• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan devosi Candi Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran terhadap spiritualitas pelayanan umat Katolik Lingkungan Santo Barnabas Jogodayoh Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peranan devosi Candi Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran terhadap spiritualitas pelayanan umat Katolik Lingkungan Santo Barnabas Jogodayoh Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PERANAN DEVOSI CANDI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN TERHADAP SPIRITUALITAS PELAYANAN UMAT KATOLIK LINGKUNGAN SANTO BARNABAS JOGODAYOH PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Agama Katolik. Oleh : Bernadinus Suryo Budi Utomo NIM: 131124001. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2019.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PERSEMBAHAN. Skripsi ini dipersembahkan kepada: Bapak Matheus Sarjono Mama Yuliana Woda Mosa Sr. Silviana FCh. iv.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. MOTTO. “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya” (Pengkotbah 3:1). v.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRAK Skripsi ini berjudul PERANAN DEVOSI CANDI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN TERHADAP SPIRITUALITAS PELAYANAN UMAT KATOLIK LINGKUNGAN SANTO BARNABAS JOGODAYOH PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN. Judul ini dipilih oleh penulis berdasarkan keingintahuan penulis untuk mengetahui tentang peranan candi Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran terhadap spiritualitas pelayanan umat katolik lingkungan Santo Barnabas Jogodayoh. Spiritualitas adalah sebuah istilah yang menandakan ‘kerohanian’ atau ‘hidup rohani’. Kata ini menekankan suatu segi kebersamaan, bila dibandingkan dengan kata yang lebih tua, yaitu “kesalehan” yang menandakan hubungan orang perorangan dengan Allah. Spiritualitas juga dapat diartikan suatu hidup yang berdasarkan atau menurut roh. Spiritualitas adalah hidup yang didasarkan pada pengaruh dan bimbingan Allah. Dengan Spiritualitas, manusia bermaksud membuat diri dan hidupnya dibentuk sesuai dengan cita-cita Allah. Sementara spiritualitas pelayanan adalah kesaksian iman para pelaksana sendiri yaitu : Imam, awam, dan religius. Jenis penelitian yang penulis gunakan pada penelitian ini adalah penelitian metode kualitatif, dengan menggunakan kuisioner. Metode penelitian kualitatif yang digunakan yaitu metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting). Responden dalam penelitian ini adalah umat lingkungan Santo Barnabas Jogodayoh, wilayah Gondanglipuro, Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran. Dalam menganalisis data penulis memperoleh persentase suara responden dengan cara membagi frekuensi suara masuk (F) dengan jumlah responden keseluruhan (N) kemudian dikalikan dengan 100% . Hasil penelitian menunjukkan bahwa umat katolik lingkungan Santo Barnabas Jogodayoh sudah memiliki pemahaman mengenai peranan candi HKTY Ganjuran yang cukup baik yaitu sekitar 66,67%. Kesadaran akan pendalaman spiritualitas pelayanan dalam hidup bersama akan sangat membantu umat lingkungan Santo Barnabas Jogodayoh untuk lebih memahami dan menghayati tentang spiritualitas pelayanan sudah cukup baik, hal ini dirasakan 70% responden yang memilih setuju. Oleh karena itu umat katolik lingkungan Santo Barnabas Jogodayoh juga sangat setuju apabila meningkatkan pelayanan bersama yang berpusat pada spiritualitas pelayanan gereja dan candi HKTY Ganjuran dengan metode sharing akan sangat bermanfaat bagi umat katolik lingkungan Santo Barnabas Jogodayoh. Merespon permasalahan tersebut maka penulis mendesain program pendampingan rekoleksi untuk umat katolik lingkungan Santo Barnabas Jogodayoh sebagai upaya untuk membantu umat agar lebih dapat lagi memahami, mengerti, dan memaknai tentang spiritualitas pelayanan yang bersumber pada peranan candi HKTY Ganjuran sehingga dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.. viii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRACT This thesis entitled THE ROLE OF DEVOTION TO THE HOLY HEART TEMPLE OF THE LORD JESUS GANJURAN ON THE SPIRITUALITY OF THE CATHOLIC GENERAL SERVICES OF SANTO BARNABAS JOGODAYOH THE HOLY PAROCY OF THE LORD JESUS GANJURAN. This title was chosen by the author based on the writer's curiosity to find out about the role of the temple of the Sacred Heart of the Lord Jesus, the reward for the spirituality of the ministry of the Catholic community in Saint Barnabas Jogodayoh. Spirituality is a term that signifies 'spirituality' or 'spiritual life'. This word emphasizes an aspect of togetherness, when compared to an older word, namely "piety" which signifies the relationship of an individual with God. Spirituality can also be interpreted as a life based on or according to the spirit. Spirituality is life based on the influence and guidance of God. With Spirituality, humans intend to make themselves and their lives shaped according to God's ideals. While the spirituality of service is a testimony of faith of the implementers themselves, namely: Priest, layman, and religious. The type of research the author uses in this study is qualitative method research, using questionnaires. The qualitative research method used is naturalistic research methods because the research is carried out in natural settings. Respondents in this study were the environmentalists of Santo Barnabas Jogodayoh, Gondanglipuro region, Parish of the Sacred Heart of Jesus Ganjuran. In analyzing the data the author obtained the percentage of respondents' votes by dividing the incoming frequency (F) by the total number of respondents (N) then multiplying by 100%. The results of the study showed that the Catholic community of Saint Barnabas Jogodayoh had an understanding of the role of the HKTY Ganjuran temple which was quite good. 66.67% of the environmental Catholics of Saint Barnabas Jogodayoh believe that the HKTY Ganjuran temple really does have an important role for Catholics, especially in the neighborhood of Saint Barnabas Jogodayoh. Awareness of the deepening of service spirituality in living together will greatly help the environmentalists of Saint Barnabas Jogodayoh to better understand and appreciate the spirituality of service, which is quite good, this is felt by 70% of respondents who chose to agree. Therefore the environmental Catholics of Saint Barnabas Jogodayoh also strongly agreed to improve shared services centered on the spirituality of HKTY church and temple services. The benefits of sharing methods would be very beneficial for Catholics in the neighborhood of Saint Barnabas Jogodayoh. Responding to these problems, the author designed a recollection assistance program for the Catholic community of Saint Barnabas Jogodayoh as an effort to help Catholics in the neighborhood of Saint Barnabas Jogodayoh be able to understand, understand and interpret the spirituality of service based on the role of the HKTY Ganjuran temple so that it can be applied in everyday life.. ix.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, karena kasih karunia dan bimbingan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi dengan judul PERANAN DEVOSI CANDI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN TERHADAP. SPIRITUALITAS. PELAYANAN. UMAT. KATOLIK. LINGKUNGAN SANTO BARNABAS JOGODAYOH PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN ini terselesaikan dengan baik. Skripsi ini ditulis dengan maksud memberikan sumbangan pemikiran mengenai makna Spiritualitas Pelayanan bagi umat Paroki HKTY Ganjuran terkhusus umat lingkungan Santo Barnabas Jogodayoh. Selain itu skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan, Universitas Santa Dharma Yogyakarta. Tersusunnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis dengan setulus hati mengucapkan banyak terima kasih kepada: 1. Dr. B. Agus. Rukiyanto, SJ selaku Kaprodi Pendikkat Universitas Sanata Dharma, dan selaku dosen III yang telah meluangkan waktu dalam mendampingi penulis pada saat ujian berlangsung, dan telah memberikan kesempatan serta dukungan kepada penulis selama menjalankan proses perkuliahan di kampus.. x.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2. P. Banyu Dewa HS. S.Ag., M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi dan dosen penguji I telah bersedia meluangkan waktu, kesabaran, ketulusan dan kesetiaan mendampingi dan membimbing penulis hingga akhir penulisan skripsi. 3. Yosef Hendrikus Bintang Nusantara SFK., M.Hum selaku dosen II sekaligus dosen pembimbing akademik mendampingi penulis. yang telah meluangkan waktu. dalam. dari awal perkuliahan hingga pada saat ujian. berlangsung. 4. Segenap Dosen Prodi Pendikkat, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik dan membimbing penulis selama proses belajar hingga selesainya skripsi ini. 5. Segenap Staf Sekretariat, Perpustakan Prodi Pendikkat, dan segenap karyawan bagian lain yang telah memberi dukungan kepada penulis dalam penulisan skripsi. 6. Romo Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran yang telah memberi ijin kepada penulis untuk menjalankan penelitian di Paroki. 7. Segenap umat katolik lingkungan Santo Barnabas Jogodayoh yang telah meluangkan waktu untuk mengisi kuisioner dan sharing dalam menjalankan penelitian di lingkungan. 8.. Rekan-rekan OMK Santo Barnabas Jogodayoh yang selalu mensuport penulis.. 9.. Bapak Matheus Sarjono dan Ibu Yuliana Woda Mosa, selaku orang tua penulis yang selalu setia mendampingi, memberi kasih sayang dan mendukung penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan lancar.. xi.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i. HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... ii. HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii. HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... iv. HALAMAN MOTTO ...................................................................................... v. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA .......................................................... vi. LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ....................................................... vii. ABSTRAK ....................................................................................................... viii. ABSTRACT ..................................................................................................... ix. KATA PENGANTAR ..................................................................................... x. DAFTAR ISI ................................................................................................... xiii. DAFTAR SINGKATAN ................................................................................ xvii BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1. A. Latar Belakang .............................................................................. 1. B. Rumusan Masalah ......................................................................... 6. C. Tujuan Penulisan ........................................................................... 6. D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 7. E. Metode Penulisan .......................................................................... 8. F. Sistematika Penulisan .................................................................... 8. BAB II. PERKEMBANGAN CANDI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN MELALUI MAKNA DEVOSI TERHADAP SPIRITUALITAS UMAT KATOLIK LINGKUNGAN SANTO BARNABAS JOGODAYOH ....................... ................................................................................................... xiii. 10.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. A. Candi Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran .................................... 10. 1. Sejarah Candi Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran .............. 10. 2. Perkembangan Gereja dan Candi Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran Masa Kini ............................................................. 11. 3. Kegiatan Utama Gereja dan Candi Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran Sebagai Oase ........................................................ 12. B. Pengertian Devosi ......................................................................... 13. 1. Devosi .................................................................................. 13. 2. Devosi dalam Gereja Katolik ............................................... 14. 3. Makna Devosi Hati Kudus Tuhan Yesus ............................. 15. C. Spiritualitas Umat Katolik ............................................................. 16. 1. Pengertian Spiritualitas ........................................................ 16. 2. Spiritualitas Kristiani ........................................................... 18. 3. Spiritualitas Pelayanan ......................................................... 20. 4. Makna Spiritualitas Kristiani ............................................... 22. 5. Makna Spiritualitas Pelayanan ............................................. 24. 6. Buah-buah dari Spiritualitas Kristiani .................................. 25. BAB III. GAMBARAN SPIRITUALITAS PELAYANAN UMAT KATOLIK LINGKUNGAN SANTO BARNABAS JOGODAYOH DI PAROKI HKTY GANJURAN .................................................................................................. 26 A. Gambaran Situasi Umat Lingkungan Santo Barnabas Jogodayoh ....................................................................................................... 26. B. Latar Belakang Penelitian ............................................................. 30. C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 31. D. Jenis Penelitian .............................................................................. 32. E. Tempat dan Waktu Penelitian ....................................................... 32. xiv.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. F. Responden Penelitian ..................................................................... 33. 1. Populasi ................................................................................ 33. 2. Sampel .................................................................................. 33. G. Instrument Penelitian .................................................................... 33. 1. Matriks Variabel Indikator ................................................... 33. H. Teknik Analisis Data ..................................................................... 35. I. Laporan Hasil Penelitian ............................................................... 36. 1. Realita Umat Katolik Lingkungan Santo Barnabas Jogodayoh Terkait Tentang Peranan Candi HKTY Ganjuran .................... 36. 2. Realita Pemahaman Spiritualitas Pelayanan Umat Katolik Lingkungan Santo Barnabas Jogodayoh .................................. 41. J. Pembahasan Hasil Penelitian .......................................................... 45. 1. Pemahaman Umat Katolik Lingkungan Santo Barnabas Jogodayoh Tentang Peranan Candi HKTY Ganjuran .............. 45. 2. Realita Pemahaman Spiritualitas Pelayanan Umat Katolik Lingkungan Santo Barnabas Jogodayoh .................................. 46. K. Kesimpulan Penelitian .................................................................. 48. L. Refleksi Katekis ............................................................................. 49. BAB IV. USULAN KEGIATAN REKOLEKSI PEMAHAMAN SPIRITUALITAS PELAYANAN YANG BERSUMBER PADA PERANAN CANDI HATI KUDUS TUHAN YESUS (HKTY) GANJURAN SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN PELAYANAN DI LINGKUNGAN SANTO BARNABAS JOGODAYOH PAROKI HKTY GANJURAN .................. 51 A. Pentingnya Kegiatan Rekoleksi .................................................... 51. B. Latar Belakang Kegiatan ............................................................... 52. B. Rumusan Tema dan Tujuan ........................................................... 54. xv.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. C. Peserta ........................................................................................... 55. D. Waktu Pelaksanaan ....................................................................... 55. E. Model Pelaksanaan ........................................................................ 55. F. Matriks Program Kegiatan Rekoleksi ............................................ 56. G. Contoh Persiapan Kegiatan Rekoleksi Sesi II ............................... 58. H. Pemikiran Dasar ............................................................................ 59. I. Pengembangan Langkah-langkah ................................................... 60. 1. Pengantar .............................................................................. 60. 2. Sharing Pengalaman ............................................................. 61. 3. Pembahasan Materi .............................................................. 61. a. Pengertian Spiritualitas .................................................. 61. b. Spiritualitas Kristiani ..................................................... 63. c. Spiritualitas Pelayanan .................................................. 65. d. Makna Spiritualitas Kristiani ......................................... 67. e. Makna Spiritualitas Pelayanan ...................................... 69. 4. Penutup ................................................................................. 70. BAB V. PENUTUP ......................................................................................... 71. A. Kesimpulan ................................................................................... 71. B. Saran .............................................................................................. 74. DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... (76) LAMPIRAN .................................................................................................... LAMPIRAN 1 Surat Ijin Penelitian ................................................................. (1). LAMPIRAN 2 Surat Ijin Peminjaman Buku ................................................... (2). LAMPIRAN 3 Instrumen Penelitian ................................................................ (3). LAMPIRAN 4 Hasil Instrumen Penelitian ...................................................... (7). xvi.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR SINGKATAN. A. SINGKATAN KITAB SUCI Yoh. : Yohanes. Mat. : Matius. Kej. : Kejadian. Mzm. : Mazmur. Kol. : Kolose. B. SINGKATAN DOKUMEN GEREJA SC. : Sacrosactum Concilium, Konstitusi Konsili Vatikan II tentang Liturgi Suci, 4 Desember 1963. GS. : Gadium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang Gereja di Dunia Dewasa ini, 7 Desember 1965. CT. : Catechesi Tradendae, Nasihat Apostolik Pasca-Sinode Paus Yohanes Paulus II, 16 October 1979. C. SINGKATAN LAIN HKTY. : Hati Kudus Tuhan Yesus. OMK. : Orang Muda Katolik. St. : Santo. Web. : Word Elektrik Browser. PAK. : Pendidikan Agama Katolik. USD. : Universitas Sanata Dharma. Mgr. : Monsignur. xvii.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. SJ. : Serikat Jesus. WIB. : Waktu Indonesia Barat. TK. : Taman Kanak. SD. : Sekolah Dasar. SMP. : Sekolah Menengah Pertama. Km. : Kilo meter. xviii.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 1. BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia memiliki banyak kekayaan tentang keanekaragaman, baik itu dari segi seni maupun budaya. Kebudayaan adalah pertanda khas dari kemampuan “adanya” dan “hakekat” manusia. Kebudayaan adalah jalan, melaluinya manusia makin lebih manusia, makin “mengada”, makin dekat pada “ada”. Distingsi mendasar harus ditarik antara ‘ada’-nya dan ‘milik’-nya sebab dasarnya terdapat pada diri manusia juga. Segala sesuatu ‘yang dimilikinya’ adalah sangat penting untuk kebudayaan, adalah unsur kreatif bagi kebudayaaan, hanya sejauh manusia, melalui ‘miliknya’ menjadi ‘lebih penuh’ sebagai manusia, menjadi makin manusia sempurna dalam segala dimensi eksistensinya, dalam segala-galanya yang menjadi sifat kemanusiaan (Sinaga, 1984:39). Begitu juga halnya Gereja Katolik yang membuka diri terhadap adanya inkulturasi. Dalam hal ini Sinaga (1984:8) mengatakan: Inkulturasi dalam arti luas dan generis adalah sejenis penyesuaian dan adaptasi kepada masyarakat, kelompok umat, kebiasaan, bahasa dan perilaku yang biasa terdapat pada suatu tempat. Tatkala seorang pengkotbah atau pewarta Injil melakukan panggilan misionernya, tak dapat tidak dia harus melakukan penyesuaian yang tak kepalang tanggung. Dia harus memakai bahasa yang dimengerti oleh pendengar. Dia harus mencari bahasa lambang yang paling ‘menyapa’ dan ‘mengena’ bagi pendengarnya. Juga dalam pola pakaian, bertindak dan pergaulan, dia harus sejauh mungkin menyesuaikan diri agar Injil yang diwartakan dapat dimengerti dan di-amini. Inkulturasi dalam Gereja Katolik dewasa ini berjalan semakin luas dengan semakin banyaknya pastor dan tokoh awam yang peduli akan nilai-nilai budaya lokal (misalnya saja warisan spiritual Kejawen). Pada umumnya istilah ‘kebudayaan’ dimaksudkan segala sarana dan upaya manusia untuk menyempurnakan dan mengembangkan pelbagai bakat pembawaan jiwa raganya. Istilah ‘kebudayaan’ juga sering kali mengandung arti sosiologis dan etnologis. Dalam arti itulah orang berbicara mengenai macam-macam kebudayaan (Gaudium et Spes: 54)..

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 2. Dalam hal-hal yang tidak menyangkut iman atau kesehjahteraan segenap jemaat, Gereja dalam Liturgi pun tidak ingin mengharuskan suatu keseragaman yang kaku. Sebaliknya Gereja memelihara dan memajukan kekayaan yang menghiasi jiwa pelbagai suku dan bangsa. Apa saja dalam adat kebiasaan para bangsa, yang tidak secara mutlak terikat pada takhayul atau ajaran sesat, oleh Gereja dipertimbangkan dengan murah hati, dan bila mungkin dipeliharanya dalam keadaan baik dan utuh (Sacrosanctum Concilium: 37). Candi Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran merupakan salah satu contoh inkulturasi dari Gereja Katolik yang berada di Keuskupan Agung Semarang tepatnya di Ganjuran, Bantul, Yogyakarta. Candi tersebut menjadi salah satu tempat peziarahan yang dapat membangun ataupun menumbuhkan nilai-nilai sprititualitas hidup bagi umat katolik terutama umat lingkungan Santo Barnabas Jogodayoh Paroki HKTY Ganjuran. Hal ini terdapat dalam Buletin Perwitosari (2011) yang mengatakan: Dalam sejarah misi di Indonesia, Gereja HKTY Ganjuran merupakan salah satu fenomena yang menarik. Hal ini dikarenakan gereja ini dibangun dan dirintis oleh seorang awam dan bukan oleh para misionaris yang umumnya adalah imam, biawaran atau biarawati. Candi dan Gereja HKTY Ganjuran yang menjadi bagian dari Keuskupan Agung Semarang ini pada awalnya didirikan oleh seorang awam yaitu Gottfried Schmutzer sebagai monumen berkat dan rasa syukur. Kristus Raja yang setia mendampingi umat-Nya senantiasa mau mendengarkan doa permohonan umat-Nya. Selama beberapa dekade sebelum tahun 1920 pabrik Gondanglipuro yang dimiliki oleh Gottfried Schmutzer mengalami krisis karena merugi. Namun, berkat bantuan serta rahmat Hati Kudus Tuhan Yesus, krisis itu dapat dilewati. Semangat inilah yang terus digali. Dengan segala kemampuan yang ada, umat dan Gereja Ganjuran dewasa ini diajak untuk menjadi pewarta berkat, bersama dengan saudara-saudari dari berbagai tempat, bahkan yang lain. Candi HKTY Ganjuran dibangun dengan model kejawen atau berbaur dengan budaya Jawa. Hal ini melambangkan Kristus sebagai Raja di tanah Jawa yang senantiasa selalu mendampingi dan mendengarkan permohonan serta doadoa umat-Nya..

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 3. Candi HKTY Ganjuran ini bercorak arsitektur Hindu-Jawa (Mataram dan Majapahit). Pada saat itu bumi Nusantara dipersembahkan kepada Hati Kudus Tuhan Yesus. Bangunan ini dirancang dengan perpaduan gaya Eropa, Jawa, Buddha dan Hindu. Gaya Eropa dapat ditemui pada bangunan berupa salib bilamana dilihat dari udara. Teras candi yang berhias relief bunga teratai merupakan ciri khas pada agama Budhha. Untuk corak dari kebudayaan Jawa sendiri sangatlah kental. Hal ini dapat dilihat dari beberapa sisi antara lain: 1. Batu yang digunakan untuk membangun candi ini diambil dari Gunung Merapi. Gunung Merapi adalah sebuah gunung yang dikeramatkan oleh masyarakat Yogyakarta. 2. Candi ini menghadap ke laut pantai selatan sebagai simbol penghormatan terhadap penguasa laut selatan yaitu Nyi Roro Kidul. 3. Nuansa Jawa juga terlihat pada altar, sancristi (tempat menyimpan peralatan misa), doopvont (wadah air untuk baptis) dan chatevummenen (tempat katekis). 4. Di dalam candi sendiri bertahta patung Kristus Raja, lambang kehadiran Tuhan sebagai Bapa. Patung atau arca ini berwujud Tuhan Yesus sebagai Raja dengan berpakaian kebesaran layaknya raja Jawa yang duduk diatas singasana, tangan kirinya menyibak pakaian depannya dan tangan kanannya menunjukkan ke arah hatinya yang bersinar. 5. Dan di atasnya tertulis aksara jawa yang berarti: “Sampeyan Dalem Maha Prabu Yesus Kristus Pangeraning Bangsa”. 6. Patung Yesus dan Bunda Maria yang tengah menggendong putranya juga digambarkan tengah memakai pakaian jawa. 7. Demikian pula relief-relief pada tiap pemberhentian jalan salib, Yesus digambarkan memiliki rambut mirip seorang pendeta Hindu. 8. Gaya jawa bisa dilihat pada atap yang berbentuk tajug, bisa digunakan sebagai atap tempat ibadah. Atap itu disokong oleh empat tiang kayu jati, melambangkan empat penulis Injil, yaitu Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes. Sedang dari Hindu sendiri diwakili dengan adanya “patirtan” atau “petirtaan” sebagaimana khasnya seperti kebanyakan candi Hindu lain yang usianya jauh lebih tua dari Candi HKTY Ganjuran ini, tentu hal ini tidak pernah terlepas dari sebuah sumber mata air yang menjadi ciri khas. (http://www.gerejaganjuran.org/profile/ganjuran Gereja HKTY Ganjuran, diakses pada tanggal 16 Februari 2018). Gereja Ganjuran terus berupaya agar semakin banyak orang yang menerima, mengalami, merasakan, dan pada akhirnya bersedia mewartakan belas kasih Hati Kudus Tuhan Yesus dalam kehiduapan mereka. Selaras dengan.

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 4. semangat awal, setelah mengalami diri menerima berkat, diharapkan setiap orang mensyukurinya dengan menjadikan dirinya sendiri berkat bagi sesamanya dimanapun ia berada sebagai kepanjangan tangan Kristus yang meraja dengan Hati-Nya yang Mahakudus. Hal ini tercantum dalam Buletin Perwitosari (2011) yang mengungkapkan bahwa: Mewujudkan Mandala Hati Kudus Tuhan Yesus adalah cita-cita besar Gereja Ganjuran. Istilah “mandala” berarti lingkup atau wilayah. Oleh karena itu, Mandala Hati Kudus Tuhan Yesus adalah wilayah yang secara spiritual dilingkupi oleh semangat Hati Kudus Tuhan Yesus. Lingkup yang dimaksudkan meliputi kehidupan setiap orang yang secara khusus berdevosi kepada Hati Kudus Tuhan Yesus. Paroki HKTY Ganjuran senantiasa dipelihara Tuhan untuk terus memiliki peran dalam kehidupan masyarakat. Ada banyak berbagai peran yang dilakukan oleh Gereja HKTY Ganjuran dari masa ke masa. Diantaranya ialah menjadi tempat penampungan Seminari Tinggi pada September 1947-1948. Dimana saat itu rakyat Indonesia mengalami penjajahan kedua oleh Jepang yang sangat menyengsarakan rakyat dalam bidang apapun, termasuk pendidikan. Walaupun begitu Gereja HKTY Ganjuran tetap bertahan dan ditata oleh Tuhan menjadi sarana berkatNya. Pada tahun 1967 sejumlah 620 orang (kebanyakan dewasa) dipermandikan. Kesadaran iman umat mewarisi semangat kerasulan keluarga Schmutzer, para awam perintis, cepat berkembang menuju kedewasaannya. Hingga saat ini peran awam dalam Dewan Paroki mampu bersinergi dengan para imam, suster, dan para pendamping lain dari hierarki. Tampak jelas peran serta Roh Kudus yang berkarya memantapkan paguyuban yang berkembang di Paroki HKTY Ganjuran, melalui para imam yang diutus dari zaman ke zaman untuk memantapkan administrasi paroki, membangun sarana fisik, membina hidup rohani yang sungguh mendewasakan Gereja atau umat Paroki HKTY Ganjuran (http://www.gerejaganjuran.org/profile/ganjuran Gereja HKTY Ganjuran, diakses pada tanggal 16 Februari 2018). Sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki HKTY Ganjuran tahun 2014. Paroki terdiri dari beberapa wilayah. Sedangkan Wilayah dimengerti sebagai pembagian daerah di Paroki HKTY Ganjuran yang terdiri dari 2 atau 3 lingkungan atau mungkin lebih. Sementara lingkungan terdiri dari 15 hingga 50.

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 5. Kepala Keluarga Katolik. Paroki HKTY Ganjuran memiliki 12 Wilayah, antara lain: Gondanglipuro, Siten, Kanutan, Gilangharjo, Caben, Kedon, Pasutritis, Tambran, Ngireng-ireng, Kretek, Baros, Goentoer-geni. Masing-masing wilayah tersebut masih membawahi beberapa lingkungan. Pada umumnya situasi umat di Paroki HKTY Ganjuran ini dapat dikatakan harmoni karena wilayah Paroki HKTY Ganjuran sendiri terletak di pedesaan yang dalam artian masyarakat di desa masih sangat kental kerukunan dan bermasyarakatnya, antara lain melalui gotong royong dan sebagainya yang juga sering diadakan oleh paroki. Pelayanan yang dilakukan oleh umat Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran terhadap Gereja dan Candi sendiri tak lain ialah mengikut semangat spiritualitas pelayanan yang dimiliki oleh keluarga Schmutzer yang hingga saat ini turun-temurun terwariskan pada umat Paroki HKTY Ganjuran. Salah satu contoh pelayanan oleh umat ialah menjadi ‘Abdi Dalem’ untuk Gereja dan Candi sebagaimana ‘Abdi Dalem’ dalam kebudayaan jawa khususnya di Keraton Yogyakarta. Selain menjadi ‘Abdi Dalem’ tidak sedikit pula yang melayani Gereja dengan turut ikut ambil bagian dalam setiap kegiatan Gereja, misalkan menjadi Dewan Paroki, prodiakon, lektor, misdinar dan lain-lain. Akan tetapi pada zaman sekarang ini makna dari kata pelayanan sendiri sudah mulai pudar karena berbagai kesibukan yang dimiliki masing-masing umat. Menyadari akan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di Lingkungan Santo Barnabas Jogodayoh Paroki HKTY Ganjuran sebagai skripsi dengan judul PERANAN DEVOSI CANDI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN. TERHADAP. SPIRITUALITAS. PELAYANAN. UMAT.

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 6. KATOLIK LINGKUNGAN SANTO BARNABAS JOGODAYOH PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN.. B. Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka pokok masalah dalam penulisan ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1.. Apa yang menjadi peranan Devosi Candi Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran?. 2.. Bagaimana peranan Devosi Candi HKTY Ganjuran terhadap kehidupan spiritualitas pelayanan umat katolik lingkungan Santo Barnabas Jogodayoh dan faktor apa saja yang mempengaruhi peranan Candi HKTY Ganjuran terhadap umat katolik Lingkungan Santo Barnabas Jogodayoh dalam kehidupan spiritualitas pelayanan?. 3.. Usaha apa yang dilakukan oleh umat katolik lingkungan Santo Barnabas Jogodayoh untuk meningkatkan spiritualitas pelayanan hidup bersama dengan bersumber pada peranan devosi HKTY Ganjuran?. C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah: 1.. Mengetahui sejauh mana peranan Devosi Candi HKTY Ganjuran terhadap spiritualitas pelayanan dalam hidup bersama umat katolik lingkungan Santo Barnabas Jogodayoh..

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 7. 2.. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi peranan Devosi Candi HKTY Ganjuran terhadap umat katolik lingkungan Santo Barnabas Jogodayoh dalam kehidupan spiritualitas pelayanan bersama.. 3.. Memberikan sumbangan ide melalui penelitian yang telah dibuat untuk meningkatkan peranan devosi HKTY Ganjuran terhadap spiritualitas pelayanan umat katolik lingkungan Santo Barnabas Jogodayoh.. D. Manfaat Penelitian Adapun penulisan ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi: 1.. Penulis Dengan penulisan skripsi ini yang berjudul ‘PERANAN DEVOSI CANDI HATI. KUDUS. TUHAN. YESUS. GANJURAN. TERHADAP. SPIRITUALITAS PELAYANAN UMAT KATOLIK LINGKUNGAN SANTO BARNABAS JOGODAYOH PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN’. Dapat membantu penulis dalam mempersiapkan diri sebagai calon katekis dan guru agama katolik yang mampu melihat dan menilai suatu peranan yang mempengaruhi bagi sekelompok orang. 2.. Segenap Umat Katolik Lingkungan Santo Barnabas Jogodayoh Penulisan ini diharapkan dapat membantu umat katolik lingkungan Santo Barnabas Jogodayoh untuk semakin menghayati dan menghidupi spiritualitas pelayanan melalui peranan devoi candi HKTY Ganjuran..

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 8. 3.. Kampus PAK-USD Penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan untuk Kampus PAKUSD dalam membekali mahasiswa PAK mengenai spiritualitas pelayanan.. E. Metode Penulisan Penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif analitis yaitu suatu metode yang memaparkan dan menggambarkan data-data yang didapat melalui studi pustaka dan penelitian untuk menarik sebuah kesimpulan. Metode deskriptif analitis yang digunakan penulis bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai peranan devosi candi HKTY Ganjuran terhadap spiritualitas pelayanan umat katolik lingkungan Santo Barnabas Jogodayoh. Data diperoleh dengan menggunakan quisioner. Quisioner ialah daftar pertanyaan atau suatu pernyataan yang diberikan kepada responden.. F. Sistematika Penulisan Skripsi ini mengambil judul PERANAN DEVOSI CANDI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN TERHADAP SPIRITUALITAS PELAYANAN UMAT KATOLIK LINGKUNGAN SANTO BARNABAS JOGODAYOH PAROKI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN. Judul tersebut akan diuraikan menjadi lima bab sebagai berikut: Bab I berisi tentang pendahuluan yang terdiri dari latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penelitian, metode penulisan dan sistematika penulisan..

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 9. Bab II berisikan kajian pustaka yang meliputi sejarah Candi HKTY Ganjuran, perkembangan gereja dan candi HKTY Ganjuran masa kini, kegiatan utama gereja dan candi HKTY Ganjuran sebagai oase, pengertian devosi, devosi dalam gereja katolik, makna devosi HKTY, pengertian spiritualitas, spiritualitas kristiani, spiritualitas pelayanan, makna spiritualitas kristiani, dan makna spiritualitas pelayanan, buah-buah dari spiritualitas kristiani. Bab III berisi pemaparan mengenai tempat penelitian. Kemudian dideskripsikan mengenai metodologi penelitian yang meliputi latar belakang penelitian, tujuan penelitian, jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, responden penelitian, intstrumen penelitian. Pada bagian akhir bab ini akan dibahas mengenai laporan hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian, dan kesimpulan penelitian serta refleksi kateketis. Bab IV berisi usulan materi pendalaman iman tentang spiritualitas melayani dalam hidup bersama sebagai umat Kristiani. Usulan tersebut bertujuan untuk meningkatkan spiritualitas pelayanan umat lingkungan Santo Barnabas Jogodayoh Paroki HKTY Ganjuran dengan berlandaskan pada perananan Candi HKTY Ganjuran. Bab V adalah penutup. Dalam penutup ini penulis akan menyampaikan kesimpulan dari keseluruhan permasalahan penulisan dan memberikan saran yang dapat meningkatkan pemahaman spiritualitas pelayanan sebagai umat Kristiani..

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 10. BAB II PERKEMBANGAN CANDI HATI KUDUS TUHAN YESUS GANJURAN MELALUI MAKNA DEVOSI TERHADAP SPIRITUALITAS PELAYANAN UMAT. A. Candi Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran 1.. Sejarah Candi Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran Candi Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran dibangun pertama kali oleh. Schmutzer bersaudara pada tanggal 26 Desember 1927. Bangunan Candi tersebut terletak persis di depan rumah keluarga Schmutzer. Candi tersebut dibangun sebagai ungkapan syukur sekaligus menjadi monumen atas keberhasilan pabrik gula miliknya (Gondang Lipuro) yang pada saat itu lolos dari krisis ekonomi yang melanda dunia pada saat itu. Dimana juga pada saat itu banyak pabrik gula yang bangkrut, namun pabrik gula milik keluarga Schmutzer dapat bertahan. Selain sebagai monumen ungkapan syukur atas kejayaan pabrik gula miliknya, monumen ini juga dibuat sebagai ungkapan iman Schmutzer kepada Hati Kudus Tuhan Yesus dalam bentuk kebudayaan Jawa. Dalam Buletin Perwitosari tercantumkan bahwa “Peletakan batu pertama pembangunan Candi Ganjuran dilakukan pada tanggal 26 Desember 1927, oleh Mgr. van Velsen, SJ. Pada waktu itu juga dilakukan pemberkatan patung Hati Kudus Tuhan Yesus yang diletakan dalam Candi tersebut”. Menurut kesaksian L. van Ryckeversel, SJ yang menyaksikan upacara peletakan batu pertama pembangunan Candi Hati Kudus Tuhan Yesus meyebutkan bahwa upacara tersebut bertepatan dengan hari jadi perkebunan tebu yang ke-65. Peringatan tersebut dirayakan dengan pesta.

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 11. yang begitu meriah. Kemeriahan tersebut tidak hanya didasarkan atas kehadiran Mgr. van Velsen sebagai pemimpin upacara, namum dilihat dari maksud yang luhur dari pesta tersebut. Maksud yang ingin disampaikan oleh Schmutzer selaku pemilik perkebunan tebu ialah ingin mengingatkan kita semua bahwa Kristus Raja mempunyai peranan dikalangan perkebunan tebu di wilayah Ganjuran. Oleh karena itu dibangunlah sebuah monumen berbentuk candi bercorak Hindu-Jawa yang direncanakan oleh Dr. J Schmutzer (http://www.gerejaganjuran.org/ Gereja HKTY Ganjuran, diakses pada tanggal 16 Februari 2018). Dalam kesaksian tersebut dikatakan juga bahwa upacara tersebut sekaligus merupakan ungkapan rasa terima kasih atas limpahan berkat Hati Kudus Tuhan Yesus bagi daerah ini, yang selama bertahun-tahun telah menderita banyak kekurangan. Dicontohkan pada tahun 1882, perkebunan ini mengalami krisis dan diikuti situasi yang rawan selama 25 tahun berikutnya. Situasi tersebut disebabkan adanya persaingan dengan berbagai perkebunan tebu lain di tanah Jawa. Oleh karenanya, monumen candi ini didirikan sebagai tanda ungkapan syukur atas perlindungan Hati Kudus Tuhan Yesus. Bersamaan dengan pembangunan candi tersebut terdapat peningkatan taraf hidup masyarakat, hal ini dapat dilihat dari adanya gereja kecil, asrama anak-anak putri dan sekolah-sekolah yang kurang lebihnya pada waktu itu memiliki jumlah murid 500 anak.. 2.. Perkembangan Gereja dan Candi Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran Masa Kini Hampir tak ditemukan detail data fisik Gereja Ganjuran saat pertama kali dibangun. Tidak diketahui pula berapa luas, konstruksi dan pembagian ruangannya. Foto-foto dokumentasi lamapun sangat terbatas. Salah satu foto memperlihatkan bangunan gereja berbentuk segi empat panjang, berdinding tembok. Sedikit sentuhan corak arsitektur Eropa terlihat pada bagian depan sisi luar antara lain, ditandai dengan menara lonceng relatif pendek yang dibangun menyatu dengan tembok depan. Sebuah pintu bergaya melengkung di sisi atas berada tepat di tengah kaki menara (Utomo, 2013:78)..

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 12. Gereja Ganjuran sekarang jauh lebih megah. Bahkan bekas gereja lama aslinya tidak lagi nampak. Berdiri di atas lahan 2,5 hektar Gereja Ganjuran sebagai bangunan utama terlihat lebih menonjol dibandingkan bangunanbangunan lain disekitarnya, seperti gedung pastoral di sisi kanan, ruang pertemuan, dua unit bangunan terbuka tempat istirahat pengunjung di bagian muka dan Candi di sebelah kanan (Utomo, 2013:78). Bentuk dan konstruksi Gereja yang sekarang pun sudah sama sekali baru, hasil renovasi setelah terjadi kerusakan pada gedung akibat gempa Yogyakarta pada 2006 silam. Gempa hebat yang terjadi hari Sabtu pagi sekitar pukul 05.30 WIB itu menelan korban ribuan jiwa meninggal dan terluka, serta kehancuran sejumlah besar rumah warga. Kecamatan Bambanglipuro tempat Gereja Ganjuran berada, termasuk daerah yang mengalami kerusakan parah. Ratusan rumah penduduk roboh rata tanah. Saat ini bangunan Gereja Ganjuran memiliki corak arsitektur Joglo Pengrawit dengan tiga baris saka atau tiang penyangga, atapnya mengambil bentuk tajug, model lancip ke atas mirip tumpeng, lambang lingga atau meru. Atap model tajug biasanya dipakai untuk bangunan-bangunan suci (Utomo, 2013:78).. 3.. Kegiatan Utama Gereja dan Candi Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran sebagai Oase Kegiatan-kegiatan yang ada di Gereja dan Candi Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran yang mendukung sebagai sebuah Oase antara lain: a. Novena Ekaristi Hati Kudus Tuhan Yesus yang diselenggarakan setiap malam jumat pertama di bulan Oktober-Juni, pukul 19.00 WIB. b. Pesta Hati Kudus Tuhan Yesus. Upacara yang selalu dilaksanakan pada hari Mingggu terakhir Juni yang dimulai pukul 07.00 WIB, pagi ini merupakan penutup novena. Pesta dimeriahkan dengan prosesi Sakramen Maha Kudus yang dimeriahkan dengan segala regalia kelengkapannya, seperti gunungan maupun kesenian tari. c. Sarasehan umat Hati Kudus, dilakukan setiap malam Jumat Kliwon mulai pukul 19.00 WIB sebagai pendalaman iman berdasarkan Kitab Suci, tradisi, pengalaman nyata. d. Doa Umat Hati Kudus Tuhan Yesus se Nusantara, adalah ajakan untuk saling mendoakan umat Hati Kudus Tuhan Yesus disemua tempat, mengambil tempat di Mandala Gereja Ganjuran, dan bisa pula dilakukan oleh umat secara pribadi di rumah masing-masing..

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 13. Jadwalnya sudah ditentukan: setiap pukul 07.00 WIB, Jumat (10.00 WIB), tiap Jumat (15.00 WIB) dan setiap Sabtu – hari wafat Tuhan Yesus – pukul 22.00 WIB. e. Hari Orang Sakit Sedunia, dilakukan pada 11 Februari sebagai tanggal dan bulan Bunda Maria menampakkan diri pada St. Bernadetta di Lourdes. Perayaan Ekaristi dimulai pukul 07.00 WIB dengan menerimakan Sakramen Pengurapan kepada orang sakit serta lanjut usia. f. Upacara Ekaristi Sadranan Agung. Dilaksanakan setiap 09 Novemberpukul 15.00 WIB, atau sehari menjelang Hari Pahlawan 10 November. Upacara ini dianggap penting. Sadranan dari asal kata Sadra. Artinya percaya kepada Gusti Allah inggakang jumeneng dados Allahing tiyang gesang, atau Tuhannya manusia hidup. Sebab, dengan kewafatannya Tuhan telah meruwat dosa dan menghapus kematian selamanya. Jadi, orang mati itu pada hakikatnya hidup. Lebih tegasnya tak akan ada kematian lagi. Dengan demikian sadranan merupakan perjamuan bersama dengan para leluhur di makam, sebagaimana termuat dalam Injil Yesaya bab 25 ayat 6-9 yang intinya mengatakan, “Di Gunung Sion ini Tuhan menyelenggarakan perjamuan kebahagiaan menyuguhkan ikan gemuk berdaging dan anggur berumur tua. Kafan, kain bungkus orang mati disobek dan kematian disingkirkan selamanya” (Utomo, 2013:90).. B. Pengertian Devosi 1.. Devosi Istilah devosi dalam arti sebenarnya adalah terminologi Katolik Roma, kendati ada juga suatu tindakan penyembahan semacam devosi populer dalam beberapa Gereja Ritus Timur dan Protestan. Dalam arti yang sebenarnya, kata ‘devosi’ (dalam bentuk tunggal) mengungkapkan kelekatan mendalam orang beriman kepada Allah. Devosi adalah bentuk penghayatan dan pengungkapan iman kristiani di luar liturgi resmi Gereja (Slamet, 2008:20). Kata devosi dilihat dari segi etimologi. Devosi sendiri berasal dari bahasa Latin ‘devorere’ (devotio). Devotio dapat diartikan sebagai “penyerahan diri kepada dewa-dewi”, “pengabdian”, “ibadah”. Sehingga devotio diartikan sebagai persembahan atau penyerahan diri, kesiapsediaan mengabdi Tuhan, ibadah atau kebaktian, bahkan hidup saleh. Devosi menunjuk adanya suatu ikatan secara mendalam dengan sesuatu atau seseorang (Slamet, 2008:20)..

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 14. Devosi sesungguhnya sebuah istilah yang artinya kurang dipahami oleh umat pada umumnya. Di tengah umat kadang-kadang kata devosi memiliki makna yang rancu. Devosi dapat dikatakan sebuah istilah yang artinya kurang dipahami oleh umat pada umumnya. Kerap kali devosi juga diartikan sebagai seperangkat atau satu set doa-doa. Ada juga yang menyamakan devosi dengan liturgi (Slamet, 2008:19). Kata devosi (dalam bentuk tunggal) mengungkapkan kelekatan mendalam orang beriman kepada Allah. Manusia berdevosi dengan sungguh bila ia hidup dalam relasi yang sangat akrab dengan Allah. Ia mengimani, mengandalkan dan mengasihiNya dengan segala kemampuan yang ada padanya. Dalam arti ini devosi menggambarkan suatu sikap hati seseorang yang secara pribadi mengarahkan diri kepada Allah. Dengan kehendak yang rela orang mau melaksanakan segala sesuatu yang berkaitan dengan pengabdian kepada Allah (Slamet, 2008:21). Devosi dalam arti sebenarnya menunjuk dua aspek yang tidak dapat dan tidak boleh saling dipisahkan. Kedua aspek tersebut adalah aspek lahir yang menunjuk pada seperangkat doa-doa tertentu dan aspek batin yang menunjuk pada penyerahan diri kepada Allah. Sikap batin haruslah menjadi dasar terciptanya doa-doa dan pelaksanaan devosi. Demikian pula hendaknya devosi batiniah diungkapkan dalam praktek-praktek lahiriah. Sebab apa indahnya cinta jika tidak pernah ditunjukkan dan dibuktikan. Devosi sejati tidak mungkin ada bila tidak pernah diungkapkan secara lahiriah (Slamet, 2008:21).. 2.. Devosi dalam Gereja Katolik Dalam Gereja Katolik devosi sendiri terbagi menjadi beberapa macam, diantaranya: Devosi kepada Allah Bapa, Devosi kepada Allah Roh Kudus, Devosi kepada Yesus Kristus, Devosi kepada Bunda Maria, Devosi kepada Orang Kudus. Namun pada penulisan skripsi ini, penulis lebih menekankan pada satu macam devosi, yaitu devosi kepada Hati Kudus Tuhan Yesus. Di mana nilai devosi ini sangat dalam, sehingga mampu memberi inspirasi kepada umat untuk mempersembahkan hidup mereka di bawah semangat Hati Kudus Yesus. Menurut Slamet (2008:13). Makna historis, biblis dan teologis yang mendalam dari Devosi Hati. Kudus Yesus menjadikan devosi ini berkembang menjadi spiritualitas dan doa umat Katolik yang tidak kunjung henti. Berbagai macam gerakan devosional umat kepada Hati Kudus Yesus biasa dilaksanakan melalui berbagai macam cara antara.

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 15. lain Misa Jumat Pertama, Kalasanta/Adorasi/Astuti, doa-doa novena dan Litani kepada Hati Kudus Yesus, ziarah, dan penghormatan patung atau gambar Hati Kudus Yesus. Devosi-devosi pada umumnya dan Devosi Hati Kudus Yesus pada khususnya memiliki daya pikat yang luar biasa yang sering sulit ditemukan dalam keseragaman liturgi resmi. Liturgi resmi pada umummnya dirasakan “kering”, tidak banyak melibatkan emosi pribadi. Maka, apa yang tidak dapat disumbangkan oleh liturgi resmi justru sering kali dapat ditemukan dan diperkembangkan dalam berbagai bentuk devosi yang lebih bersifat emosional. Di satu sisi praktek-praktek devosional membawa dampak yang baik bagi kehidupan iman umat. Secara positif dapat dipandang sebagai suatu kesadaran umat yang rindu mencari wajah Tuhan dan melaksanakan kehendakNya, terutama “perintah kasih” terhadap Allah dan sesama. Dengan praktek tersebut umat makin mendekatkan diri pada Tuhan. Umat terbantu untuk mengenal dan mencintai Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus, baik melalui Maria atau para kudus. Pada prinsipnya praktek devosi dapat menumbuhkan dan menyuburkan kehidupan iman baik pribadi maupun bersama kaum beriman lainnya (Slamet, 2008:14). Sudah lama Gereja juga mempraktikkan reksa pastoral, yaitu pembinaan umat lewat jalur kehidupan devosional, seperti ibadat-ibadat di luar misa, doa-doa kelompok, perkumpulan-perkumpulan kesalehan, serta bendabenda religius. Memang, itu dapat membelokkan umat dari iman yang benar dan azasi. Artinya orang hanya memandang secara sempit imannya dari segi devosi yang diminati. Pembaruan liturgi bertujuan untuk mengatasi kemungkinan penyempitan serta pendangkalan iman itu, namun liturgi sendiri dirasa belum mampu menampung aspirasi serta dorongan rasa umat dalam beriman dan beragama. Di sinilah letak utama kepentingan memelihara devosi yang sungguh membantu pengembangan iman secara benar sekaligus mampu menyentuh hati manusia (Darminta, 1995: 43).. 3.. Makna Devosi Hati Kudus Tuhan Yesus “Devosi Hati Kudus Yesus adalah devosi kasih yang berperan penting dalam kehidupan iman.” Devosi Hati Kudus Yesus adalah devosi yang berkembang dalam tradisi iman Katolik. Dasar Injili devosi ini adalah kesaksian St. Yohanes, bahwa lambung Yesus ditikam tombak serdadu serta mengalirkan darah dan air. Dengan demikian terpenuhi sabda Yesus, “Dari dalam hati akan mengalir aliran-aliran air yang memberi kehidupan” (Yoh, 7:38)..

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 16. Motivasi utama Devosi Hati Kudus Yesus adalah kehendak atau keinginan yang kuat, untuk memberi silih cinta kasih Hati Kudus Yesus, melalui tindakan penitensi dan rekonsiliasi. Maksud terdalam dari devosi ini ialah konsekrasi hidup pribadi kepada Yesus, serta berusaha memperdalam semangat cinta dengan dasar cinta kasih Yesus (Slamet, 2008:13). Makna Devosi Hati Kudus Tuhan Yesus sendiri ialah membuat Cinta Kristus hidup didalam diri manusia, dan memaksanya untuk membalas cinta-Nya. Berdevosi Hati Kudus Tuhan Yesus tiada lain adalah berbakti kepada cinta Yesus yang melimpah terhadap manusia dan cinta-Nya itu tidak dibalaskan oleh manusia. Hati Kudus Tuhan Yesus adalah sebuah lambang sekaligus sebuah ungkapan cinta kasih Allah kepada manusia, dan oleh karenanya itu dihormati oleh orang-orang yang beriman. Yang menjadi dasar teologis Hati Kudus Tuhan Yesus adalah sebuah kesatuan antar pribadi Tritunggal, dan memiliki sasaran pribadi ilahi (Slamet, 2008:25). Slamet (2008:13) juga berpendapat bahwa: Devosi Hati Kudus Tuhan Yesus memiliki landasan-landasan teologisbiblis yang kuat. Dasar teologis-biblis tersebut akan memberikan nilai yang mendalam bagi perkembangan iman umat untuk semakin menyatu dengan Yesus yang telah sengsara, wafat, dan bangkit demi keselamatan umat manusia.. C. Spiritualitas Umat Katolik 1.. Pengertian Spiritualitas Heuken (2002:11) mengatakan bahwa, “Spiritualitas adalah sebuah istilah. yang menandakan ‘kerohanian’ atau ‘hidup rohani’. Kata ini menekankan suatu segi kebersamaan, bila dibandingkan dengan kata yang lebih tua, yaitu “kesalehan” yang menandakan hubungan orang perorangan dengan Allah”. Namun selain itu juga kata ‘spiritualitas’ dapat dan sering ditekankan pada aneka bentuk kehidupan rohani. Makna ‘rohani’ sendiri ialah suatu kesanggupan untuk berhubungan dengan Tuhan atau menyadari kehadiran dari Yang-Ilahi dalam lingkup hidup kita. Oleh karena itu spiritualitas dapat disebut sebagai cara.

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 17. mengamalkan seluruh kehidupan sebagai seorang yang beriman dan berusaha merancang menjalankan hidup ini. Spiritualitas juga dapat diartikan suatu hidup yang berdasarkan atau menurut roh. Spiritualitas adalah hidup yang didasarkan pada pengaruh dan bimbingan Allah. Dengan Spiritualitas, manusia bermaksud membuat diri dan hidupnya dibentuk sesuai dengan cita-cita Allah. Namun karena spiritualitas sangat terasa umum dan abstrak, agar penghayatannya menjadi konkret dan jelas, maka dalam praktek spiritualitas diwujudkan dengan mengikuti jejak atau hidup tokoh-tokoh agama entah para pendiri agama atau para pengikut agama yang dapat diteladani (Hardjana, 2005:64). Menurut Anne Hommes, MSW berpendapat bahwa: Ciri khas spiritualitas adalah ibarat sebuah kompas etis ataupun kecerdasan moral. Tingkat intelegensi dapat mengukur prestasi seseorang, apakah orang itu akan berhasil dalam pendidikan dan kehidupannya atau tidak, namun ini lebih berorientasi kepada kesuksesan pribadi. Sedangkan sukses dalam spiritualitas lebih menunjuk perhatian kepada sesama. Dua kata muncul berhubungan dengan istilah spiritualitas, yaitu kepercayaan dan pengharapan yang menunjuk pada sebuah kepercayaan akan Allah dan cita-cita kehidupan menurut kehendak-Nya, dan sebuah pengharapan kepada masa depan yang diberkati-Nya. Spiritualitas kepercayaan merupakan suatu pendekatan yang berbeda dari cara membantu orang lain. Spiritualitas ini bersifat khas, yaitu suara dari perspektif Alkitabiah dan percakapan iman. Sedangkan spiritualitas pengharapan sendiri ialah suatu dinamika di antara kehidupan yang bergerak maju dalam kepercayaan dan kehidupan yang bercermin pada pengharapan..

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 18. 2.. Spiritualitas Kristiani Spiritualitas kristiani merupakan perjumpaan yang menghidupkan dengan. Yesus Kristus dalam Roh. Dalam artian tersebut, spiritualitas kristiani dikaitkan tidak terlalu banyak dengan doktrin-doktrin Kekristenan sebagaimana dengan jalan-jalan dimana ajaran-ajaran tersebut membentuk kita sebagai individuindividu, yang merupakan bagian dari komunitas Kristiani yang hidup dalam dunia yang lebih luas. Untuk mencapai sebuah perjumpaan yang menghidupkan dengan Yesus Kristus orang perlu semakin mempererat hubungannya dengan Tuhan.Misalkan dengan mendengarkan sabda-Nya dalam Injil dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi semua itu membutuhkan sebuah proses. Proses yang paling tepat dan baik ialah ‘doa’. Selain dengan ‘doa’ ‘hidup rohani’ merupakan suatu proses pula untuk mencapai sebuah perjumpaan dengan Tuhan. “Yesus bersabda: Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengarkan bunyinya. Tetapi, engkau tidak tahu dari mana datang atau kemana perginya. Demikianlah setiap orang lahir dari Roh” (Yoh, 3:8). Spiritualitas Kristiani sangatlah tidak lepas dari kehidupan sehari-hari. Dimana kita mengalami perjumpaan dengan Tuhan melalui sesama kita dan lingkungan alam sekitar kita. Namun semua kembali lagi pada pribadi masingmasing orang,apakah orang tersebut mampu dan peka untuk menyadari perjumpaannya dengan Tuhan dalam kehidupan sehari-hari ataupun tidak sama sekali? Iman kitalah yang mampu menyadarkan kita sendiri. Berbicara tentang spiritualitas kristiani tentu tidak akan lepas pula dari iman. Hanya pribadi masing-.

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 19. masing orang sendiri yang mampu mengukur imannya. Spiritualitas kristiani slalu menekankan pada tindakan konkret, tindakan yang nyata dalam kehidupan seharihari untuk slalu berbagi dan hidup harmoni dengan sesama. Sedangkan Andar Ismail berpendapat bahwa: Spiritualitas adalah kualitas hidup seseorang sebagai hasil dari kedalaman pemahamannya tentang Allah secara utuh. Spiritualitas juga adalah gaya hidup sehari-hari yang merupakan buah dari hubungan kita dengan Yesus, kedekatan atau keakraban hubungan kita dengan Yesus secara transenden yang ditampakkan dalam sikap hidup kita terhadap orang-orang yang adalah imanensi atau perwujudan kehadiran Yesus. Spiritualitas kristiani atau spiritualitas katolik memiliki beberapa ciri-ciri diantaranya: a. Berpusat pada Kristus Kristus lah yang menciptakan hidup spiritual, sebab di dalam Dia, Tuhan menyatakan diri-Nya oleh kuasa roh kudus. Oleh karena itu spiritualitas tergantung dari semua pengajaran Kristus. b. Melalui Kristus menuju kesatuan dengan Allah Tritunggal Karena Kristus adalah pribadi kedua di dalam kesatuan Tritunggal Maha Kudus, maka jika kita bersatu dengan Kristus, maka kita akan bersatu dengan Allah Tritunggal. c. Keikutsertaan di dalam misteri Paska Kristus (salib, kebangkitan, dan kenaikan-Nya ke surga), melalui rahmat Tuhan, iman, kasih, dan nilainilai kristiani lainnya. Singkatnya, spiritualitas katolik tak terlepas dari salib Kristus, penderitaan dan kesadaran diri akan dosa-dosa kita yang membawa kita kepada kebangkitan di dalam Dia. Karena misi keselamatan Kristus diperoleh melalui salib, maka sebagai pengikutNya, kita pun selayaknya mengambil bagian dalam penderitaan itu, terutama dengan kesediaan untuk terus menerus bertobat dan mau menanggung penderitaan demi keselamatan sesama, dan dengan demikian kita dapat mengambil bagian di dalam kemulianNya. Jika kita hanya mau mengambil bagian dalam ‘kemuliaan’ tanpa mau mengambi bagian dalam ‘penderitaan’ yang diizinkan oleh Tuhan untuk terjadi di dalam kehidupan kita, maka kita tidak menerapkan Injil dengan seutuhnya. d. Berdasarkan kesaksian kasih Tuhan Kitab Suci bukan hanya wahyu Tuhan, tapi juga pernyataan akan pengalaman manusia di dalam wahyu Tuhan itu. Apa yang dialami oleh Adam dan Hawa, Nabi Abraham, Ayub, Bunda Maria, Rasul Petrus dan Paulus, dapat dialami oleh kita semua..

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 20. e. Disertai kesadaran akan dosa dan belas kasihan Tuhan Spiritualitas katolik berlandaskan atas keyakinan kasih Tuhan di atas segalanya yang mampu mengubah segala sesuatu. Pada saat Tuhan mengasihi kita, dan jika kita membuang segala dosa yang menghalangi kita untuk menerima kasihNya, dan dengan iman dan doa, maka kita dapat sungguh diubah, dikuduskan dan dimampukan berbuat baik. f. Mengarah pada kehidupan kekal yang dijanjikan oleh Allah g. Melihat Bunda Maria sebagai contoh teladan Spiritualitas katolik menerima segala kebijaksanaan Tuhan yang selalu menggunakan peran pengantara, yaitu Musa, para nabi, Yohanes pembaptis, dan terutama Bunda Maria untuk menyelenggarakan karya keselamatan-Nya. Karya Tuhan yang ajaib juga nampak dalam mukjizat keperawanan Maria, Allah menganugerahkan rahmat yang tiada batasnya, yaitu kelahiran Yesus Kristus, penyelamat kita di dunia. h. Mengacu pada gereja-Nya, gereja katolik Gereja merupakan sumber atau alat yang meneruskan rahmat Tuhan. Rahmat Tuhan ini kita peroleh melalui sakramen-sakramen ekaristi; dan juga melalui ketaatan kita pada para penerus Rasul Kristus yang telah dipilih olehNya. Gereja sebagai kesatuan (komuni) manusia dengan Tuhan, selalu memperjuangkan martabat manusia, dan memperhatikan kesatuannya dengan para orang kudus; sebab melalui kesatuan ini Allah dimuliakan (https://sanctustellamaris.blogspot.com, Ciri-Ciri Spiritualitas Kristiani, diakses pada tanggal 10 April 2018).. 3.. Spiritualitas Pelayanan Spritualitas Pelayanan tidak jauh berbeda dengan spiritualitas kristiani. sendiri. Dasar pengertian mengenai pelayanan gerejani terdapat dalam Perjanjian Baru, yang amat menekankan peranan Roh Kudus. Dasar teologis bagi adanya pelayanan-pelayanan itu sendiri ialah sifat dasar pengabdian Gereja terhadap umat atau masyarakat, atau untuk mengaktualkan “sakramental” mengongkritkan sikap Yesus pribadi, yang datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani. Pelayanan ialah suatu bentuk pengabdian tertentu yang diterima atau diakui dalam lingkup jemaat tertentu. Oleh karena itu, sifatnya lebih resmi. Namun tidak sedikit juga umat kristiani yang menjalankan pengabdian tanpa diakui secara eksplisit dan formal. Tujuan setiap spiritualitas pelayanan kristiani ialah: membawa sesama.

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 21. memasuki persekutuan hidup dengan Tuhan. Dengan kata lain: pembinaan penghayatan iman dalam kenyataan sehari-hari. Dalam ajaran kristiani yang dimaksudkan para pelayan ialah kita semua sebagai umat kristiani yang mengimani Yesus dan mengikut hidup Yesus dalam kehidupan sehari-hari kita sebagai umat-Nya. Dan tidak boleh dilupakan pula bahwa spiritualitas pelayanan adalah kesaksian iman para pelaksana sendiri. Jika digolongkan, para pelayanan kristiani dapat dibagi menjadi 3 yaitu : Imam, awam, dan religius. Semua itu memiliki porsinya masing-masing dan aturan-aturan dalam menjadi pelayan terutama pelayan pembinaan iman. Menurut C.S. Song seorang teolog Asia dari Taiwan dalam buku Heuken (2002) menyebutkan bahwa: Spiritualitas sebagai totalitas keberadaan manusia yang menyatakan diri di dalam cara-cara hidup, model-model berpikir, pola tindakan dan tingkah laku serta sikap-sikap manusia di hadapan Sang Misteri yaitu Allah sendiri yang hadir di dunia kita dan mengarahkan kita kepada Yang Tertinggi melebihi segala yang tertinggi, Yang Terdalam di bawah yang segala yang terdalam dan kepada Sang Terang yang melebihi segala terang”. Dalam Injil kita mendengar totalitas kehidupan manusia itu lewat sabda Yesus, “Carilah dulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semua itu akan ditambahkan kepadamu” (Mat. 6:33). “Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah kuperintahkan kepadamu” (Mat 28:19-20). Begitulah Yesus bersabda kepada para rasul-Nya untuk melakukan suatu pelayanan. Ada banyak berbagai bentuk pelayanan diantaranya: Kotbah, rekoleksi, retret, pendalaman Kitab Suci, diskusi tentang bermacam-macam soal, dan.

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 22. sebagainya. Namun perlu digaris bawahi bahwa yang terpenting bukanlah semakin banyaknya jumlah kegiatan-kegiatannya yang juga meluas di lapisan kalangan umat. Akan tetapi perlu dinyatakan juga bahwa seberapa jauh sungguh tercapai pendalaman iman dan bukan sekedar penambahan pengetahuan saja. Berbicara mengenai pelayanan tentu juga tidak akan lepas dari sebuah pengajaran atau katekese. Katekese ialah “pembinaan anak-anak, kaum muda dan orang dewasa dalam iman, yang khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen, dan yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan kehidupan Kristen” (CT 18). “Katekese erat sekali berkaitan dengan seluruh kehidupan Gereja. Bukan saja meluasnya lingkup geografis dan pertumbuhan jumlah anggotanya, melainkan terutama perkembangan rohaninya dan keselarasan hidupnya dengan rencana Allah secara hakiki tergantung pada katekese” (CT 13).. 4.. Makna Spiritualitas Kristiani Makna spiritualitas adalah hidup Roh Allah dalam keseluruhan diri orang dalam hubungannya dengan sesama dan dunianya dalam situasi yang konkret. Selain itu spiritualitas juga memiliki makna suatu tanggapan manusia spiritual terhadap panggilan Roh Allah untuk ikut serta dalam karya Allah guna menyebarkan suatu kebaikan, keselamatan, dan kesejahtraan-Nya di dunia. Maka, hidup manusia spiritual diatur dalam dan dipengaruhi oleh inspirasi dan dorongan Roh Allah (Hardjana 2005:73). “Percaya kepada Allah adalah percaya bahwa Roh Allah yang hidup dapat. dan berkenan merasuk ke dalam pribadi manusia dan mengubahnya” (J.B. Phillips dalam buku Hardjana, 2005). Dengan memaknai spiritualitas, manusia bermaksud membuat diri dan hidupnya dibentuk sesuai dengan semangat dan cita-cita Allah. Selain itu juga.

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 23. dengan memaknai spiritualitas, orang beragama menjadi orang spiritual, yaitu orang yang menghayati Roh Allah dalam hidup nyata sehari-hari sesuai dengan panggilan dan peran hidupnya. Menyerap seluruh nilai spiritual dan mengarahkan diri serta hidup berdasarkan nilai-nilai spiritualitas dan pada akhirnya menciptakan suatu gaya hidup itulah yang disebut sebagai memaknai hidup spiritualitas. “Hidup spiritual adalah karya Roh Allah dalam diri manusia” (Leon Joseph Suenens dalam buku Hardjana, 2005). Ajaran-ajaran Yesus secara konkret sampai pada kita melalui wahyu kitab suci, ajaran Gereja, dan melalui spiritualitas kristiani membuat kita lebih dekat dengan Yesus. Untuk memaknai spiritualitas kita perlu membangun pribadi yang kokoh dengan cara kita bersahabat erat dengan Allah melalui pribadi Yesus. Pribadi yang kokoh adalah pribadi yang tercermin dalam kematangan intelektual, emosional, dan spiritual secara integral. “Manusia sesungguhnya diciptakan segambar-secitra dengan Allah. Kelahiran kita ke dunia adalah perkenaan hati Allah pada kita untuk menempuh peziarahan bersama-Nya selama di dunia ini” (Kej 1:26-28).. Makna rohani dari spiritualitas ialah suatu kesanggupan yang lebih untuk berhubungan dengan Allah atau menyadari kehadiran dari Yang-Ilahi dalam lingkup hidup kita. Manusia terpanggil untuk benar-benar mengenal Dia yang hadir dalam batinnya. Salah satu cara untuk menyatakan arti “mengenal” Tuhan Allah adalah merumuskan manusia sebagai pendengar sabda Tuhan. Sabda Tuhan bukan semacam kata dalam bahasa, melainkan Tuhan yang membuka-Diri atau.

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 24. mengkomunikasikan kehendak-Nya kepada kita. Dan kita mampu menerima apa yang disampaikan itu. Tentang cara menerimanya, Yesus bersabda: “Angin bertiup kemana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya. Tetapi, engkau tidak tahu dari mana datang atau kemana perginya. Demikianlah setiap orang yang lahir dari Roh” (Yoh, 3:8).. Menurut pendapat Heuken (2002:14) menyatakan bahwa: Berdoa merupakan usaha untuk mendengarkan dan menanggapi sabda atau kehadiran Tuhan. Tuhan pasti hadir dalam pribadi setiap orang. Doa tidak ‘membuat’ Tuhan hadir. Doa bukanlah suatu usaha kita saja. Doa mulai dengan kemauan kita untuk masuk ke dalam suatu hubungan khusus dengan Tuhan Allah atas undangan dan prakarsa ilahi. Doa ini dimulai dengan harapan pasti, bahwa Tuhan akan ber’sabda’ kepada kita dan bahwa kita sanggup men’dengar’kanNya atau mengalami kehadiran-Nya dengan sadar. Harapan inilah yang dimaksud dengan ‘percaya’.. 5.. Makna Spiritualitas Pelayanan Dengan hidup spiritualnya, orang spiritual berusaha untuk semakin hari. semakin menyatu dengan Roh Allah, hidup mengambil bagian dari sifat-sifat Allah serta ikut serta bekerja bersama Allah mendatangkan kebaikan, keselamatan, dan kesejahteraan di dunia. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Hardjana (2005:92) bahwa: Orang spiritual, dengan demikian, tidak lalu menjadi Allah. Ia tetap menjadi manusia, dirinya sendiri. Ia tetap manusia unik dengan cara berpikir khas kepribadiannya, tetap seperti adanya. Namun, pengaruh Roh Allah pada dirinya amatlah kuat. Roh Allah mengarahkan dan mengendalikan seluruh dirinya dan sepak terjangnya. Ia menundukkan pemikiran, perasaan, kehendak, dan perilaku pada pengarahan Roh Allah, bukan pada insting, dorongan, kesenangan, kepentingan sesaat, atau pengaruh lingkungan dan desakan masyarakat..

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 25. 6.. Buah-buah dari Spiritualitas Kristiani. a.. Iman Percaya kepada Tuhan berarti “percaya akan kasih-setia-Nya untuk seterusnya dan selamanya” (Mzm 52:10), sebab terhadap setiap orang Allah itu setia pada janji-janji-Nya.. b.. Pengharapan Kepercayaan pada janji-janji Allah. Oleh karena itu harapan adalah daya gerak iman. Dengan iman orang menyambut Allah yang datang kepadanya; dengan harapan orang mau mendatangi Allah sendiri.. c.. Kasih Kasih adalah “pengikat yang mempersatukan dan menyempurnakan” (Kol 3:14)..

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 26. BAB III GAMBARAN SPIRITUALITAS PELAYANAN UMAT KATOLIK LINGKUNGAN SANTO BARNABAS JOGODAYOH DI PAROKI HKTY GANJURAN. A. Gambaran Situasi Umat Lingkungan Santo Barnabas Jogodayoh Lingkungan Santo Barnabas Jogodayoh merupakan bagian dari wilayah Gondanglipuro Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran. Lingkungan Santo Barnabas Jogodayoh terdiri dari 3 kring dan 2 Dusun, yaitu dusun Jogodayoh dan dusun Plumbungan. 2 dusun ini dipisahkan oleh jalan raya Ganjuran. Lingkungan Santo Barnabas Jogodayoh berbatasan dengan lingkungan Gunungan di sebelah utara, lingkungan Santo Gregorius Magnus di sebelah timur, lingkungan Caben di sebelah selatan, dan lingkungan kaligondang di sebelah barat. Secara geografis letak lingkungan Santo Barnabas Jogodayoh berada di sebelah timur Paroki HKTY Ganjuran yang tidak terlalu jauh. Beberapa sekolah yayasan Kanisius juga berada dalam lingkungan Santo Barnabas Jogodayoh, antara lain TK Kanisius Ganjuran, SD Kanisius Ganjuran, dan SMP Kanisius Ganjuran. Sekolah-sekolah ini juga merupakan bagian dari sejarah adanya Gereja dan Candi HKTY Ganjuran. Adapun kegiatan-kegiatan gerejani yang dilakukan atau diikuti oleh umat lingkungan Santo Barnabas Jogodayoh antara lain menjadi anggota dewan paroki, menjadi lektor, prodiakon, misdinar, OMK, koor, dan masih banyak lainnya. Kegiatan-kegiatan yang ada di Gereja dan Candi Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran yang mendukung sebagai sebuah Oase antara lain:.

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 27. 1. Novena Ekaristi Hati Kudus Tuhan Yesus yang diselenggarakan setiap malam Jumat pertama dibulan Oktober-Juni, pukul 19.00 WIB. 2. Pesta Hati Kudus Tuhan Yesus. Upacara yang selalu dilaksanakan pada hari Minggu terakhir Juni yang dimulai pukul 07.00 WIB, pagi ini merupakan penutup novena. Pesta dimeriahkan dengan prosesi Sakramen Maha Kudus yang dimeriahkan dengan segala regalia kelengkapannya, seperti gunungan maupun kesenian tari. 3. Sarasehan umat Hati Kudus, dilakukan setiap malam Jumat Kliwon mulai pukul 19.00 WIB sebagai pendalaman iman berdasarkan Kitab Suci, tradisi, pengalaman nyata. 4. Doa Umat Hati Kudus Tuhan Yesus se Nusantara, adalah ajakan untuk saling mendoakan umat Hati Kudus Tuhan Yesus disemua tempat, mengambil tempat di Mandala Gereja Ganjuran, dan bisa pula dilakukan oleh umat secara pribadi di rumah masing-masing. Jadwalnya sudah ditentukan: setiap pukul 07.00 WIB, Jumat (10.00 WIB), tiap Jumat (15.00 WIB) dan setiap Sabtu – hari wafat Tuhan Yesus – pukul 22.00 WIB. 5. Hari Orang Sakit Sedunia, dilakukan pada 11 Februari sebagai tanggal dan bulan Bunda Maria menampakkan diri pada St. Bernadetta di Lourdes. Perayaan Ekaristi dimulai pukul 07.00 WIB dengan menerimakan Sakramen Pengurapan kepada orang sakit serta lanjut usia. 6. Upacara Ekaristi Sadranan Agung. Dilaksanakan setiap 09 November pukul 15.00 WIB, atau sehari menjelang Hari Pahlawan 10 November. Upacara ini dianggap penting. Sadranan dari asal kata Sadra. Artinya percaya kepada Gusti Allah inggakang jumeneng dados Allahing tiyang gesang, atau Tuhannya manusia hidup. Sebab, dengan kewafatannya Tuhan telah meruwat dosa dan menghapus kematian selamanya. Jadi, orang mati itu pada hakikatnya hidup. Lebih tegasnya tak akan ada kematian lagi. Dengan demikian sadranan merupakan perjamuan bersama dengan para leluhur di makam, sebagaimana termuat dalam Injil Yesaya bab 25 ayat 6-9 yang intinya mengatakan, “Di Gunung Sion ini Tuhan menyelenggarakan perjamuan kebahagiaan menyuguhkan ikan gemuk berdaging dan anggur berumur tua. Kafan, kain bungkus orang mati disobek dan kematian disingkirkan selamanya” (Utomo, 2013:90). Sudah banyak umat lingkungan Santo Barnabas Jogodayoh yang mulai aktif untuk mengikuti berbagai macam kegiatan gerejani yang ada di lingkungan, wilayah, maupun Paroki. Akan tetapi ada juga umat yang belum bisa mengikuti kegiatan-kegiatan gerejani tersebut karna berbagai kesibukan pekerjaan maupun hal lainnya. Menjadi seorang pelayan gerejani memang perlu memiliki dasar yang.

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 28. kuat. Tak lain ialah pemahaman dan penghayatan tentang spiritualitas melayani. Sebagaimana Yesus sendiri yang datang ke dunia ini untuk melayani. Peran wilayah Gondanglipuro sendiri juga menjadi bagian dari gambaran situasi umat lingkungan Santo Barnabas Jogodayoh. Di wilayah Gondanglipuro inilah, para pendahulu dan perintis Gereja bermula. Gondanglipuro dibagi dalam 5 Lingkungan yakni Lingkungan Jogodayoh, Gunungan 1, Gunungan 2, Kaligondang, dan Gandekan. Perlu. dicatat. bahwa. dalam. perkembangan. dan. pergantian. tata. pengembalaan Wilayah Gondanglipuro, pernah dibagi, dipersatukan, dipisahkan lagi, dimekarkan lagi dan seterusnya dengan istilah Stasi, Wilayah, Kring, dan Lingkungan perlu dimengerti betul. Akan tetapi dalam wilayah yang sama pergantian tata pengembalaan yang memberi dampak perubahan nama, justru dapat menjadi tonggak-tonggak pemahaman historis Gereja yang sangat lokal ini. “Tulisan ini agar menjadi bahan bahasan umat untuk mendapatkan koreksi, penambahan data sejarah, peristiwa, dan orang yang terlibat entah sebagai pengurus, aktifis dan lain sebagainya” (Krisnawati dkk, 2014:86). Paroki HKTY Ganjuran merupakan gereja Katolik pertama yang didirikan di kabupaten Bantul. Kompleks Gereja dan Candi HKTY Ganjuran terletak kurang lebih 20 Km di sebelah selatan kota Yogyakarta, tepatnya berada di dusun Kaligondang, desa Sumbermulyo, kecamatan Bambanglipuro, Bantul. Luas wialayah Paroki HKTY Ganjuran sendiri mencakup hingga laut jawa selatan. Terdiri dari 5 Stasi..

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 29. Sesuai dengan Pedoman Pelaksanaan Dewan Paroki HKTY Ganjuran tahun 2014. Paroki terdiri dari beberapa wilayah. Sedangkan Wilayah dimengerti sebagai pembagian daerah di Paroki HKTY Ganjuran yang terdiri dari 2 atau 3 lingkungan atau mungkin lebih. Sementara lingkungan terdiri dari 15 hingga 50 Kepala Keluarga Katolik. Paroki HKTY Ganjuran memiliki 12 Wilayah, antara lain: Gondanglipuro, Siten, Kanutan, Gilangharjo, Caben, Kedon, Pasutritis, Tambran, Ngireng-ireng, Kretek, Baros, Goentoer-geni. Masing-masing wilayah tersebut masih membawahi beberapa lingkungan. Pada umumnya situasi umat di Paroki HKTY Ganjuran ini dapat dikatakan harmoni karena wilayah Paroki HKTY Ganjuran sendiri terletak di pedesaan yang dalam artian masyarakat di desa masih sangat kental kerukunan dan bermasyarakatnya, antara lain melalui gotong royong dan sebagainya yang juga sering diadakan oleh paroki. Pelayanan yang dilakukan oleh umat Paroki Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran terhadap Gereja dan Candi sendiri tak lain ialah mengikut semangat sprititualitas pelayanan yang dimiliki oleh keluarga Schmutzer yang hingga saat ini turun-temurun terwariskan pada umat Paroki HKTY Ganjuran. Salah satu contoh pelayanan oleh umat ialah menjadi ‘Abdi Dalem’ untuk Gereja dan Candi sebagaimana ‘Abdi Dalem’ dalam kebudayaan jawa khusunya di Keraton Yogyakarta. Selain menjadi Abdi Dalem tidak sedikit pula yang melayani Gereja dengan turut ikut ambil bagian dalam setiap kegiatan Gereja, misalkan menjadi Dewan Paroki, prodiakon, lektor, misdinar dan lain-lain. Adapun pelayanan-pelayanan lain yang dilakukan oleh Gereja HKTY Ganjuran dari masa ke masa, di antaranya ialah menjadi tempat penampungan.

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 30. Seminari Tinggi pada September 1947-1948. Di mana saat itu rakyat Indonesia mengalami penjajahan kedua oleh Jepang yang sangat menyengsarakan rakyat dalam bidang apapun, termasuk pendidikan. Walaupun begitu Gereja HKTY Ganjuran tetap bertahan dan ditata oleh Tuhan menjadi sarana berkat-Nya. Pada tahun 1967 sejumlah 620 orang (kebanyakan dewasa) dipermandikan. Kesadaran iman umat mewarisi semangat kerasulan keluarga Schmutzer, para awam perintis, cepat berkembang menuju kedewasaannya. Hingga saat ini peran awam dalam Dewan Paroki mampu bersinergi dengan para imam, suster, dan para pendamping lain dari hierarki. Tampak jelas peran serta Roh Kudus yang berkarya memantapkan paguyuban yang berkembang di Paroki HKTY Ganjuran, melalui para imam yang diutus dari zaman ke zaman untuk memantapkan administrasi paroki, membangun sarana fisik, membina hidup rohani yang sungguh mendewasakan Gereja atau umat Paroki HKTY Ganjuran.. B. Latar Belakang Penelitian Spritualitas Pelayanan tidak jauh berbeda dengan spiritualitas kristiani sendiri. Dasar pengertian mengenai pelayanan gerejani terdapat dalam Perjanjian Baru, yang amat menekankan peranan Roh Kudus. Dasar teologis bagi adanya pelayanan-pelayanan itu sendiri ialah sifat dasar pengabdian Gereja terhadap umat atau masyarakat, atau untuk mengaktualkan “sakramental” mengongkritkan sikap Yesus pribadi, yang datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani. Pelayanan ialah suatu bentuk pengabdian tertentu yang diterima atau diakui dalam lingkup jemaat tertentu. Oleh karena itu, sifatnya lebih resmi. Namun tidak sedikit.

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 31. juga umat kristiani yang menjalankan pengabdian tanpa diakui secara eksplisit dan formal. Tujuan setiap spiritualitas pelayanan kristiani ialah: membawa sesama memasuki persekutuan hidup dengan Tuhan. Dengan kata lain: pembinaan penghayatan iman dalam kenyataan sehari-hari. Untuk. mengetahui. sejauh. mana. pelaksanaan. pelayanan. dalam. meningkatkan spiritualitas pelayanan umat katolik lingkungan Santo Barbanas Jogodayoh Paroki HKTY Ganjuran, maka penulis menyusun bab III dalam beberapa bagian pembahasan. Pada bagian pertama penulis mendiskripsikan mengenai metodologi penelitian yang meliputi latar belakang penelitian, tujuan penelitian, jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, responden penelitian, intstrumen penelitian, variable penelitian. Pada bagian akhir bab ini akan dibahas mengenai laporan hasil penelitian, pembahasan hasil penelitian, dan kesimpulan penelitian serta refleksi kateketis.. C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan ini adalah : 1.. Mengetahui sejauh mana peranan devosi candi HKTY Ganjuran terhadap spiritualitas pelayanan dalam hidup bersama umat katolik Lingkungan Santo Barnabas Jogodayoh.. 2.. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi peranan devosi candi HKTY Ganjuran terhadap umat katolik Lingkungan Santo Barnabas Jogodayoh dalam kehidupan spiritualitas pelayanan bersama..

Gambar

Tabel 1. Matriks Variabel Indikator
Tabel 2. Pemahaman umat katolik lingkungan Santo Barnabas Jogodayoh  mengenai Peranan Candi HKTY Ganjuran
Tabel  2,  memperlihatkan  sejauh  mana  umat  katolik  lingkungan  Santo  Barnabas  Jogodayoh  paroki  HKTY  Ganjuran  memahami  tentang  peranan  Candi  HKTY Ganjuran
Tabel 3. Pemahaman umat katolik lingkungan Santo Barnabas  Jogodayoh mengenai spiritualitas pelayanan Candi HKTY Ganjuran

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan dalam perencanaan dan perancangan kompleks Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran di Kabupaten Bantul, DIY adalah sebagai sarana pemenuhan kegiatan rohani yang

Dan berdasarkan hasil penelitian tersebut, penulis mencoba mengusulkan program monitoring dan evaluasi untuk mengawasi dan melihat sejauh mana kegiatan-kegiatan yang

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan dan menganalisis perbedaan yang terjadi dalam bidang sosial ekonomi sebelum dan sesudah adanya objek wisata

Lantai Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran Bantul Lantai gereja memiliki tiga level yang berbeda yaitu level pertama untuk memasuki area gereja, level kedua area

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan dan menganalisis perbedaan yang terjadi dalam bidang sosial ekonomi sebelum dan sesudah adanya objek wisata