• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

E. Manajemen Rantai Pasok Brokol

Manajemen rantai pasok menjelaskan bentuk koordinasi dan struktur manajemen dalam jaringan yang memfasilitasi proses pengambilan keputusan secara cepat dan pelaksanaan proses oleh pelaku rantai pasok, dengan memanfaatan sumber daya yang terdapat dalam rantai pasok untuk meningkatkan kinerja rantai pasok. Dengan adanya manajemen rantai pasok dapat diketahui pihak mana yang berperan sebagai pengatur dan pelaku utama rantai pasok.

Struktur Manajemen

Struktur manajemen menjelaskan tentang aspek-aspek tindakan pada setiap tingkatan manajemen dalam anggota rantai pasok. Tindakan tersebut menjelaskan langkah yang diambil oleh anggota rantai pasok dalam menindaklanjuti setiap tingkat manajemen yang terdiri dari strategi, koordinasi/kolaborasi, perencanaan, evaluasi, transaksi, dan kemitraan.

Petani mitra bertindak sebagai produsen yang bertugas untuk membudidayakan brokoli. CV. Yan’s Fruits and Vegetable membeli hasil panen brokoli dari petani mitra, perusahaan melakukan proses sortasi, grading, pengemasan, pelabelan, serta pengiriman brokoli kepada ritel.

Struktur organisasi CV. Yan’s Fruits and Vegetable sudah mempunyai suatu divisi khusus yang menangani masalah distribusi, sehingga masalah distribusi dapat diatasi dengan baik. Selain itu, CV. Yan’s Fruits and Vegetable juga sudah memiliki divisi khusus dalam hal pengadaan bahan baku sayur dan non sayur dan buah secara khusus, sehingga proses pengadaan sudah berjalan dengan baik. Perencanaan dan strategi yang baik dibutuhkan untuk mendukung kegiatan rantai pasok, sehingga akan menghasilkan optimalisasi rantai pasok.

Kemitraan

Kerjasama kemitraan merupakan kerjasama antara dua pihak atau lebih yang betujuan memberikan keuntungan satu sama lain. Pemilihan kemitraan adalah salah satu faktor yang mendukung kesuksesan rantai pasok. Pemilihan mitra dalam rantai pasok brokoli antara lain pemilihan mitra petani brokoli, pemilihan mitra pengumpul (CV. Yan’s Fruits and Vegetable) dan pemilihan ritel.

Petani brokoli tidak memiliki kriteria khusus pemilihan mitra untuk memasarkan hasil panennya. Petani mitra mengandalkan kepercayaan terhadap CV. Yan’s Fruits and Vegetable, dimana petani mitra memberikan modal sayuran kepada CV. Yan’s Fruits and Vegetable dan bersedia dibayar dua minggu setelah sayuran diterima oleh CV. Yan’s Fruits and Vegetable. Kepercayaan muncul karena adanya saling membutuhkan dan menguntungkan di antara kedua belah pihak. Keuntungan yang didapat petani mitra setelah bergabung dengan CV. Yan’s Fruits and Vegetable adalah harga jual yang stabil, posisi tawar dapat meningkat dibandingkan dengan memasarkan sendiri produknya ke pasar tradisional, dan perusahaan mampu membayar secara tunai dan tepat waktu sesuai dengan waktu yang telah disepakati. Ketika harga brokoli di pasar naik secara signifikan, perusahaan juga akan menaikkan harga beli brokoli dari petani. Hal ini dilakukan untuk menjaga hubungan baik dengan petani mitra dan menahan petani agar dapat terus loyal kepada CV. Yan’s Fruits and Vegetable.

Aspek yang mempengaruhi pemilihan petani brokoli sebagai mitra adalah kemampuan dan pengetahuan petani dalam menghasilkan brokoli dengan kualitas dan kuantitas sesuai dengan permintaan, secara konsisten mampu memproduksi brokoli dan memasoknya ke perusahaan tepat waktu, dan dapat dipercaya. Petani harus memiliki lahan yang ramah lingkungan dan mampu menerapkan budidaya brokoli yang baik. Bagi petani yang masih menerapkan sistem budidaya konvensional dan ingin bermitra dengan CV. Yan’s Fruits and Vegetable harus mau dan memiliki komitmen kuat untuk mengubah sistem tanamnya menjadi sistem tanam yang sehat dan berkelanjutan, sehingga dapat memperoleh hasil sesuai dengan yang diharapkan.

CV. Yan’s Fruits and Vegetable juga memiliki kriteria dalam memilih mitra pemasar atau ritel yaitu penentuan harga brokoli yang menguntungkan, transparansi informasi pasar, komitmen kerjasama dalam jangka waktu yang lama, dan birokrasi tidak berbelit-belit. Penentuan harga brokoli dan transparansi informasi pasar bertujuan untuk menjaga posisi tawar. Komitmen kerjasama dilakukan untuk membentuk kemitraan yang berkesinambungan, sehingga kerjasama yang menguntungkan tetap terjaga. Birokrasi yang tidak berbelit-belit betujuan agar saat kegiatan transaksi sayuran dilakukan, tidak memakan waktu yang lama karena dalam satu hari CV. Yan’s Fruits and Vegetable harus memasok sayuran ke beberapa ritel di lokasi yang berbeda-beda.

Kesepakatan Kontraktual

Kesepakatan kontraktual yang digunakan oleh CV. Yan’s Fruits and Vegetable kepada petani mitra yaitu petani mitra wajib memasok brokoli sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang telah ditentukan oleh CV. Yan’s Fruits and Vegetable. Sedangkan kesepakatan antara mitra tani dengan CV. Yan’s Fruits and Vegetable adalah CV. Yan’s Fruits and Vegetable wajib membayar brokoli yang dipasok oleh petani mitra dan telah disortasi sesuai dengan harga yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.

Kesepakatan kontraktual antara CV. Yan’s Fruits and Vegetable dengan ritel berupa bentuk kesepakatan tentang pembayaran dan kualitas komoditas sesuai dengan pesanan. Sistem pembayaran yang dilakukan oleh ritel dilakukan dengan cara membayar setelah dua minggu brokoli tersebut dikirimkan. Hal ini sejalan dengan penelitian Saragih (2016), dimana pada penelitian Saragih (2016)

kesepaktan kontraktual yang dibuat pada setiap pelaku rantai pasok mengenai jumlah pasokan, harga, dan kualitas dari hasil produksi.

Sistem Transaksi

Seluruh petani mitra mengantarkan sendiri hasil panennya ke CV. Yan’s Fruits and Vegetable. Hasil panen tersebut selanjutnya disortir dan kemudian dikemas dengan menggunakan wrapping film. Harga yang diberikan CV. Yan’s Fruits and Vegetable kepada petani mitra untuk komoditas brokoli adalah Rp 20 000 per kg. Setelah dikemas, brokoli akan dipisahjkan berdasarkan grade. Semua grade brokoli memiliki harga yang sama. Akan tetapi, perusahan tetap melakukan grading untuk memenuhi permintaan khusus dari suatu ritel demi menjaga jalinan kerjasama dan kepercayaan ritel. Harga jual brokoli dari perusahaan kepada ritel adalah Rp 34 000 per kg, dimana ritel yang menentukan harga beli brokoli tersebut, dengan beberapa pertimbangan, yaitu jumlah ketersediaan brokoli dan harga pasar. Setelah memperoleh penentuan harga dari ritel, perusahaan baru dapat memberikan harga kepada petani. Rencana perubahan harga langsung diinformasikan kepada petani satu minggu sebelum perubahan harga ditetapkan. Pembayaran hasil panen petani dilakukan dua minggu setelah panen setelah dilakukan sortasi. Pembayaran yang dilakukan oleh supermarket dibayarkan setelah dua minggu komoditas tersebut dikirimkan.

Kinerja Rantai Pasok Brokoli di Kecamatan Lembang

Kinerja merupakan salah satu ukuran evaluasi apakah tujuan akhir telah tercapai atau belum di dalam organisasi, perusahaan, dan rantai pasok. Kinerja yang akan dianalisis di dalam pembahasan ini adalah kinerja rantai pasok brokoli di Kecamatan Lembang. Kinerja rantai pasok mencakup kinerja seluruh anggota rantai pasok. Seluruh anggota rantai pasok berperan dalam pencapaian tujuan akhir rantai pasok, yaitu memenuhi kebutuhan dan kepuasan konsumen akhir. Jika salah satu anggota tidak berkontribusi maksimal di dalamnya, maka akan mengganggu pencapaian tujuan akhir karena rantai pasok adalah satu sistem yang saling terkait. Di dalam pembahasan kinerja untuk setiap anggota rantai pasok, kinerja yang akan dianalisis dilihat dari dua faktor, yaitu input dan output. Faktor input yang dimaksud adalah segala sesuatu yang digunakan oleh pelaku rantai pasok untuk mencapai output tertentu. Faktor output mencakup segala sesuatu yang menjadi tujuan setiap pelaku rantai pasok.

Kinerja yang akan diukur adalah kinerja musiman, yaitu satu musim tanam. Pengukuran kinerja rantai pasok dilakukan dengan melihat aliran brokoli dari petani mitra sebagai anggota rantai pasok pertama di dalam rantai pasok. Dalam satu musim, terdapat tiga bulan waktu yang digunakan oleh petani mitra untuk budidaya brokoli. Di level petani mitra dan perusahaan, kinerja yang dihitung dimulai dari bulan April hingga Juni 2016. Jadi, kinerja rantai pasok yang diukur berdasarkan aliran brokoli yang sama dari petani mitra hingga ke perusahaan.

Kinerja Petani Mitra

Seluruh petani mitra CV. Yan’s Fruits and Vegetable melakukan budidaya brokoli berkualitas dengan jangka waktu tiga bulan setiap musimnya. Di dalam

pembahasan ini, kinerja petani mitra diukur selama satu musim tanam, yaitu dari bulan April hingga Juni 2016. Setiap petani mitra tidak selalu sama dalam pemakaian input (bahan baku) dan menghasilkan output. Biaya yang ditanggung pun bisa berbeda di antara petani mitra. Di dalam pembahasan ini, kinerja petani akan dibagi menjadi dua pembahasan berdasarkan faktor input dan output. Nilai rata-rata variabel kinerja rantai pasok petani mitra disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11 Perbandingan nilai rata-rata kinerja rantai pasok petani mitra dengan nilai superior berdasarkan variabel input dan variabel output

Variabel Kinerja Nilai Superior Nilai Rata-Rata Kriteria Variabel Input

Lead Time Pemenuhan

Pesanan (hari) ≤ 3.00 0.16 Baik Siklus Pemenuhan

Pesanan (hari) ≤ 14.00 0.23 Baik Fleksibilitas Rantai

Pasok (hari) ≤ 10.00 0.00 Baik Biaya Total Rantai Pasok

(Rp) - 3 326 Baik

Cash to Cash Cycle Time

(hari) ≤ 29.00 14.17 Baik Persediaan Harian (hari) ≤ 23.00 0.00 Baik Variabel Output

Kinerja Pengiriman (%) ≥ 95.00 96.03 Baik Pemenuhan Pesanan (%) ≥ 88.00 100.00 Baik Kesesuaian dengan

Standar (%) ≥ 99.00 99.92 Baik

Kinerja Petani Mitra Berdasarkan Faktor Input

Petani mitra yang menjadi mitra perusahaan terkoordinasi oleh perusahaan dalam penjualan hasil panennya, sedangkan pengadaan input-nya ada yang diatur dan juga ada yang diserahkan ke masing-masing petani. Kinerja berdasarkan faktor input di level petani mitra adalah berikut :

a) Lead Time Pemenuhan Pesanan

Lead time pemenuhan pesanan adalah menerangkan waktu yang dibutuhkan oleh petani mitra untuk memenuhi kebutuhan perusahaan, yang dinyatakan dalam satuan jam. Perhitungan ini merupakan nilai rata-rata dari waktu tunggu yang dibutuhkan petani mitra untuk memenuhi kebutuhan perusahaan setiap waktu pengiriman pasokan. Semakin kecil nilai lead time nya, maka semakin baik kinerja rantai pasoknya.

Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa rata-rata lead time pemenuhan pesanan petani mitra adalah 0.16 hari (3.83 jam). Setiap petani mitra memiliki waktu tunggu pemenuhan pesananan yang berbeda-beda karena jumlah order untuk setiap petani berbeda-beda. Petani yang jumlah order produksi brokolinya terlampau banyak, akan memiliki waktu tunggu yang lebih lama. Selain itu, faktor

urutan waktu panen dan waktu pendistribusian juga berpengaruh, karena sebagian petani mengantarkan brokoli ke pasar tradisional terlebih dahulu baru ke packing house. Petani yang baik dari sisi lead time pemenuhan pesanan merupakan petani yang memiliki nilai lead time lebih rendah dari nilai lead time rata-rata. Jika jumlah petani yang memiliki nilai lead time yang baik lebih dari 50 persen, artinya kinerja rantai pasok brokoli di level petani mitra dari sisi lead time tergolong baik (Setiawan et al 2011). Berdasarkan perhitungan diketahui 63.33 persen (19 petani mitra) yang memiliki nilai lead time yang dalam kategori baik, artinya kinerja rantai pasok brokoli di Kecamatan Lembang pada level petani mitra dari sisi lead time sudah tergolong baik. Jika dibandingkan dengan nilai superior foodSCOR card, nilai lead time petani mitra juga sudah masuk dalam kategori baik, karena nilai rata- rata lead time petani mitra kurang dari 3 hari (72 jam).

b) Siklus Pemenuhan Pesanan

Siklus pemenuhan pesanan adalah waktu yang dibutuhkan oleh petani mitra pada satu siklus order, yang dinyatakan dalam satuan jam. Perhitungan ini merupakan nilai rata-rata dari waktu yang dibutuhkan petani mitra untuk memenuhi kebutuhan perusahaan setiap siklus pengiriman pasokan. Waktu yang dihitung dalam siklus pemenuhan pesanan ini adalah waktu perencanaan, waktu pengemasan, dan waktu pengiriman. Menurut Setiawan et al (2011), semakin kecil nilai siklus pemenuhan pesanannya, maka semakin baik kinerja rantai pasoknya.

Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa rata-rata siklus pemenuhan pesanan petani mitra adalah 0.23 hari (5.60 jam). Siklus pemenuhan pesananan merupakan waktu yang dibutukan untuk proses perencananan, pengemasan dan pengiriman, sehingga dapat dikatakan bahwa lead time pemenuhan pesanan merupakan bagian dari siklus pemenuhan pesanan. Pengemasan yang dilakukan petani hanya dengan menggunakan karung, sehingga tidak membutuhkan waktu yang relatif lama. Begitu juga dengan waktu pengiriman, karena jarak lahan dengan packing house tidak terlampau jauh. Selain itu petani juga menggunakan alat transportasi seperti mobil pick up, sepeda motor, atau sepeda untuk mempersingkat waktu pengiriman. Menurut Setiawan et al (2011), petani yang baik dari sisi sikluspemenuhan pesanan merupakan petani yang memiliki nilai sikluspemenuhan pesanan lebih rendah dari nilai siklus pemenuhan pesanan rata-rata. Jika jumlah petani yang memiliki nilai siklus pemenuhan pesanan yang baik lebih dari 50 persen, artinya kinerja rantai pasok brokoli di level petani mitra dari sisi siklus pemenuhan pesanan tergolong baik. Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa 60.00 persen (18 petani mitra) yang memiliki nilai siklus pemenuhan pesanan yang dalam kategori baik, artinya kinerja rantai pasok brokoli di Kecamatan Lembang pada level petani mitra dari sisi sikluspemenuhan pesanan sudah tergolong baik. Jika dibandingkan dengan nilai superior foodSCOR card, nilai siklus pemenuhan pesanan petani mitra juga sudah masuk dalam kategori baik, karena nilai rata-rata siklus pemenuhan pesanan petani mitra kurang dari 14 hari (336 jam).

c) Fleksibilitas Rantai Pasok

Fleksibilitas rantai pasok adalah waktu yang dibutuhkan untuk merespon rantai pasok apabila ada pesanan yang tak terduga baik peningkatan atau penurunan

pesanan tanpa terkena biaya penalti, yang dinyatakan dalam satuan hari. Setiap petani yang bermitra perusahaan tidak memiliki fleksibilitas rantai pasok. Hal itu disebabkan karena setiap petani mitra tidak memiliki persediaan harian, sehingga tidak dapat memenuhi permintaan yang tidak terencana. Alasan petani mitra tidak memiliki persedian harian adalah untuk mengurangi resiko tidak dibutuhkannya persediaan tersebut. Kelebihan persediaan dapat menyebabkan penurunan tingkat keuntungan bagi petani mitra. Daya tahan dari mutu brokoli tidak lama. Jika dibandingkan dengan nilai superior foodSCOR card, nilai fleksibilitas rantai pasok petani mitra sudah masuk dalam kategori baik, karena nilai rata-rata fleksibilitas rantai pasok petani mitra kurang dari 10 hari (240 jam).

d) Total Supply Chain ManagementCost (TSCMC)

Total Supply Chain Management Cost (TSCMC) merupakan biaya yang dikeluarkan petani mitra dalam mengelola rantai pasok. Biaya ini merupakan pengurangan dari hasil penjualan dan profit serta biaya-biaya. Biaya-biaya tersebut mencakup biaya pemasaran, penjualan, dan administrasi. Perhitungan TSCMC akan dilakukan untuk setiap petani mitra di dalam rantai pasok ini. TSCMC yang dihitung adalah TSCMC musiman dimana dalam satu musim tanam terdapat tiga bulan. Semakin rendah nilai TSCMC, semakin baik kinerja rantai pasoknya.

Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa rata-rata biaya total rantai pasok petani mitra adalah Rp 3 326.08. Setiap petani mitra memiliki biaya rantai pasok yang berbeda-beda. Perbedaan biaya total rantai pasok akibat adanya perbedaan biaya kemasan dan biaya pengiriman. Sedangkaan untuk biaya pengadaan atau biaya usahatani dari setiap petani terlampau sama. Perbedaan biaya kemasan diakibatkan adanya petani yang tidak perlu membeli kemasan, seperti karung dan tali rapia. Mereka lebih memilih menggunakan keranjang dan koran. Begitu pula dengan biaya pengiriman. Sebagian besar petani mengantarkan hasil produksinya mengunakan sepeda atau berjalan kaki, karena jumlah ordernyaa terlampau sedikit dan jarak tempuh dari ladang ke packing house cukup dekat, sedangkan beberapa petani mitra yang memiliki jumlah order yang lebih besar, harus mengeluarkan biaya transportasi tambahan, karena mereka harus menggunakan mobil atau sepeda motor untuk proses pengiriman ke packing house. Petani yang sudah mampu mengefisiensikan inputnya dari sisi biaya rantai pasok merupakan petani biaya rantai pasoknya lebih rendah dari biaya rantai pasok rata-rata.

Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa 56.67 persen (17 petani mitra) yang memiliki nilai biaya total rantai pasok yang dalam kategori baik, artinya kinerja rantai pasok brokoli di Kecamatan Lembang pada level petani mitra dari sisi biaya total rantai pasok sudah tergolong baik. Jika dibandingkan dengan nilai superior foodSCOR card, nilai biaya total rantai pasok petani mitra sudah masuk dalam kategori baik, karena nilai rata-rata biaya totalrantai pasok petani mitra sama dengan Rp 3 326.08.

e) Cash to Cash Cycle Time

Cash to cash cycle time adalah perputaran uang perusahaan mulai dari pembayaran bahan baku ke pemasok, sampai pembayaran atau pelunasan produk oleh konsumen, atau dapat diartikan sebagai waktu antara perusahaan membayar brokoli ke petani pemasok dan menerima pembayaran dari ritel, yang dinyatakan

dalam satuan hari. Cash to cash cycle time merupakan metrik yang mengukur kecepatan rantai pasok mengubah persediaan menjadi uang tunai. Semakin rendah nilai metrik ini, semakin baik kinerja rantai pasok. Komponen dari perhitungan cash to cash cycle time adalah nilai inventory days of supply (persediaan harian), days sales outstanding, dan days payable outstanding.

Inventory days of supply merupakan lamanya hari perusahaan bertahan dalam memenuhi permintaan dengan persediaan yang dimiliki di dalam gudang atau tempat penyimpanan. Setelah panen, para petani mitra langsung menjual hasil panennya ke perusahaan yang bermitra dengan petani. Tidak ada stock atau persediaan brokoli yang disimpan oleh petani mitra. Oleh karena itu, nilai inventory days of supply di level petani mitra sama dengan nol.

Days sales outstanding merupakan lamanya hari perusahaan mendapatkan bayaran uang tunai atas produk yang dijual. Seluruh petani mitra menjual brokoli ke perusahaan. Proses transaksi antara petani dan perusahaan dilakukan dengan sistem cash and carry. CV. Yan’s Fruits and Vegetable membayar ke petani mitra dalam jangka waktu 14-15 hari, tergantung cara pembayaran yang dilakukan. Transaksi petani mitra dilakukan di masing-masing perusahaan, yaitu CV. Yan’s Fruits and Vegetable yang terletak di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat. Days payable outstanding merupakan lamanya hari petani mitra membayar seluruh input-nya ke pemasok-pemasoknya. Petani mitra membayar input produksinya secara langsung sehingga nilai days payable outstanding sama dengan nol.

Melihat perhitungan dari seluruh komponen di dalam perhitungan, nilai cash to cash cycle time sebagian besar petani mitra sama dengan 14 hari dan hanya lima orang petani mitra yang memiliki nilai cash to cash cycle time sebesar 15 hari. Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa rata-rata pembayaran yang dilakukan perusahaan kepada petani adalah 14.17 hari, artinya perputaran uang tunai di level petani mitra tidak lancar. Nilai tersebut menunjukkan kinerja yang kurang baik karena perputaran uang tunai di level petani mitra kurang sehat. Akan tetapi, menurut Setiawan et al (2011), petani yang baik dari sisi cash to cash cycle time merupakan petani yang memiliki nilai cash to cash cycle time lebih rendah dari nilai cash to cash cycle time rata-rata. Jika jumlah petani yang memiliki nilai cash to cash cycle time yang baik lebih dari atau sama dengan 50 persen, artinya kinerja rantai pasok brokoli di level petani mitra dari sisi cash to cash cycle time tergolong baik. Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa 83.33 persen petani mitra memiliki nilai cash to cash cycle time yang dalam kategori baik, artinya kinerja rantai pasok brokoli di Kecamatan Lembang pada level petani mitra dari sisi cash to cash cycle time sudah tergolong baik. Begitu pula jika dibandingkan dengan nilai superior foodSCOR card, nilai cash to cash cycle time petani mitra sudah masuk dalam kategori baik, karena nilai rata-rata cash to cash cycle time petani mitra kurang dari 29 hari.

f) Persediaan Harian

Persediaan harian adalah lamanya persediaan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jika tidak ada pasokan lebih lanjut, yang dinyatakan dalam satuan hari. Setelah panen, para petani mitra langsung menjual hasil panennya ke perusahaan yang bermitra dengan petani. Tidak ada stock atau persediaan brokoli yang disimpan oleh petani mitra, kmengingat brokoli merupakan komoditas yang mudah

rusak dan tidak tahan lama. Oleh karena itu, nilai persediaan harian di level petani mitra sama dengan nol. Jika dibandingkan dengan nilai superior foodSCOR card, nilai persediaan harian petani mitra sudah masuk dalam kategori baik, karena nilai rata-rata persediaan harian petani mitra kurang dari 23 hari.

Kinerja Petani Mitra Berdasarkan Faktor Output

Petani mitra yang menjadi mitra perusahaan terkoordinasi oleh perusahaan dalam penjualan hasil panennya, sedangkan output yang dihasilkan akan langsung didistribusikan ke perusahaan. Kinerja berdasarkan faktor output di level petani mitra adalah berikut :

a) Kinerja Pengiriman

Kinerja pengiriman merupakan persentase pengiriman pesanan tepat waktu yang sesuai dengan tanggal pesanan konsumen dan atau tanggal yang diinginkan konsumen, yang dinyatakan dalam persen. Sebagian besar petani mitra di Kecamatan Lembang selalu mengirim pesanan dengan tepat waktu. Semakin mendekati 100 persen artinya kinerja suatu rantai pasok akan semakin baik, dan jika mencapai 100 persen artinya kinerja rantai pasok tersebut dapat dikatakan sempurna.

Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa rata-rata kinerja pengiriman petani mitra adalah 96.03 persen. Sehingga setelah dilihat dari perhitungan diketahui bahwa 80.00 persen (24 petani mitra) yang sudah memiliki kinerja pengiriman yang sempurna, yaitu 100 persen. Jika dibandingkan dengan nilai superior foodSCOR