Struktur Administratif Regional Timor-Leste
Luas wilayah Negara Republik Demokratik Timor-Leste disingkat (RDTL) ada 15.007 Km2 dibagi dalam 13 Kabupaten (District), 65 Kecamatan (Sub District) 442 Desa (Suco) dan 2225 RT (Aldeia) (Tabel 2). Teritori nasional RDTL meliputi setengah dari Pulau Timor (bagian barat NTT, bagian timur RDTL) dan barat daya Pulau Sunda. Luas negara RDTL seluruhnya 14.955 km2 terdiri dari bagian timur Pulau Timor (mendekati 13.986 Km2), Pulau Atauro di utara Dili (141 Km2), Pulau Jaco bagian paling Timur (11 Km2) dan enclave Oecusse di barat (817 Km2). Oecusse merupakan satu dari 13 distrik RDTL yang berbatasan dengan Indonesia (di bagian barat, selatan dan timur) dan Laut Sevu (bagian utara) (Gertil, 2002). Karena posisinya terpencil, Distrik Oecusse tidak dimasukkan dalam penelitian ini, sehingga distrik yang dianalisis berjumlah 12.
Secara fisik, di Timor-Leste adalah tanah daratan yang memiliki perbedaan contour lahan menyolok. Daratan sepanjang pantai selatan bergelombang, di bagian timur berbukit dengan kemiringan curam tinggi-tinggi, dan di daerah barat (western interior) berupa pegunungan. Berdasarkan elevasi, RDTL dibagi kedalam tiga zona masing-masing memiliki fisik, kultural dan karakteristik ekonomi yang berbeda. Zona pertama, elevasinya antara 0 dan 500 di atas permukaan laut. Menempati hampir 65% dari area total, meliputi daerah luar
sepanjang pantai selatan; wilayah timur (Distrik Baucau, Lautem dan Viqueque), dan sedikit daerah di sepanjang pantai utara. Zona ini didiami 560.000 orang, atau 2/3 dari total penduduk Negara. Terdapat zona rendah-terbentang (low-lying zone) yang berupa lahan yang dapat ditanami (arable land), dan terkoneksi dalam hal transportasi dan infrastruktur komunikasi.
Tabel 2 Struktur administrasi Timor Leste Distrik Jumlah Sub
Distrik
Jumlah
Penduduk Luas wilayah (Km2)
Kepadatan (jiwa/Km2) PKN-Dili 6 266236 368 723 Liquica 3 67831 551 123 Baucau 6 116934 1508 77 Manatuto 6 45098 1786 25 Lautem 5 65475 1813 36 Viqueque 5 72797 1880 38 Ermera 5 124687 771 161 Aileu 4 47643 676 70 Bobonaro 6 96271 1381 69 Manufahi 4 51904 1327 39 Ainaro 4 63121 870 72 Covalima 7 62303 1207 51 Ocusse 5 68654 817 84 Total 65 1.148.958 14.955 162
Sumber: Timor-Leste dalam angka, 2012
Zona kedua, merupakan zona dengan elevasi sedang (elevasinya antara 500 sampai 1.500 meter di atas permukaan laut), menempati hampir 32% dari seluruh luas lahan di RDTL. Di daerah dataran tinggi barat merupakan zona tanaman-kopi (coffee growing zone). Sebanyak 360.000 orang yang hidup di daerah elevasi sedang (mid-elevations belong), umumnya keluarga petani kopi (coffee-farming families).
Jumlah penduduk dan Fasilitas di Timor-Leste
Negara Republik Demokratik Timor-Leste tahun 2012 berpenduduk 1.148.958 jiwa yang terdiri dari 615.147 laki-laki dan 533.811 perempuan. Jumlah penduduk di masing-masing distrik dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 5 Sebaran penduduk berdasarkan Distrik
Sumber: Timor- Leste dalam angka, 2012
Gambar 5 menunjukkan bahwa jumlah penduduk tertinggi terdapat di Dili yaitu sebesar 266.236 jiwa. Tingginya penduduk di Dili karena sebagai ibu kota Timor Leste, Dili memiliki fasilitas terlengkap sehingga menarik penduduk dari distrik lain untuk bermigrasi. Distrik dengan penduduk tertinggi selanjutnya adalah Distrik Ermera yaitu sebesar 124.687 jiwa. Pada tahun 2012 distrik dengan jumlah penduduk tertinggi ketiga adalah Baucau. Namun, pada tahun 2014 penduduk Ermera meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan Baucau, sehingga Ermera menempati posisi kedua.
Gambar 6 Kepadatan penduduk dari 12 Distrik pada tahun 2012
Sumber: Timor- Leste dalam angka, 2012
Jika dibandingkan dengan luas wilayah, maka dapat dilihat pada Gambar 6 bahwa kepadatan penduduk terpusat di Dili (723 jiwa/km2). Hal ini dapat menjelaskan terjadinya perpindahan penduduk dari distrik kurang maju ke distrik maju khususnya Kota Dili. Dengan pemusatan penduduk yang hanya terfokus pada satu wilayah akan menyebabkan ketimpangan penduduk antar wilayah. Daerah terjauh dari Dili, yaitu Distrik Manatuto, hanya memiliki penduduk 25.000 jiwa dengan luas wilayah 1786 km2 sehingga kepadatan penduduk terendah (25 jiwa/km2) diantara distrik-distrik lainnya di Timor-Leste.
Fasilitas Pendidikan
Fasilitas yang dibahas pada bab ini adalah fasilitas pendidikan, dan fasilitas transportasi (transportasi laut dan darat). Sebaran fasilitas pendidikan di Timor- Leste berdasarkan Distrik dapat dilihat pada Gambar 7.
Gambar 7 Jumlah fasilitas pendidikan di masing-masing Distrik
Sumber: Timor- Leste dalam angka, 2014
Jumlah fasilitas pendidikan terbesar berada di Distrik Baucau yaitu sebesar 184 unit. Terbesar kedua di Distrik Bobonaro yang memiliki jumlah fasilitas pendidikan sebesar 149 unit. Sedangkan Dili yang menjadi ibu kota Timor Leste memiliki fasilitas pendidikan sebesar 127 unit atau berada di urutan keempat. Jumlah fasilitas pendidikan di Timor Leste disesuaikan dengan kebutuhan penduduknya. Baucau yang merupakan distrik terluas, memerlukan fasilitas pendidikan SD yang relatif banyak, dan menyebar agar dapat dijangkau oleh murid-murid SD. Secara terperinci jumlah fasilitas pendidikan berdasarkan strata di masing-masing distrik ditunjukkan pada Gambar 8.
Gambar 8 Rincian jumlah fasilitas pendidikan masing-masing Distrik
Sumber: Timor- Leste dalam angka, 2012.
Gambar 8 menujukkan bahwa jumlah fasilitas pendidikan memiliki perbedaan yang cukup tinggi antara jumlah SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Timor Leste banyak memiliki fasilitas pendidikan untuk tingkat Sekolah Dasar dan SMP. Fasilitas pendidikan yang lebih tinggi (SMA dan PT) masih terbatas. Distrik Aileu, Bobonaro dan Manatuto tidak memiliki fasilitas
pendidikan SMA sedangkan PT, hanya ada di Dili. Fasilitas pendidikan sangat penting untuk mengembangkan sumberdaya manusia di Timor Leste. Pembangunan di Timor Leste memerlukan dukungan SDM yang berkualitas. Sehingga perlu diperhatikan untuk mengurangi ketimpangan SDM di Timor Leste yang selanjutnya dapat mengurangi ketimpangan pembangunan.
Fasilitas Pelabuhan di Timor-Leste.
Timor-Leste memiliki 7 dan (1 pelabuhan Oecusse), pelabuhan laut yaitu di Dili (Pelabuhan Dili), di Liquica (Porto Tibar), pelabuhan Beloi (Atauro), Kairabela (Baucau), Mahatta/Iwao Kitahara, Com (Lautem), pelabuhan Beaco (Viqueque), dan Suai (Covalima) (Gambar 8). Ketujuh pelabuhan tersebut sangat membantu untuk meningkatkan mobilitas barang dan orang antar distrik. Beberapa distrik di Timor-Leste merupakan wilayah kepulauan yang memerlukan transportasi laut dan pelabuhan.
Pelabuhan tersebut dibawah pengawasan Direktorat Nasional Transport Maritim (DNTM) dikelola oleh APORTIL yaitu Asosiasi Pelabuhan Timor-Leste bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Transport Laut Kementrian Pekerjaan Umum. Ada 3 regulasi yang mengatur managemen kemaritiman di Timor-Leste yang telah dipersiapkan sejak UNTAET (United Nations Transitional Administration in East Timor) tahun 2002 yaitu sebagai berikut:
Peraturan No.3/2003: Pendirian Asosiasi Pelabuhan Timor Leste (APTL atau APORTIL)
Peraturan No.4/2003: tentang ratifikasi SOLAS convension (Timor-Leste baru meratifikasi 1 konvensi dari 53 konvensi IMO yang ada).
Peraturan No.19/2003: tentang regulasi tarif pelabuhan.
Klasifikasi Pelabuhan di Timor-Leste, dibagi atas dua kelas yaitu pelabuhan utama (principal port) dan pelabuhan regional (porto regionais/secondario). Pelabuhan utama melayani tranportasi internasional. Ada 2 pelabuhan utama yaitu Porto Dili dan Porto Tibar. Pelabuhan regional yang jumlahnya ada 6 (termasuk Oucusse) melayani transportasi antar regional.
Keterangan ----: konektivitas antar pelabuhan Gambar 9 Peta pelabuhan regional di Timor Leste
Sumber: Direktorat Jenderal Transportasi Nasional- KPU Timor-Leste, 2014
Dili
LospalosSuai (261 nm or 22 hrs)
Atauro (21 nm or 2 hrs) COM (112 nm or 9 hrs) Beaco (186 nm or 15 hrs) 5 km Occuse40 km
Aktivitas dan kegiatan DNTM adalah meningkatkan kualitas SDM dan perencanaan program strategis dalam menghadapi globalisasi. Pada Era Globalisasi persaingan mobilisasi barang dan manusia lintas regional dan internasional semakin tinggi. DNTM perlu mengantisipasi persaingan tersebut melalui pembangunan SDM kemaritiman.
Fasilitas Transportasi Darat di Timor-Leste.
Alat transportasi merupakan fasilitas publik yang sangat dibutuhkan untuk kegiatan manusia. Alat transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Timor Leste memiliki empat jenis transportasi diantaranya microlet, bus, angguna, dan travel. Jumlah jenis transportasi meliputi microlet yang berjumlah 1.090 unit. Kemudian diikuti oleh angguna sebanyak 315 unit, bus sebanyak 207 dan travel sebanyak 20 unit. Berdasarkan grafik pada Gambar 10 penggunaan jasa transportasi di beberapa wilayah Timor Leste lebih banyak menggunakan microlet sebanyak 1090 unit dibandingkan dengan jenis transportasi lainnya. Hal ini dapat diasumsikan bahwa alat transportasi merupakan suatu kebutuhan publik yang masih bersifat terbatas sehingga menyebabkan ketidakmerataan fasilitas publik yang cukup tinggi. Sebaran jumlah dan jenis transportasi dapat dilihat pada Gambar 10.
Gambar 10 Jumlah dan jenis transportasi darat per Distrik
Sumber: Timor-Leste dalam angka, 2012
Tabel 3 menunjukkan bahwa jenis transportasi dan kapasitas angkut di Timor Leste paling banyak menggunakan bus. Dari 12 Distrik di Timor Leste ada beberapa distrik yang tidak memiliki transportasi bus dari distrik asal yaitu Dili ke Manatuto, Dili ke Aileu dan Dili ke Liquica. Transportasi yang digunakan yaitu angguna dan mikrolet. Keterbatasan fasilitas transportasi tidak terpenuhi di seluruh distrik. Oleh sebab itu, terjadi ketimpangan fasilitas transportasi yang jumlahnya didominasi oleh penggunaan bus dibandingkan dengan mikrolet maupun angguna.
Tabel 3 Jenis transportasi dan kapasitas angkut
Jalur Kota ke Kota Dili Jenis transportasi dan kapasitas penumpang Bus Angguna Mikrolet Taxi
Dili -Lautem 24 - - - Dili – Baucau 23 - - - Dili - Viqueque 24 - - - Dili - Manatuto - 30* 12 - Dili – Aileu - 30 - - Dili – Manufahi 24 - - - Dili – Ainaro 23 - - - Dili - Covalima 24 - - - Dili – Bobonaro 24 - - - Dili – Liquica - 12** 12 4 Dili – Ermera 24 12 12 -
Sumber data: Hasil wawancara langsung bulan Agustus tahun 2016 oleh peneliti.
Keterangan: * = angguna besar ** = angguna kecil
Kebijakan Pembangunan dan Perencanaan di Timor-Leste
Proses pembangunan pada dasarnya bertujuan untuk mewujudkan visi, misi, dan tujuan suatu negara. Pembangunan merupakan tanggungjawab para politisi dan para birokrat di tingkat pemerintahan baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Para pelaku pembangunan, termasuk perencana pembangunan, selalu mengacu pada tujuan yang telah dirumuskan dalam Konstitusi 2002 RDTL dan Rencana Pembangunan Strategis (RPS) 2011-2030. Ada empat dimensi yang menjadi tujuan pembangunan di RDTL yaitu: (i) dimensi spasial untuk pemerataan pembangunan sarana dan prasarana antar regional, antar sektoral, antar perkotaan dengan perdesaan, serta jaringan transportasi untuk meningkatkan interaksi antar regional; (ii) dimensi sumber daya manusia (SDM) yang terkait dengan pendidikan, kesehatan, dan kesehatan lingkungan serta kapital sosial (social capital); (iii) dimensi ekonomi sumber daya alam dan lingkungan (ESDAL); dan (iv) dimensi kelembagaan (institutional dimension) yang merupakan nahkoda dalam pembangunan regional menuju tercapainya tujuan umum yaitu: pertumbuhan, pemerataan dan perimbangan, keadilan sosial dan keberlanjutan.
Konsep perencanaan pembangunan regional Timor-Leste yang pertama dibuat adalah PSP 2002-2020 oleh Komisi Perencanaan yang merupakan kerjasama antara UNTAET (United Nations Transitional Administration in East Timor), ETTG (East Timor Transitional Government dan WB (World Bank) dalam dokumen Background Paper for the donor‟s meeting on East Timor, Oslo 11-12 December 2001. Dalam dokumen tersebut dinyatakan bahwa Komisi Perencanaan berperan untuk mengkoordinir kelompok kerja pada sektor yang dianggap strategis. Diharapkan Pemerintah dapat menyelesaikan rencana pembangunan nasional setelah kemerdekaan (independence on 20th May, 2002) yang dikenal dengan ”Restorasi Kemerdekaan Republik Demokratik Timor-Leste
disingkat (RDTL)”. Komisi Perencanaan ini dibentuk atas dasar bahwa perjuangan mendirikan bangsa di Timor-Leste tidak hanya berhenti pada 20 Mei 2002. Komisi Perencanaan juga menyusun strategi pembangunan nasional untuk mewujudkan administrasi publik yang efektif, stabilitas makroekonomi, kerangka fiskal yang kuat (effective fiduciary) dan formasi pasar serta sistem administrasi yang efektif dan transparan.
Rencana pembangunan nasional menjadi fondasi (underpinned) menjadi acuan untuk menyusun kerangka (rencana) belanja jangka menengah, untuk memastikan bahwa tujuan pembangunan dapat tercapai dengan kendala sumberdaya yang ada. Oleh karena itu Komisi Perencanaan memformulasikan Rencana Pembangunan Nasional Jangka Menengah (RPNJM), dan Kerangka Belanja Jangka Menengah (KBJM) atau Medium Term Expenditure Framework (MTEF), dimana keduanya merupakan fondasi Rencana Pembangunan Stratejik Jangka Panjang (RPSJP 2002-2020 dan PPSJP 2011-2030).
Rencana Pembangunan Strategis (RPS) 2011-2030 Timor-Leste menjadi pedoman pembangunan hingga tahun 2030. RPS merupakan rencana komprehensif yang disusun berdasarkan masukan dari masyarakat. Tujuan utama penyusunan RPS adalah untuk menciptakan kedamaian (peace building) dan membangun negara (state building) melalui pembangunan karakter bangsa (character building). RPS juga bertujuan membentuk Timor-Leste menjadi sebuah bangsa yang berpendidikan (well educated), masyarakat yang berkemampuan (skilled population), kualitas pelayanan kesehatan yang merata, infrastruktur yang baik, eksplorasi sektor swasta yang kuat untuk menciptakan diversifikasi ekonomi dan masyarakat yang makmur dari segi pendapatan, sandang dan pangan.
Rencana Pembangunan Stratejik Timor-Leste adalah paket terintegrasi kebijakan strategis untuk diiplementasikan dalam jangka pendek (RPJD=rencana pembangunan jangka pendek) atau shortterm development planning (STDP) (1-5 tahun), dalam jangka menengah (RPJM=rencana pembangunan jangka menengah) (5-10 tahun) atau mediumterm development planning (MTDP) dan dalam jangka panjang (RPJP=rencana pembangunan jangja panjang) atau longterm development planning (LTDP) (10-20 tahun). Gambar 11 memperlihatkan tahapan Rencana Pembangunan Stratejik (RPS 2011-2030). Implementasi dari setiap tahap pembangunan selalu dilakukan monitoring dan evaluasi kinerja dibandingkan dengan target pembangunan seperti yang disepakati pada RPS. Tujuan jangka panjang RPS tahun 2030 adalah mencapai visi bersama (collective vision) rakyat Timor-Leste yaitu mencapai kedamaian dan kemakmuran bangsa. Dalam kerangka kerja RPS, terdapat skala prioritas dan strategi implementasi pembangunan yang dapat melibatkan semua rakyat di Timor-Leste.
NDP*(2002- 2007).
Rencana Nasional/Rencana Aksi Tahunan
Rencana Pembangunan Stratejik (RPS) 2011-2030. 2002 2010 Visi Nasional 2030 Dokument Perencanaan: -Rencana Sektor
-Rencna Nasional/Rencana Aksi Tahunanan -Anggaran Tahunan STDP 20011- 2015 MTDP 2020 2015- LTDP 2020- 2030
Tahap I Tahap II Tahap III
Human Resources Development, Strategic Industry, Infrastructure. Infrastructre, Strengthening Human Resources, Market Formation Eradication of Estreme Poverty, Strong Private Sector, Diversified Non-Oil Economy.
Gambar 11 Tahapan pada RPS (Rencana Pembangunan Strategis) Timor Leste
Sumber: RPS Timor-Leste, 2011.
Masyarakat Timor-Leste telah melewati masa-masa sulit dan berhasil melakukan sebuah perubahan (succeed) pada kondisi yang lebih maju, yaitu pembebasan rakyat menuju kedaulatan. Namun tantangan pembangunan untuk merealisasikan harapan masyarakat Timor-Leste, memerlukan perjuangan yang lebih keras (fought), menuntut komitmen, spirit solidaritas, kerja sama masyarakat.
Permasalahan dan Isu Strategis yang terjadi di RDTL saat ini adalah isu Disparitas Spasial dan Interaksi Struktur Spasial (Spatial Disparities or Inequality) yaitu: (1) disparitas kepadatan penduduk, (2) disparitas biaya transportasi antar distrik, (3) disparitas sumberdaya alam dan lingkungan, (4) disparitas income per capita antar distrik dan antar sub-distrik, (5) disparitas tingkat pengangguran (unempolyement disparity) antar distrik, antar kota-desa dan antar kota serta antar desa; (6) disparitas sarana dan prasarana antar distrik, antar sub-distrik, dan antar pusat-pusat kegiatan (pasar, bank, rumah sakit, pendidikan teknik dan universitas, dll), (7) disparitas migrasi antar distrik dan antar sub- distrik, (8) disparitas struktur ekonomi atau disparitas akumulasi dari kegiatan ekonomi antar regional, (9) disparitas infrastruktur antar regional (RPS 2011- 2030, Bank Dunia 2013), (10) disparitas penataan institusional (institutional arrangements) antara aktor sosial kunci (key social actors): modal, tenaga kerja, negara/regional dan warga masyarakat, (11) disparitas situasi spasial dan faktor- faktor tempat (spatial situation and site factors), dan juga disparitas posisi RDTL terhadap eksternal (external position of places) baik di level regional maupun
global yang berdampak pada disparitas kemakmuran (well-being) penduduk, serta (12) serta isu dan masalah perizinan yang berhubungan dengan pembangunan fasilitas umum, sarana dan prasarana pada pusat-pusat kegiatan pembangunan regional di Timor-Leste (Da Silva dan Zulkaidi 2012).
Melalui Strategi Perencanaan Pembangunan Nasional Timor-Leste 2011- 2030 telah dicapai perubahahan dari pertanian tradisional dan masyarakat perdesaan (from a traditional agricultural and rural society) hingga kondisi saat ini menuju masyarakat industri. Potensi sumber daya alam dan lingkungan (yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui) dikelola berbasis perencanaan spasial (tata ruang) yang optimal. Potensi sumberdaya merupakan modal dasar untuk pengembangan ekonomi dan pembangunan regional di Timor- Leste dalam mencapai cita-cita bangsa dan negara yaitu kesejahteraan masyarakat melalui pertumbuhan, pemerataan, adil dan berkelanjutan.