• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive sampling) berdasarkan pertimbangan kondisi wilayah penelitian yang merupakan salah satu sentra sayuran di Jawa Barat dan keadaan alamnya cocok untuk budidaya brokoli, adanya kerjasama mitra dengan beberapa petani mitra brokoli dan menjadi ritel utama di wilayah Jakarta sekitarnya, serta terdapat permasalahan gap antara jumlah permintaan pasar dengan jumlah sayuran oleh petani mitra kepada perusahaan. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Juli hingga Agustus 2016.

Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh dari observasi atau pengamatan langsung di lokasi penelitian dan wawancara mendalam (indept interview) dengan pelaku rantai pasok. Responden pada penelitian ini adalah petani mitra yang memproduksi brokoli dan CV. Yan’s Fruits and Vegetable. Data primer yang dikumpulkan adalah kondisi rantai pasok, harga brokoli di setiap rantai pasok, biaya produksi dan penanganan pasca panen di tingkat petani dan CV. Yan’s Fruits and Vegetable. Selain itu data primer juga diperoleh dari data historis CV. Yan’s Fruits and Vegetable mengenai jumlah permintaan dari ritel, jumlah pasokan brokoli dari petani mitra ke perusahaan, dan jumlah penjualan brokoli dari perusahaan ke ritel selama satu musim tanam.Data sekunder diperoleh melalui literatur, data-data relevan yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga pemerintah atau instansi terkait, artikel, jurnal, dan penelitian- penelitian terdahulu sebagai bahan perbandingan.

Metode Penentuan Sample

Penentuan sample adalah salah satu rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam penelitian untuk mengambil sampel yang dapat mewakili populasi sebenarnya. Penentuan responden yang dipilih dalam lokasi penelitian ini dilakukan secara non probability sampling, yaitu dengan metode purposive sampling. Responden berupa petani yang ditentukan dengan metode purposive sampling pula karena petani berstatus mitra kerja dengan CV. Yan’s Fruits and Vegetable. Jumlah sampel yang digunakan adalah 30 orang petani brokoli di Kecamatan Lembang yang bermitra dengan CV. Yan’s Fruits and Vegetable.

Metode Pengolahan Data

Penelitian dilakukan dengan pendekatan metode kualitatif dan kuantitatif untuk mengolah data primer dan sekunder. Untuk menganalisis rantai pasok

dgunakan data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif dilakukan secara deskriptif sesuai dengan kerangka Food Supply Chain Networks (FSCN), sementara metode kuantitatif dilakukan dengan perhitungan kinerja rantai pasok dengan merujuk pada indikator Supply Chain Operation Refference dan metode Data Envelopment Analysis (DEA). Perhitungan dengan cara memaksimalkan output dan pengukuran dilakukan dengan menggunakan model VRS (variable return to scale). Nilai untuk masing-masing input dan output tersebut diperoleh melalui wawancara kepada responden. Pendekatan manajemen rantai pasok diyakini mampu meningkatkan efektifitas setiap rantai distribusi, sehingga menjamin produk sesuai tuntutan konsumen (Fatahilah et al 2010).

Analisis Rantai Pasok Brokoli

Model rantai pasok brokoli yang terjadi di CV. Yan’s Fruits and Vegetable dibahas secara deskriptif dengan menggunakan metode pengembangan mengikuti kerangka proses Food Supply Chain Networks (FSCN) dari Lambert et al (2001) yang dimodifikasi oleh Vorst (2006). Untuk melihat efisiensi kinerja digunakan metode efisiensi kinerja supply chain dengan Data Envelopment Analysis.

Kerangka FSCN terdiri dari struktur rantai pasok, manajemen rantai pasok, sumber daya rantai pasok, dan proses bisnis rantai pasok.

1. Struktur Rantai Pasok Brokoli

Struktur rantai pasok brokoli mendeskripsikan anggota atau pelaku utama dari jaringan rantai pasok brokoli serta menjabarkan peranannya masing-masing. Selain itu, struktur rantai pasok juga menggambarkan elemen-elemen dalam rantai pasok brokoli yang mampu mendorong terjadinya proses bisnis. Tujuan menganalisis struktur rantai pasok brokoli adalah untuk memilah anggota yang berperan sangat penting bagi keberhasilan rantai pasok yang sejalan dengan tujuan rantai pasok brokoli. Oleh karena itu, perhatian dan sumberdaya manajerial perlu dialokasikan.

2. Proses Bisnis Rantai Pasok Brokoli

Proses bisnis rantai menjelaskan proses-proses yang terjadi dalam rantai pasok brokoli untuk mengetahui apakah keseluruhan alur rantai pasok telah mapan dan terintegrasi satu sama lain. Proses bisnis ditinjau berdasarkan aspek hubungan proses bisnis antara anggota rantai pasok brokoli, pola distribusi (produk, modal, dan informasi), anggota rantai pendukung, perencanaan kolaboratif, penelitian kolaboratif, jaminan identitas merek, aspek risiko, dan proses membangun kepercayaan (trust building).

3. Manajemen Rantai Pasok Brokoli

Manajemen rantai pasok brokoli menjelaskan bentuk koordinasi dan struktur manajemen dalam jaringan yang memfasilitasi proses pengambilan keputusan secara cepat dan pelaksanaan proses oleh pelaku rantai pasok, dengan memanfaatan sumber daya yang terdapat dalam rantai pasok brokoli untuk meningkatkan kinerja rantai pasok brokoli. Dengan adanya manajemen rantai pasok dapat diketahui pihak mana yang berperan sebagai pengatur dan pelaku utama rantai pasok brokoli. Beberapa hal yang perlu dilihat dalam manajemen rantai pasok adalah pemilihan mitra, kesepakatan kontrak dan sistem transaksi, dukungan pemerintah, dan kolaborasi rantai pasok brokoli.

Gambar 6 Kerangka Analisis Deskriptif Rantai Pasok Brokoli Sumber: Vorst (2006)

4. Sumber Daya Rantai Pasok Brokoli

Sumber daya rantai pasok brokoli merupakan segala hal yang digunakan untuk menghasilkan produk dan mengirimkannya kepada pelanggan (transformasi sumber daya). Sumber daya rantai pasok terdiri dari sumber daya fisik, sumber daya manusia, teknologi, dan permodalan. Peninjauan sumberdaya milik pelaku rantai pasok dilakukan untuk mengetahui potensi-potensi yang dapat mendukung upaya pengembangan rantai pasok brokoli.

Sebelum menjelaskan empat karakteristik yang dideskripsikan melalui kerangka FSCN, perlu diketahui sasaran rantai pasok brokoli. Sasaran rantai pasok brokoli dapat dijelaskan dengan dua sudut pandang, yaitu sasaran pasar dan sasaran pengembangan. Sasaran pasar menjelaskan bagaimana model rantai pasok berlangsung terhadap produk yang dipasarkan. Tujuan pasar dideskripsikan dengan jelas, seperti siapa konsumen brokoli, serta apa yang dibutuhkan dan diinginkan konsumen dari produk tersebut. Sasaran pasar dalam FSCN dapat diklasifikasikan ke dalam upaya segmentasi pasar, kualitas yang terintegrasi, optimalisasi rantai, atau kombinasi diantara ketiga hal tersebut.

Sasaran pengembangan menjelaskan target atau objek dalam rantai pasok yang akan dikembangkan oleh beberapa pihak yang terlibat. Sasaran pengembangan rantai pasok brokoli dirancang bersama-sama oleh pelaku rantai, yaitu petani mitra, CV. Yan’s Fruits and Vegetable, dan ritel. Bentuk sasaran pengembangan dapat berupa penciptaan koordinasi, kolaborasi, atau pengembangan penggunaan teknologi informasi serta prasarana lain yang dapat

- Siapa saja anggota FSCN dan apa peran mereka?

- Elemen-elemen apa yang

dapat menciptakan proses bisnis?

- Siapa yang melakukan proses bisnis FSCN ini?

- Bagaiman tingkat

integrase proses?

- Apa saja sumber daya yang digunkan dalam setiap proes oleh setiap anggota FSCN ini?

- Bagaimana struktur manajemen yang digunakan setiap proses?

- Bagaimana pengaturan

kontrak yang dibuat?

- Struktur tata kelola rantai pasok?

Sumber daya rantai

pasok Sasaran

rantai Rantai Pasok Manajemen Proses Bisnis Rantai Pasok Kinerja Rantai Struktur

rantai pasok

meningkatkan kinerja rantai pasok brokoli. Penilaian kinerja rantai pasok perlu dilakukan untuk menjelaskan tingkat efisiensi rantai pasok dalam memenuhi permintaan konsumen serta memuaskan pelaku rantai pasok terkait. Pengukuran kinerja rantai pasok dapat dilihat dari nilai-nilai pada setiap indikator Supply Chain Operation Refference yang dibandingkan dengan nilai FoodSCOR card (Bolstorff dan Rosenbaum 2011). Pengukuran kinerja rantai pasok dilakukan secara kuantitatif.

Indikator Pengukuran Kinerja Rantai Pasok Brokoli

Setiap produk memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Perbedaan karakteristik produk akan menyebabkan perbedaan dalam penentuan indikator dalam pengukuran kinerja rantai pasok. Brokoli termasuk ke dalam produk fungsional karena brokoli merupakan produk komoditas, memiliki siklus hidup produk panjang, variasi produk sedikit, permintaan dapat diprediksi serta customer driver-nya adalah biaya. Biaya rantai pasok yang minimal akan menghasilkan produk yang lebih murah. Oleh karena itu, pengukuran kinerja yang paling tepat adalah efisiensi. Pada penelitian ini, kinerja rantai pasok yang diukur adalah kinerja seluruh anggota rantai pasok pada bulan April hingga Juni 2016.

Indikator yang digunakan dalam pengukuran kinerja rantai pasok brokoli didasarkan pada matriks kerja SCOR (Supply Chain Operation Refference), dimana SCOR meliputi reliability, responsiveness, flexibility, cost, dan asset (Setiawan et al 2011). SCOR didasarkan pada tiga hal, yakni pemodelan proses, pengukuran performa atau kinerja rantai pasok, dan penerapan best practices (Marimin dan Maghfiroh 2010). Indikator-indikator kinerja rantai pasok brokoli di Kecamatan Lembang adalah sebagai berikut:

1. Kinerja Pengiriman

Kinerja pengiriman merupakan persentase pengiriman pesanan tepat waktu yang sesuai dengan tanggal pesanan konsumen dan atau tanggal yang diinginkan konsumen, yang dinyatakan dalam persen. Secara matematis, dapat dilihat sebagai berikut (SCC 2008):

Kinerja Pengiriman = Total Pesanan yang DikirimTotal Pesanan yang Dikirim Tepat Waktux 100% 2. Pemenuhan Pesanan

Pemenuhan pesanan adalah persentase jumlah permintaan konsumen yang dapat dipenuhi tanpa menunggu, yang dinyatakan dalam persen. Secara matematis, dapat dilihat sebagai berikut (SCC 2008):

Pemenuhan Pesanan = Permintaan Konsumen yang dapat dipenuhi tanpa menungguTotal Permintaan Konsumen x 100%

3. Kesesuaian dengan Standar

Kesesuaian standar adalah persentase jumlah permintaan konsumen yang dikirimkan sesuai dengan standar yang ditentukan konsumen, yang dinyatakan dalam persen. Secara matematis, dapat dilihat sebagai berikut (SCC 2008):

Kesesuaian dengan Standar = Total Pesanan yang Dikirim sesuai dengan StandarTotal Pesanan yang Dikirim x 100%

4. Lead Time Pemenuhan Pesanan

Lead time pemenuhan pesanan adalah menerangkan waktu yang dibutuhkan oleh petani atau perusahaan untuk memenuhi kebutuhan konsumen, yang dinyatakan dalam satuan jam.

5. Siklus Pemenuhan Pesanan

Siklus pemenuhan pesanan adalah waktu yang dibutuhkan oleh petani atau perusahaan pada satu siklus order, yang dinyatakan dalam satuan jam. Secara matematis, dapat dilihat sebagai berikut (SCC 2008):

Siklus Pemenuhan Pesanan = Waktu Perencanaan + Waktu Pengemasan + Waktu Pengiriman

6. Fleksibilitas Rantai Pasok

Fleksibilitas rantai pasok adalah waktu yang dibutuhkan untuk merespon rantai pasok apabila ada pesanan yang tak terduga baik peningkatan atau penurunan pesanan tanpa terkena biaya penalti, yang dinyatakan dalam satuan hari. Secara matematis, dapat dilihat sebagai berikut (SCC 2008):

Fleksibilitas rantai pasok = Siklus mencari Barang + Siklus Mengemas Barang + Siklus Mengirim Barang

7. Biaya Total Rantai Pasok

Biaya total manajemen rantai pasok adalah menerangkan total biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan dalam melakukan penanganan bahan mulai dari pemasok sampai ke ritel, yang dinyatakan dalam satuan rupiah. Secara matematis, dapat dilihat sebagai berikut (SCC 2008):

Biaya Total Rantai Pasok = Penjualan – Profit – Biaya (Biaya Perencanaan + Biaya Pengadaan + Biaya Pengemasan + Biaya Pengiriman + Biaya Pengembalian)

8. Cash to Cash Cycle Time

Cash to cash cycle time adalah perputaran uang perusahaan mulai dari pembayaran bahan baku ke pemasok, sampai pembayaran atau pelunasan produk oleh konsumen, atau dapat diartikan sebagai waktu antara perusahaan membayar brokoli ke petani pemasok dan menerima pembayaran dari ritel, yang dinyatakan dalam satuan hari. Secara matematis, dapat dilihat sebagai berikut (SCC 2008): Cash to Cash Cycle Time = Rata-rata persediaan (Inventory days of supply) +

waktu yang dibutuhkan ritel membayar ke perusahaan (days sales outstanding) – waktu yang dibutuhkan perusahaan membayar ke pemasok untuk barang yang sudah diterima (days payable outstanding)

9. Persediaan Harian

Persediaan harian adalah lamanya persediaan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jika tidak ada pasokan lebih lanjut, yang dinyatakan dalam satuan hari. Secara matematis, dapat dilihat sebagai berikut (SCC 2008):

Persediaan Harian = Rata-rata PersediaanRata-rata Kebutuhan

Menurut Bolstorff dan Rosenbaum (2011), setelah diukur nilai pada setiap indikator, nilai-nilai tersebut akan dibandingkan dengan nilai Superior FoodSCOR card yang telah ditetapkan oleh Supply Chain Council. Kinerja rantai pasok yang diukur meliputi kinerja petani mitra dan kinerja CV. Yan’s Fruits and Vegetable. Kinerja rantai pasok brokoli merupakan akumulai hasil kesimpulan dari kinerja setiap pelaku rantai pasok. Jika kinerja kedua pelaku rantai pasok baik, maka kinerja rantai pasok brokoli baik, begitu pula sebaliknya. Berikut merupakan kriteria penilaian pada kinerja rantai pasok.

Tabel 3 Kriteria Pencapaian Kinerja Rantai Pasok

Indikator Target untuk Mencapai Kriteria Baik Target untuk Mencapai Kriteria Kurang Baik Lead Time Pemenuhan

Pesanan ≤ 3 hari > 3 hari Siklus Pemenuhan Pesanan ≤ 14 hari >14 hari Fleksibilitas Rantai Pasok ≤ 10 hari > 10 hari Biaya Total Rantai Pasok - - Cash to Cash Cycle Time ≤ 29 hari > 29 hari Persediaan Harian ≤ 23 hari > 23 hari Kinerja Pengiriman ≥ 95.00 % < 95.00 % Pemenuhan Pesanan ≥ 88.00 % < 88.00 % Kesesuaian dengan Standar ≥ 99.00 % < 99.00 % Sumber : Bolstorff dan Rosenbaum (2011)

Efisiensi Kinerja Rantai PasokBrokoli dengan Pendekatan DEA

Penelitian ini mengukur efisiensi kinerja rantai pasok brokoli dengan cara meminimumkan input, karena setiap petani sudah memiliki standar atau keteapan untuk meperoleh output, sehingga nilai input masih dapat ditekan. Variabel input dan output yang digunakan didasarkan pada matrik Supply Chain Operation Reference, yang mengacu pada tiga hal, yakni pemodelan proses, pengukuran kinerja rantai pasok, dan penerapan best practices (Marimin dan Maghfiroh 2010). Adapun input yang digunakan adalah waktu tunggu pemenuhan, siklus pemenuhan pesanan, fleksibilitas rantai pasok, biaya total manajemen rantai pasok, siklus cash to cash, dan persediaan harian, sedangkan variabel output adalah kinerja pengiriman, pemenuhan pesanan, dan kesesuaian dengan standar.

DEA mengukur tingkat ketidakefisienan dengan membandingkan hasil pencapaian DMU tersebut terhadap nilai yang efisien yang terbentuk oleh DMU

dengan nilai yang belum efisien. Setiap unit pengambilan keputusan diasumsikan bebas menentukan bobot untuk menentukan variabel output atau input. DEA dapat mengukur beberapa input dan output, serta mengevaluasi secara kuantitatif dan kualitatif, sehingga memungkinkan suatu perusahaan untuk membuat keputusan yang baik pada tingkat efisiensi dari unit yang dianalisis (Homepage DEA 2007). Pengolahan data dengan metode DEA dilakukan dengan menggunakan software DEAP version 2.1. Hasil dari pengolahan dengan metode ini adalah matriks kinerja yang potensial untuk diperbaiki (Maharani et al 2014). Model pengukuran DEA dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Model pengukuran DEA

Dalam perkembangannya, DEA mengalami modifikasi yang pertama kali diperkenalkan oleh Banker, Charnes, dan Cooper (1984) yang dikenal dengan model BCC. Pada model BCC asumsi yang digunakan adalah variable return to scale (VRS). Asumsi VRS berbeda dengan CRS, dimana VRS tidak mengharuskan perubahan input dan output suatu DMU berlangsung secara linier, sehingga diperbolehkan terjadinya kenaikan (increasing return to scale) dan penurunan (decreasing return to scale) nilai efisiensi (Cooper et al. 2006).

Asumsi CRS lebih tepat digunakan ketika semua DMU bekerja pada skala optimal. Sedangkan, asumsi VRS digunakan ketika tidak semua DMU berada pada skala yang optimal. Perbedaan lain antara CRS dan VRS adalah perhitungan nilai variasi efisiensi dengan ukuran skala DMU. Pada asumsi VRS, suatu DMU dapat dibandingkan dengan DMU lain yang lebih besar atau lebih kecil. Hal ini tidak diterapkan pada asumsi CRS. Perhitungan efisiensi teknis dengan model VRS akan diperoleh nilai skala efisiensi pada masing-masing DMU. Nilai skala efisiensi dari sebuah DMU dapat dihitung sebagai rasio antara efisiensi dengan asumsi CRS atau VRS dari sebuah DMU. Suatu DMU akan tidak efisien jika terdapat perbedaan nilai efisiensi teknis CRS dan VRS. Secara matematis, perhitungan efisiensi teknis dengan model variable return to scale (VRS) adalah sebagai berikut:

Min θ, λ θ,

st – qi + Q λ ≥ 0

θxi - X λ = 1

λ ≥ 0 Keterangan : I1 = Vektor IxI

θ = Pengurangan proporsional input yang mungkin untuk DMU ke-i asumsi output konstan

λ = Bobot dari DMU ke-i

INPUT

1.Lead time pemenuhan

pesanan

2. Siklus pemenuhan pesanan

3. Fleksibilitas rantai pasok 4. Biaya total rantai pasok 5.Cash to cash cycle time

6. Persediaan harian Decision Making Unit (DMU) OUTPUT 1. Kinerja Pengiriman 2. Pemenuhan Pesanan 3. Kesesuaian dengan Standar

GAMBARAN UMUM RANTAI PASOK BROKOLI DI