• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM RANTAI PASOK BROKOLI DI KECAMATAN LEMBANG KABUPATEN BANDUNG BARAT

Rantai pasok brokoli di Kabupaten Bandung mengalirkan brokoli berkualitas baik yang sudah dalam bentuk kemasan. Rantai pasok ini terdiri dari petani yang bermitra dengan CV. Yan’s Fruits and Vegetable, CV. Yan’s Fruits and Vegetable, riteler, dan konsumen akhir. Brokoli yang telah dipanen oleh petani akan dialirkan ke CV. Yan’s Fruits and Vegetable, kemudian ada yang langsung dialirkan ke pasar tradisional apabila brokoli tersebut memiliki kualitas yang buruk. Akan tetapi, pada penelitian ini, akan difokuskan pada brokoli dengan kualitas terbaik yang disalurkan petani ke CV. Yan’s Fruits and Vegetable. Dari CV. Yan’s Fruits and Vegetable, brokoli akan dikemas kemudian dialirkan ke ritel yang merupakan supermarket besar yang ada di wilayah Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok Tangerang, dan Bekasi).

Gambaran Umum Budidaya Brokoli di Desa Cibodas Kecamatan Lembang

Budidaya brokoli membutuhkan daerah yang beriklim dingin dengan ketinggian 1 000 – 2 000 meter dpl. Kisaran suhu yang optimum untuk pertumbuhan dan produksi minnimum antara 15.50 – 180 celcius dan maksimum 240 celcius.

Perkembangan teknologi pemuliaan tanaman telah menghasilkan beberapa varietas brokoli yang dapat ditanam di daerah dataran rendah hingga ketinggian 1 000 meter dpl.

Brokoli termasuk dalam tanaman yang sangat peka terhadap temperatur. Suhu yang terlalu panas sangan mempengaruhi proses pembentukan daun-daun kecil pada masa bunga (curd), tidak membentuk crop dan akan menghasilkan benih. Sebaliknya, suhu yang terlalu dingin mengakibatkan terjadinya pembentukan bunga sebelum waktunya.

Berdasarkan karakteristik persyaratan tumbuhnya, tanaman brokoli membutuhkan lahan yang berada di dataran tinggi dengan spesifikasi tanahnya subur, gembur, kaya akan bahan organik dengan pH 5.5 – 6.0 dan pengairan yang cukup memadai. Pengolahan tanah dilakukan dengan membajak lahan, baik dengan hewan ternak ataupun traktor. Tanah dihancurkan dan diratakan (digaru) kemudian dicampur dengan pupuk kandang. Setelah dibajak dan digaru, dibuat bedengan- bedengan pada lahan dengan lebar 110 cm, sedangkan panjanganya disesuaikan dengan keadaan lahan. Untuk mencegah tumbuhnya gulma pada bedengan, dilakukan penyemprotan dengan herbisida sistemik pratumbuh. Sementara untuk mencegah munculnya ulat tanah (agrotis ipsilon) dapat disemprotkan insektisida. Pada musim tanam terakhir, hama yang muncul adalah kupu-kupu, dan dapat diatasi dengan penyemprotan insektsida pula. Setelah itu, lahan dibbiarkan selama 3 – 4 hari.

Penanaman benih brokoli tidak berbeda dengan tanaman jenis kubis-kubisan lain, dimana dapat ditanam secara langsung di lubang tanam atau disemaikan terlebih dahuu. Penanaman dengan persemaian terlebih dahulu sangat dianjurkan untuk memberikan kondisi optimal saat permulaan tumbuh benih. Persemaian dapat menggunakan bedeng semai ukuran lebar 110 – 120 cm dan panjang sesuai

kebutuhan yang diberi naungan berupa plastik/daun-daunan, atau dapat menggunakan bumbung (koker) atau yang biasa dikenal dengan polybag. Polybag dapat dibuat dari plastik maupun daun pisang.

Penggunaan zat fumigan Basamid-G untuk sterilisasi juga dianjurkan untuk mengurangi resiko benih dari serangan penyakit rebah batang (damping off). Benih yang disemai di bumbung atau persemaian dalam waktu ± 3 minggu, sudah menunjukkan daun sempurna, sehingga sudah bisa dipindahkan ke lahan. Jarak tanam yang digunakan adalah 60 x 70 cm, dengan tujuan agar daun antar tanaman tidak saling tumpang tindih dan cukup dalam menerima sinar matahari, sehingga memperoleh hasil yang optimal.

Pemupukkan yang diberikab menggunakan campuran pupuk ZA, Grand-S 15, serta Tanigro dengan perbandingan 2 : 1 : 3. Untuk setiap tanaman sebaiknya diberikan konsentrasi pupuk 30 gram. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dalam rangka pencegahan dan pemberantasan penyakit. Sebelum melakukan pengendalian hama secara kimia, perlu dilakukan pengamatan terlebih dahulu bagaiman populasi hama. Insektisida yang dianjurkan dalam mengendalikan hama brokoli adalah insektisida biologis seperti Turex WP dengan bahan aktif Bacillus Thuringeinsis. Insektisida ini selain aman bagi tanaman juga sebagai racun perut, sehingga tidak membunuh musuh alami hama.

Berdasarkan pengalaman petani, pengendalian dilakukan setelah melakukan pengamatan pada tanamannya. Dalam keadaan normal biasanya pemberian pestisida cukup tiga kali dan dihentikan lima hari sebelum panen. Pada umur 50 – 60 hari setelah tanam, brokoli sudah siap dipetik hasilnya dan sudah dapat dipasarkan.

Petani di Desa Cibodas sudah mulai menerapkan sistem pertanian berkelanjutan, dimana petani sudah mulai mengurangi penggunaan bahan kimia yang berlebihan dalam kegiatan usahataninya. Hal ini tentu tidak mengurangi hasil produksi, semakin sedikit kandungan kimia yang ada dalam tanah, maka tingkat pencemaran pada tanah yang digunakan untuk penanaman brokoli semakin rendah. Akan tetapi, diperlukan perhatian khusus dari segi peraian dan penanganan hama penyakit yang lebih intensif aggar dapat memperoleh hasil yang optimal. Sistem pertanian berkelanjutan mulai diterapkan petani di Desa Cibodas setelah adanya arahan dari Kelompok Usahatani Mekar Tani Jaya yang ada di desa tersebut, dimana dilanturkan oleh ketua Gapoktan bahwa konsumen lebih tertarik dengan sayuran yang kandungan bahan kimia nya rendah atau mendekati organik.

Gambaran Umum Petani Mitra

Terdapat 30 orang petani brokoli yang bermitra dengan CV. Yan’s Fruits and Vegetable, dimana dari 30 petani, 5 petani merupakan pemasok utama brokoli ke CV. Yan’s Fruits and Vegetable. Seluruh petani mitra tersebut bergabung dengan Kelompok Usahatani Mekar Tani Jaya, dimana disanalah petani memperoleh pengetahuan tentang budidaya brokoli yang berkualitas. Lahan yang digunakan petani untuk budidaya brokoli berlokasi di Kecamatan Lembang, tetapi pada daerah yang berbeda-beda. Petani mitra juga memiliki karakteristik yang berbeda-beda.

Dari seluruh petani mitra yang dijadikan sebagai responden, sebagian besar berjenis kelamin laki-laki. Hanya terdapat tiga petani mitra yang berjenis kelamin perempuan. Sebagian besar petani mitra menjadikan bertani sebagai pekerjaan

utama, yaitu sebanyak 26 orang petani (86.67 persen) dan sisanya (13.37 persen) menjadikan tani sebagai mata pencaharian sampingan. Adapun mata pencaharian sampingan yang dimiliki oleh sebagian petani responden adalah berdagang dan beternak.

Rentang umur petani mitra yaitu 20 hingga 65 tahun. Sebagian besar petani berada pada rentang umur 20 hingga 50 tahun, sehingga dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden berusia produktif. Hal ini juga dapat menunjukan bahwa usahatani brokoli di daerah penelitian banyak dikembangkan oleh orang-orang yang masih berusia produktif. Biasanya, orang-orang yang masih berusia produktif memiliki semangat yang tinggi untuk mengembangkan usahanya karena pada usia tersebut terdapat dorongan kebutuhan yang tinggi. Namun, ada beberapa petani yang telah berusia lanjut (lebih dari 50 tahun) masih tetap berusahatani. Mereka menganggap bertani merupakan mata pencaharian pokok mereka yang telah turun temurun. Sebaran umur petani mitra dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Sebaran petani mitra berdasarkan umur

Tingkat pendidikan petani mitra akan berpengaruh pada tingkat penyerapan teknologi baru dan ilmu pengetahuan. Seluruh petani mitra pernah mengikuti pendidikan formal. Namun tingkat pendidikan yang diikuti oleh petani tersebut masih rendah. Sebagian besar petani mitra hanya memperoleh pendidikan pada tingkat Sekolah Dasar (SD) yaitu 53.33 persen. Petani mitra lainnya yang mencapai tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) yaitu 30 persen dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) yaitu 16.67 persen. Sebaran umur petani mitra dapat dilihat pada Tabel 5.

Tingkat pendidikan petani menjadi penting terutama dalam kaitannya dengan transformasi teknologi yang ada dalam melakukan usahatani brokoli tersebut. Biasanya petani dengan tingkat pendidikan rendah mengalami kesulitan dalam hal adaptasi teknologi baik dalam hal budidaya maupun perlakuan pasca panen dan yang lainnya, sehingga kondisi ini akan berdampak pada tingkat produksi yang akan dicapai oleh petani tersebut. Namun dalam praktik usahatani brokoli, kelemahan dalam tingka pendidikan dapat sedikit diatasi oleh kemunculan kelompok-kelompok tani yang menjadi wadah bagi para petani untuk bertukar ilmu dan informasi usahatani.

Tabel 5 Sebaran petani mitra berdasarkan tingkat pendidikan

Umur (tahun) Jumlah Petani (orang) Persentase (%)

20-35 10 33.33

36-50 18 60.00

51-65 2 6.67

Jumlah 30 100.00

Tingkat Pendidikan Jumlah Petani (orang) Persentase (%)

SD 16 53.33

SLTP 9 30.00

SLTA 5 16.67

Luas areal rata-rata usahatani brokoli yang diusahakan petani mitra adalah rata-rata 0,32 hektar. Sebagian besar petani brokoli memiliki luasan areal usahatani ≤ 1.00 hektar yaitu sebanyak 88,8 persen. Hanya sebagian kecil saja petani yang mengusahakan brokoli di luasan lahan lebih dari satu ha yakni 5.6 persen untuk luasan lahan 0,51-1 ha dan 5,6 persen untuk petani yang memiliki luasan lahan lebih dari 1,01 ha. Pola tanam yang dilakukan untuk usahatani brokoli biasanya dilakukan sebanyak tiga kali dalam satu tahun, setelah itu para petani membudidayakan komoditas lain untuk mencegah kejenuhan lahan. Sebaran petani mitra berdasarkan luas lahan usahatani brokoli dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Sebaran petani mitra berdasarkan luas lahan usahatani brokoli

Sebagian besar petani mitra telah lama berprofesi sebagai petani sayuran khususnya brokoli. Karakteristik sayuran ini yang cepat panen dan relatif mudah dalam melakukan budidaya menjadikan sayuran ini banyak dibudidayakan. Mayoritas petani mempunyai pengalaman 3-5 tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa tanaman brokoli ini belum terlalu lama dibudidayakan oleh para petani mitra karena menurut informasi yang ada, tanaman brokoli baru dikenal oleh para petani kurang lebih pada tahun 1999an.

Karakteristik tanaman brokoli yang mempunyai umur pendek dan mudah dibudidayakan menyebabkan kemudahan dalam hal adaptasi terhadap pola budidaya dari tanaman brokoli itu sendiri. Semakin tinggi pengalaman akan menjadikan petani lebih memahami karakteristik sayuran yang mereka tanam. Selain pengalaman, biasanya petani mengetahui pemahaman mengenai praktik lapang dari Kelompok Tani dan perusahaan benih atau pupuk yang melakukan demplot (demontrasi plot) di daerah tersebut. Sebaran petani mitra berdasarkan lama usahatani brokoli dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Sebaran petani mitra berdasarkan lama usahatani brokoli

Sebagian petani mitra dalam hal kepemilikan lahan adalah lahan sewaan (61,1 persen). Petani penyewa lahan ini biasanya mempunyai karakteristik dalam mengelola lahannya dalam mengusahakan beranekaragam jenis sayuran dan mempunyai modal yang relatif besar. Sebagian lagi memiliki lahan sendiri (38,9 persen). Status kepemilkan lahan ini nantinya akan berpengaruh pada tingkat Luas Lahan (ha) Jumlah Petani (orang) Persentase (%)

≤ 1.00 21 70.00

> 1.00 9 30.00

Jumlah 30 100.00

Lama Usahatani (tahun) Jumlah Petani (orang) Persentase (%)

> 3 1 3.33

3 – 5 15 50.00

> 5 – 10 11 36.67

> 10 3 10.00

penerimaan yang akan diperoleh petani mitra. Sebaran petani mitra berdasarkan status kepemilikan lahan dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Sebaran petani mitra berdasarkan status kepemilikan lahan

Gambaran Umum CV. Yan’s Fruits and Vegetable

CV. Yan’s Fruits and Vegetable berlokasi di Jalan Maribaya Timur Kampung Cibeunying RT 10 Desa Cibodas Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Pada tahun 1999, Bapak Kostaman selaku pendiri sekaligus pemilik dari CV. Yan’s Fruits and Vegetable memulai usaha perdagangan hasil panen dengan hanya mengandalakan modal kepercayaan dari petani. Usaha ini awalnya hanya menjual beberapa komoditas buah saja. Komoditas unggulan dari usaha ini adalah stroberi. Memasuki tahun 2000, mulai dilakukan perluasan usaha dengan menambahkan sayuran sebagai komoditas yang dijual. Usaha penjualan hasil panen ini terus berkembang hingga memperoleh badan hukum pada tanggal 1 Juni 2009 dengan nama CV. Yan’s Fruits and Vegetable.

Peningkatan order yang semakin drastis menyebabkan CV. Yan’s Fruits and Vegetable sudah mampu menyediakan183 sayur dan buah dari hasil panen petani mitra CV. Yan’s Fruits and Vegetable. Sayuran dan Buah yang disediakan CV. Yan’s Fruits and Vegetable tergolong eksklusif dan memiliki kualitas terbaik. Contoh sayuran yang disediakan CV. Yan’s Fruits and Vegetable adalah brokoli, paprika, lettuce head, horenzo, dan lain-lain. Selain itu, jenis pengemasan yang disediakan untuk setiap sayuran juga berbeda-beda, seperti misalnya brokoli dikemas dengan wrapping, sedangkan stroberi dikemas dengan plastik mika. CV. Yan’s Fruits and Vegetable juga sudah memiliki mitra ritel sebanyak 34 supermarket yang tersebar di ibukota dan kota-kota besar lainnya. Beberapa supermarket mitra CV. Yan’s Fruits and Vegetable adalah SOGO (seluruh SOGO di wilayah Jabodetabek), PAPAYA, KAMOME, Grand Lucky, KHEMCHIK PACIFIC PALACE, TOTAL, Market City Pantai Indah Kapuk, dan sebagainya.

CV. Yan’s Fruits and Vegetable memiliki visi yaitu “Kenyamanan untuk Semua Orang” dan beberapa misi, yaitu (1) Memberikan pelayanan yang prima dengan memperhatikan kepentingan semua pihak, baik supermarket, karyawan, petani mitra, maupun masyarakat sekitar, (2) Meningkatkan kualitas diri setiap saat untuk tercapai sebuah perusahaan lokal bertaraf internasional, dan (3) Menyediakan ruang kerja yang penuh berkah melimpah. CV. Yan’s Fruits and Vegetable berusaha untuk selalu Struktur organisasi CV. Yan’s Fruits and Vegetable dapat dilihat pada Gambar 8.

Status Kepemilikan Lahan Jumlah Petani (orang) Persentase (%) Milik Sendiri 13 43.33

Sewa 17 56.67

Gambar 8 Struktur organisasi CV. Yan’s Fruits and Vegetable Sumber: CV. Yan’s Fruits and Vegetable