• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak azasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan pembanguna nasional. Adapaun sasaran ketahan pangan nasional adalah (1) Mewujudkan penyediaan pangan tingkat nasional, regional dan rumah tangga yang cukup, aman dan terjangkau, (2) Meningkatkan keragaman produksi dan konsumsi pangan masyarakat, (3) Menigkatkan

kemampuan masyarakat dalam mengatasi masalah kerawanan pangan. Selanjutnya sasaran utama pembangunan pertanian adalah ketahanan/kemadirian pangan, pembangunan pertanian berkelanjutan dan pengentasan kemiskinan. Salah satu upaya untuk mencapai pertanian berkelanjutan dan pengentasan kemiskinan Badan Litbang Pertanian mengembangkan konsep baru diseminasi teknologi melalui Spektrum Diseminasi Multi Chennel (SDMC) dan implementasinya dalam betuk Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (m-KRPL) dengan prinsip pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, serta peningkatan pendapatan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemanfaatan lahan pekarangan untuk pegembangan pangan rumah tangga merupakan salah satu alternatif untuk mewujudkan kemandirian pangan rumah tangga. Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) ini merupakan himpunan dari Rumah Pangan Lestari (RPL) yanga pada dasarnya mendoong setiap rumah tangga untuk memanfaatkan lahan pekarangan melaui pengelolan ramah lingkungan.

Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) dalam kedudukannya sebagai unit kerja Badan Litbang Pertanian yang memiliki tugas pokok melakukan pengkajian dan berfungsi sebagai koordinasi BPTP seluruh Indonesia memiliki peran strategis dalam penyediaan inovasi pertanian, mendukung keberhasilan capaian Program Strategis Kementerian Pertanian. Dukungan BBP2TP terhadap Program Strategis Kementerian Pertanian difokuskan pada penguatan muatan inovasi pertanian disesuaikan dengan karakteristik program. Bentuk dukungan yang dominan dilakukan adalah pengawalan/pendampingan inovasi pertanian, rekayasa kelembagaan dan percepatan arus diseminasi inovasi pertanian. Prakteknya kegiatan tersebut dilakukan secara langsung oleh BPTP di bawah koordinasi BBP2TP adapun pengambilan sempel dilakukan di beberapa Desa yaitu:

1. Desa Tegalwaru, Kecamatan Ciampea,

Jumlah penduduk di Kecamatan Ciampea hingga akhir tahun 2010 tercatat sebanyak 146 608 jiwa yang terdiri atas 75 527 laki-laki dan 71 081 perempuan. Kecamatan ini mempunyai luas wilayah kurang lebih 53.6 km2 dengan ketinggian sekitar 300 m di atas permukaan laut (dpl). Kontur tanah Kecamatan Ciampea berupa dataran dan perbukitan. Perbukitan di kecamatan ini mencapai 55% dari seluruh luas wilayah, dengan suhu udara sekitar 20-30oC dan curah hujan mencapai 22 hari per tahun (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Dramaga Kabupaten Bogor 2013). Peneliti mengambil sampel di desa Tegalwaru yang merupakan, desa Tegalwaru merupakan salah satu desa yang termasuk ke dalam Kecamatan Ciampea. Batas sebelah Utara Desa Tegalwaru adalah Desa Bojongrangkas. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Cinangka, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Cicadas dan sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bojongjengkol. Desa Tegalwaru masuk ke dalam kategori Inpres Desa Tertinggal dengan luas wilayah 338.843 ha Desa Tegalwaru pada tahun 2013 memiliki jumlah penduduk 12 327 jiwa.

2. Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga

Desa Cikarawang merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Letak Desa Cikarawang hanya berjarak 10 km dari kota kecamatan dan dapat ditempuh selama 45 menit dengan kendaraan umum. Desa Cikarawang relatif lebih dekat dengan Kota Bogor dibanding Kabupaten Bogor, karena merupakan desa perbatasan dengan Kota Bogor. Secara geografis Desa Cikarawang berbatasan langsung dengan Sungai Cisadane di sebelah Utara, Sungai Ciapus di sebelah Selatan, Kelurahan Situ Gede, Bogor Barat, Kota Bogor di sebelah Timur dan Sungai Cisadane/Ciapus disebelah Barat. Desa Cikarawang memiliki ketinggian tanah sebesar 700 m dari permukaan laut, termasuk daerah bertopografi atau berdataran tinggi, dengan suhu rata-rata yaitu berkisar antara 25- 30 OC.

Desa Cikarawang meliputi wilayah seluas 263 hektar. Sebagian besar wilayah Desa Cikarawang merupakan persawahan dan perkebunan. Areal yang berfungsi untuk persawahan meliputi lahan seluas 194.6 hektar atau lebih kurang 73 persen dari seluruh luas wilayah Desa Cikarawang, sedangkan perkebunan rakyat meliputi wilayah seluas 18.2 hektar (6.9 persen) dan perkebunan negara seluas delapan hektar (3 persen). Kawasan permukiman penduduk meliputi kawasan seluas 37.9 hektar (14.4 persen) dan 4.3 hektar (2.7 persen) sisa lahan digunakan untuk fasilitas umum lainnya misalnya kawasan perkantoran, sekolah, pemakaman dan lain-lain.

3. Desa Bantarjati, Kecamatan Klapanunggal

Desa Bantarjati berada di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Luas wilayah +367 Ha. Penduduk Desa Bantarjati berjumlah 2 071 Kepala Keluarga yang terdiri atas 3 603 orang laki-laki dan 3 518 orang perempuan. Sebagian besar penduduk termasuk dalam kelompok usia produktif yaitu 15 – 55 tahun. Penduduk yang tergolong dalam kelompok usia produktif berjumlah ± 3 563 orang dari total jumlah penduduk.Kondisi lingkungan Desa Bantarjati merupakan daerah yang dekat dengan pabrik dan tempat penambangan batu kapur. Oleh karena letak yang berdekatan dengan daerah tambang Desa Bantarjati cenderung panas dan gersang. Akan tetapi masyarakat Desa Bantarjati rajin menanami pohon di pekarangan rumahnya atau halamannya dan di sepanjang jalan umum yang dapat menambah kesejukan suasana.

4. Desa Mulyaharja, Kecamatan Bogor Selatan

Secara geografis desa Mulyaharja kecamatan Bogor Selatan berada di kaki Gunung Salak yang udaranya masih asri dan diapit oleh dua sungai yaitu sungai Cibeureum dan sungai Cipinanggading yang merupakan batas wilayah alam, sebagai batas kelurahan Mulyaharja dengan kelurahan lain.

Penduduk yang berdomisili di Kelurahan Mulyaharja sebagian besar merupakan kelompok etnis Sunda. Perilaku kehidupan masyarakat sendiri sebagian masih bersifat pedesaan tetapi tata kehidupan secara umum telah dipengaruhi oleh pola hidup modern. Penduduk Kelurahan Mulyaharja berdasarkan data terakhir (Maret 2013) adalah 13 366 jiwa yang terdiri dari 7 002 jiwa laki-laki dan 6.364 jiwa perempuan, sebuah angka yang relatif besar untuk sebuah kelurahan.

5. Kelurahan Kebon Pedes, Kecamatan Tanah Sereal

Kelurahan Kebon Pedes adalah Kelurahan yang berada di Kecamatan Tanah Sareal Kota Bogor seluas 104 ha dengan jarak tempuh ke pusat Pemerintahan Kota ± 2 Km dan dari pusat memerintahan Kecamatan ± 0.5 Km dengan umlah penduduk Kelurahan Kebon Pedes sampai dengan bulan Oktober 2011 bejumlah 22 178 jiwa dengan jumlah Kepala Keluarga 5 961 KK yang terdiri dari laki-laki 11 268 jiwa dan perempuan 10 910 jiwa yang tersebar di 13 RW dan 74 RT.Kelurahan Kebon Pedes berada pada diketinggian 250 M dengan curah hujan rata-rata 3.500 - 4.000 M dan suhu udara 36oC - 48oC.

6. Kelurahan Sempur, Kecamatan Bogor Tengah

Kelurahan Sempur mempunyai luas + 60.3 Ha dengan jumlah RT sebanyak 32 RT dan jumlah RW sebanyak 7 RW. Jumlah penduduk di kelurahan ini mencapai 9 000 jiwa atau terdapat 2 327 kepala kelarga, sekitar 20 persen atau 420 kepala keluarga yang tidak mampu. Mata pencaharian anggota KRPL di 6 Desa paling banyak adalah ibu rumah tangga karena sebagian besar peminat program/kegiatan ini adalah para ibu-ibu sambil mengisi waktu luang seperti yang tercantum dalam Tabel 4.

Tabel 4 Keadaan anggota KRPL berdasarkan mata pencaharian

No Mata pencaharian Jumlah

orang Persentase (%) 1 Bertani 8 13.5 2 Pedagang 9 15 3 PNS 5 8.4 4 Buruh 4 6.6 5 Lain-lain 34 56.5 Total 60 100

Sumber : Data Anggota KRPL Bogor 2014

Karekteristik Responden

Anggota KRPL yang dijadikan sampel dalam penelitian ini berjumlah 60 orang. Responden diklasifikasikan berdasarkan usia, tingkat pendidikan dan waktu keanggotaan. Pengklasifikasian dilakukan untuk mendapatkan informasi dari anggota KRPL. Berdasarkan usia angora RPL diklasifikasikan usia 20-30 tahun, 31-40 tahun, 41-50 tahun dan 51-60 tahun.

Tabel 5 Gambaran usia anggota KRPL di 6 sampel Desa

No Golongan usia

(tahun)

Jumlah orang Persentase (%)

1 20-30 7 11.8

2 31-40 20 33.6

3 41-50 29 48.6

4 51-60 4 6

Total 60 100

Sumber : Data Anggota KRPL Bogor 2014

Pendidikan formal juga menjadi salah satu yang mendasari keputusan anggota KRPL dalam proses kegiatan. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal yang diharapkan anggota KRPL dapat lebih terbuka dalam menyajikan informasi sehingga program/kegiatan KRPL berjalan lancer dan lesatari.

Tabel 6 Gambaran tingkat pendidikan anggota KRPL di 6 sampel Desa

No Tingkat pendidikan Jumlah orang Persentase (%)

1 SD 7 11.7 2 SLTP 13 21.6 3 SLTA 34 56.6 4 D1 1 1.7 5 D2 1 1.7 6 D3 1 1.7 7 S1 3 5 Total 60 100

Sumber : Data Anggota KRPL Bogor 2014

Hampir sebagian besar anggota RPL yang tergabung dalam KRPL telah bergabung menjadi anggota KRPL lebih dari 3 tahun seperti yang dilihat pada tabel 7. Hal tersebut berpengaruh pada pengalaman dan manfaat KRPL yang dirasakan yaitu penambahan gizi keluarga dan pemenuhan kebutuhan sehari-hari anggota RPL.

Tabel 7 Pengalaman mengikuti kegiatan/program KRPL di 6 sampel Desa

No Masa Keanggotaan

(tahun)

Jumlah orang Persentase (%)

1 2 3 5 2 2.5 1 1.6 3 3 18 30 4 3.5 1 1.7 5 4 37 61.7 Total 60 100

Visi dan Misi m-KRPL

Suatu kegiatan harus memiliki arah yang jelas dalam menjalankan kegiatannya untuk memudahkan pengukuran hasilnya. Secara umum visi merupakan cerminan filosofi mengenai bagaimana seharusnya masa depan suatu kegiatan. Misi mencerminkan hasil akhir yang dicari suatu kegiatan melalui eksistensi dan operasinya dalam jangka waktu tertentu. Visi dan misi kegiatan m- KRPL sebagai berikut: Visi: “ Berkembangnya kemampuan keluarga dan masyarakat secara ekonomi dan sosial dalam memenuhi pangan dan gizi secara lestari, menuju keluarga dan masyarakat yang sejahtera, serta terwujudnya diversifikasi pangan dan konservasi tambahan pangan lokal“. Misi: (1). Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga serta masyarakat melalui optimalisasi pemanfatan pekarangan secara lestari, (2). Meningkatkan kemampuan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekaran di perkotaan maupun pedesaan untuk budidaya tanaman pangan, buah, sayuran dan toga serta pengolahan limbah rumah tangga menjadi kompos, (3). Mengembangkan sumber bibit/benih untuk menjaga keberlajutan pemanfaatan pekarangan dan melakukan konservasi tanaman lokal untuk masa depan, (4). Mengembangkan kegiatan ekonomi produktif keluarga sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan keluarga dan menciptakan lingkungan hijau yang bersih dan sehat secara mandiri.

Aspek Sumberdaya Manusia

Program m-KRPL merupakan program Badan Litbang Pertanian dengan Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) sebagai Penanggung Jawab kegiatan secara keseluruhan. Pada setiap provinsi, sebanyak 33 provinsi ditunjuk masing-masing penanggung jawab yang mengkordinasikan kegiatan m-KRPL di masing-masing provinsi.

Dalam implementasinya, Sumber Daya Manusia pada pengelolaan m-KRPL melibatkan berbagai pihak, dari mulai BPTP, Penyuluhan Dinas Pertanian, Swasta, Kelompok (wanita) Tani, sampai dengan industri pengolahan.

Tabel 8 Kemitraan para pihak terkait dalam tahap pengembangan KRPL Tahap

Penumbuhan dan Pengembangan

Keterlibatan Para Pihak

BPTP Penyuluh BKP & Dinas Pertanian Swasta/ pedagang Rumah Tangga dan Kelompok Pengelola KRPL Indusstri Pengolah Pertumbuhan Model KRPL (m-KRPL) XXXX XXXX XX X XXXX XX Replikasi (pengembangan KRPL) XX XXXX XXXX XXX XXXX XXX Pengembangan Usaha X XX XX XXXX XXXX XXX Keberlanjutan Usaha - X X XXX XXXX XXXX

Keterangan: X = menunjukka tinggak keterlibatan, semakin banyak jumlah X diharapkan semakin besar tingkat keterlibatannya.

Sumber : Pedoman Umum Model Kawasan Rumah Pangan Lesatari 2011

Rumahtangga-rumahtangga sebagai pengelola/peserta RPL di unit terkecil pada umumnya memiliki karakteristik pendidikan, umur, dan pekerjaan yang berbeda-beda. Mayoritas rumahtangga pengelola RPL adalah wanita (ibu-ibu). Rentang pendidikan, umur, dan pekerjaannya beragam bergantung daerah m- KRPL masing-masing.

Struktur Organisasi

Struktur organisasi m-KRPL mengacu pada Surat Keputusan Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian tentang keanggotaan tim m-KRPL. Untuk selanjutnya setiap BPTP atau provinsi memiliki susunan tim masing-masing berdasarkan SK yang dibuat oleh Kepala BPTP. Susunan Organisasi m-KRPL dapat dilihat pada gambar 2.

Penanggung Jawab m-KRPL di pusat (BBP2TP) bertanggung jawab terhadap keseluruhan kegiatan ini. Penanggung jawab di BBP2TP dibantu oleh anggota tim untuk mengkoordinasikan kegiatan. Setiap anggota tim dibagi berdasarkan pulau, yaitu Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi dan Pulau Bali, NTT, NTB, dan Papua. Setiap penanggung jawab pulau bertanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan m-KRPL diwilayahnya masing-masing. Pada tingkat BPTP, penanggung jawab BPTP bertanggung jawab terhadap kegiatan m-KRPL di Provinsinya masing-masing. Penanggung jawab BPTP dibantu oleh anggota timnya masing-masing untuk melaksanakan kegiatan ini. Di setiap BPTP dibuat LO (Lesson Officer) di masing-masing kota/kabupaten setiap provinsi. LO ini yang bertanggung jawab dalam hal implementasi m-KRPL di tingkat kabupaten/kota.

Pada setiap Kabupaten/Kota dibangun 2 unit/kawasan m-KRPL. Setiap kawasan terdiri dari sekitar 25-30 rumah tangga/RPL (Rumah Pangan Lestari). Kawasan m-KRPL dilengkapi dengan Kebun Bibit Desa (KBD). KBD memegang peranan penting dalam keberlanjutan program m-KRPL. KBD dikelola oleh pengurus yang telah ditunjuk dan beranggotakan RPL-RPL. Di setiap kawasan biasanya terdapat Local Champion yang menggerakkan kegiatan tersebut.

Local Champion dapat berasal dari aparat desa, tokoh masyarakat, maupun tokoh agama setempat. Untuk mengkoordinasikan kegiatan ini di setiap kawasan biasanya diadakan pertemuan rutin pengurus dan anggota. Anggota RPL-RPL ini yang sebenarnya penggerak teknis kegiatan m-KRPL. RPL-RPL yang terdiri dari rumahtang-runahtangga mengelola m-KRPL di pekarangan rumahnya beserta seluruh anggota keluarganya. Setiap daerah memiliki kekhasan masing-masing dalam hal pengelolaan m-KRPL oleh masing-masing rumah tangga. Daerah perkotaan cenderung dikelola oleh para ibu-ibu (wanita), sedangkan di daerah perdesaaan peran anggota kelurga, baik bapak, ibu dan anak lebih tampak.

Gambar 2 Struktur Organisasi kegiatan m-KRPL 2014

Sumber: Laporan Pertanggungjawaban Operasionan Kegiatan m-KRPL 2013

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dokumen terkait