat luas. 11. Kilang

Mengkoordinasi kerja dan proses pengolahan minyak di kilang minyak Cilacap. Struktur organisasi Fungsi Kilang dapat dilihat pada Lampiran 4.

4.2. Kilang Unit Pengolahan IV 4.2.1. Sejarah Kilang UP IV

Kilang unit pengolahan IV didirikan di Cilacap untuk memenuhi kebutuhan BBM di Jawa yang merupakan daerah konsumen terbesar di indonesia. Kilang

dengan kapasitas terbesar di Indonesia ini dibangun dalam 4 tahap. Tahap pertama (1974-1976) adalah pembangunan kilang minyak pertama yang dikenal dengan Fuel Oil Complex I (FOC I), tahap kedua (1981-1983) adalah pembangunan kilang minyak kedua (FOC II), tahap ketiga (1988-1990) adalah pembangunan kilang Paraxylene untuk memenuhi kebutuhan bahan baku Pusat Aromatik Plaju, dan tahap keempat (1998-1999) adalah proyek Debottlenecking, yaitu pengembangan kapasitas Kilang Cilacap mengingat laju permintaan BBM dari tahun ke tahun yang makin meningkat.

1. Kilang Minyak I

Kilang Minyak I dibangun tahun 1974 dengan kapasitas semula 100.000 barrel/hari. Kilang Minyak I beroperasi sejak diresmikan Presiden RI tanggal 24 Agustus 1976. Sejalan dengan peningkatan kebutuhan konsumen, tahun 1998-1999 ditingkatkan kapasitasnya melalui debottlenecking project sehingga menjadi 118.000 barrel/hari. Kilang ini dirancang untuk memproses bahan baku minyak mentah dari timur tengah, dengan maksud selain mendapatkan BBM sekaligus untuk mendapatkan produk NBM yaitu bahan dasar pelumas (lube oil base) dan aspal yang sangat dibutuhkan di dalam negeri. Pilihan megolah minyak dari Timur Tengah mengingat karakter minyak dari dalam negeri tidak bisa menghasilkan bahan dasar pelumas dan aspal.

2. Kilang Minyak II

Kilang Minyak II dibangun tahun 1981, dengan pertimbangan untuk pemenuhan kebutuhan BBM dalam negeri yang terus meningkat. Kilang yang mulai beroperasi 4 Agustus 1983 setelah diresmikan Presiden RI, memiliki kapasitas awal 200.000 barrel/hari. Kemudian mengingat laju peningkatan kebutuhan BBM di tanah air, sejalan dengan proyek peningkatan kapasitas (debottlenecking) pada tahun 1998-1999, kapasitasnya juga ditingkatkan menjadi 230.000 barrel/hari. Kilang ini mengolah minyak cocktail, yaitu tidak saja minyak dari dalam negeri tetapi juga dicampur minyak impor.

3. Kilang Petrokimia Paraxylene

Berdasarkan pertimbangan tersedianya bahan baku naphta yang cukup dari kilang minyak Cilacap, adanya sarana pendukung seperti dermaga, tangki, dan

utilitas, serta terbukanya peluang pasar baik di dalam maupun luar negeri, maka pada tahun 1988 dibangun kilang Petrokimia Paraxylene Cilacap guna memenuhi kebutuhan bahan baku untuk Pusat Aromatik Plaju, sekaligus upaya meningkatkan nilai tambah produk kilang BBM. Kilang ini mengolah naphta 590.000 ton/tahun menjadi produk utama Paraxylene, Benzene, dan produk-produk samping lainnya. Dengan beroperasinya kilang Paraxylene sejak tahun 1990, Pertamina Unit Pengolahan IV semakin berperan penting, bukan saja sebagai penghasil terbesar BBM, satu-satunya penghasil bahan dasar minyak pelumas dan aspal serta jantung distribusi BBM pulau Jawa, tetapi juga penghasil produk petrokimia.

4.2.2. Aktivitas Kerja Fungsi Kilang

Kilang UP IV memiliki empat unit kerja yang menjalankan aktivitas kerja masing-masing, yaitu :

1. Unit Produksi I yang memproduksi BBM terdiri dari Bagian Utilities, Bagian Terminal, Bagian Fuel Oil Complex (FOC) I dan FOC II. Aktivitas kerja di masing-masing bagian adalah sebagai berikut :

 Utilities berfungsi menyediakan dan mendistribusikan seluruh kebutuhan utilitas yang terdiri dari tenaga listrik, steam, cooling water, treated water, jacket water, air instrument, fuel oil, dan fuel gas untuk kebutuhan kilang.  Terminal berfungsi (1) menerima minyak mentah dari kapal ke tanki

penimbunan, (2) menyiapkan feed (umpan) ke unit operasi FOC I dan FOC II, (3) menerima produk dari unit operasi ke tanki penimbun dan melaksanakan blending hingga menjadi finish product, (4) melaksanakan transfer pengiriman finish product ke unit pemasaran maupun ekspor, dan (5) manajemen slop, yaitu kumpulan tumpahan berbagai jenis minyak.  FOC I bertugas mengolah minyak mentah menjadi produk BBM,

penyediaan bahan baku unit kilang NBM dan hasil samping Non BBM sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan.

 FOC II bertugas sama dengan FOC I, secara garis besar menjalankan : (1) aktivitas operasional yaitu aktivitas rutin berupa memasak minyak mentah, pemenuhan spesifikasi, (2) aktivitas operasi maintenance yaitu pemenuhan

sarana dan prasarana (kebutuhan chemical, material dan peralatan, notifikasi kerusakan alat), dan (3) aktivitas terkait dengan SDM yaitu pengaturan anak buah.

2. Unit Produksi II yang memproduksi NBM berupa pelumas dan petrokimia terdiri dari Bagian Lube Oil Complex (LOC) I dan Sulphur Recovery Unit (SRU), Bagian LOC II, Bagian LOC III, dan Bagian Paraxylene.

 LOC I dan SRU, LOC II, dan LOC III mengolah long residue dari FOC I guna menghasilkan produk lube base oil seperti HVI-95, 160S, 160B, 650, produk aspal, Minarex, Parafinic, slack wax (lilin) sesuai dengan target yang ditetapkan di awal baik dari segi kualitas dan kuantitas, aman bagi lingkungan dan pekerja, dan mengupayakan penggunaan energi yang optimal sehingga efisien dalam bahan bakar dan biaya.

 Paraxylene bertugas mengkonversi produk paraxylene, benzene, dan heavy aromate dari feed heavy naphta.

3. Unit Reliabilitas terdiri dari Bagian Perencanaan dan Sistem Keandalan serta Bagian Pengendalian dan Keandalan.

 Rel-Perencanaan menjalankan aktivitas kerja berupa : (1) menyusun rencana kerja pemeliharaan kilang setiap tahun, (2) mengendalikan realisasi rencana terhadap anggaran, (3) melakukan analisis keandalan peralatan kilang.

 Rel-Pengendalian memiliki tugas utama mengadakan pemeriksaan dan pengujian guna menentukan kondisi dari setiap peralatan kilang dan kemudian memberikan rekomendasi dan saran-saran tentang perbaikan atau penggantian bila diperlukan sehingga peralatan kilang dapat dioperasikan dalam keadaan aman dan andal.

4. Bagian Laboratorium

Laboratorium kilang melaksanakan : (1) kontrol kualitas produk jadi, setengah jadi, bahan baku, dan bahan kimia penunjang proses, (2) kontrol kualitas lingkungan atau baku mutu lingkungan, (3) penerapan sistem mutu ISO 17025 dalam rangka menjamin mutu produk Kilang UP IV.

Aktivitas produksi kilang dapat dilihat dalam Lampiran 5 dan 6, yaitu gambar Block Diagram FOC I LOC I/II/III dan Block Diagram FOC II dan Paraxylene. Terdapat pula sarana penunjang operasi kilang yang terdiri dari : 1. Bengkel Pemeliharaan

2. Pelabuhan khusus 3. Tangki Penimbunan

4. Sistem Informasi dan Komunikasi

5. Lindungan Lingkungan dan Keselamatan Kerja

4.3. Jenis Produk, Pemanfaatan dan Distribusi 4.3.1. Unit Produksi I

Unit Produksi I memproduksi BBM dan NBM yang dihasilkan oleh Kilang FOC I dan FOC II. Jenis produk BBM dan NBM tersebut dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini :

Tabel 3. Jenis produk Unit Produksi I

Fuel Oil Complex I Fuel Oil Complex II No.

BBM NBM BBM NBM

1. Premium LPG Premium LPG

2. Kerosene Avtur Kerosene Naphta

3. ADO/IDO Naphta ADO/IDO LSWR

4. Long residue IFO

Produk BBM dimanfaatkan untuk industri dan transportasi. Untuk meningkatkan kemampuan dan keamanan distribusi maka produk BBM unit pengolahan IV Cilacap disalurkan melewati pipa yang telah dibangun Unit Pembekalan dan Pemasaran dalam Negeri IV Cilacap Group ke lokasi distribusi di Jawa Barat, Jawa Tengah, maupun daerah istimewa Yogyakarta.

Distribusi ke bagian barat dilakukan melalui jalur pipa Cilacap-Tasikmalaya-Padalarang-Ujung Berung (Bandung), sedangkan ke bagian timur melalui pipa Cilacap-Maos-Rewulu (Yogyakarta) sampai ke Teras (Boyolali). Kemudian untuk mencapai daerah konsumen lainnya, BBM diangkut dengan truk-truk tanki dan tangki kereta api. Distribusi BBM untuk Jakarta, Surabaya, dan Indonesia bagian timur dipasok dengan sarana transportasi kapal tanker.

4.3.2 Unit Produksi II

Unit produksi II memproduksi bahan dasar pelumas atau lube base oil dan petrokimia. Lube base oil diproduksi oleh Lube Oil Complex (LOC) I, II, dan III., sedangkan petrokimia dihasilkan oleh kilang Paraxylene. Jenis produk Unit Produksi II dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Jenis produk Unit Produksi II

Unit Produksi No.

LOC I LOC II LOC III Petrokimia

1. Minarex-A Slack Wax Asphalt Paraxylene

2. Minarex-B Minarex-H Slack Wax Benzene

3. Slack Wax Asphalt LPG

4. Parafinic-60 VGO Raffinate

5. Asphalt Heavy Aromate

6. VGO Tolluena

Base Oil Group I  HVI-60  HVI-95  HVI-160S  HVI 650

Base Oil Group II  LMO-95

 MMO-160S

Base Oil Group III  LMO-4

 MMO-8

1. Lube Base Oil

Jenis-jenis produk yang ada berupa HVI-60, HVI-95, HVI-160S, HVI-650. Bahan dasar pelumas digunakan sebagai bahan baku pembuatan minyak pelumas berbagai jenis. Bahan dasar pelumas ini dicampur dan ditambah aditif menjadi pelumas, seperti merk Mesran dan sejenisnya yang banyak ditemui di pasaran, untuk permesinan baik berat maupun ringan, juga untuk bahan baku kosmetika. Sejalan dengan peningkatan kapasitas melalui debottlenecking project pada tahun 1998 sampai dengan 1999, dibangun LOC III, sehingga kapasitasnya semakin meningkat, dari semula 225.000 ton/tahun, terdiri dari : - LOC I kapasitas 98.000 ton/tahun

- LOC II kapasitas 212.000 ton/tahun - LOC III kapasitas 118.000 ton/tahun

Tidak hanya kuantitas meningkat, pada pasca debottlenecking, unit LOC I, II, dan III kualitasnya ditingkatkan sesuai standar mutu nasional maupun internasional dan dapat dioperasikan secara fleksibel, sehingga mampu melakukan diversifikasi produk, serta mampu memproduksi bahan dasar

pelumas sesuai dengan kualitas dan grade permintaan pasar baik base oil group I, II, maupun III. Karena itu, lube base oil produksi UP IV banyak pula dibeli oleh berbagai produsen pelumas merk terkenal. Produksi base oil ini dipasarkan di dalam dan luar negeri.

2. Slack Wax

Produk ini dimanfaatkan untuk seal document, electrolit condenser, tinta cetak, karbon, finishing barang yang terbuat dari kulit, dan industri kertas. Saat ini kapasitas produksi Slack Wax sebesar 330 ton/hari. Pemasaran produksi Slack Wax Pertamina UP IV ditujukan untuk pasar dalam negeri dan juga diekspor ke luar negeri.

3. Aspal

Kilang Pertamina UP IV merupakan satu-satunya yang menghasilkan produk aspal di tanah air. Kapasitas produksinya ditingkatkan setelah debottlenecking dari semula 520 kiloton/tahun menjadi 720 kiloton/tahun. Adapun jenis produksi aspal UP IV yaitu Penetrasi 60/70 dan Pen-80/100. Produk aspal dengan kualitas yang telah teruji selama ini dipasarkan dalam bentuk bulk (curah) maupun drum, digunakan untuk pengaspalan jalan berbagai kelas dan pembangunan sarana umum lainnya di tanah air. Selain itu, produk aspal UP IV dimanfaatkan untuk bahan perekat kedap air, bahan pelindung atau coating antikarat, isolasi listrik, kedap suara atau penyekat suara dan getaran bila digunakan pada lantai.

4. Pertamina Extract (Minarex)

Sebagaimana diketahui bahwa minyak mentah dapat diolah menjadi berbagai produk, tidak hanya BBM tetapi juga produk non BBM (NBM) maupun produk petrokimia lainnnya. Pada proses ekstraksi di LOC I, II, dan III tidak hanya dihasilkan base oil, parafinic, asphalt, dan IFO, tetapi juga dihasilkan produk extract yang diberi nama Pertamina Extract (Minarex). Jenis produk Minarex yang diproduksi adalah Minarex-A, Minarex-B, dan Minarex-H. Senyawa hydrocarbon yang dihasilkan oleh kilang ini setelah diteliti bermanfaat untuk kebutuhan pemrosesan bagi industri karet ban dan tinta cetak. Total kapasitas produksi Minarex sebesar 135.616 ton/tahun.

5. Liquefied Petroleum Gas (LPG)

Produk ini dimanfaatkan untuk kebutuhan gas rumah tangga, yaitu untuk memasak dan dipasarkan di dalam negeri.

6. Parafinic Oil

Parafinic oil digunakan untuk processing oil pada produk karet jadi, yaitu sebagai :

- Bahan pembantu pada industri karet seperti ban, tali kipas, dan suku cadang kendaraan.

- Processing oil dan extender untuk polymer karet alam dan sintetis. - Base oil untuk tinta cetak.

Produk petrokimia dihasilkan oleh kilang Paraxylene. Total kapasitas kilang ini sebesar 590.000 ton/tahun, dengan jenis produk yang dihasilkan sebagai berikut :

1. Paraxylene

Produk Paraxylene sebagian untuk memenuhi kebutuhan bahan baku Pusat Aromatik di UP III Plaju. Di Kilang Aromatik Plaju tersebut, bahan ini diolah menjadi Purified Therepthalic Acyd (PTA) yang selanjutnya dimanfaatkan sebagai bahan baku benang bagi industri tekstil. Sebagian produk ini juga siekspor ke luar negeri.

2. Benzene

Produk Benzene dimanfaatkan sebagai bahan dasar industri petrokimia dan seluruh produknya diekspor ke luar negeri.

3. Raffinate

Produk ini dimanfaatkan untuk blending premium dan selama ini dipasarkan di dalam negeri.

4. Heavy Aromatic

Produk ini dimanfaatkan sebagai pelarut atau solvent dan dipasarkan di dalam negeri. Kapasitas produksi Heavy Aromatic sebesar 11.461 ton/tahun.

5. Toluena

Produk ini dimanfaatkan sebagai bahan dasar industri petrokimia dan dipasarkan di dalam negeri. Kapasitas produksi produk Toluena sebesar 12.127 ton/tahun.

Dokumen terkait