• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. GAMBARAN SPIRITUALITAS PELAYANAN UMAT KATOLIK

A. Gambaran Situasi Umat Lingkungan Santo Barnabas Jogodayoh

Lingkungan Santo Barnabas Jogodayoh merupakan bagian dari wilayah Gondanglipuro Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran. Lingkungan Santo Barnabas Jogodayoh terdiri dari 3 kring dan 2 Dusun, yaitu dusun Jogodayoh dan dusun Plumbungan. 2 dusun ini dipisahkan oleh jalan raya Ganjuran. Lingkungan Santo Barnabas Jogodayoh berbatasan dengan lingkungan Gunungan di sebelah utara, lingkungan Santo Gregorius Magnus di sebelah timur, lingkungan Caben di sebelah selatan, dan lingkungan kaligondang di sebelah barat. Secara geografis letak lingkungan Santo Barnabas Jogodayoh berada di sebelah timur Paroki HKTY Ganjuran yang tidak terlalu jauh. Beberapa sekolah yayasan Kanisius juga berada dalam lingkungan Santo Barnabas Jogodayoh, antara lain TK Kanisius Ganjuran, SD Kanisius Ganjuran, dan SMP Kanisius Ganjuran. Sekolah-sekolah ini juga merupakan bagian dari sejarah adanya Gereja dan Candi HKTY Ganjuran.

Adapun kegiatan-kegiatan gerejani yang dilakukan atau diikuti oleh umat lingkungan Santo Barnabas Jogodayoh antara lain menjadi anggota dewan paroki, menjadi lektor, prodiakon, misdinar, OMK, koor, dan masih banyak lainnya. Kegiatan-kegiatan yang ada di Gereja dan Candi Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran yang mendukung sebagai sebuah Oase antara lain:

1. Novena Ekaristi Hati Kudus Tuhan Yesus yang diselenggarakan setiap malam Jumat pertama dibulan Oktober-Juni, pukul 19.00 WIB.

2. Pesta Hati Kudus Tuhan Yesus. Upacara yang selalu dilaksanakan pada hari Minggu terakhir Juni yang dimulai pukul 07.00 WIB, pagi ini merupakan penutup novena. Pesta dimeriahkan dengan prosesi Sakramen Maha Kudus yang dimeriahkan dengan segala regalia kelengkapannya, seperti gunungan maupun kesenian tari.

3. Sarasehan umat Hati Kudus, dilakukan setiap malam Jumat Kliwon mulai pukul 19.00 WIB sebagai pendalaman iman berdasarkan Kitab Suci, tradisi, pengalaman nyata.

4. Doa Umat Hati Kudus Tuhan Yesus se Nusantara, adalah ajakan untuk saling mendoakan umat Hati Kudus Tuhan Yesus disemua tempat, mengambil tempat di Mandala Gereja Ganjuran, dan bisa pula dilakukan oleh umat secara pribadi di rumah masing-masing. Jadwalnya sudah ditentukan: setiap pukul 07.00 WIB, Jumat (10.00 WIB), tiap Jumat (15.00 WIB) dan setiap Sabtu – hari wafat Tuhan Yesus – pukul 22.00 WIB.

5. Hari Orang Sakit Sedunia, dilakukan pada 11 Februari sebagai tanggal dan bulan Bunda Maria menampakkan diri pada St. Bernadetta di Lourdes. Perayaan Ekaristi dimulai pukul 07.00 WIB dengan menerimakan Sakramen Pengurapan kepada orang sakit serta lanjut usia.

6. Upacara Ekaristi Sadranan Agung. Dilaksanakan setiap 09 November pukul 15.00 WIB, atau sehari menjelang Hari Pahlawan 10 November. Upacara ini dianggap penting. Sadranan dari asal kata Sadra. Artinya percaya kepada Gusti Allah inggakang jumeneng dados Allahing tiyang gesang, atau Tuhannya manusia hidup. Sebab, dengan kewafatannya Tuhan telah meruwat dosa dan menghapus kematian selamanya. Jadi, orang mati itu pada hakikatnya hidup. Lebih tegasnya tak akan ada kematian lagi. Dengan demikian sadranan merupakan perjamuan bersama dengan para leluhur di makam, sebagaimana termuat dalam Injil Yesaya bab 25 ayat 6-9 yang intinya mengatakan, “Di Gunung Sion ini Tuhan menyelenggarakan perjamuan kebahagiaan menyuguhkan ikan gemuk berdaging dan anggur berumur tua. Kafan, kain bungkus orang mati disobek dan kematian disingkirkan selamanya” (Utomo, 2013:90).

Sudah banyak umat lingkungan Santo Barnabas Jogodayoh yang mulai aktif untuk mengikuti berbagai macam kegiatan gerejani yang ada di lingkungan, wilayah, maupun Paroki. Akan tetapi ada juga umat yang belum bisa mengikuti kegiatan-kegiatan gerejani tersebut karna berbagai kesibukan pekerjaan maupun hal lainnya. Menjadi seorang pelayan gerejani memang perlu memiliki dasar yang

kuat. Tak lain ialah pemahaman dan penghayatan tentang spiritualitas melayani. Sebagaimana Yesus sendiri yang datang ke dunia ini untuk melayani.

Peran wilayah Gondanglipuro sendiri juga menjadi bagian dari gambaran situasi umat lingkungan Santo Barnabas Jogodayoh. Di wilayah Gondanglipuro inilah, para pendahulu dan perintis Gereja bermula. Gondanglipuro dibagi dalam 5 Lingkungan yakni Lingkungan Jogodayoh, Gunungan 1, Gunungan 2, Kaligondang, dan Gandekan.

Perlu dicatat bahwa dalam perkembangan dan pergantian tata pengembalaan Wilayah Gondanglipuro, pernah dibagi, dipersatukan, dipisahkan lagi, dimekarkan lagi dan seterusnya dengan istilah Stasi, Wilayah, Kring, dan Lingkungan perlu dimengerti betul. Akan tetapi dalam wilayah yang sama pergantian tata pengembalaan yang memberi dampak perubahan nama, justru dapat menjadi tonggak-tonggak pemahaman historis Gereja yang sangat lokal ini.

“Tulisan ini agar menjadi bahan bahasan umat untuk mendapatkan koreksi, penambahan data sejarah, peristiwa, dan orang yang terlibat entah sebagai pengurus, aktifis dan lain sebagainya” (Krisnawati dkk, 2014:86).

Paroki HKTY Ganjuran merupakan gereja Katolik pertama yang didirikan di kabupaten Bantul. Kompleks Gereja dan Candi HKTY Ganjuran terletak kurang lebih 20 Km di sebelah selatan kota Yogyakarta, tepatnya berada di dusun Kaligondang, desa Sumbermulyo, kecamatan Bambanglipuro, Bantul. Luas wialayah Paroki HKTY Ganjuran sendiri mencakup hingga laut jawa selatan. Terdiri dari 5 Stasi.

Sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki HKTY Ganjuran tahun 2014. Paroki terdiri dari beberapa wilayah. Sedangkan Wilayah dimengerti sebagai pembagian daerah di Paroki HKTY Ganjuran yang terdiri dari 2 atau 3 lingkungan atau mungkin lebih. Sementara lingkungan terdiri dari 15 hingga 50 Kepala Keluarga Katolik. Paroki HKTY Ganjuran memiliki 12 Wilayah, antara lain: Gondanglipuro, Siten, Kanutan, Gilangharjo, Caben, Kedon, Pasutritis, Tambran, Ngireng-ireng, Kretek, Baros, Goentoer-geni. Masing-masing wilayah tersebut masih membawahi beberapa lingkungan. Pada umumnya situasi umat di Paroki HKTY Ganjuran ini dapat dikatakan harmoni karena wilayah Paroki HKTY Ganjuran sendiri terletak di pedesaan yang dalam artian masyarakat di desa masih sangat kental kerukunan dan bermasyarakatnya, antara lain melalui gotong royong dan sebagainya yang juga sering diadakan oleh paroki.

Pelayanan yang dilakukan oleh umat Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran terhadap Gereja dan Candi sendiri tak lain ialah mengikut semangat sprititualitas pelayanan yang dimiliki oleh keluarga Schmutzer yang hingga saat ini turun-temurun terwariskan pada umat Paroki HKTY Ganjuran. Salah satu contoh pelayanan oleh umat ialah menjadi ‘Abdi Dalem’ untuk Gereja dan Candi sebagaimana ‘Abdi Dalem’ dalam kebudayaan jawa khusunya di Keraton Yogyakarta. Selain menjadi Abdi Dalem tidak sedikit pula yang melayani Gereja dengan turut ikut ambil bagian dalam setiap kegiatan Gereja, misalkan menjadi Dewan Paroki, prodiakon, lektor, misdinar dan lain-lain.

Adapun pelayanan-pelayanan lain yang dilakukan oleh Gereja HKTY Ganjuran dari masa ke masa, di antaranya ialah menjadi tempat penampungan

Seminari Tinggi pada September 1947-1948. Di mana saat itu rakyat Indonesia mengalami penjajahan kedua oleh Jepang yang sangat menyengsarakan rakyat dalam bidang apapun, termasuk pendidikan. Walaupun begitu Gereja HKTY Ganjuran tetap bertahan dan ditata oleh Tuhan menjadi sarana berkat-Nya. Pada tahun 1967 sejumlah 620 orang (kebanyakan dewasa) dipermandikan. Kesadaran iman umat mewarisi semangat kerasulan keluarga Schmutzer, para awam perintis, cepat berkembang menuju kedewasaannya. Hingga saat ini peran awam dalam Dewan Paroki mampu bersinergi dengan para imam, suster, dan para pendamping lain dari hierarki. Tampak jelas peran serta Roh Kudus yang berkarya memantapkan paguyuban yang berkembang di Paroki HKTY Ganjuran, melalui para imam yang diutus dari zaman ke zaman untuk memantapkan administrasi paroki, membangun sarana fisik, membina hidup rohani yang sungguh mendewasakan Gereja atau umat Paroki HKTY Ganjuran.

Dokumen terkait