• Tidak ada hasil yang ditemukan

Profil Usaha

Usaha yang dilakukan oleh Bapak Rodi dimulai pada tahun 2000, diawali dengan 4 buah akuarium dan tekad berusaha yang kuat usaha beliau semakin berkembang dari tahun ke tahun. Bapak Rodi adalah salah satu tokoh sekaligus pelopor yang memanfaatkan potensi ikan hias melalui pembudidayaan ikan hias air tawar khususnya ikan jenis Neon tetra di jalan Indah RT 03 RW 06, Kelurahan Curug, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok. Saat ini jumlah total akuarium yang Bapak Rodi miliki mencapai kurang lebih 2000 unit. Beberapa unit usaha yang diusahakan oleh Bapak Rodi meliputi usaha pembenihan dengan jumlah akuarium yang digunakan sebanyak 500 unit, usaha pembesaran ikan hias neon tetra yang dimulai pada awal tahun 2008 dengan jumlah akuarium sebanyak 300 unit dan usaha pemasaran ikan hias neon tetra dengan jumlah akuarium yang digunakan sebanyak 1200 unit. Volume produksi usaha pemasaran Bapak Rodi sebesar 300.000 sampai dengan 400.000 ekor per bulan.

Pada tanggal 13 Mei 2006 Bapak Rodi memiliki ide untuk mendirikan suatu wadah bagi para pembudidaya ikan hias serupa dengan nama Pokdakan Curug Jaya (PCJ) bersama dengan sembilan belas orang pembudidaya ikan hias air tawar yang bermukim serta melakukan usaha di Kelurahan Curug dan sekitarnya. Latar belakang pendirian PCJ adalah keinginan para pendiri untuk meningkatkan kesejahteraan mereka melalui sebuah wadah kelompok sekaligus melanjutkan hubungan kekeluargaan yang sudah terjalin di antara mereka. Para pendiri merasa melakukan usaha budidaya dalam wadah kelompok dapat meningkatkan daya tawar mereka terhadap konsumen serta memudahkan mereka dalam hal operasional.

Nama Curug Jaya dipilih sebagai nama kelompok karena menggambarkan harapan mereka bahwa PCJ akan membawa kejayaan kesejahteraan bagi para anggota dan masyarakat sekitar khususnya di Kelurahan Curug. Bersamaan dengan pemilihan nama kelompok, pemilihan ketua kelompok PCJ menghasilkan

keputusan bahwa BapakRodi yang merupakan seorang supplier merangkap sebagai pembudidaya ikan hias air tawar menjadi ketua kelompok sementara. Walaupun demikian, seiring berjalannya waktu, BapakRodi dikukuhkan sebagai ketua kelompok resmi PCJ

Di tahun 2009 PCJ berhasil menjadi pemenang lomba kinerja kelompok pembudidaya perikanan tingkat Kota Depok. Selanjutnya pada tahun 2010 PCJ berhasil menjadi kelompok pembudidaya ikan hias terbaik tingkat Provinsi Jawa Barat dan kemudian puncaknya pada bulan Desember 2010 PCJ berhasil mendapatkan penghargaan Adibakti Mina Bahari dari Menteri Kelautan dan Perikanan sebagai Juara I Bidang Perikanan Budidaya Kategori Ikan Hias yang merupakan penghargaan puncak tingkat nasional. Menurut Ketua Penyuluh Pertanian Kota Depok sebagai salah satu anggota tim penilai PCJ, alasan utama terpilihnya PCJ sebagai pokdakan berprestasi diantaranya adalah kepedulian sosial PCJ yang tinggi dan sistem penjualan satu pintu yang baik.

Hal ini membuktikan bahwa dengan pengalaman dan keahlian BapakRodi dalam membudidayakan ikan hias neon tetra . selaku ketua PCJ telah berhasil mensejahterakan anggota kelompok.

Struktur Organisasi

Struktur organisasi yang berada dalam usaha yang dijalan Bapak Rodi masih sangat sederhana, dengan memanfaatkan sumber daya manusia yang berasal dari dalam keluarganya sendiri. Diantaranya BapakRodi sebagai ketua, istri sebagai tenaga administrasi dan beberapa pegawai/rekan yang berasal dari keluarga besar Bapak Rodi adapun struktur organisasi tersebut dapat dilihat seperti dibawah ini.

Gambar 3: Struktur Organisasi pada Usaha Bapak Rodi

Sistem pembayaran pada karyawan pada masa percobaan selama tiga bulan Rp 500.000,-/bulan dengan uang mingguan (diluar gaji) sebesar Rp 25.000,- dan setelah masa percobaan gaji pokok menjadi Rp 900.000,- dengan uang mingguan sebesa Rp 50.000,-. Untuk rekanan menggunakan sistem berbentuk bagi hasil dari

Ketua Administrasi Rekan/pegawai pembenihan Rekan, usaha pembesaran Rekan/pegawai pemasaran

keuntungan hasil penjualan ikan hias, bagi hasil pendapatan dapat berbentuk 50 persen pendapatan untuk pemilik, yaitu Bapak Rodi dan 50 persen pendapatan untuk rekanan atau 60 persen pendapatan untuk pemilik dan 40 persen pendapatan untuk rekanan. Hal tersebut didasarkan pada penanggungan biaya operasional.

Untuk usaha pembesaran sendiri Bapak Rodi mempercayakannya kepada salah seorang keluarganya, yaitu Bapak Marpudin. Sistem kerjasama yang dilakukan berupa bagi hasil 50 persen pendapatan untuk pemilik yaitu Bapak Rodi dan 50 persen pendapatan untuk rekanan yaitu Bapak Marpudin. Hal ini dilakukan karena lahan dan biaya operasional ditanggung oleh rekanan dan akuarium serta benih berasal dari Bapak Rodi.

Lokasi Budidaya

Lokasi bangunan yang digunakan untuk usaha pembesaran ikan hias neon tetra sendiri berada di rumah Bapak marpudin yang terletak di jalan Pelopor RT 01 RW 08, Kelurahan Curug, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok. lahan yang digunakan untuk budidaya pembesaran ikan hias neon tetra 200 m2, dengan kapasitas akuarium sebanyak 300 unit dengan volume produksi kurang lebih .

Kegiatan Produksi Pembesaran

Benih ikan hias yang sudah dipindahkan pada akuarium pembesaran dapat diberikan pakan cacing darah (Tubivex. sp) dengan takaran satu gelas campuran cacing darah dan air ke dalam satu akuarium pembesaran. Pemberian pakan pellet dapat dilakukan pada ikan hias yang sudah mencapai ukuran M ke atas, akan tetapi para pembudidaya lebih sering menggunakan pakan cacing darah saja. Pada umur dua bulan ikan hias akan dapat mencapai ukuran SM, kemudian pada umur dua setengah bulan akan dapat mencapai ukuran M. Pada umur tiga bulan akan dapat mencapai ukuran ML, pada umur empat bulan akan dapat mencapai ukuran L, dan pada umur lima bulan ke atas akan dapat mencapai ukuran XL atau biasa disebut ukuran jumbo. Sedangkan pada umur enam bulan akan dapat dijadikan indukkan ikan hias. Masing-masing ukuran dan variasi panjang tubuh pada masing-masing ukuran dapat dilihat pada tabel di bawah.

Usaha pembesaran ikan neon tetra yang dilakukan oleh Bapak Rodi dimulai dengan benih ikan neon tetra dalam ukuran S sampai dengan ukuran yang diinginkan, akan tetapi Bapak Rodi sendiri biasanya melakukan pembesaran sampai ukuran yang disesuaikan dengan permintaan pasar, tapi Bapak Rodi lebih sering menjual ikan hias neon tetra pada ukuran M atau ML. Penjualan ikan hias Bapak Rodi dilakukan oleh sendiri selaku ketua dari Pokdakan Curug Jaya 1 yang merangkap sebagai supplayer ikan hias, saat ini volume penjualan yang dilakukan Bapak Rodi mencapai 300.000 sampai dengan 400.000 ekor per bulan. Jumlah tersebut di dapat dari hasil menggabungkan ikan hias neon tetra dengan anggota kelompok lainnya atau para petani ikan hias lainnya diluar dari anggota. Adapun beberapa ukuran ikan hias neon tetra dapat dilihat dari Tabel 6.

Tabel 6 Harga jual ikan hias pokdakan curug jaya pada eksportir tahun 2013

Ukuran Neon Tetra Ukuran (cm) Harga (Rp/ekor)

S 1.2 100 SM 1.8 300 M 2 350 ML 2.3 450 L 2.5 600 XL 2.8 750

Sumber : Pokdakan Curug Jaya (2013)

Usaha pembesarn ikan hias Neon tetra diawali dengan beberapa tahap dari mulai persiapan sampai dengan pemanenan.

Penyiapan Akuarium

Akuarium yang digunakan berukuran 100 x 50 x 35 cm. Persiapan wadah dimulai dengan mencuci akuarium sampai bersih lalu dikeringkan dengan melap seluruh dinding dan dasar bagian dalam akuarium dengan busa kering. Selanjutnya akuarium diisi dengan air. Air yang biasa digunakan oleh Bapak Rodi untuk pemeliharaan pembesaran ikan Neon tetra adalah air sumur yang disaring dengan saringan kain halus. Sebaiknya sebelum digunakan air diendapkan terlebih dulu selama 3 – 5 hari. Pengendapan air dapat dilakukan di dalam tandon air. Akuarium diisi air sampai mencapai ketinggian 25 cm atau volume air dalam akuarium mencapai 125 liter. Apabila menggunakan air yang telah diendapkan, tambahkan larutan methylene blue atau bias dikenal oleh pembudidaya dengan nama obat biru 0.2 ppm sebanyak 3,75 ml dan garam sebanyak 98,5 gram atau segenggam orang dewasa. Apabila menggunakan air yang tidak diendapkan terlebih dulu, tambahkan 7,5 ml larutan obat biru dan segenggam orang dewasa. Aduk agar bahan-bahan yang dimasukkan ke dalam air melarut dan tercampur merata. Kemudian dipasang 1 sampai 2 titik aerasi.

Penebaran Benih

Penebaran benih dapat dilakukan setelah wadah pemeliharaan ikan selesai dipersiapkan. Penebaran benih ikan hias tetra biasanya dimulai dari benih berukuran S dengan panjang ikan 1 – 1.5 cm. Jumlah benih yang ditebarkan adalah 500 ekor per akuarium. Untuk mendapatkan ukuran benih yang seragam dilakukan penyortiran benih dengan menggunakan serok untuk memisahkan ukuran benih yang berbeda.

Penebaran benih ikan neon tetra dapat dilakukan setiap saat. Cara menebarkan benih adalah sebagai berikut : benih ikan ditempatkan dalam wadah atau kantung plastik, lalu wadah yang berisi ikan tersebut diapungkan

dipermukaan air dalam wadah pemeliharaan beberapa waktu sampai suhu air di kedua wadah tersebut sama. Lalu dengan perlahan wadah benih dimiringkan agar terjadi pencampuran air dan ikan dengan sendirinya masuk ke air dalam wadah pemeliharaan. Selama pemeliharaan ikan berlangsung dilakukan kegiatan pemberian pakan, pengelolaan air dan pengendalian penyakit ikan setiap hari secara rutin. Setelah dicapai ukuran yang diinginkan maka masa pemeliharaan berakhir dan dilakukan kegiatan pemanenan ikan.

Pemberian Pakan

Selama pemeliharaan, benih ikan hias neon tetra harus diberi pakan. Pakan yang diberikan adalah pakan alami, yaitu kutu air dan cacing darah dan pakan tambahan atau selingan berupa pelet. Pakan alami untuk jenis pakan berupa kutu air didapat dengan mencari ke alam atau secara alami, ciri-ciri pakan alami yang memiliki kualitas baik yaitu warnanya yang cenderung berwarna merah cerah sedangkan apabila pakan alami tersebut dalam keadaan tidak baik warnanya akan terlihat pucat dan berbau tidak sedap. Sedangkan untuk pakan berupa pellet biasanya memiliki kandungan nutrisi yang cukup. Pakan yang memiliki kualitas baik dan sesuai dapat dilihat dari respon ikan terhadap pakan tersebut. Usaha yang dijalankan oleh Bapak Rodi, kutu air di dapat dengan bekerjasama dengan beberapa pembudidaya lele atau mencari langsung ke sungi-sungai yang berada di dekat lingkungan budidaya. Sedangkan untuk pakan alami berupa pakan cacing darah didapatkan dengan cara membeli, keduanya umumnya diberikan dalam keadaan hidup. Frekuensi pemberian pakan adalah 3 (tiga) kali sehari, yaitu pagi pukul 7.00, siang pukul 13.00, dan sore hari pukul 17.00. Kutu air diberikan pada pagi dan sore hari, masing-masing pemberian sebanyak 170 ml atau sekitar dua sendok makan kutu air untuk 500 ekor ikan hias dalam akuarium pemeliharaan. Cacing darah diberikan pada siang hari secukupnya, biasanya berkisar antara 3 – 5 sendok makan. Untuk pakan buatan berupa pellet sendiri diberikan sebagai pakan selingan, apabila pakan alami megalami kekurangan. Hal ini dilakukan dalam upaya untuk menekan biaya produksi karena harga pakan pellet sendiri relative lebih mahal dibandingkan dengan pakan buatan, selain itu pakan pellet tidak menjamin dapat memberikan sumber nutrisi seperti yang didapat pada pakan alami. Pakan alami diberikan dengan cara menebarkan pakan secara merata ke seluruh media pemeliharaan ikan. Pakan alami yang diberikan adalah pakan yang telah dicuci terlebih dulu dengan air, agar bersih dari kotoran, spora maupun lumpur. Kutu air dan cacing darah dibersihkan dengan cara menempatkan masing- masing pakan tersebut pada wadah terpisah yang berisi air bersih, kemudian disaring dan dibilas dengan air bersih. Kutu air yang telah dibersihkan disimpan sebagian untuk pemberian sore hari. Cacing darah yang telah dibersihkan dapat digunakan untuk 3 (tiga) hari kemudian apabila diperlakukan dengan baik.

Pengelolaan Air

Selama pemeliharaan ikan hias tetra di dalam akuarium, air media pemeliharaan harus dikelola agar kualitasnya tetap baik untuk kehidupan ikan. Kualitas air yang cocok dengan kehidupan ikan hias neon tetra yaitu air yang memiliki suhu berkisar antara 20 - 25°C dengan pH 5,5 – 7,0 (Anonim, 2005). Air

media pemeliharaan akan kotor dengan adanya aktivitas ikan dan pemberian pakan. Hal ini dapat dilihat dengan semakin keruhnya air dan terdapat kotoran yang mengendap di dasar akuarium. Air yang kotor dapat menimbulkan masalah seperti peningkatan kandungan racun yang berbahaya bagi ikan. Kotoran berupa feses ikan dan sisa pakan yang mati akan mengurai dalam air dan menghasilkan racun. Kotoran dalam air media pemeliharaan dapat dikurangi jumlahnya dengan cara penyiponan dan pergantian sebagian air. Penyiponan feses ikan dan sisa pakan dapat dilakukan dengan menggunakan selang. Ujung selang yang satu di tempatkan dalam akuarium dan yang satunya lagi ditaruh di lantai dengan bantuan gravitasi atau gaya tarik bumi, air akan tersedot ke bawah. Ujung selang dalam akuarium dapat diarahkan ke kotoran yang akan dibuang.

Kegiatan penyiponan dapat mengurangi jumlah air dalam akuarium, sehingga perlu ditambahkan air baru dari tandon sejumlah air yang berkurang. Biasanya pergantian air dilakukan sebanyak 30% dan 50 % dari volume air dalam akuarium dan dilakukan secara bergantian setiap hari. Penambahan air baru ini akan mengencerkan konsentrasi kotoran yang tidak terbuang saat penyiponan, sehingga kualitas air layak untuk kehidupan ikan. Setiap dilakukan pergantian air sebanyak 50% harus diikuti dengan penambahan garam ke dalam akuarium sebanyak 98.5 gram. Hal ini dilakukan untuk mencegah timbulnya penyakit pada ikan. Penambahan air baru ke dalam akuarium dapat menimbulkan stres pada ikan. Oleh karena itu, cara menambahkan air harus sedikit demi sedikit dan tidak menimbulkan gejolak air. Pemasangan aerasi juga merupakan satu cara untuk menjaga kualitas air. Aerasi yang cukup dapat mengurangi kandungan racun yang berbentuk gas.

Pengendalian Hama Penyakit

Di dalam pemeliharaannya, ikan hias tetra sering diserang oleh penyakit bintik putih (white spot), penyakit buluk (velvet disease) dan penyakit Angsang. Penyakit bintik putih menyerang kulit, sisik dan sirip ikan dengan tanda-tanda adanya bintik-bintik putih pada organ yang diserang. Penyakit buluk juga menyerang organ yang sama dengan mengakibatkan warna ikan menjadi kurang cerah. Penyakit angsang menyerang bagian pernafasn ikan yaitu insang, apabila ikan terkena penyakit ini maka insang nya akan terlihat membengkak dan keluar. Ikan yang terserang penyakit memperlihatkan gerakan yang berbeda dari biasanya dan kurang berminat terhadap pakan yang diberikan. Selama pemeliharaan ikan perlu dilakukan pengecekan kesehatan ikan setiap pagi hari. Hal ini bertujuan agar penyakit dapat segera diketahui dan dicegah penyebarannya. Langkah-langkah yang dilakukan adalah mengamati bagian ekor ikan apakah terdapat bintik-bintik putih, lalu mengamati warna tubuh ikan apakah berubah menjadi suram, mengamati gerakan renang ikan dan melihat respons ikan terhadap pakan. Untuk mengobati ikan hias tetra yang sakit akibat serangan penyakit bintik putih digunakan obat biru sebanyak 6 (enam) tetes ke dalam air pemeliharaan, sedangkan untuk pencegahannya digunakan obat yang sama sebanyak 4 (empat) tetes. Untuk mengobati ikan yang terserang penyakit buluk digunakan garam sebanyak 98,5 gram. Sebelum pengobatan dilakukan, air media pemeliharaan ikan dikurangi 50% baru ditambahkan obat-obatan tersebut. Selama pengobatan, yaitu

3 (tiga) hari lamanya, ikan dipuasakan. Apabila diperlukan pengobatan yang lebih lama waktunya, ikan diberi pakan sedikit saja.

Penyortiran Ikan Hias

Tahap terakhir dari proses produksi sebelum tahap pengemasan adalah tahap penyortiran. Pada tahap ini, ikan hias disortir berdasarkan ukuran yang diinginkan. Hal ini disebabkan oleh ketidak seragaman panjang tubuh ikan hias walaupun memiliki umur yang sama. Panjang tubuh ikan hias dalam satu akuarium yang berumur sama dapat lebih besar atau lebih kecil dari panjang tubuh standar untuk ukuran yang diinginkan.

Penyeleksian dilakukan berdasarkan kesehatan ikan. Banyaknya jumlah ikan hias juga menjadi perhatian dalam tahap penyortiran karena disesuaikan dengan pesanan. Hal ini akan menentukan kualitas ikan hias. Selanjutnya pemeriksaan penyortiran akhir akan dilakukan kembali oleh Bapak Rodi dan pekerjanya saat ikan akan dikirim pada konsumen.

Pengemasan

Setelah ikan hias sudah tepat jumlah, tepat ukuran, dan baik kesehatannya, ikan hias akan memasuki tahap pengemasan. Tahap ini dimulai dengan dipindahkannya ikan hias ke dalam kantong plastik berisi air yang sudah didiamkan semalaman dan dicampur daun ketapang. Kemudian gas oksigen murni diisikan ke dalam kantong dengan perbandingan oksigen dan air 1:3. Setelah itu ikan hias akan dipuasakan selama satu kali waktu makan. Kemudian tepat pada saat ikan hias akan dikirimkan, air dan gas oksigen di dalam kantong akan diperbaharui sekali lagi dengan cara memindahkan ikan hias dan air di dalam kantung ke dalam suatu wadah. Kantong ikan hias yang sudah dikosongkan tersebut selanjutnya diisi dengan air baru yang sudah didiamkan selama satu malam dan juga sudah diberi daun ketapang. Ikan hias kemudian dimasukan kembali ke dalam kantong dan kantong dikempiskan untuk kembali diisi gas oksigen murni dengan perbandingan yang sama seperti sebelumnya.

Pemasaran

Proses pemasaran untuk ikan hias ini dilakukan oleh sendiri oleh Bapak Rodi selaku ketua kelompok yang merupakan supplier merangkap sebagai pembudidaya ikan hias air tawar di Pokdakan Curug Jaya (PCJ). Dengan demikian, seluruh anggota termasuk rekanan akan menjual produknya pada Bapak Rodi dan selanjutnya Bapak Rodi akan menjualnya pada konsumen. Bapak Rodi akan membeli produk ikan hias anggota dan rekanan dengan harga yang relatif stabil. Hal ini terlihat pada saat harga pasar sedang turun dan Bapak Rodi mengusahakan membeli ikan hias anggota dan rekanan dengan harga yang tetap. Berdasarkan pengelolaan sistem penjualan satu pintu, apabila terdapat konsumen yang ingin membeli langsung produk ikan hias dari anggota, maka anggota dan rekanan tersebut akan melaporkannya terlebih dahulu pada Bapak Rodi. Selanjutnya apabila Bapak Rodi mendapat pemesanan dari konsumen, maka Bapak Rodi akan mengelola pengumpulan ikan hias dari para anggota dan rekanan. Dengan demikian, para anggota dan rekanan pembudidaya melalui

sistem penjualan satu pintu mendapatkan kepastian pasar dan harga yang lebih stabil dari harga pasar, sedangkan Bapak Rodi mendapatkan kestabilan harga, kuantitas suplai yang besar, dan juga kepastian kesinambungan suplai produk yang merupakan keinginan konsume. Secara keseluruhan sistem ini membuat PCJ bagaikan menjadi satu-kesatuan usaha dengan kapasitas produksi besar, selain itu juga memiliki kualitas produk baik, dan produksi yang berkesinambungan. Hal tersebut meningkatkan daya tawar Bapak Rodi terhadap konsumennya sehingga kestabilan harga dapat diperoleh Bapak Rodi. Konsumen Bapak Rodi adalah para eksportir dan supplier ikan hias yaitu eksportir ikan hias CV Indopisces Exotica di Cinangka, eksportir ikan hias PT Indotropica Agung Lestari di Bekasi, serta supplier-supplier ikan hias di Bogor, Depok, Bekasi, Jakarta, dan juga Surabaya. Para konsumen Bapak Rodi terutama eksportir menginginkan produk ikan hias yang berkualitas, berkesinambungan, dan memiliki kuantitas besar. Kriteria kualitas ikan hias adalah ketepatan ukuran (size), ketepatan jumlah, dan kesehatan yang baik. Bapak Rodi mampu memenuhi kriteria tersebut sehingga para konsumennya setia.

Proporsi pemasaran produk ikan hias Bapak Rodi adalah 75 persen pada eksportir dan 25 persen pada supplier. Pada umumnya supplier ikan hias membeli ikan hias Bapak Rodi dengan harga lebih tinggi dari harga pembudidaya dan akan menjualnya kembali pada eksportir ikan hias. Hal ini dilakukan oleh supplier karena mereka tidak memiliki kepastian kesinambungan suplai produk dari para pembudidaya yang tidak memiliki ikatan kontrak dengan mereka. Ketidakmampuan memenuhi permintaan eksportir secara berkesinambungan dalam kuantitas yang umumnya besar dapat mengurangi kepercayaan dan kesetiaan eksportir pada supplier.

Dokumen terkait