• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Risiko Produksi Pembesaran Ikan Hias Neon Tetra (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Risiko Produksi Pembesaran Ikan Hias Neon Tetra (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi,

Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Berjudul Analisis Risiko Produksi Pembesaran Ikan Hias Neon Tetra (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok) adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

(3)

MUHAMAD NANANG SOFYUDIN. Analisis Risiko Produksi Pembesaran Ikan Hias Neon Tetra (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok). Dibimbing oleh ANNA FARIYANTI.

Indonesia merupakan negara yang dikenal sebagai negara kepulauan di dunia, sehingga sangat mendukung sektor perikanan dan memiliki potensi bagi perkembangan perekonomian maritim bangsa. Salah satunya bisnis produk perikanan non konsumsi di Indonesia, khususnya komoditas ikan hias yang mengalami perkembangan yang cukup pesat disamping memiliki prospek yang menjanjikan secara ekonomi.

Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi sumber risiko produksi dan menganalisis dampak resiko yang terdapat pada kegiatan usaha pembesaran ikan hias neon tetra milik Bapak Rodi.

Metode analisis yang digunakan adalah analisis manajemen risiko dan analisis risiko berdasarkan ukuran yang menggunakan pendekatan Expected Return, variance, standard deviation, dan coefficient variation. Berdasarkan hasil penilaian risiko produksi pada usaha pembesaran ikan hias neon tetra diperoleh nilai expected return sebesar 78.52 untuk satu kali periode. Artinya, Bapak Rodi dapat mengharapkan perolehan hasil sebanyak 78.52 persen survival rate dalam usaha pembesaran ini untuk setiap periode panen. Sedangkan untuk nilai coefficient variation diperoleh hasil sebesar 0,23. Dengan kata lain bahwa untuk setiap satu persen tingkat keberhasilan ikan hias neon tetra yang diperoleh akan mengalami risiko sebesar 0,23 persen pada saat terjadi risiko produksi. Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan investasi berupa pembelian alat thermometer dan pH meter agar pengecekan suhu dan pH dapat dilakukan secara rutin.

(4)

MUHAMAD NANANG SOFYUDIN. Productionn Risk Analysis of Enlargment Neon Tetra Fish (Case Studies in Entrepreneur Mr. Rodi, District Bojongsari, Depok). Supervised by ANNA FARIYANTI.

Indonesia is the archipelago country and well-known in the world, So it supports the fisheries sector and has the potential for economics development as maritime country and nation. One of these, is the non-consumption of fishery products business in Indonesia, in particulary is a commodity of ornamental fish. It has developed quite rapidly besides having promising prospects economically.

The Objective of this study is to identify a source of risk production and to analyze probability and impact of risk production in the rearing operational business of ornamental fish neon tetra owned by Mr. Rodi.

The analytical method used is the analysis of risk management and risk analysis based on the size of the Expected Return approach, variance, standard deviation, and coefficient of variation. The result Based on the risk assessment on the production of ornamental fish rearing business neon tetra obtained the expected return value is 84.77 for a single period. That Means is Mr. Rodi can expect as much the result of the acquisition of 84.77 per cent survival rate in this enlargement effort for each harvest period. The coefficient of variation values obtained results of 0.20. In other words, for every one percent success rate ornamental fish neon tetra obtained will have a risk of 0.20 percent at the time of production risk. Some things that can be done is to make investments in the form of a purchase thermometers and pH meters tool that checks the temperature and pH can be done routinely.

(5)

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2014

NEON TETRA (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi,

Kecamatan Bojongsari, Kota Depok)

MUHAMAD NANANG SOFYUDIN

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

(6)

Bojongsari, Kota Depok) Nama

NRP

: Muhamad Nanang Sofyudin

: H34077031

Disetujui oleh

Pembimbing

Dr. Ir. Anna Fariyanti, MSi Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen

(7)

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Tema yang dipilih dalam penelitian ini adalah mengenai Analisis Risiko Produksi Ikan Hias Neon Tetra (Studi Kasus di Pengusaha Bapak Rodi, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok).

Penulis mengucapkan terimakasih kepada ibu Dr. Ir. Anna Fariyanti MSi selaku dosen pembimbing, yang telah banyak memberikan saran. Terimakasih juga penulis sampaikan kepada keluarga Bapak Rodi Saputra dan Pokdakan Curug Jaya 1 selaku pengusaha ikan hias neon tetra yang telah mebantu selama proses penelitian ini. Ungkap terimakasih juga kepada orangtua dan seluruh keluarga atas do’a, kasih sayang dan support yang telah diberikan selama ini, teman-teman Ekstensi Agribisnis angkatan 4 atas kebersamaan selama perkuliahan.

Semoga skripsi ini bermanfaat. Aamiin.

Bogor, Februari 2014

(8)
(9)

DAFTAR ISI

Sumber-sumber Risiko Produksi Perikanan ... 12

Motode Analisis Risiko ... 12

Strategi Pengelolaan Risiko ... 15

Konsep Penanganan Risiko ... 17

Kerangka Pemikiran Operasional ... 19

METODOLOGI PENELITIAN ... 20

Kegiatan Produksi Pembesaran ... 27

(10)

Pengemasan ... 31

Pemasaran ... 31

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

IdentifikasiSumber-sumber Risiko ... 32

Kondisi Cuaca dan Iklim ... 34

Kualitas Pakan ... 35

Hama dan Penyakit ... 36

Analisis Risiko Produksi Ikan Hias Neon Tetra ... 36

Strategi Pengelolaan Risiko Produksi ... 38

Perencanaan Produksi ... 36

Pengorganisasian ... 39

Pelaksanaan ... 39

Pengontrolan ... 39

KESIMPULAN DAN SARAN ... 40

Kesimpulan ... 38

Saran ... 38

DAFTAR PUSTAKA ... 39

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. . PDB perikanan nasional indonesia atas dasar harga berlaku….. 1 2. . Volume produksi sektor perikanan tahun 2010-2011... 2 3. . Nilai ekspor ikan hias tahun 2007-2010... …………. 3 4. Survival Rate pembesaranikan hias neon tetra Bapak Rodih

Tahun 2011 –2013 ………... 5 5. Tingkat survival rate pada pembesaran ikan hias neon tetra

di usaha Bapak Rodih ………... 23 6. Harga jual ikan hias neon tetra di Pokdakan Curug Jaya

pada eksportir ………... 28 7. Rata-rata produksi, survival rate ikan hias neon tetra dan

peluang yang dihadapi………... 33 8. Hasil penilaian risiko produksi pembesaran ikan hias neon tetra

pada usaha Bapak Rodi tahun 2011-2013.…... 37

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 .... Proses pengelolaan risiko perusahaan ………. 17 2 .... Kerangka pemikiran operasional………. 20 3 .... Struktur organisasi ………... 26

LAMPIRAN

Nomor Halaman

1... Nilai produksi perikanan budidaya menurut jenis

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang dikenal sebagai negara kepulauan di dunia, sehingga sangat mendukung sektor perikanan dan memiliki potensi bagi perkembangan perekonomian maritim bangsa. Perikanan budidaya merupakan salah satu komponen yang penting pada sektor perikanan. Hal ini berkaitan dengan perannya dalam menunjang persediaan pangan nasional, penciptaan pendapatan dan lapangan kerja di usaha lain1.

Peranan sektor perikanan dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari fungsinya sebagai penyedia bahan baku pendorong agroindustri, penyumbang devisa melalui penyediaan ekspor hasil perikanan, penyediaan kesempatan kerja, sumber pendapatan nelayan atau petani ikan dan pembangunan daerah, serta pendukung kelestarian sumberdaya perikanan dan lingkungan hidup (Direktorat Jenderal Perikanan, 2004).

Peran serta sektor perikanan dalam perkembangan perekonomian Indonesia dapat dilihat berdasarkan kontribusi sektor perikanan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). PDB merupakan salah satu indikator ekonomi makro yang ditujukan untuk mengetahui peran dan kontribusi yang diberikan oleh suatu produk terhadap pendapatan nasional. Hal tersebut dapat di lihat pada Tabel 1.

Tabel 1 PDB perikanan dan nasioanal indonesia atas dasar harga berlaku tahun 2008-2011

Tahun PDB Perikanan

(Miliar Rupiah)

PDB Total (Miliar Rupiah)

Persentase PDB Perikanan Terhadap PDB Total (Persen)

2004 53,010.8 2,295,826.2 2,309

2005 59,639.3 2,774,281.1 2,1497

2006 74,335.3 3,339,216.8 2,2261

2007 97,697.3 3,950,893.2 2,4728

2008 137,249.5 4,948,688.4 2,7734

2009 176,620.0 5,606,203.4 3,1504

2010* 199,383.4 6,436,270.8 3,0979

2011** 227,761.2 7,427,086.1 3,0666

Keterangan : ( * ) Angka sementara ( ** ) Angka sangat sementara Sumber : Badan Pusat Statistik (2013)

Berdasarkan Tabel 1, pada tahun 2004 sampai dengan 2011 menunjukkan bahwa pendapatan sektor perikanan secara keseluruhan memiliki kecenderungan

1

(14)

mengalami peningkatan dari tahun ketahun meskipun dilihat dari persentase perbandingan antara pendapatan perikanan terhadap pendapatan nasisonal berfluktuatif. Dengan kenaikan tersebut menunjukkan sektor kelautan dan perikanan dari tahun ke tahun perannya semakin penting dalam pembentukan pendapatan nasional.

Peran serta peningkatan pendapatan sektor perikanan terhadap pendapatan nasional salah satunya didorong dengan meningkatnya nilai ekspor produk perikanan Indonesia sendiri. Pada semester pertama 2012 tercatat sebesar USD 1,9 miliar atau meningkat sebesar 17,92 persen dibandingkan periode yang sama 2011.Sedangkan volume ekspor pada semester pertama tahun 2012 meningkat sebesar 14,5 persen, dari 521,6 ribu ton tahun 2011 menjadi 597,2 ribu ton pada 2012. Peningkatan ekspor juga diikuti dengan peningkatan sebesar 26,32 persen neraca perdagangan produk perikanan, dari sebesar USD 1,36 milyar pada 2011, meningkat menjadi USD 1,72 miliar pada 20122.

Tahun 2011, realisasi ekspor hasil perikanan sebesar 3,5 miliar dollar AS (Rp 33.250 triliun), dengan negara utama tujuan ekspor produk perikanan yakni Amerika Serikat 1,07 miliar dollar AS atau Rp 10.165 triliun (30,4 persen), Jepang 806 juta dollar AS atau Rp 7.657 triliun (22,9 persen), dan Eropa 459,8 juta dollar AS atau Rp 4.368 triliun (13,1 persen)3.

Klasifikasi dari sektor perikanandibagi menjadidua yaitu perikanan tangkap yang terdiri dari perairan tangkap dilaut dan perairan umum.Volume produksi sektor perikanan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Volume produksi sektor perikanan tahun 2010-2011

Rincian

Tahun (Ton)

Kenaikan Rata-Rata (%)

2010 2011

Penangkapan 5.348.418 5.409.100 0,46

Perikanan Laut 5.039.446 5.061.680 0,44

Perairan Umum 344.972 347.420 0,71

Budidaya 6.277.972 7.901.526 11,13

Budidaya Laut 3.514.702 3.735.585 6,28

Tambak 1.416.038 1.734.260 22,47

Kolam 819.809 955.511 16,55

Keramba 121.271 120.654 -0,51

Jaring Apung 309.499 331.936 7,25

Sawah 96.605 98.804 2,28

Jumlah 11.662.342 13.310.626 6,20

(15)

Pada Tabel 2 menjelaskan sektor perikanan nasional mengalami peningkatan volume produksi sebesar 6,20 persen per tahun. Salah satu sektor yang memberikan kontribusi di dalam peningkatan perikanan nasional adalah sektor perikanan budidaya dengan volume produksi lebih besar dibandingkan dengan perikanan tangkap yaitu sebesar 11,13 persen per tahun.

Berdasarkan tabel nilai produksi perikanan budidaya menurut jenis budidaya dan Provinsi tahun 2011 pada lampiran 1 memperlihatkan pulau Jawa memiliki nilai produksi tertinggi yaitu sebesar 21.493.302.629.000 rupiah dan Jawa Barat memberikan kontribusi tertinggi didalamnya yaitu sebesar 1.116.823.514.000 rupiah atau 51,2 persen dari total produksi di pulau Jawa.

Perikanan budidaya sendiri dapat terbagi menjadi dua yaitu ikan konsumsi dan non konsumsi atau ikan hias. Saat ini, perkembangan bisnis produk perikanan non konsumsi di Indonesia, khususnya komoditas ikan hias mengalami perkembangan yang cukup pesat di samping memiliki prospek yang menjanjikan secara ekonomi. Salah satu komoditas perikanan yang diminati pasar asing dan memiliki potensi produksi di Indonesia adalah ikan hias. Hal ini terlihat dari peningkatan nilai ekspor ikan hias Indonesia pada Tabel 3

Tabel 3 Nilai ekspor ikan hias periode tahun 2007-2010

Tahun Nilai Ekspor Ikan Hias (USD)

2007 7,3juta

2008 8,3juta

2009 10,0 juta

2010 19,6 juta

Sumber : Direktur Jenderal Perikanan Budidaya (2012)

Tabel 3 menunjukkan bahwa produksi ikan hias di Indonesia mengalami peningkatan, yaitu sebesar 168,5 persen pada periode tahun 2007-2010. Tercatat, trend volume ekspor ikan hias telah mencapai peningkatan hingga 11,56 persen. Sedangkan data yang terakumulasi sejak 2007 hingga 2011 lalu nilai ekspor ikan hias sudah mencapai peningkatan sebesar 23,36 persen pada periode yang sama, selain itu nilai ekspor ikan hias pada tahun 2011 sebesar US$ 13,262 juta dan hingga April 2012 sendiri nilai ekspornya sangat menjanjikan, yakni telah mencapai sebesar US$ 5,241 juta. Sementara data Dewan Ikan Hias Indonesia (DIHI) menyebutkan perdagangan global ikan hias mencapai turn over 5 miliar dolar AS dengan pertumbuhan 8 persen per tahun. Sebagian besar ikan hias tersebut, yakni 85 persennya merupakan ikan hias air tawar dan sisanya yaitu 15 persen merupakan ikan hias laut4. Semakin meningkatnya nilai ekspor tersebut menunjukkan adanya potensi produksi ikan hias di Indonesia dan kebutuhan pasar dunia akan ikan hias.

Pengusahaan ikan hias air tawar banyak dilakukan oleh petani-petani yang tergabung kelompok pembudidaya. Salah satu pengusahaan yang bergerak di bidang pembudidayaan ikan hias adalah kelompok pembudidaya ikan (pokdakan) Curug Jaya 1 yang diketuai oleh BapakRodi yang merangkap sekaligus sebagai Supplyer5 ikan hias di kota Depok.

Kelompok pembudidaya ikan (pokdakan) Curug Jaya 1 merupakan salah satu kelompok yang memanfaatkan potensi ikan hias melalui pembudidayaan ikan

4

http//:www.kkp.go.id/Mendulang Devisa dari Bisnis Ikan Hias. [10 Oktober 2012]

5

(16)

hias air tawar di Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat. Jenis ikan hias yang dibudiayakan Pokdakan Curug Jaya (PCJ) adalah tiga jenis ikan hias air tawar keluarga Characidae yaitu Neon tetra , Cardinal Tetra dan Red Nose. Alasan kelompok PCJ membudidayakan ikan hias air tawar keluarga Characidae dikarenakan kesesuaian lingkungan sekitar atau kecamatan Bojongsari dengan syarat kelayakan hidup ikan tersebut, terutama pH air yang bersifat asam (kurang dari 6). Kelompok ini berhasil meraih penghargaan Adibakti Mina Bahari dari Mentri Kelautan dan Perikanan sebagai Juara I Bidang Perikanan Budidaya, Kategori Ikan Hias pada Desember 2010 karena sistem penjualan satu pintu yang baik.Pemanfaatan potensi ikan hias di PCJ didukung oleh adanya kontrak kerja dengan beberapa eksportir serta pemasarannya yang sudah memiliki sistem penjualan satu pintu yaitu melalui Bapak Rodi sebagai ketua sekaligus supplyer. Sistem tersebut memudahkan PCJ dalam memasarkan ikan hiasnya, sehingga untuk pemasaran ikan hias air tawar PCJ tidak mengalami kesulitan.

Pengusahaan pembudidadayaan ikan hias Bapak Rodi secara pribadi memiliki beberapa pembagian usaha yaitu pembenihan, pembesaran dan pemasaran. Ketiga usaha tersebut, pada usaha pembenihan memiliki tingkat risiko yang sangat tinggi dimana tingkat keberhasilannya yang lebih rendah bila dibandingkan dengan pada unit usaha pembesaran. Akan tetapi pada unit usaha pembesaran bukan berarti tidak memiliki risiko, hal ini ditandai dengan adanya fluktuasi atau naik turunnya survival rate (SR) atau tingkat keberhasilan hidupikan hias yang disebabkan oleh beberapa faktor diataranya adalah perubahan suhu yang ekstrim, kualitas bibit, keterampilan atau keahlian tenaga kerja, serangan penyakit dan kualitas pakan.

Kondisi iklim yang sulit diprediksi serta perubahan cuaca yang terlalu cepat menjadi salah satu faktor risiko dalam pengusahaan pembenihan ikan hias. Hal ini disebabkan kondisi tersebut dapat mempengaruhi perubahan pH air dan suhu di sekitar lingkungan budidaya sehingga menyebabkan ketidak sesuaian dengan pH air dan suhu yang sesuai dengan kebutuhan ikan hias. Selain itu, risiko yang juga akan mempengaruhi tingkat produktivitas ikan hias adalah keterampilan tenaga kerja baik dalam perawatan dan pemeliharaan. Perawatan dan pemeliharaan serta pencegahan penyakit ikan hias membutuhkan kecermatan terutama dalam pemberian pakan, vitamin dan obat-obatan yang digunakan.

Rumusan Masalah

(17)

akan menghasilkan ikan hias neon tetra yang berukuran lebih besar yaitu ukuran M (ukuran 2 cm) sampai dengan ML (ukuran 2.3 cm). Perkembangan usahanya Bapak Rodi selalu dihadapkan kepada risiko produksi. Risiko produksi dapat disebabkan oleh kualitas pakan, kualitas bibit, perubahan suhu yang ekstrim, serangan penyakit dan keterampilan tenaga kerja. Adanya risiko produksi menimbulkan ketidakpastian terhadap keuntungan yang akan diperoleh. Jumlah produksi ikan hias pada usaha Bapak Rodi mengalami kondisi yang berfluktuasi setiap periode produksi. Hal ini dapat dilihat pada tingkat Survival Rate yang Bapak Rodi alami Tabel 4.

Tabel 4 Survival rate pembesaran ikan hias neon tetra Bapak Rodi tahun 2011-2013

(18)

yang berbeda seperti pada bulan Maret 2011 dan 2012 atau pada bulan September dengan tahun yang berbeda, terlihat adanya perbedaan tingkat survival rate yang cukup jauh, banyak faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya perbedaan tersebut diantaranya adalah pemilihan kualitas bibit, kualitas pakan, perubahan suhu yang ekstrim, serangan hama dan penyakit, serta keterampilan tenaga kerja menjadi beberapa risiko penyebab terjadinya fluktuasi produksi. Usahanya pada beberapa waktu atau bulan tertentu Bapak Rodi melakukan usaha pembesaran jenis ikan hias selain neon tetra karena adanya permintaan pasar.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Sumber-sumber risiko apa saja yang dihadapi berkaitan dengan kegiatan produksi pembesaran ikan hias neon tetra milik Bapak Rodi?

2. Berapa besarnya peluang dan dampak risiko pada usaha pembesaran ikan hias neon tetra milik Bapak Rodi?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi sumber risiko produksi yang terdapat pada kegiatan usaha pembesaran ikan hias neon tetra milik Bapak Rodi.

2. Menganalisis probabilitas dan dampak risiko produksi pada kegiatan usaha pembesaran ikan hias neon tetra milik Bapak Rodi.

Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini adalah:

1. Sebagai masukan bagi perusahaan untuk menjadi bahan pertimbangan bagi pengambil kebijakan di perusahaan dalam menjalankan usaha pada saat menghadapi risiko.

2. Bagi penulis dapat menambah pengetahuan dalam mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah diperoleh selama kuliah, serta melatih kemampuan analisis dalam pemecahan masalah.

3. Sebagai bahan masukan bagi pembaca untuk memperluas wawasan agar dapat mengembangkan dan mengaplikasikan penelitian ini serta dapat dijadikan sebagai salah satu bahan rujukan untuk mengadakan penelitian-penelitian selanjutnya.

Ruang Lingkup Penelitian

(19)

yang sedang dilakukan. Usaha pembsaran ikan hias neon tetra ini rata-rata berlangsung selama tiga bulan dan akan menghasilkan ikan hias dengan ukuran M dan ML, ikan hias yang di luar dari ukuran tersebut seperti SM atau L tidak akan di hitung dn dimasukkan kedalam data panen. Peneliatian ini menggunakan data produksi per periode panen yang dimulai pada bulan Januari 2011 sampai dengan bulan September 2013.

TINJAUAN PUSTAKA

Prospek Usaha Budidaya Ikan Hias

Salah satu kegiatan usaha pada sektor perikanan yang memiliki kontribusi dalam peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) nasional Indonesia yaitu budidaya ikan hias air tawar. Hal ini tercermin dari peningkatan nilai ekspor ikan hias air tawar yang mengalami peningkatan.

Saat ini, perkembangan bisnis produk perikanan non konsumsi di Indonesia, khususnya komoditas ikan hias mengalami perkembangan yang cukup pesat di samping memiliki prospek yang menjanjikan secara ekonomi. Tercatat, trend volume ekspor ikan hias telah mencapai peningkatan hingga 11,56 persen. Sedangkan, data yang terakumulasi sejak 2007 hingga 2011 lalu itu nilai ekspor ikan hias sudah mencapai peningkatan sebesar 23,36 persen pada periode yang sama selain itu, nilai ekspor ikan hias pada tahun 2011 sebesar US$ 13,262 juta dan hingga April 2012 sendiri nilai ekspornya sangat menjanjikan, yakni telah mencapai sebesar US$ 5,241 juta. Sementara data Dewan Ikan Hias Indonesia (DIHI) menyebutkan perdagangan global ikan hias mencapai turn over 5 miliar dolar AS dengan pertumbuhan 8 persen per tahun. Sebagian besar ikan hias tersebut yakni 85 persennya merupakan ikan hias air tawar dan sisanya yaitu 15 persen merupakan ikan hias laut6.

Berdasarkan adanya peningkatan di sektor ekspor ikan hias air tawar tersebut, maka usaha pembudidayaan ini memiliki potensi untuk dapat lebih dikembangkan kembali. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan tingkat produktivitas pembudidaya. Mengurangi risiko produksi merupakan cara yang sedikit banyaknya dapat berpengaruh terhadap tingkat produktivitas pembudidayaan ikan hias air tawar. Salah satu ikan hias air tawar yang memiliki potensi pasar ekspor adalah ikan hias neon tetra .

Ikan Neon tetra

Neon tetra (Paracheirodon innesi) merupakan jenis ikan hias air tawar yang termasuk keluarga characin (famili Characidae, ordo Characi formes). Jenis Tetra dari genus Paracheirodon merupakan ikan-ikan asli perairan Amerika Selatan. Warnanya yang cerah membuat jenis ikan ini dapat terlihat pada perairan sungai pedalaman yang gelap dan hal ini merupakan salah satu sebab populernya jenis ikan ini sebagai ikan hias. Neon tetra memiliki warna yang cerah, terdapat garis horizontal berwama biru-hijau sepanjang kedua sisi ikan mulai dari hidung hingga bagian depan ekor dan warna kemerah-merahan sepanjang setengah bagian

6

(20)

posterior bawah tubuh. Pada malam hari warna tubuhnya akan menghilang selama ikan beristirahat dan akan muncul kembali ketika ikan aktif pada pagi harinya. Neon tetra dapat tumbuh hingga 4 cm. Ikan betina memiliki perut yang sedikit agak besar dibanding ikan jantan. Ikan Neon tetra merupakan salah satu jenis ikan akuarium yang sangat dikenal dan telah dibudidayakan dalam jumlah yang besar

Meskipun Neon tetra dapat beradaptasi dengan baik terhadap perubahan-perubahan kondisi air, di alam ikan ini mendiami perairan yang sedikit asam (pH agak rendah), kesadahan rendah, dan suhu antara 20 - 25 °C. Ikan Neon tetra dapat hidup hingga lima tahun. Ikan Neon tetra sangat mudah dipelihara di akuarium dengan air yang memiliki pH sekitar 5,0 - 7,0 dan kesadahan 1,0 - 2,0. Karena ukurannya yang kecil, sebaiknya ikan ini tidak dipelihara bersama dengan ikan yang berukuran besar atau ikan yang agresif. Neon tetra bersifat omnivora dan menyukai makanan berupa flake food, udang-udang kecil, daphnia, cacing darah beku, darah atau pelet berukuran kecil7.

Pembesaran Ikan Neon tetra

Dalam pembesaran ikan hias Neon tetra perlu diperhatikan beberapa tahapan diantaranya adalah:

1. Persiapan Wadah

a. Persiapan wadah untuk pembesaran yaitu dengan mencuci akuarium berukuran 100 x 50 x 35 cm kemudian air dikuras atau dikeringkan dengan menggunakan busa kering.

b. Selanjutnya akuarium diisi dengan air tua yang didiamkan selama 3-5 hari setinggi 25 cm kemudian memasukkan methylen blue sebanyak 3,75 ml, serta 98,5 gram garam.

c. Apabila pengisian air dengan air baru, maka methylen blue yang dimasukkan sebanyak 7,5 ml dan 98,5 gram garam, serta pemberian aerasi 2. Penebaran Benih

a. Sebelum benih ditebar, terlebih dahulu dilakukan penyortiran untuk keseragaman ukuran.

b. Pemeliharaan benih dimulai pada ikan Neon tetra yang berukuran S dengan panjang 1-1,5 cm. Benih biasanya ditebar sejumlah 500 ekor tiap akuarium.

3. Pemberian Pakan

a. Pakan yang diberikan berupa kutu air, dan cacingdarah.

b. Frekuensi pemberian pakan 3 kali sehari yaitu pada pagi, siang dan sore hari. Kutu air diberikan pada pagi dan sore hari sebanyak 170 ml dengan kepadatan 220 ekor/ml, pada siang hari diberikan cacing Tubifex sp. secukupnya. Pakan diberikan dengan cara ditebar secara merata dan menyeluruh ke dalam akuarium.

c. Sebelum diberikan, kutu air dicuci terlebih dahulu di dalam sebuah bak berisi air, kemudian disaring dan dibilas dengan air bersih, dengan tujuan menghilangkan kotoran-kotoran atau lumpur yang terbawa saat pengambilan kutu air di kolam. Kutu yang telah dibersihkan, sebagian dipisahkan dan disimpan untuk pemberian pakan sore hari

7

(21)

d. Begitu pula dengan cacing darahsebelum diberikan, dicuci/dibersihkan terlebih dahulu di sebuah bak berisi air, kemudian dibilas, dan disaring serta disimpan dalam akuarium berisi air yang diberi aerasi kecil. cacing Darahyang dibeli dapat dimanfaatkan selama ±3 hari.

4. Pengelolaan Air

a. Kualitas air dipertahankan dengan cara penyiponan feses dan sisa pakan setiap hari diikuti dengan pergantian air sebanyak 30% dan 50% volume air secara bergantian setiap hari, serta pemberian aerasi.

b. Setiap pergantian air sebanyak 50% volume air, dimasukkan garam sebanyak 8,5 gram (segenggam orang dewasa), yang bertujuan untuk pencegahan terhadap penyakit.

5. Pencegahan Hama Dan Penyakit

a. Pengecekan kesehatan ikan dilakukan setiap pagi hari dengan tujuan agar penyakit dapat segera terdeteksi dan dicegah penyebarannya. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengecekan kesehatan ikan yaitu; (1) Melihat bagian ekor, apakah terlihat gejala penyakit seperti bintik putih, (2) Melihat warna tubuh ikan, (3) Melihat gerakan renang ikan, (4) Melihat reaksi/ respon terhadap pakan.

b. Hama dan penyakit yang biasa menyerang benih Neon tetra yaitu white spot, buluk (velvet). Penyakitwhite spot menyerang organ kulit tubuh ikan, sisik dan sirip ini ditandai dengan adanya bintik-bintik putih pada sirip, sisik dan permukaan tubuh ikan, sedangkan untuk penyakit buluk (velvet) yang juga menyerang organ sirip, sisik dan permukaan tubuh ikan ditandai dengan warna ikan menjadi kurang cerah.

c. Obat-obatan yang digunakan antara lain garam, pura dan blitz icht. Untuk penyakit white spot dapat diatasi dengan menggunakan 6 tetes blitz icht, untuk pencegahan diberikan 4 tetes.

d. Sedangkan untuk penyakit buluk dapat diatasi dengan memasukkan garam sebanyak 98,5 gram dan 1,25 gram pura.

e. Pengobatan terhadap penyakit, air dalam akuarium dikurangi sebanyak 50% volume air dan ikan sakit dipuasakan selama 3 hari.

f. Apabila ikan masih sakit lebih dan 3 hari, ikan diberi pakan dalam jumlah yang sedikit.

6. Pemanenan

a. Pemanenan dilakukan pada saat ikan Neon tetra berukuran M atau bahkan L karena tergantung permintaan dari konsumen.

b. Ikan Neon tetra ukuran M mempunyai panjang mencapai 1,5-2cm. c. Untuk mencapai ukuran ini diperlukan pemeliharaan selama ± 1 bulan. d. Sedangkan benih untuk mencapai ukuran L dengan panjang mencapai 3

cm diperlukan lama pemeliharaan hingga 2-3 bulan8.

Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan tema penelitian yang dilakukan, diantaranya adalah mengenai sumber-sumber risiko agribisnis, metode analisis risiko dan strategi pengelolaan risiko. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2010), analisis risiko produksi pembenihan lele dumbo. Metode

8

(22)

analisis yang digunakan adalah metode nilai standar (z-score) untuk menghitung probabilitas risiko dan Value at risk (VaR) untuk menghitung dampak dari terjadinya risiko. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat lima fakor yang diidentifikasi sebagai sumber risiko produksi pada usaha pembenihan ikan lele dumbo, yaitu kesalahan pembudidaya dalam melakukan seleksi induk, perubahan suhu air yang bersifat ekstrim, musim kemarau yang mempengaruhi indukan dalam produktifitas telur, hama predator bagi benih yang sedang dipelihara, serta serangan penyakit pada benih ikan lele dumbo. Berdasarkan hasil analisis probabilitas dan dampak risiko diperoleh hasil bahwa probabilitas risiko terbesar ada pada sumber hama dengan nilai sebesar 34,1 persen, sedangkan musim kemarau merupakan sumber risiko produksi yang paling berisiko dan secara berurutan diikut oleh perubahan suhu air, penyakit, hama, serta kesalahan dalam seleksi induk ikan lele dumbo. Strategi penangan risikoyang dilakukan adalah strategi preventif yaitu dengan pengendalian perubahan suhu yang ekstrim dan pengendalian serangan hama. Untuk strategi mitigasi yang dilakukan adalah mengatasi musim kemarau yang menyebabkan penurunan produksi telur yang dihasilkan.

Silaban (2011), Analisis Risiko Produksi Ikan Hias. Penelitian ini menggunakan metode analisis risiko yaitu variance, standard deviationdan coefficientvariation serta melihat pengaruh diversifikasi (portofolio) untuk mengendalikan risiko. Sumber-sumber risiko produksi budidaya ikan hias pada PT. Taufan Fish Farm antara lain kondisi cuaca atau iklim, serangan penyakit, kualitas pakan yang buruk dan tenaga kerja yang tidak terampil.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada analisis spesialisasi diperoleh nilai coefficient variation pada ikan discus, lobster dan maanvis menunjukkan bahwa nilai coefficientvariation ikan hias lobster lebih tinggi dibandingkan discus dan maanvis, artinya bahwa usaha budidaya ikan hias lobster memiliki risiko lebih tinggi dibanding ikan hias maanvis dan discus. Hal ini disebabkan karena survival rate yang diperoleh rendah akibat dari proses budidaya yang relatif sulit serta kondisi iklim atau cuaca yang tidak dapat diprediksi.

Pada usaha diversifikasi, analisis risiko produksi yang dilakukan untuk dua jenis ikan hias meliputi diversifikasi maanvis dan lobster, maanvis dan discus serta discus dan lobster. selain itu, analisis risiko portofolio dari kombinasi tiga jenis ikan hias yaitu discus, maanvis, dan lobster. Nilai koefisien korelasi yang digunakan pada kegiatan portofolio ini adalah positif satu (+1), hal ini dikarenakan kombinasi kedua aset dilakukan bersamaan.

(23)

Strategi penanganan risiko yang dikakukan adalah dengan kegiatan diversifikasi untuk meminimalkan risiko sekaligus melindungi dari fluktuasi survival rate. Selain itu, untuk penanganan risiko juga dapat dilakukan penerapan teknologi terbaru untuk menghasilkan benih ikan hias unggul, serta peningkatan manajemen pada PT. Taufan Fish Farm untuk melakukan fungsi manajemen yang tepat dan terarah.

Purwitasari (2011), menganalisis mengenai manajemen risiko oprasional pada pemasaran benih ikan patin di PT. Mitra Mina Nusantara, kabupaten Bogor, Jawa Barat. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode nilai standar (Z-Score) untuk mengetahui kemungkinan terjadinya risiko dan metode Value at Risk(VaR) dipakai untuk mengetahui seberapa besar risiko yang terjadi.Hasil penelitian menunjukan risiko yang teridentifikasipada unit PT.MMN untuk komoditi benih ikan patin yang dikelompokan berdasarkan penyebab risiko oprasional yaitu risiko SDM, teknologi, alam dan proses. Dihitung berdasarkan metode nilai standar per kejadian didapat nilai probabilitas tertinggi yang menjadi penyebab risiko adalah bencana alam, kesalahan dalam pemilihan kendaraan dan kecelakaan saat pengiriman

Alternatif penanganan risiko oprasional yang terjadi pada PT. MMN dilakukan dalam dua strategi penangan yaitu secara preventif dan mitigasi, secara preventif dilakukan dengan membuat atau memperbaiki sistem dan prosedur serta mengembangkan sumber daya manusia, sedangkan secara mitigasi dapat dilakukan dengan diversifikasi atau dengan menambah variasi komoditas yang diusahakan.

(24)

Sumber-Sumber Risiko Produksi Perikanan

Siregar (2010), analisis risiko produksi pembenihan lele dumbo. Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat lima fakor yang diidentifikasi sebagai sumber risiko produksi pada usaha pembenihan ikan lele dumbo, yaitu kesalahan pembudidaya dalam melakukan seleksi induk, perubahan suhu air yang bersifat ekstrim, musim kemarau yang mempengaruhi indukan dalam produktifitas telur, hama predator bagi benih yang sedang dipelihara, serta serangan penyakit pada benih ikan lele dumbo.

Silaban (2011),mengemukakan sumber-sumber risiko produksi budidaya ikan hias pada PT. Taufan Fish Farm antara lain kondisi cuaca atau iklim, serangan penyakit, kualitas pakan yang buruk dan tenaga kerja yang tidak terampil.

Dewiaji (2011), menganalisi mengenai risiko produksi usaha pembesaran lele dumbo, sumber-sumber risiko produksi di CV. Jumbo Bintang Lestarimeliputi kualitas dan pasokan benih, mortalitas, kualitas pakan, penyakit, cuaca, dan sumber daya manusia.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2010), Silaban (2011) dan Dewiaji (2011) dapat disimpulkan budidaya perikanan sangat rentan terhadap risiko kesalahan pembudidaya dalam melakukan seleksi induk,kualitas dan pasokan benih, kualitas pakan, penyakit, cuaca, dan sumber daya manusia merupakan sumber risiko perikanan. Sumber-sumber risiko ini akan menjadi acuan penulis dalam penyelesaian penelitian ini.

Metode Analisis Risiko

Pada penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2010), Dewiaji (2011) dan Purwitasari (2011) metode analisis risiko yang dipergunakan adalah analisis Z-score dan Value at Risk (VaR).Metode nilai Z-Score ini untuk mengetahui kemungkinan terjadinya kerugian atau risiko akibat hasil yang diperoleh menyimpang dari hasil standar sedangkan alat analisis Value at Risk (VaR) untuk menganalisis dampak terjadinya risiko pada usaha yang sedang diteliti. VaR adalah kerugian terbesar dalam rentang waktu atau periode yang diprediksikan dengan tingkat kepercayaan tertentu. Konsep VaR berdiri atas data-data historis sebelumnya. Pengukuran dampak dilakukan untuk mengukur dampak dari risiko pada kegiatan produksi dan penerimaan. Penggunaan alat analisis ini tentunya bertujuan untuk memperkaya kajian dari penelitian yang dilakukan tidak hanya sekedar menghitung besarnya probabilitas terjadinya risiko pada suatu usaha, tetapi juga mengukur dampak yang ditimbulkan risiko tersebut bagi perusahaan.

Berbeda dengan penelitian Silaban (2011) tentang analisis risiko produksi ikan hias pada PT. Taufan Fish Farm yang menggunakan variance, standard deviation, dan coefficient variation. Silaban juga mencoba melihat pengaruh diversifikasi (portofolio) untuk mengendalikan risiko dalam perusahaan yang dikajinya.

(25)

terdahulu pada komoditas ikan hiasyang diusahakan. Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian terdahulu adalah mengetahui aspek-aspek yang akan diteliti pada penelitian ini.

Strategi Penanganan Risiko

Pada dasarnya strategi penanganan risiko dalam pertanian terbadi atas dua cara (Kountur, 2008), yaitu strategi preventif dan mitigasi. Siregar (2010), Dewiaji (2011), Purwitasari (2011) dan Silaban (2011) mengemukakan perbedaan pendapat masing-masing, hal ini dikarenakan adanya perbedaan tingkat risiko yang dihadapi tergantung dari persepsi masing-masing pemilik usaha dan peneliti atas setiap permasalahan yang terjadi di dalam usaha yang diteliti. Tetapi dengan hasil penelitian terdahulu akan menjadi acuan terhadap penelitian ini dalam mengeksplorasi keadaan dilokasi penelitian.

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Konsep Risiko

Risiko dalam bidang usaha memiliki berbagai kejadian yang kompleks dengan pertimbangan variabel yang berpengaruh terhadap keputusan bagi kelangsungan usaha tersebut. Ada banyak pendapat mengenai definisi risiko yang dapat membantu pembaca untuk memahami konsep risiko dengan lebih jelas.

Risiko (risk) menurut Robison dan Barry (1987) adalah peluang terjadinya suatu kejadian yang dapat diukur oleh pengambil keputusan dan pada umumnya pengambil keputusan mengalami suatu kerugian. Risiko erat kaitannya dengan ketidakpastian, tetapi kedua hal tersebut memiliki makna yang berbeda. Ketidakpastian (uncertainty) adalah peluang suatu kejadian yang tidak dapat diukur oleh pengambil keputusan. Adanya ketidakpastian dapat menimbulkan risiko.

Suatu kejadian bisa berakibat merugikan ataupun menguntungkan. Berdasarkan akibat yang ditimbulkan, risiko dikategorikan menjadi dua yaitu risiko murni dan risiko spekulatif. Apabila suatu kejadian bisa berakibat hanya merugikan saja dan tidak memungkinkan adanya keuntungan maka risiko tersebut disebut Risiko Murni. Misalnya risiko kebakaran, yang bisa terjadi hanya rugi dan tidak memungkinkan adanya keuntungan. Sedangkan Risiko Spekulatif adalah risiko yang tidak saja memungkinkan terjadinya kerugian tetapi juga memungkinkan terjadinya keuntungan. Contohnya risiko investasi, jika melakukan investasi bisa saja rugi dan bisa juga untung (Kountur, 2008).

(26)

Risiko menunjukkan peluang terhadap suatu kondisi situasi yang dapat diukur oleh pembuat keputusan dimana terdapat lebih dari satu kemungkinan hasil dari keputusan tersebut. Risiko erat kaitannya dengan ketidakpastian, tetapi memiliki arti yang berbeda. Ketidakpastian (uncertainty) adalah peluang suatu kejadian yang tidak dapat diramalkan, sedangkan adanya ketidakpastian menyebabkan dapat menimbulkan risiko. Adanya risiko yang dapat memberikan dampak negatif terhadap perkembangan usaha mengharuskan manager atau petani memperhitungkan secara cermat strategi apa yang akan dilaksanakan. Hal ini dimaksudkan agar maksimalisasi kepuasan terhadap setiap pengeluaran dalam jumlah besar dapat diperoleh

Mengetahui besaran risiko dan tingkat pengembalian yang diperoleh dari kegiatan usaha, pelaku usaha dapat mengambil keputusan untuk menentukan sikap dalam memilih kegiatan usaha yang berisiko. Setiap individu memiliki perilaku yang berbeda dalam menghadapi risiko. Berdasarkan sikap pengambil keputusan dalam menghadapi risiko, maka perilaku menghadapi risiko dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu sebagai berikut (Robison dan Barry, 1987):

a. Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko (risk aversion). Sikap ini menunjukan bahwa jika terjadi kenaikan ragam (variance) dari keuntungan maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menaikkan keuntungan yang diharapkan dan merupakan ukuran tingkat kepuasan.

b. Pembuat keputusan yang berani terhadap risiko (risk taker). Sikap ini menunjukan bahwa jika terjadi kenaikan ragam keuntungan maka pembuat keputusan akan mengimbangi dengan menurunkan keuntungan yang diharapkan.

c. Pembuat keputusan yang netral terhadap risiko (risk neutral). Sikap ini menunjukan jika terjadi kenaikan ragam keuntungan maka pembuat keputusan tidak akan mengimbangi dengan menaikkan atau menurunkan keuntungan yang diharapkan.

Risiko adalah suatu kondisi adanya kemungkinan penyimpangan terhadap hasil yang diinginkan atau diharapkan. Kejadian sesungguhnya kadang menyimpang dari perkiraan, ada kemungkinan penyimpangan yang menguntungkan dan ada pula penyimpangan yang merugikan. Jika kedua kemungkinan itu ada, maka dapat dikatakan bahwa risiko tersebut bersifat spekulatif. Lawan dari risiko spekulatif adalah risiko murni, yaitu yang ada hanya kemungkinan kerugian dan tidak mempunyai kemungkinan untung. Apakah risiko tersebut spekulatif atau murni, bergantung pada pendekatan yang digunakan. Risiko murni yang dihadapi seseorang, perusahaan atau organisasi dapat digolongkan ke dalam risiko pribadi, risiko harta, dan risiko pertanggungjawaban

Setiap keputusan investasi menyajikan risiko dansreturn tertentu. Oleh karena itu, semua keputusan penting harus ditinjau dari return yang diharapkan (expected return) dan risiko yang dihadapi. Semakin tinggi risiko dari suatu kegiatan usaha (investasi) maka semakin tinggi tingkat pengembalian.

(27)

Nilai variance diperoleh dari hasil pendugaan fungsi produksi, standard deviation diperoleh dari nilai kuadrat dari variance, sedangkan coefficient variation merupakan rasio dari standard deviation dengan nilai expected return dari suatu kegiatan usaha. Return yang diperoleh dapat berupa pendapatan, produksi atau harga.

Sumber-sumber Risiko

Faktor-faktor yang menyebabkan munculnya risiko pada umunya berasal dari dua sumber yakni sumber internal dan eksternal. Sumber internal umumnya memiliki risiko lebih kecil. Hal ini dapat terjadi karena masalah internal umumnya lebih mudah untuk dikendalikan dan bersifat pasti. Sumber eksternal umumnya jauh di luar kendali pembuat keputusan, antara lain muncul dari pasar, ekonomi, politik suatu negara, perkembangan teknologi, perubahan sosial budaya, kondisi pemasok, kondisi geografi dan kependudukan, serta perubahan lingkungan dimana perusahaan itu didirikan.

Menurut Harwood et al (1999), beberapa sumber risiko yang dapat dihadapi petani adalah :

1. Risiko produksi. Sumber risiko dari risiko produksi adalah hama dan penyakit, cuaca, musim, bencana alam, teknologi, tenaga kerja, dan lain-lain, yang dapat menyebabkan gagal panen, produktivitas yang rendah, dan kualitas yang buruk.

2. Risiko pasar atau risiko harga. Risiko yang ditimbulkan oleh pasar diantaranya barang tidak dapat dijual yang disebabkan oleh adanya ketidakpastian mutu, permintaan rendah, ketidakpastian harga output, inflasi, daya beli masyarakat, persaingan ketat, banyak pesaing masuk, banyak produk substitusi, daya tawar pembeli, dan strategi pemasaran yang tidak baik. Sedangkan risiko yang ditimbulkan oleh harga adalah harga yang naik karena adanya inflasi.

3. Risiko kelembagaan atau institusi. Risiko yang ditimbulkan adalah adanya aturan tertentu yang membuat anggota suatu organisasi menjdai kesulitan untuk memasarkan ataupun meningkatkan hasil produksi.

4. Risiko kebijakan. Risiko yang ditimbulkan antara lain adanya kebijakan tertentu yang dapat menghambat kemajuan suatu usaha, misalnya kebijakan tarif ekspor.

5. Risiko finansial atau keuangan. Risiko yang timbul antara lain perputaran barang rendah, laba yang menurun yang disebabkan oleh adanya piutang tak tertagih dan likuiditas yang rendah.

Strategi Pengelolaan Risiko

Strategi pengelolaan risiko merupakan siasat untuk melindungi asset dan kemampuan perusahaan dalam memberikan hasil dengan mengurangi ancaman kerugian akibat dari peristiwa yang tidak dapat dikendalikan. Fungsi-fungsi manajemen sangat berperan dalam perumusan strategi pengelolaan risiko sehingga penentuan strategi dapat dikonsep dalam manajemen risiko.

(28)

kegiatan perusahaan dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi yang lebih tinggi dalam pengambilan keputusan. Terdapat lima manfaat yang diperoleh perusahaan dengan menerapkan manajemen risiko, yaitu :

1. Manajemen risiko mungkin dapat mencegah perusahaan dari kegagalan. Sebagian kerugian seperti hancurnya fasilitas produksi mungkin bisa menyebabkan perusahaan harus ditutup, jika sebelumnya tidak ada kesiapsediaan menghadapi hal seperti itu. Dengan manajemen risiko perusahaan dapat terhindar dari kehancuran.

2. Karena laba dapat ditingkatkan dengan jalan mengurangi pengeluaran, maka manajemen risiko menunjang secara langsung peningkatan laba. Misalnya manajemen risiko dapat mengurangi pengeluaran dengan jalan mencegah atau mengurangi kerugian.

3. Manajemen risiko dapat menyumbang secara tidak langsung laba dengan cara mengurangi fluktuasi laba tahunan dan aliran kas, serta membuat perusahaan melanjutkan kegiatannya walaupun telah mengalami kerugian, jadi dengan demikian mencegah langganan pindah kepada saingan.

4. Memberikan ketenangan pikiran bagi manajer yang disebabkan oleh adanya perlindungan terhadap risiko murni, merupakan harta non material bagi perusahaan.

5. Manajemen risiko melindungi perusahaan dari risiko murni. Karena kreditur pelanggan dan pemasok lebih menyukai perusahaan yang dilindungi maka secar tidak langsung menolong meningkatkan public image.

Secara khusus manajemen risiko diartikan sebagai pengelolaan variabilitas pendapatan oleh manajer dengan menekan sekecil mungkin tingkat kerugian yang diakibatkan oleh keputusan yang diambilnya dalam menghadapi situasi yang tidak pasti. Pemahaman manajemen risiko yang baik akan dapat mengurangi kerugian. Dengan kata lain, akan dapat menambah tingkat keyakinan bagi pembuat keputusan dalam mengurangi risiko kerugian.

(29)

Gambar 1. Proses Pengelolaan Risiko Perusahaan Sumber : Kountur, 2008

Proses pertama dalam pengelolaan risiko adalah pengidentifikasian risiko, risiko yang dihadapi pengusaha sangat banyak dan beraneka ragam dimana hampir di semua kegiatan memiliki risiko. Oleh karena itu perlu diadakan pengidentifikasian risiko, hal ini dilakukan untuk mendapatkan suatu daftar risiko atau risiko-risiko apa saja yang ada di dalam usaha yang dijalankan.

Menurut Kountur (2006), tujuan pengukuran risiko yaitu menghasilkan apa yang disebut dengan status risiko dan peta risiko. Status risiko adalah ukuran yang menunjukkan tingkatan risiko, sehingga dapat diketahui mana risiko yang lebih krusial dari risiko lainnya. Peta risiko adalah gambaran sebaran risiko dalam suatu peta sehingga dapat diketahui dimana posisi risiko terhadap peta. Berdasarkan peta risiko dan status risiko kemudian dapat dilakukan penanganan risiko sesuai dengan posisi risiko yang telah dipetakan dalam peta risiko, sehingga proses penanganan risiko dapat dilakukan dengan tepat sesuai dengan status risikonya.

Konsep Penanganan Risiko

Menurut Harwood, et al. (1999), di dalam lingkungan pertanian para petani memiliki beberapa alternatif strategi dalam pengelolaan risiko pertanian. Beberapa strategi pengelolaan risiko terdiri dari :

1. Diversifikasi Usaha (enterprise diversification)

Suatu strategi pengelolaan risiko yang sering digunakanyang melibatkan partisipasi lebih dari satu aktivitas. Sehingga apabila satu unit usahamemiliki hasil yang rendah maka diharapkan unit-unit usaha yang lain mungkin akan memilikihasil yang lebih baik.

2. Integrasi Vertical (vertical Integration)

Merupakan salah satu strategi dalam cakupan koordinasivertical. Koordinasi vertical meliputi seluruh cara yang mana output dari satutahapan produksi dan distribusi ditransfer ke tahapan produksi lain. Sebuahperusahaan melakukan integrasi vertical apabila memiliki control kepemilikan suatukomoditi pada dua atau lebih tingkat kegiatan.

3. Kontrak produksi (Production Contract)

Kontrak produksi khusus memberi kontraktor (pembeli) melakukan pengawasan atau kontrol yang cukup selama proses produksi (Perry, 1997).Kontrak ini biasanya menetapkan dengan rinci suplayinput produksi oleh

IDENTIFIKASI RISIKO

PENGUKURAN

RISIKO

(30)

pembeliyang dikelola oleh petani secara terintegrasi, kualitas dan kuantitas komoditi tertentu yang akandiproduksi dimana pembeli memberikan kompensasi yang akan dibayarkan kepada petani atas hasil dari proses produksi tersebut. 4. Kontrak Pemasaran (Marketing Contract)

Merupakan salah satu perjanjian baik itu berupa verbal ataupun tertulis antara pembeli dan produsen (petani) mengenai penentuan harga suatu komoditas sebelum panen atau sebelum komoditas tersebut siap untuk di jual. Kontrak dimana kepemilikan komoditi saat diproduksi adalah milik petani, termasuk keputusan petani (seperti menentukan varietas benih, penggunaan input dan kapanwaktunya). Yang membedakan antara kontrak pemasaran dan kontrak produksiadalah petani yang menggunakan kontrak pemasaran memiliki tanggung jawabdalam keputusan manajemen yang lebih besar.

5. Perlindungan Nilai Masa Depan (hedgingin futures)

Merupakan perjanjian masa depan mengenai harga dalam menyiasati perubahan harga pada masa yang akan datang. Pada dasarnya harga komoditas primer sering berfluktuasi karenaketergantungannya pada faktor-faktor yang sulit diprediksi seperti musim, bencanaalam dan lain-lain. Dengan kegiatan hedging menggunakan kontrak berjangka di awal dalam menentukan harga, sehingga hedger (pelaku bisnis) dapat mengurangi sekecil mungkin dampak risiko yangdiakibatkan perubahan harga tersebut. Sehinggahedgingadalah instrumen yang tepatuntuk mengurangi risiko kerugian terkait dengan fluktualitas harga yang terjadi padasaat jual beli dilakukan di pasar fisik.

Sedangkan menurut Kountur (2006), berdasarkan peta risiko dapat diketahui cara penanganan risiko yang tepat untuk dilaksanakan. Terdapat dua strategi penanganan risiko, yaitu :

1. Preventif

Preventif dilakukan sedemikian rupa sehingga risiko tidak terjadi, preventif dilakukan dengan beberapa cara diantaranya : (1) Membuat atau memperbaiki sistem, (2) Mengembangkan sumber daya manusiadan (3) Memasang atau memperbaiki fasilitas fisik.

2. Mitigasi

Mitigasi adalah strategi penanganan risiko yang dimaksudkan untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan dari risiko. Strategi mitigasi dilakukan untuk menangani risiko yang memiliki dampak yang sangat besar. Adapun beberapa cara yang termasuk ke dalam strategi mitigasi adalah :

a. Diversifikasi

Diversifikasi merupakan cara menempatkan aset atau harta di beberapa tempat sehingga jika salah satu tempat terkena musibah tidak akan menhabiskan semua aset yang dimiliki.

b. Penggabungan

Penggabungan (merger) adalah salah satu cara atau pola penanganan risiko yaitu dengan cara penggabungan dengan pihak atau perusahaan lain.Strategi ini adalah dengan melakukan penggabungan atau dengan cara melakukan akuisisi.

c. Pengalihan Risiko

(31)

pengalihan risiko ini adalah mengalihkan risiko kepihak lain sehingga jika terjadi kerugian, pihak lainlah yang menanggung kerugian. Ada beberapa cara untuk mengalihkan risiko ke pihak lain antara lain : leasing, outsourcing, hedging dan asuransi.

Leasing adalah cara dimana suatu aset digunakan, tetapi kepemilikannya ada pada pihak lain. Jika terjadi sesuatu hal pada aset yang dijaminkan tersebut, maka pemiliknya yang akan menanggung kerugian atas aset tersebut. Outsourcing adalah cara lain untuk mentransfer kerugian kepihak lain jika terjadi risiko, dimana pekerjaan diberikan kepihak lain untuk mengerjakan suatu pekerjaan, sehingga pemilik barang tidak menanggung kerugian.

Hedging adalah cara pengurangan dampak risiko yaitu dengan cara pengurangan dampak risiko dengan cara mengalihkan risiko melalui transaksi penjualan atau pembelian. Sedangkan asuransi juga merupakan salah satu cara untuk mengalihkan risiko yaitu dengan cara mengasuransikan harta-harta perusahaan yang dampak risikonya besar,yang artinya jika terjadi risiko pada harta tersebut maka pihak asuransi akan menanggung risiko tersebut.

Kerangka Pemikiran Operasional

Adanya potensi yang terdapat di dalam usaha pembesaran ikan hias Neon tetra yang menjanjikan keuntungan. Akan tetapi para pelaku usahanya tentu juga tahu bahwa usaha ini tidak akan lepas dari adanya risiko sebagaimana usaha-usaha lainnya secara umum risiko utama yang sering dihadapi oleh para pembudidaya ikan hias air tawar ini adalah risiko produksi. Adanya risiko produksi tentu akan menimbulkan hambatan untuk memproduksi ikan hias dengan kualitas dan kuantitas yang diharapkan.

Usaha Bapak Rodi merupakan salah satu usaha yang mengusahakan ikan hias Neon tetra . Adanya fluktuasi Survival Rate pada usaha pembesaran ikan Neon tetra yang dibudidayakan mengakibatkan sulitnya memprediksi pendapatan, hal ini diakibatkan karena adanya risiko produksi di dalam proses pembesaran ikan hias. Adapun beberapa faktor yang terindikasi sebagai sumber risiko produksi diantaranya adalah pengaruh tingkat curah hujan, kesalahan pemudidayaan, serangan hama dan penyakit dan keterampilan tenaga kerja. Adanya sumber-sumber risiko tersebut menyebabkan terjadinya fluktuasi produksi ikan Neon tetra di Usaha Bapak Rodi.

Sumber-sumber risiko produksi yang dipaparkan diatas sebelumnya belum dapat dipastikan dapat menggambarkan keseluruhan sumber risiko produksi yang masih mungkin terdapat di dalam usaha pembesaran ikan hias yang dijalankan Usaha bapak Rodi. Oleh karena itu perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk mengidentifikasi sumber-sumber risiko produksi yang benar-benar terdapat di dalam usaha pembesaran ikan hias tersebut.

(32)

perusahaan. Selanjutnya dianalisis, strategi alur kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada usaha bapak Rodi yang merupakan salah satu tokoh yang memanfaatkan potensi ikan hias melalui pembudidayaan ikan hias air tawar di Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja dengan dasar pertimbangan adanya

 Potensi peluang pasar ekspor ikan hias yang sedang berkembang  Memaksimumkan keuntungan

 Meminimumkan risiko produksi

Strategi Pengelolaan Risiko Produksi Analisis Risiko

1. Expected return

2. Ragam (variance)

3. Simpangan baku (standard

deviation)

4. Koefisien variasi (coefficient

variation)

Analisis Deskriptif Identifikasi Sumber-sumber

Risiko

Fluktuasi/variasi Survival Rate (SR)

(33)

ketersediaan data yang diperlukan dalam penelitian dan kesediaan manajemen perusahaan menjadikan perusahaan tersebut menjadi lokasi penelitian.

Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan kepada kinerja dan pengalaman Bapak Rodi selama sebelas tahun dalam usaha budidaya ikan hias air tawar khususnya pada usaha pembesaran ikan hias jenis neon tetra , hal ini terbukti dengan semakin berkembangnya usaha ini. Selain itu bapak Rodi merupakan ketua kelompok pembudidaya ikan Pokdakan Curug Jaya 1 (PCJ) yang berada di wilayah Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat, kelompok ini berhasil meraih penghargaan Adibakti Mina Bahari dari Menteri Kelautan dan Perikanan sebagai Juara I Bidang Perikanan Budidaya, Kategori Ikan Hias pada Desember 2010 karena sistem penjualan satu pintu yang baik serta kontribusinya dalam mendorong budidaya ikan hias. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Oktober 2013 sampai dengan Bulan Desember 2013.

Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data kualitatif merupakan data-data non angka berupa keterangan-keterangan mengenai perkembangan usaha, kondisi usaha pembesaran ikan hias neon tetra , dan sebagainya yang berhubungan dengan penelitian seperti jumlah akuarium dan aset lainnya, biaya produksi, jumlah produksi, proses produksi serta data lainnya yang berhubungan dengan kebutuhan penelitian. Data yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan data produksi yang diperoleh dari data sekunder pengusaha bulan Januari 2011 sampai September 2013. Data kuantatif merupakan data angka atau numerik seperti, jumlah produksi per periode, data statistik, buku, jurnal.

Data primer merupakan data yang diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan (observasi) dan wawancara dengan pihak perusahaan baik pemilik dan atau karyawan perusahaan untuk mengatahui proses produksi, mengetahui risiko yang terjadi di perusahaan, dan penyebab risiko yang terjadi di perusahaan serta dengan pihak luar seperti pegawai Penelitian dan Pengembangan (LITBANG) Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP), penyuluh dari Dinas Pertanian dan Perikanan, para pesaing dan konsumen dari pengusaha. Sedangkan data sekunder merupakan data yang dipakai untuk menunjang data primer. Data sekunder diperoleh dari penelusuran melalui literatur-literatur, seperti data yang dimiliki oleh pihak perusahaan yaitu data produksi selama 1 tahun terakhir, bahan pustaka, serta dari lembaga pemerintah yang terkait seperti Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP), Badan Pusat Satatistik dan Dinas Pertanian, Perikanan Kota Depok, internet dan Literatur yang relevan.

Metode Pengolahan Data dan Analisis Data

(34)

perusahaan. Sedangkan analisis kuantitatif terdiri dari analisis risiko yang meliputi analisis pendapatan dan analisis risiko pada kegiatan produksi.

Teknik pengambilan responden menggunakan metode purposive sampling, yaitu dengan memilih secara sengaja sampel yang diteliti sebagai responden. Responden yang dipilih berasal dari internal perusahaan yaitu bapak Rodi sebagai pemilik dan satu orang pegawai pembembesaran ikan neon tetra. Alasan pemilihan responden tersebut disebabkan responden yang dipilih merupakan pihak yang mengetahui informasi mengenai faktor yang menyebabkan adanya risiko produksi pada usaha pembesaran ikan neon tetra serta mengetahui kondisi perusahaan pada saat ini secara menyeluruh.

Analisis Manajemen Risiko

Analisis manajemen risiko produksi yang diterapkan berdasarkan penilaian pengambilan keputusan di perusahaan secara subjektif yang dilakukan untuk melihat apakah manajemen risiko yang diterapkan efektif untuk meminimalkan risiko produksi. Pengelolaan risiko dapat dilakukan dengan mengidentifikasi penyebab-penyebab adanya risiko produksi, kemudian melakukan pengukuran risiko, menangani risiko dan mengevaluasi risiko serta melihat sejauh mana fungsi manajemen risiko yang diterapkan pada usaha pembesaran ikan Neon tetra milik Bapak Rodi.

Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif dalam penelitian ini mencangkup analisis risiko yang meliputi analisis pendapatan dan analisis risiko pada kegiatan spesialisasi. Analisis kuantitatif dalam penilaian risiko yang dilakukan pada penelitian ini didasarkan dengan pengukuran penyimpangan.

Beberapa ukuran yang dapat digunakan untuk mengukur penyimpangan diantaranya adalah ragam (variance), simpangan baku (standard deviation), dan koefisien variasi (coefficient variation) untuk menghitung risiko usaha spesialisasi.

Peluang merupakan kemungkinan terjadinya suatu peristiwa. Peluang hanya suatu kemungkinan, jadi nilai dari suatu peluang bukan merupakan nilai mutlak dalam suatu kondisi. Penentuan peluang diperoleh berdasarkan dari suatu kejadian pada kegiatan budidaya yang dapat diukur dari pengalaman yang telah dialami perusahaan dalam menjalankan kegiatan usaha. Nilai peluang ditentukan dengan mengobservasi kejadian yang sudah terjadi. Peluang dari masing-masing kegiatan akan diperoleh pada setiap kondisi yaitu tertinggi, normal dan terendah.

(35)

setiap kondisi yang dibagi dengan periode waktu selama kegiatan berlangsung, secara sistematis dapat dituliskan :

Dimana :

W = Frekuensi terjadinya peristiwa SR tertinggi, terendah dan normal n = Banyaknya kejadian

Pada penelitian ini peluang yang akan dihitung adalah kemungkinan terjadinya risiko produksi dalam budidaya pembesaran ikan hias pada usaha Bapak Rodi. Penentuan peluang diperoleh berdasarkan dari suatu kejadian pada kegiatan budidaya yang dapat diukur dari pengalaman yang telah dialami perusahaan. Peluang yang ditentukan mencerminkan kemungkinan terjadinya risiko produksi pembesaran ikan hias pada usaha BapakRodi.

Untuk menentukan berapa besar peluang yang akan terjadi maka perluditetapkan kisaran survival rate ikan itu sendiri. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Rodi, pegawainya dan beberapa petani lainnya yang mengusahakan ikan sejenis, ikan yang dibudidayakan dalam kondisi yang baik dan sesuai dengan lingkungannya sangat berpengaruh terhadap survival rate yang akan terjadi. Ada banyak faktor yang menyebabkan survival rate tinggi ataupun rendah, untuk kisaran survival rate pembesaran ikan neon tetra yang dibudidayakan bapak Rodi dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Tingkat survival rate pada pembesaran ikan neon tetra di usaha Bapak Rodi (2012)

No Kondisi SR Kisaran SR (%)

1 Rendah < 80

2 Normal 80-94

3 Tinggi >95

Sumber : Pokdakan Curug Jaya (2013)

Pada Tabel 5 menjelaskan mengenai tingkat survival rate yang menjadi patokan dalam penentuan kondisi usaha Bapak Rodi, penentuan tingkat survival rate ini berdasarkan pertimbangan dimana pada saat usaha tersebut dalam kondisi survival rate yang rendah yaitu dibawah 80 persen, maka pengusaha menganggap usaha tersebut tidak memberikan keuntungan bagi pengusaha tersebut.

(36)

Kasidi (2010), menyatakan bahwa suatu kejadian dapat ditentukan dengan membuat tabel untuk hasil-hasil yang mungkin diperoleh dan menilai masing-masing hasil tersebut berdasarkan probabilitasnya. Maka, dengan menambahkan hasil dari masing-masing kejadian tersebut dapat diperoleh nilai harapannya. Rumus expected return dituliskan sebagai berikut :

E(Ri)= Dimana :

E(Ri) = Expected Return

Pi = Peluang dari suatu kejadian SR tertinggi, terendah dan normal Ri = Return Survival Rate

Analisis kuantitatif dalam penilaian risiko yang dilakukan pada penelitian ini didasarkan dengan pengukuran penyimpangan. Beberapa ukuran dapat digunakan untuk mengukur penyimpangan diantaranya adalah ragam (variance), simpangan baku (standard deviation), dan koefisien variasi (coefficient variation).

a. Ragam (Variance)

Pengukuran variance dari return merupakan penjumlahan selisih kuadrat dari return dengan Expected return dikalikan dengan peluang dari setiap kejadian. Nilai variance dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut (Elton dan Gruber, 1995):

Dimana :

= Variance dari return

Pij = Peluang dari suatu kejadianSR tertinggi, terendah dan normal Rij = Return

Ři = Expected return

Dari nilai variance dapat menunjukkan bahwa semakin kecil nilai variance maka semakin kecil penyimpangannya sehingga semakin kecil risiko yangdihadapi dalam melakukan kegiatan usaha tersebut.

b. Simpangan Baku (Standard Deviation)

Standard deviation dapat diukur dari akar kuadrat dari nilai variance. Risiko dalam penelitian ini berarti besarnya fluktuasi keuntungan, sehingga semakin kecil nilai standard deviation maka semakin rendah risiko yang dihadapi dalam kegiatan usaha. Rumus standard deviation adalah sebagai berikut (Elton dan Gruber, 1995) :

Dimana :

= Variance

(37)

c. Koefisien Variasi (Coefficient Variation)

Coefficient variation diukur dari rasio standard deviation dengan return yang diharapkan atau ekspektasi return (expected return). Semakin kecil nilai coefficient variation maka akan semakin rendah risiko yang dihadapi. Rumus coefficient variation adalah (Elton dan Gruber, 1995) :

Dimana:

CV = Coefficient variation = Standard deviation Ři = Expected return

GAMBARAN PROFIL USAHA

Profil Usaha

Usaha yang dilakukan oleh Bapak Rodi dimulai pada tahun 2000, diawali dengan 4 buah akuarium dan tekad berusaha yang kuat usaha beliau semakin berkembang dari tahun ke tahun. Bapak Rodi adalah salah satu tokoh sekaligus pelopor yang memanfaatkan potensi ikan hias melalui pembudidayaan ikan hias air tawar khususnya ikan jenis Neon tetra di jalan Indah RT 03 RW 06, Kelurahan Curug, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok. Saat ini jumlah total akuarium yang Bapak Rodi miliki mencapai kurang lebih 2000 unit. Beberapa unit usaha yang diusahakan oleh Bapak Rodi meliputi usaha pembenihan dengan jumlah akuarium yang digunakan sebanyak 500 unit, usaha pembesaran ikan hias neon tetra yang dimulai pada awal tahun 2008 dengan jumlah akuarium sebanyak 300 unit dan usaha pemasaran ikan hias neon tetra dengan jumlah akuarium yang digunakan sebanyak 1200 unit. Volume produksi usaha pemasaran Bapak Rodi sebesar 300.000 sampai dengan 400.000 ekor per bulan.

Pada tanggal 13 Mei 2006 Bapak Rodi memiliki ide untuk mendirikan suatu wadah bagi para pembudidaya ikan hias serupa dengan nama Pokdakan Curug Jaya (PCJ) bersama dengan sembilan belas orang pembudidaya ikan hias air tawar yang bermukim serta melakukan usaha di Kelurahan Curug dan sekitarnya. Latar belakang pendirian PCJ adalah keinginan para pendiri untuk meningkatkan kesejahteraan mereka melalui sebuah wadah kelompok sekaligus melanjutkan hubungan kekeluargaan yang sudah terjalin di antara mereka. Para pendiri merasa melakukan usaha budidaya dalam wadah kelompok dapat meningkatkan daya tawar mereka terhadap konsumen serta memudahkan mereka dalam hal operasional.

(38)

keputusan bahwa BapakRodi yang merupakan seorang supplier merangkap sebagai pembudidaya ikan hias air tawar menjadi ketua kelompok sementara. Walaupun demikian, seiring berjalannya waktu, BapakRodi dikukuhkan sebagai ketua kelompok resmi PCJ

Di tahun 2009 PCJ berhasil menjadi pemenang lomba kinerja kelompok pembudidaya perikanan tingkat Kota Depok. Selanjutnya pada tahun 2010 PCJ berhasil menjadi kelompok pembudidaya ikan hias terbaik tingkat Provinsi Jawa Barat dan kemudian puncaknya pada bulan Desember 2010 PCJ berhasil mendapatkan penghargaan Adibakti Mina Bahari dari Menteri Kelautan dan Perikanan sebagai Juara I Bidang Perikanan Budidaya Kategori Ikan Hias yang merupakan penghargaan puncak tingkat nasional. Menurut Ketua Penyuluh Pertanian Kota Depok sebagai salah satu anggota tim penilai PCJ, alasan utama terpilihnya PCJ sebagai pokdakan berprestasi diantaranya adalah kepedulian sosial PCJ yang tinggi dan sistem penjualan satu pintu yang baik.

Hal ini membuktikan bahwa dengan pengalaman dan keahlian BapakRodi dalam membudidayakan ikan hias neon tetra . selaku ketua PCJ telah berhasil mensejahterakan anggota kelompok.

Struktur Organisasi

Struktur organisasi yang berada dalam usaha yang dijalan Bapak Rodi masih sangat sederhana, dengan memanfaatkan sumber daya manusia yang berasal dari dalam keluarganya sendiri. Diantaranya BapakRodi sebagai ketua, istri sebagai tenaga administrasi dan beberapa pegawai/rekan yang berasal dari keluarga besar Bapak Rodi adapun struktur organisasi tersebut dapat dilihat seperti dibawah ini.

Gambar 3: Struktur Organisasi pada Usaha Bapak Rodi

Sistem pembayaran pada karyawan pada masa percobaan selama tiga bulan Rp 500.000,-/bulan dengan uang mingguan (diluar gaji) sebesar Rp 25.000,- dan setelah masa percobaan gaji pokok menjadi Rp 900.000,- dengan uang mingguan sebesa Rp 50.000,-. Untuk rekanan menggunakan sistem berbentuk bagi hasil dari

Ketua

Administrasi

Rekan/pegawai pembenihan

Rekan, usaha pembesaran

Gambar

Tabel 1 PDB perikanan dan nasioanal indonesia atas dasar harga berlaku tahun
Tabel 2 Volume produksi sektor perikanan tahun 2010-2011
Tabel 4   Survival rate pembesaran ikan hias neon tetra Bapak Rodi tahun 2011-2013
Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional
+2

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Yananda dan Salamah (2014, h.34) city branding adalah strategi yang membuat suatu tempat ‘berbicara’ kepada masyarakat, dengan city branding sebuah kota

Pada pengambilan keputusan atau pemecahan masalah yang dilakukan oleh Lurah Tegal Gundil dalam menjalankan aktivitas kelurahan, pegawai mempersepsikan bahwa

Genotipe tomat yang diuji memberikan pengaruh yang nyata terhadap karakter daya hasil tanaman, seperti tinggi tanaman, diameter batang, umur berbunga, umur panen, diameter

sebagai akibat dari aktivitas perusahaan dengan kata lain adalah aliran kas yang terdiri dari aliran masuk dalam perusahaan dan aliran kas keluar perusahaan serta berapa

Rendemen minyak sawit kasar (Rcpo) dan inti sawit (Ris) adalah berat minyak sawit kasar dan inti sawit yang dihasilkan pabrik dibagi dengan berat TBS yang diolah dan dikalikan

Melalui pendekatan saintifik dengan menggunakan model pembelajaran discovery learning dengan googleslide dan PPP, peserta didik dapat mendeskripsikan terbentuknya

Selanjutanya dianalisis fenomena ini dengan teori feminisme, karena adanya indikasi eksistensi wanita untuk menjadi Satpol PP, lalu bagaimana pengaruh budaya patriarki

Dari hasil kajian ini, secara umum dapat dikatakan bahwa kesalahan berbahasa Indonesia pada penulisan pamflet dan papan nama pertokoan masih sering dijumpai yang belum