• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. SAKRAMEN BAPTIS DALAM KEHIDUPAN MENGGEREJA

A. Sakramen dalam Gereja

3. Gambaran Tujuh Sakramen dalam Gereja Katolik

Manusia merindukan Allah dan kerinduan itu terjawab dalam Yesus Kristus. Yesus Kristus menampakkan dan sekaligus menampakan diri Allah dan hidup-Nya. Maka, Yesus Kristus itu sakramen hidup Allah. Namun, kini Yesus Kristus tidak kelihatan lagi tapi tetap hadir melalui Roh Kudus di tengah dunia. Gerejalah yang menjadi tanda kehadiran Yesus Kristus bagi dunia. Gereja menjadi sakramen Yesus Kristus karena melalui dan di dalam Gereja Yesus Kristus hadir dan tetap melanjutkan karya penebusan-Nya bagi setiap orang di sepanjang

tempat hingga akhir zaman. Gereja bukanlah orang-orang yang serba steril dari segala dosa. Namun ada banyak warga pendosa dan “hobi” berdosa. Kekudusan Gereja bukan menurut arti moral, yakni bahwa para warganya seolah-olah orang-orang suci tanpa dosa. Kekudusan Gereja terletak justru dalam kesatuannya dengan Allah, dan dengan Putra-Nya Yesus Kristus yang kini hadir secara pasti melalui Roh Kudus. Gereja disebut Kudus dan oleh karena itu dapat menjadi sakramen Yesus Kristus. Gereja mempunyai tujuh sakramen yaitu baptisan, Ekaristi, tobat, krisma, perkawinan, tahbisan dan pengurapan orang sakit (Martasudjita, 2003: 111-113).

a. Sakramen Baptis

Sakramen Baptis merupakan sakramen yang pertama dan utama dan merupakan pintu kehidupan kekal dari Kerajaan Allah. Melalui Sakramen Baptis maka manusia dipersatukan dengan Kristus. Hal ini berarti manusia mendapatkan pengampunan atau pembersihan dosa. Melalui pengampunan atau pembersihan maka manusia diciptakan menjadi ciptaan baru. Melalui Sakramen Baptis orang beriman dipersatukan dengan Tritunggal atau dengan kata orang beriman mendapatkan kesatuan dan kebersamaan dengan Allah Tritunggal, kesatuan itu adalah anugerah semata-mata bukan karena jasa kita. Selain itu Sakramen Baptis juga memasukkan seseorang menjadi warga Gereja (Sumarno Ds, 2013: 19-20).

KHK 1983 kanon 849 menjelaskan bahwa Sakramen Baptis hanya sah diterimakan dengan pembasuhan air yang sungguh-sungguh dan dengan kata-kata yang diwajibkan (Aku membaptis engkau atas nama Bapa, Putera, dan Roh Kudus). Air yang digunakan adalah air pembaptisan yang sudah diberkati. Air

menjadi lambang kehidupan, kebersihan dan kesuburan. Pembaptisan hendaknya dilaksanakan dengan mencelupkan diri ke dalam air atau dituangi air. Berarti yang menjadi tanda dalam Sakramen baptis adalah ketika calon baptis dituangi dengan air, dan yang menjadi kata-kata dalam Sakramen Baptis adalah ungkapan “Aku membaptis engkau atas nama Bapa, Putera dan Roh Kudus”.

b. Sakramen Ekaristi

Ekaristi berasal dari kata Yunani eucharistia yang berarti puji syukur. Eucharistia merupakan terjemahan Yunani unutk bahasa Yahudi birkat dalam perjamauan Yahudi artinya doa puji syukur sekaligus permohonan atas karya penyelamatan Allah. Makna dari ekaristi yaitu puji syukur atas karya penyelamatan Allah kepada manusia melalui Yesus Kristus (Martasudjita, 2003:269)

Kekhasan dalam Sakramen Ekaristi yaitu adanya roti dan anggur. Kehadiran Kristus sendiri dirasakan saat roti dan anggur berubah menjadi tubuh dan darah. Perubahan hakiki roti dan anggur menjadi tubuh dan darah dikenal dengan istilah Transsubstantiatio. Perayaan Ekaristi berpusat pada doa syukur agung, karena doa syukur agung mengungkapkan iman Gereja akan wafat dan kebangkitan Kristus. Karena Ekaristi merupakan perayaan bersama maka diharapkan partisipasi aktif dari semua umat (Prasetya, 1999: 123-124).

c. Sakramen Tobat

Hubungan manusia tidak selalu berjalan mulus. Seiring berjalannya waktu hubungan baik antara manusia dengan Allah terkadang menjadi putus. Putusnya

hubungan itu disebabkan oleh perbuatan dosa yang dilakukan oleh manusia. Melihat hal ini Allah tidak membiarkan manusia semakin jatuh dan jauh dari-Nya, namun manusia diselamatkan Allah melalui Sakramen Tobat. Melalui Sakramen Tobat maka manusia diampuni dosa-dosanya selain itu juga dapat ambil bagian secara penuh dalam kehidupan Gereja (Prasetya, 1999: 127-128). Sakramen tobat juga mendamaikan kembali hubungan manusia dengan Gereja, semua makhluk dan alam lingkungan serta menganugerahkan Roh Kudus sebagai pengampun dosa dan kekuatan untuk pembaruan hidup (Martasudjita, 2003: 326).

Dua hal yang perlu diperhatikan dalam Sakramen Tobat yaitu dari pihak yang melakukan dosa dituntut adanya penyesalan, pengakuan dosa, membuat silih atas dosa-dosanya (penitensi) serta memperbaiki diri dan hidupnya; kemudian dari pihak Gereja (uskup atau imam) berkat tahbisannya maka mendapatkan wewenang atau kuasa untuk memberi pengampunan terhadap segala dosa/memberikan absolusi atas nama Bapa, Putra dan Roh Kudus (Prasetya, 1999: 129).

d. Sakramen Krisma

Krisma berasal dari kata Yunani chrisma, krisma (pengurapan), kata kerjanya: chrio, chriein (= mengurapi) (Martasudjita, 2003: 245). Sakramen Krisma perlu diterima karena melengkapi atau menyempurnakan rahmat pembatisan. Maksudnya, dengan menerima Sakramen Krisma maka secara nyata orang mulai diikutsertakan dalam tugas mewartakan kabar gembira keselamatan Allah bagi semua umat di dunia. Selain itu dengan menerima Sakramen krisma

maka manusia pun layak menjadi saksi Kristus yang diwujudkan dalam kehidupannya sehari-hari (Prasetya, 1999: 119-120).

Ritus upacara penerimaan Sakramen Krisma dimulai dengan pembaharuan janji baptis dan pengakuan iman. Penumpangan tangan menandakan pencurahan Roh Kudus dan pengurapan dengan minyak krisma di dahi sambil berkata, “NN, Terimalah tanda karunia Roh Kudus” merupakan unsur pokok dalam penerimaan Sakramen Krisma (Prasetya, 1999: 120).

e. Sakramen Perkawinan

Menjadi suami istri merupakan perubahan total dalam kehidupan seseorang. Allahlah yang telah mempertemukan dua hati yang saling mencinta dan ingin hidup bersama sebagai suami isteri. Perkawinan Katolik dipahami sebagai

Perjanjian perkawinan, dimana pria dan wanita membentuk antar mereka kebersamaan seluruh hidup, dari sifat kodratinya terarah pada kesejahteraan suami-isteri serta pada kelahiran dan pendidikan anak; oleh Kristus Tuhan, perkawinan antara orang-orang yang dibaptis diangkat ke martabat Sakramen (KHK, kan.1055 par.1).

Perkawinan suami-isteri Kristiani merupakan ikatan sakramental artinya ikatan yang menjadi simbol yang menghadirkan kasih dan kesetiaan Allah sendiri kepada umat-Nya. Perkawinan sakramental yang dihayati oleh suami-isteri Kristiani secara khusus melambangkan dan menghadirkan hubungan yang mesra dan mendalam antara Kristus dan Gereja-Nya (Martasudjita, 2003: 363-364).

Perkawinan dalam Gereja Katolik mempunyai sifat-sifat yang hakiki. Sifat yang pertama adalah monogam artinya perkawinan yang terjadi adalah antara

seorang pria dan seorang wanita sehingga menolak poligami. Sifat yang kedua adalah tak terceraikan artinya perkawinan tidak bisa dipisahkan oleh manusia, kecuali salah satu pasangannya meninggal (Prasetya, 1999: 132).

Tanda rahmat dalam Sakramen Perkawinan yaitu janji perkawinan. KHK 1983 kanon 1057 par. 2. menjelaskan bahwa kesepakatan perkawinan adalah tindakan kehendak dengannya seorang laki-laki dan seorang perempuan saling menerimakan untuk membentuk perkawinan dengan perjanjian yang tak dapat ditarik kembali. Jadi janji perkawinan adalah tindakan kemauan untuk saling memberi dan menerima.

f. Sakramen Tahbisan

Selain manusia memilih panggilan hidupnya dengan mengikat dalam sakramen perkawinan, ada juga manusia yang menyerahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan melalui pelayanannya yaitu melalui Sakramen Tahbisan. Melalui Sakramen Tahbisan maka seseorang diangkat menjadi pemimpin resmi Gereja melalui pelayanannya dengan menggembalakan Gereja dengan sabda dan rahmat Allah. Melalui tahbisan maka orang menjadi pelayanan Kristus dan pelayan Gereja.

Inti dari Sakramen Tahbisan adalah uskup menumpangkan tangan atas orang yang tertahbis dan doa pencurahan Roh Kudus. Tahbisan adalah meterai atau tanda rohani yang tidak terhapuskan, tidak dapat diulang maupun dikembalikan (Prasetya, 1999: 139).

g. Sakramen Pengurapan Orang Sakit

Sakramen pengurapan orang sakit adalah suatu kebiasaan yang ada dalam Gereja Katolik untuk mendoakan orang sakit. Karena diyakini bahwa melalui doa maka Allah berkarya untuk menyembuhkan dan menyelamatkan orang sakit. Maka diharapkan setelah orang mendapatkan Sakramen Pengurapan orang sakit, maka dia pun dapat disembuhkan dan diselamatkan dari penyakitnya. Sakramen ini diterimakan kepada orang yang mengalami sakit berat, baik yang disebabkan karena usia maupun karena penyakit. Sakramen ini juga bisa diterimakan berulang lagi (Prasetya, 1999: 140-141).

Sakramen pengurapan orang sakit hanya boleh diterimakan oleh imam atau uskup. Penerimaan sakramen ini yaitu dengan pengolesan minyak orang sakit (OI= Oleum Infirmorum) di dahi dan tangan si sakit. Pengolesan itu disertai dengan pengucapan, “Semoga, karena pengurapan suci ini, Allah Maharahim menolong saudara dengan rahmat Roh Kudus. Semoga Tuhan membebaskan saudara dari dosa dan membangunkan saudara di dalam rahmat-Nya”. Inilah yang menjadi tanda dan kata-kata dalam Sakramen Pengurapan Orang Sakit (Prasetya, 1999: 142).

Dokumen terkait