• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL

5.4 Hasil penelitian

5.4.1 Gambaran Sumber Daya Sistem Informasi Gizi

Gambaran sumber daya yang terdapat di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan dalam pelaksanaan sistem infomasi gizi dapat dinilai berdasarkan hasil observasi dan wawancara pada saat penelitian melalui skoring yang terdapat pada tabel 5.1, 5.2 dan 5.3 berikut :

Tabel 5.1 –Penilaian Sumber Daya : Kebijakan dan Koordinasi

No Item Sangat

Memadai

Memadai Ada tetapi kurang memadai Tidak adekuat sama sekali Skor 3 2 1 0

1 Dinas Kesehatan Kabupaten memiliki regulasi yang up-to-data berisi kerangka kerja untuk sistem informasi gizi

0 2 Ada kegiatan rutin untuk

pemantauan kinerja sistem informasi gizi dari berbagai subsistem, mulai dari dinas kesehatan sampai ke puskesmas

2

3 Terdapat kebijakan resmi untuk melakukan pertemuan di tingkat daerah dan kecamatan untuk meninjau pelaksanaan sistem informasi gizi

1

Total Skor Rata-rata 1

Sumber: Health Metrics Network, Assessing the national health information system (WHO, 2008)

Poin mengenai adanya regulasi yang uptodate yaitu adanya undang-undang yang berlaku dan ditegakkan diberikan skor nol (0) oleh peneliti, yang artinya tidak memadai karena berdasarkan observasi yang dilakukan belum terlihat adanya kebijakan mengenai sistem informasi gizi. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa tidak ada kebijakan dan peraturan (regulasi) yang mengatur tentang pelaksanaan informasi gizi. Berikut kutipan penjelasan informan saat ditanyakan tentang regulasi yang berisi kerangka kerja untuk SIGIZI:

“…oh belum… saya belum istilahnya belum instruksikan teman-teman untuk apa namanya input. Yang penting mereka kalau ada waktu,

templatenya aja… Sebenarnya sih kalau Kemenkes sih suruhnya harus

ada, Cuma ya itu kendalanya, karena berubah-ubah terus…” (staf gizi).

“…belum. Sebenarnya sih udah disuruh dari juni kemarin uji coba gitu ya tapi nyatanya masih laporannya selalu berubah gitu loh… sekalipun kita sudah buat formatnya itu pas mau dikirim kok ga terkirim…”

(TPG2)

Penjelasan di atas diungkapkan oleh staf gizi di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan sebagai penanggung jawab bagian gizi dan informan yang berada di Puskesmas. Mereka mengungkapkan bahwa Kemenkes memberi perintah untuk melaporkan hasil kegiatan pembinaan gizi masyarakat melalui website sistem informasi gizi. Tetapi, untuk saat ini tidak ada kebijakan dan peraturan dari tingkat pusat yang berisi kerangka kerja untuk sistem informasi gizi yang mengatur tentang pelaksanaan pelaporan informasi gizi melalui website sistem informasi gizi.

Kegiatan koordinasi untuk pemantauan kinerja sistem informasi gizi di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan mulai dari pihak sudin sampai Puskesmas, koordinasinya tidak selalu berupa pertemuan tetapi melalui telepon. Berikut kutipan penjelasan saat ditanyakan tentang kegiatan koordinasi:

“…Koordinasinya tidak harus dengan pertemuan. Karena pertemuan itu

menyita waktu maksudnya, teman-teman tuh kalau bisa lewat telpon yang bisa disampaikan, gitu aja. Jadi ga usah lewat pertemuan kecuali dari Dinas ada surat…” (staf gizi)

Kegiatan pertemuan yang tidak rutin untuk pemantauan kinerja sistem informasi gizi dari berbagai subsistem, mulai dari dinas kesehatan sampai ke puskesmas membuat peneliti memberikan skor dua (2) pada poin adanya kegiatan pemantauan yang rutin diberikan karena berdasarkan wawancara dapat disimpulkan bahwa kegiatan rutin jarang digunakan kecuali adanya surat dari dinas kesehatan.

Poin adanya kebijakan resmi untuk melakukan pertemuan diberikan nilai satu (1) oleh peneliti yang artinya ada namun kurang memadai karena tidak selalu ada surat perintah untuk melakukan pemantauan berupa kegiatan sehingga para tenaga pelaksana melakukan pemantauan hanya melalui telepon. Berdasarkan informasi dan penjelasan di atas, poin sumber daya berupa kebijakan dan koordinasi mengenai pelaksanaan sistem informasi gizi di Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan dapat dinilai dengan hasil skoring rata-rata 1 yang berarti kurang adekuat dikarenakan tidak adanya

peraturan, tidak rutinnya kegiatan pemantauan kinerja mengenai pelaksanaan sistem informasi gizi serta kebijakan resmi untuk melakukan pertemuan yang kurang memadai.

Tabel 5.2– Penilaian Sumber Daya : Dana dan Tenaga Pelaksana

No Item Sangat

Memadai

Memadai Ada tetapi kurang memadai Tidak adekuat sama sekali Skor 3 2 1 0

1 Ada sebuah unit fungsional, yang bertanggung jawab untuk administrasi sistem informasi gizi, manajemen, analisis, diseminasi dan penggunaan informasi di tingkat daerah

2

2 Ada aktivitas kapasitasi tenaga di tingkat kabupaten dan puskesmas

2 3 Ada anggaran dalam anggaran

daerah yang diperuntukkan untuk pelaksanaan sistem informasi gizi

2

Total Skor Rata-rata 2

Sumber: Health Metrics Network, Assessing the national health information system (WHO, 2008)

Peneliti memberikan skor dua (2) pada poin adanya unit fungsional administrasi sistem informasi gizi yang artinya memadai karena berdasarkan wawancara dengan informan, didapatkan informasi bahwa ada unit yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan sistem informasi gizi yaitu staf gizi di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan tetapi sumber daya yang tersedia masih belum memadai yaitu hanya ada satu staf gizi yang bertanggung jawab. Berikut kutipan penjelasan mengenai unit fungsional:

“…di sudin ini kan orang gizi banyak, ada 3 lah ya tapi kebetulan kita

beda-beda pegangnya. Jadi tanggung jawab untuk laporan, surveilans lah istilahnya, saya. Jadi untuk laporan program gizi saya yang

tanggung jawab…” (staf gizi).

Pada penjelasan di atas, informan mengungkapkan bahwa dalam pelaksanaan sistem informasi gizi di tingkat kota yaitu di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan terdapat unit yang bertanggung jawab yaitu bagian gizi yang berada di bawah seksi kesehatan masyarakat sebagaimana terlihat dalam penjelasan mengenai gambaran seksi kesehatan masyarakat bahwa seksi kesehatan masyarakat terdiri dari berbagai program dan salah satunya adalah program gizi.

Poin adanya aktivitas kapasitasi tenaga pelaksana diberikan skor dua (2) oleh peneliti yang artinya memadai karena berdasarkan wawancara didapatkan informasi bahwa sudah adanya pelatihan yang dilakukan untuk meningkatkan pemahaman dan keahlian tenaga pelaksana di tiap tingkatan baik staf gizi maupun tenaga di puskesmas yang menjadi penanggung jawab telah mendapatkan pelatihan sebelumnya. Selain mendapat pelatihan dari dinas kesehatan provinsi, suku dinas kesehatan juga mengadakan pertemuan atau sosialisasi berupa pelatihan kepada beberapa tenaga pelaksana gizi di puskesmas baik puskesmas kecamatan maupun kelurahan. Selain itu, para kader sebagai tenaga pencatatan hasil kegiatan posyandu juga telah diberikan pelatihan oleh tenaga pelaksana gizi di wilayah kerja masing-masing. Berikut kutipan penjelasan dari beberapa informan mengenai aktivitas kapasitasi:

“…Pelatihan gizi saya sudah, pelatihan surveilans gizi, website gizi

sudah. Pkm kecamatan juga sudah 4 kecamatan. Kecamatan dilatih oleh Dinas ya, trus saya juga itu ngumpulin teman-teman juga pkm

kecamatan, pkm kelurahan untuk belajar input website…” (staf gizi)

“…sudah. Dari Dinas, dinas lah yah, Sudin juga. Jadi 2x, dari dinas trus

kita pemantapan lagi berupa rapat atau apa gitu…” (TPG2)

“…Sudah. Ibu pernah ikut di Puskesmas. Pelatihannya dari Puskesmas kecamatan…” (kader)

Penjelasan di atas diungkapkan oleh beberapa informan , dimana mereka menyatakan bahwa telah ada pelatihan untuk tiap tingkat manajemen kesehatan mengenai pelaksanaan sistem informasi gizi.

Peneliti memberikan skor dua (2) poin adanya anggaran yang artinya memadai karena berdasarkan hasil wawancara, diketahui bahwa sudah ada anggaran untuk pelaksanaan sistem informasi gizi. Berikut kutipan penjelasan beberapa informan saat ditanyakan mengenai anggaran:

“…Ya pokoknya kita program gizi kan ada anggaran, nah kemudian kita kan ada rakor-rakor. Nah pada saat rakor kita Cuma membicarakan program apa… saya pikir itu kan yang penting internetnya ada, waktunya ada. itu saja sebenarnya, ga perlu dana khusus sebenarnya sih ya…” (staf gizi)

“…dana untuk pelaporan SIGIZI ga ada. karena itu sudah sama dengan yang lain kan sama berupa laporan gitu ya misalnya kaya internet atau apa2nya kan udah diserahin ke puskes, tapi kalau untuk SIGIZI sekian2

mungkin ngga, karena kan sarananya juga udah disiapin…” (TPG 2) Kutipan diatas dipaparkan oleh staf gizi dan TPG di puskesmas sebagai informan utama, mereka mengungkapkan bahwa untuk saat ini memang belum

ada dana yang spesifik dianggarkan untuk pelaksanaan sistem informasi gizi tetapi sudah tersedia dana dalam program surveilans gizi.

Berdasarkan skor yang diberikan tiap poinnya, maka sumber daya berupa dana dan tenaga pelaksana dalam pelaporan melalui sistem informasi gizi di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan dinilai dengan hasil skoring rata-rata 2 yang berarti memadai.

Tabel 5.3– Penilaian Sumber Daya: Sarana

No Item Sangat

Memadai

Memadai Ada tetapi kurang memadai Tidak adekuat sama sekali Skor 3 2 1 0

1 Formulir, kertas, pensil dan perlengkapan lainnya yang

dibutuhkan untuk mencatat kinerja pembinaan gizi masyarakat dan informasi yang tersedia

3

2 Formulir, kertas, pensil dan perlengkapan lainnya yang dibutuhkan untuk melaporkan kinerja pembinaan gizi masyarakat dan informasi yang tersedia

3

3 Tersedianya komputer di tingkat dinas kesehatan kabupaten dan puskesmas untuk pelaksanaan sistem informasi gizi

2

4 Peralatan ICT (telpon, koneksi internet dan e-mail) tersedia di dinas kesehatan kabupaten dan puskesmas untuk pelaksanaan sistem informasi gizi

1

5 Dukungan untuk pemeliharaan peralatan ICT tersedia di tingkat dinas kesehatan kabupaten dan puskesmas

1

Total Skor Rata-rata 2

Sumber: Health Metrics Network, Assessing the national health information system (WHO, 2008)

Pada poin formulir, kertas, pensil dan perlengkapan lain untuk mencatat dan melaporkan kinerja pembinaan gizi masyarakat peneliti memberikan skor tiga (3) yang artinya sangat memadai karena berdasarkan hasil observasi dapat dilihat formulir yang digunakan untuk mencatat dan melaporkan hasil kegiatan kinerja pembinaan gizi masyarakat tersedia di suku dinas kesehatan, puskesmas dan posyandu. Formulir pencatatan terdapat di posyandu sesuai tugas kader yaitu mencatat hasil kegiatan posyandu, sedangkan untuk formulir pelaporan tersedia di puskesmas dan suku dinas kesehatan. Tiap tingkatan memiliki formulir masing-masing yang berkaitan satu sama lain. Bentuk formulir ada pada lampiran. Selain itu, berdasarkan hasil wawancara, didapatkan informasi bahwa masing-masing mempunyai formulir sebagai sarana dalam pencatatan dan pelaporan. Berikut kutipan penjelasan mengenai formulir:

“…iya itu dari Posyandu . Yang dari posyandu itu sudah mengacu pada website yang sekarang. F1 Posyandu sudah mengacu pada website. F1 Posyandu kemudian LB3, sama format BGM itu sudah mengacu pada website…”(staf gizi)

Poin tersedianya komputer di tingkat dinas kesehatan kabupaten dan puskesmas diberikan skor 2 oleh peneliti yang artinya memadai karena hasil observasi didapatkan ada 5 buah komputer di sudin khususnya di ruang seksi kesehatan masyarakat dan ada 1 komputer khusus untuk bagian gizi di tiap puskesmas yang dapat difungsikan untuk kegiatan pelaporan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan, dikatakan bahwa sarana untuk pelaksanaan informasi gizi berupa peralatan ICT masih kurang terutama di tingkat puskesmas. Berikut kutipan penjelasan mengenai peralatan ICT:

“…Kalau disini kan kebetulan komputer banyak ya, internet jalan, ya kadang-kadang itu aja internetnya kadang-kadang ga jalan…” (staf gizi)

“…belum ada akses untuk internet. Ada sih sarana yang ada internetnya

tapi di atas, di lantai 4. Jadi kita mesti ke atas dulu….” (TPG 1)

Kutipan tersebut disampaikan oleh staf gizi danTPG yang berada di puskesmas dimana dapat diketahui bahwa sarana berupa peralatan ICT masih belum memadai di tiap puskesmas dan begitu pula dengan pemeliharaannya. Berdasarkan informasi tersebut, poin adanya peralatan ICT dan dukungan untuk pemeliharaan peralatan ICT diberikan skor 1 yang artinya kurang memadai karena belum memadainya peralatan ICT terutama di puskesmas menghambat TPG dalam pelaporan yaitu mengisi template menggunakan komputer di lantai 2 sedangkan untuk melaporkan ke sudin melalui internet harus ke lantai 4 terlebih dahulu.

Berdasarkan skor yang diberikan tiap poinnya, maka sumber daya mengenai sarana dalam pelaporan melalui sistem informasi gizi di Suku Dinas Kesehatan Kota Administrasi Jakarta Selatan dinilai dengan hasil skoring rata-rata 2 yang berarti memadai.

Dokumen terkait