• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemahaman Sakramen Baptis dalam keterlibatan hidup menggereja bagi kaum muda di Paroki Santo Ignatius Danan, Wonogiri, Jawa Tengah - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pemahaman Sakramen Baptis dalam keterlibatan hidup menggereja bagi kaum muda di Paroki Santo Ignatius Danan, Wonogiri, Jawa Tengah - USD Repository"

Copied!
151
0
0

Teks penuh

(1)

 

PEMAHAMAN SAKRAMEN BAPTIS

DALAM KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA BAGI KAUM MUDA DI PAROKI SANTO IGNATIUS DANAN, WONOGIRI, JAWA TENGAH

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh:

Cornelia Novi Herawati NIM: 091124002

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Ayahku (Yohanes Hartoyo), Ibuku (Martina Murjiyanti)

Adikku (Yolanda Rika Hermawati)

Kekasihku (Gregorius Pramudhito Aji Prasetyo)

(5)

MOTTO

“Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barang siapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak sebab di luar Aku kamu

tidak dapat berbuah apa-apa.” (Yoh 15:5)

         

 

 

 

 

 

 

 

 

(6)

 

 

 

 

(7)
(8)

ABSTRAK

Judul skripsi ini adalah “PENGHAYATAN SAKRAMEN BAPTIS DALAM KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA BAGI KAUM MUDA DI PAROKI ST. IGNATIUS DANAN, WONOGIRI, JAWA TENGAH”. Judul ini dipilih bertitik tolak dari keprihatinan penulis terhadap kaum muda yang ada di Paroki St. Ignatius Danan. Kaum muda itu sudah menerima Sakramen Baptis namun ternyata belum menyadari akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai warga Gereja. Mereka belum aktif melibatkan diri dalam kegiatan hidup menggereja padahal Paroki St. Ignatius Danan mempunyai kegiatan yang bisa digunakan bagi kaum muda untuk berkarya dan lebih mendalami iman mereka. Selain itu kaum muda di Paroki St. Ignatius Danan jumlahnya lumayan banyak, namun yang mau aktif hanya sedikit dan hanya orang-orang tertentu saja. Faktor penghambat kaum muda untuk terlibat aktif dalam hidup menggereja antara lain adanya orang tua yang kurang mendukung anaknya untuk ikut dalam kegiatan menggereja, malas, tidak tertarik, sudah meresa terbebani dengan tugas sekolah, dan adanya kaum muda yang menyalahgunakan kegiatan OMK untuk hal lain.

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk melihat gambaran kaum muda di Paroki St. Ignatius Danan, bagaimana pemahaman kaum muda mengenai Sakramen Baptis serta mengetahui bentuk kegiatan seperti apa yang mampu meningkatkan penghayatan kaum muda tehadap Sakramen Baptis dalam keterlibatannya dalam hidup menggereja.

Bertolak dari tujuan penulisan, penulis memperoleh data dengan mengadakan penelitian. Penelitian dilakukan dengan kuesioner kepada pihak-pihak yang terkait. Hasil dari penelitian yaitu bahwa kaum muda memang kurang begitu menyadari akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai warga Gereja, sehingga mereka enggan untuk ikut terlibat dalam kegiatan menggereja. Selain itu mereka juga kurang memahami akan lima tugas Gereja dan untuk pengetahuan mengenai Sakramen Baptis sudah cukup, namun untuk penghayatan mereka masih kurang.

Di dalam Gereja ada tujuh Sakramen dan salah satunya adalah Sakramen Baptis. Sakramen Baptis merupakan sakramen yang pertama dan utama yang akan mempersatukan manusia dengan Kristus dan sah menjadi warga Gereja. Oleh karena itu orang yang sudah menerima Sakramen Baptis harus mulai menyadari akan tugas dan tanggung jawabnya sebagai warga Gereja terutama dalam kehidupan menggereja. Sebagai warga Gereja ada lima tugas Gereja yang hendaknya dilaksanakan yaitu koinonia, kerygma, martyria, liturgia, dan diakonia.

(9)

ABSTRACT

The title of this thesis is "THE BAPTISM SACRAMENT APPRECIATION IN CHURCH LIVING ENGGAGEMENT OF THE YOUTH LIVING IN St IGNATIUS DANAN PAROCHIAL, WONOGIRI, CENTRAL JAVA". This title was based on the author's concerns towards young people in the parochial of St. Ignatius Danan. They have received the sacrament of Baptism however they are not aware yet that it turns out to be their duties and responsibilities as the members of the Church. They have not been actively involved in the activities of church activities when St. Ignatius Danan parochial activities that can grow and deepen their faith. In addition, the numbers of youth the parish of St. Ignatius Danan were pretty much, but only few and certain people who want to be active and to be involved in those activities. Factors restricting young people to get engaged actively in the church activities are parents who are not so active in giving support to their sons and daughters to be active, laziness factor, feeling uninterested, many school tasks that they have to do, and the presence of young people who abuse OMK activities for something else.

The purposes of this paper are to look at a picture of the youth living in the Parochial of St Ignatius Danan, to understand what they know about baptism sacrament, and to know the forms of the activities that can increase their appreciation towards the baptism sacrament through their involvement in the church living.

Departing from the purpose of writing, the authors obtained data by conducting research. The study was conducted by giving questionnaire to the parties concerned. The result of the study showed that young people were less aware of their duties and responsibilities as the members of the Church, so they were reluctant to be involved in the church activities. In addition, they also got lack of understanding of five Church tasks though their knowledge regarding Baptism was quite enough, however they still have less appreciation.

In the Church, there are seven Sacraments and one of them is the sacrament of baptism. Baptism is a sacrament that is first and foremost bringing people to Christ and becoming legitimate members of the Church. Therefore, people who have received the sacrament of baptism should begin to realize the duties and responsibilities as members of the Church, especially in church life. As members of the Church, there are five tasks that should be carried out: koinonia, kerygma, martyria, liturgy, and diakonia.

(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah Bapa karena kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGHAYATAN SAKRAMEN BAPTIS DALAM KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA BAGI KAUM MUDA DI PAROKI ST. IGNATIUS DANAN, WONOGIRI, JAWA TENGAH”.

Skripsi ini ditulis atas dasar keprihatinan penulis sebagai calon katekis terhadap keterlibatan kaum muda dalam kegiatan-kegiatan menggereja di Paroki St. Ignatius Danan. Salah satu penyebab kurang terlibatnya kaum muda dalam kegiatan-kegiatan Gereja karena kurang menyadari tugas dan tanggung jawab sebagai warga Gereja sebagaimana yang telah diterima melalui Sakramen Baptis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai karena bantuan dari banyak pihak. Pada kesempatan ini penulis dengan setulus hati mengucapkan terima kasih kepada:

1. Drs. M. Sumarno Ds., S.J., M.A. selaku dosen pembimbing utama dan dosen wali yang telah memberi perhatian, memberi sumbangan pemikiran bersedia meluangkan waktu, membimbing penulis dengan kesabaran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Yoseph Kristianto, SFK, M.Pd. selaku dosen penguji II yang telah membantu penulis dalam penelitian.

(11)
(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATAR PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR SINGKATAN ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Permasalahan ... 4

C. Tujuan Penulisan ... 4

D. Manfaat Penulisan ... 5

E. Metode Penulisan ... 5

F. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II. GAMBARAN KAUM MUDA DI PAROKI ST. IGNATIUS DANAN DALAM HIDUP MENGGEREJA ... 8

A. Gambaran Situasi Kehidupan Kaum Muda Katolik di Paroki St. Ignatius Danan ... 8

1. Pengertian Kaum Muda di Paroki St. Ignatius Danan ... 9

2. Jumlah Kaum Muda di Paroki St. Ignatius Danan ... 9

3. Kegiatan Hidup Menggereja Kaum Muda di Paroki St. Ignatius Danan ... 9

(13)

1. Metodologi Penelitian ... 12

a. Latar Belakang Penelitian ... 12

b. Rumusan Permasalahan ... 13

c. Tujuan Penelitian ... 14

d. Metode Penelitian ... 14

e. Tempat dan Waktu Pelaksanaan ... 14

f. Responden Penelitian ... 14

g. Instrumen Penelitian ... 15

h. Variabel Penelitian ... 15

2. Laporan Hasil Penelitian ... 16

a. Identitas Responden ... 17

b. Pemahaman Tentang Sakramen baptis ... 18

c. Pemahaman Hidup Menggereja ... 23

d. Keterlibatan Kaum Muda dalam Hidup Menggereja ... 26

e. Harapan dan Usulan Tema Terkait dengan Kegiatan Hidup Menggereja ... 34

3. Kesimpulan Hasil Penelitian ... 35

a. Identitas Responden ... 35

b. Pemahaman tentang Sakramen Baptis ... 36

c. Pemahaman Hidup Menggereja ... 37

d. Keterlibatan Kaum Muda dalam Hidup Menggereja ... 38

e. Harapan dan Usulan Tema Terkait dengan Kegiatan Hidup Menggereja ... 39

BAB III. SAKRAMEN BAPTIS DALAM KEHIDUPAN MENGGEREJA KAUM MUDA ... 40

A. Sakramen dalam Gereja ... 40

1. Asal-usul Sakramen ... 41

2. Arti Sakramen ... 42

3. Gambaran Tujuh Sakramen dalam Gereja Katolik ... 43

a. Sakramen Baptis ... 44

b. Sakramen Ekaristi ... 45

(14)

d. Sakramen Krisma ... 46

e. Sakramen Perkawinan ... 47

f. Sakramen Tahbisan ... 48

g. Sakramen Pengurapan Orang Sakit ... 49

B. Hidup Menggereja Kaum Muda ... 49

1. Hidup Menggereja ... 50

a. Arti Hidup Menggereja ... 50

b. Dasar-dasar Hidup Menggereja ... 51

2. Kaum Muda ... 55

a. Pengertian Kaum Muda ... 55

b. Aspek-aspek Pertumbuhan Kaum Muda ... 56

c. Problematika dalam Perkembangan Kaum Muda ... 59

C. Peranan Sakramen Baptis dalam Hidup Menggereja ... 60

1. Sakramen Baptis dalam Gereja ... 61

a. Sejarah Sekilas mengenai Baptis dalam Gereja ... 61

b. Makna Teologis Sakramen Baptis ... 63

c. Pokok-pokok Liturgi Pastoral Baptis ... 66

2. Peranan Sakramen Baptis dalam Hidup Menggereja Kaum Muda ... 74

a. Dalam bidang Koinonia ... 74

b. Dalam bidang Kerygma ... 75

c. Dalam bidang Martyria ... 76

d. Dalam bidang Liturgia ... 77

e. Dalam bidang Diakonia ... 78

BAB IV. USULAN KATEKESE UNTUK MENINGKATKAN PEMAHA- MAN SAKRAMEN BAPTIS DAN KONSEKUENSINYA DALAM HIDUP MENGGEREJA KAUM MUDA ... 80

A. Latar Belakang Penyusunan Program Katekese untuk Meningkatkan Pemahaman Sakramen Baptis dan Konsekuensinya dalam Hidup Menggereja Kaum Muda ... 80

(15)

C. Penjabaran Program ... 84

D. Petunjuk Pelaksanaan Program ... 93

E. Contoh SP ... 93

BAB V. PENUTUP ... 105

A. Kesimpulan ... 105

B. Saran ... 106

DAFTAR PUSTAKA ... 107

LAMPIRAN ... 109

Lampiran 1. Surat Penelitian untuk Pendamping OMK ... (1)

Lampiran 2. Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian ... (2)

Lampiran 3. Contoh Bukti Kuesioner ... (3)

Lampiran 4. Kuesioner Penelitian ... (9)

Lampiran 5. Daftar Pertanyaan Wawancara Pelengkap Penelitian Pemahaman Sakramen Baptis dalam Hidup Menggereja Bagi Keterlibatan Kaum Muda di Paroki St. Ignatius Danan, Wonogiri, Jawa Tengah ... (15)

Lampiran 6. Hasil Wawancara dengan Pendamping OMK Paroki St. Ignatius Danan ... (16)

Lampiran 7. Daftar OMK Paroki St. Ignatius Danan ... (19)

Lampiran 8. Cerita “Keinginan Menjadi Kristen Katolik” ... (22)

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Variabel Penelitian ... 16

Tabel 2 : Identitas Responden (N = 40) ... 17

Tabel 3 : Pemahaman Tentang Sakramen Baptis (N=40) ... 19

Tabel 4 : Pemahaman Hidup Menggereja (N=40) ... 23

Tabel 5 : Keterlibatan Kaum Muda dalam Hidup Menggereja (N=40) ... 27

(17)

DAFTAR SINGKATAN

A. Singkatan Kitab Suci

Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci

Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan

kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republic Indonesia dalam Rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal. 8.

B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

AA : Apostolicam Actuositatem, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Kerasulan Awam, 18 November 1965.

AG : Ad Gentes, Dekrit Konsili Vatikuan II tentang Kegiatan misioner Gereja, 7 Desember 1965.

KHK : Kitab Hukum Kanonik (Codex luris Canonici), diundangkan oleh Paus Yohanes Paulus II tanggal 25 Januari 1983.

LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis Konsili Vatikan II tentang Gereja, 21 November 1964.

SC : Sacrosanctum Concilium, Konstitusi Konsili Vatikan II tentang Liturgi Suci, 4 Desember 1963.

(18)

C. Singkatan Lain

Art : Artikel Bdk : Bandingkan Dsb : dan sebagainya

Hal : Halaman

IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik KAS : Keuskupan Agung Semarang

KK : Kepala Keluarga

KLMTD : Kecil, Lemah, Miskin, Tersingkir, dan Difabel Komkat : Komisi Kateketik

KTP : Kartu Tanda Penduduk

KWI : Konferensi Waligereja Indonesia MB : Madah Bakti

Mudika : Muda-Mudi Katolik

No : Nomor

OMK : Orang Muda Katolik Par : Paragraf

SCP : Shared Christian Praxis SD : Sekolah Dasar SMA : Sekolah Menengah Atas SMK : Sekolah Menengah Kejuruan

(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa, kaum muda mencangkup anak-anak manusia dari umur 15 sampai 24 tahun. Menurut Undang-Undang Perkawinan RI, tahun 1974, kaum muda meliputi para muda-mudi yang sudah melewati umur kanak-kanak dan belum mencapai umur yang oleh Undang-Undang diperbolehkan menikah: bagi pemuda minimal berumur 19 tahun, bagi pemudi minimal berumur 16 tahun. Jutaan kaum muda sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan. Sebagai manusia yang mendekati masa dewasa kaum muda sedang mengalami proses pertumbuhan fisik dan perkembangan mental, emosional, sosial, moral, dan religius dengan segala permasalahannya. (Mangunhardjana, 1986:11-12).

(20)

Kaum muda merupakan tonggak yang sangat penting dalam menentukan masa depan, namun perubahan zaman saat ini telah membawa kemerosotan kaum muda akan penghayatan nilai-nilai kehidupan, masyarakat dan agama. Konsili Vatikan II dalam Apostolicam Actuositatem mengatakan bahwa:

Kaum muda merupakan kekuatan yang amat penting dalam masyarakat zaman sekarang. Situasi hidup, sikap-sikap batin serta hubungan-hubungan mereka dengan keluarga mereka sendiri telah amat banyak berubah. Seringkali mereka terlalu cepat beralih kepada kondisi sosial ekonomis yang baru. Dari hari ke hari peran mereka di bidang sosial dan politik semakin penting. Pada hal mereka kurang mampu menanggung beban-beban baru dengan baik.

Bertambah pentingnya peran mereka dalam masyarakat itu menuntut dari mereka kesadaran merasul yang sepadan. Sifat-sifat alamiah mereka pun memang sesuai untuk menjalankan kegiatan itu. Sementara kesadaran akan kepribadian mereka bertambah masak, terdorong oleh gairah hidup dan semangat kerja yang meluap, mereka sanggup memikul tanggungjawab sendiri dan ingin memainkan peran mereka dalam kehidupan sosial dan budaya. Bila gairah itu diresapi oleh semangat Kristus dan dijiwai sikap patuh dan cinta kasih terhadap para gembala Gereja, maka boleh diharapkan akan membuahkan hasil yang melimpah. Mereka sendiri harus menjadi rasul-rasul pertama dan langsung bagi kaum muda, dengan menjalankan sendiri kerasulan di kalangan mereka, sambil mengindahkan lingkungan kediaman mereka ( AA 12).

(21)

Kaum muda Kristiani pada saat ini berbeda dengan kaum muda pada zaman dahulu, di mana pada zaman dahulu belum banyak terpengaruh oleh perkembangan-perkembangan teknologi. Dan di zaman sekarang perkembangan teknologi begitu banyak dan berkembang dengan pesatnya. Umumnya kaum muda Kristiani pada saat ini bersikap acuh tak acuh terhadap tugas dan tanggung jawabnya sebagai warga Gereja. Karena semakin banyaknya tawaran akibat perkembangan zaman yang membuat kaum muda bersikap seperti itu. Seperti halnya pada kaum muda di Paroki St. Ignatius Danan, walaupun terletak di pedesaan, namun berbagai macam perkembangan zaman telah masuk di daerah pedesaan sehingga menimbulkan pengaruh juga bagi kaum muda.

(22)

bahwa masih banyak kaum muda yang kurang menyadari dan menghayati perananya sebagai murid-murid Yesus. Ada kesan bahwa mereka kurang menyadari konsekuensinya sebagai warga Gereja seperti yang dinyatakan ketika dibaptis melalui Sakramen Baptis.

Berawal dari keprihatinan yang ada di kalangan kaum muda Paroki St. Ignatius Danan, maka penulis mengambil judul “PEMAHAMAN SAKRAMEN BAPTIS DALAM KETERLIBATAN HIDUP MENGGEREJA BAGI KAUM MUDA DI PAROKI SANTO IGNATIUS DANAN, WONOGIRI, JAWA TENGAH”.

B. Rumusan Permasalahan

1. Bagaimana kaum muda Paroki St. Ignatius Danan memahami Sakramen Baptis dan mewujudkannya dalam keterlibatan hidup menggereja?

2. Apa makna Sakramen Baptis bagi kaum muda dalam kehidupan menggereja? 3. Bentuk kegiatan seperti apa yang mampu meningkatkan pemahaman kaum

muda terhadap Sakramen Baptis dalam keterlibatannya dalam hidup menggereja?

C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui bagaimana kaum muda di Paroki St. Ignatius Danan memahami Sakramen Baptis dan perwujudannya dalam keterlibatan hidup menggereja. 2. Mengetahui makna Sakramen Baptis bagi kaum muda dalam keterlibatan

(23)

3. Mengetahui berbagai bentuk kegiatan yang diharapkan mampu meningkatkan pemahaman kaum muda terhadap Sakramen Baptis dalam keterlibatannya dalam hidup menggereja.

4. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik.

D. Manfaat Penulisan

1. Menambah pengetahuan yang lebih mendalam bagi penulis tentang makna dan manfaat Sakramen Baptis bagi hidup menggereja.

2. Memberikan sumbangan pemikiran berkaitan dengan perananan kaum muda sebagai generasi penerus dalam hidup menggereja.

3. Memberikan sumbangan pemikiran bagi Paroki St. Ignatius Danan dalam meningkatkan semangat pelayanan bagi kaum muda.

E. Metode Penulisan

Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode diskriptif analisis, di mana dalam penulisan skripsi ini penulis mengumpulkan data-data melalui penyebaran kuisioner di Paroki St. Ignatius Danan, dan studi pustaka dari buku-buku dan situasi konkret kehidupan kaum muda Kristiani dewasa ini.

F. Sistematika Penulisan

(24)

DI PAROKI SANTO IGNATIUS DANAN, WONOGIRI, JAWA TENGAH”. Dengan judul tersebut penulis bermaksud menemukan dan memaparkan pemahaman Sakramen Baptis dalam keterlibatan hidup menggerja bagi kaum muda di Paroki St. Ignatius Danan.

Untuk mencapai maksud tersebut, maka penulis membagi skripsi menjadi lima bab. Gambaran sistematika skripsi ini sebagai berikut:

Bab I penulis akan menguraikan tentang latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, tujuan penulisam, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

Bab II penulis akan menguraikan tentang gambaran situasi kehidupan kaum muda Katolik di Paroki St. Ignatius Danan, penelitian tentang penghayatan Sakramen Baptis dalam hidup menggereja bagi keterlibatan kaum muda di Paroki St. Ignatius Danan Wonogiri dan pembahasan penelitian.

Bab III penulis akan menguraikan tentang sakramen dalam Gereja yang mencangkup asal-usul sakramen, arti sakramen, gambaran tujuh sakramen dalam Gereja Katolik. Hidup menggerja kaum muda yang mencangkup hidup menggereja, dan kaum muda. Tentang peranan Sakramen Baptis dalam hidup menggereja mencangkup sakramen Baptis dalam Gereja dan peranan Sakramen Baptis dalam hidup menggereja kaum muda.

(25)
(26)

BAB II

GAMBARAN KAUM MUDA DI PAROKI ST. IGNATIUS DANAN DALAM HIDUP MENGGEREJA

Gereja tidak terlepas dari kaum muda, karena tumbuhnya kaum muda akan mempengaruhi perkembangan Gereja. Kaum muda merupakan generasi yang memegang peranan penting, karena mereka akan menjadi generasi penerus. Demikian pula yang terjadi di Paroki St. Ignatius Danan, kaum muda itu pun ikut berperan dalam kehidupan menggereja, meskipun belum semua mau ikut terlibat dalam kehidupan menggereja. Kehidupan menggereja yang diikuti oleh kaum muda itu pun bermacam-macam entah di bidang liturgia, koinonia, kerygma, martyria maupun diakonia.

A. Gambaran Situasi Kehidupan Kaum Muda Katolik di Paroki St. Ignatius Danan

(27)

OMK atau Orang Muda Katolik. Gambaran situasi kaum muda Katolik di Paroki St. Ignatius Danan mencangkup pengertian kaum muda di Paroki St. Ignatius Danan, dan jumlah kaum muda di Paroki St. Ignatius Danan [Lampiran 6: (16).

1. Pengertian Kaum Muda di Paroki St. Ignatius Danan

Berdasarkan penuturan salah satu pendamping kaum muda di Paroki St. Ignatius Danan yaitu Ignatius Dwi Febrianto (2013), pengertian kaum muda yang ada di Paroki St. Ignatius Danan adalah mereka yang masih berusia antara 16 tahun sampai 35 tahun dan belum menikah, namun ada pendapat lain yang menjelaskan bahwa kaum muda adalah mereka yang masih dalam usia belajar (siswa SMA/SMK) dan mereka yang masih kuliah [Lampiran 6: (16)].

2. Jumlah Kaum Muda di Paroki St. Ignatius Danan

Jumlah kaum muda yang ada di sembilan lingkungan yang dekat dengan Paroki yaitu sekitar 70 orang. Jumlah itu terdiri dari kaum muda yang duduk di bangku kelas 9 sampai dengan mereka yang sudah tua belum menikah dan masih mau ikut kegiatan. Dari 70 orang itu pun terkadang tidak semua bisa terlibat atau aktif dalam kegiatan-kegiatan yang ada di Paroki St. Ignatius Danan, kaum muda yang aktif dalam kegiatan di Paroki sekitar 40 orang [Lampiran 6: (17)].

(28)

Ignatius Danan ini ada beberapa yang memang dilaksanakan secara rutin, namun ada kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan atau diikuti pada saat acara tertentu baik di paroki sendiri maupun di paroki lain. Kegiatan rutin itu adalah kegiatan yang memang sering diikuti oleh kaum muda yang ada di Paroki St. Ignatius Danan. Sedangkan kegiatan yang tidak rutin adalah kegiatan yang waktu pelaksanaannya tidak pasti atau tidak terjadwal.

Kegiatan-kegiatan tidak rutin yang diikuti kaum muda Paroki St. Ignatius Danan selama satu tahun terakhir ini yaitu lomba paduan suara lagu-lagu rohani se-kevikepan Surakarta. Lomba ini dilaksanakan pada tanggal 7 Juli 2013, lomba diikuti oleh semua paroki se-kevikepan Surakarta namun dari Paroki St. Ignatius Danan sendiri melibatkan 25 kaum muda untuk mengikuti kegiatan itu. Bentuk kegiatannya yaitu lomba menyanyikan lagu-lagu pernikahan se-kevikepan Surakarta. Kegiatan ini sangat berguna bagi kaum muda di Paroki St. Ignatius Danan karena bisa menambah daftar lagu-lagu bagi mereka [Lampiran 6: (18)].

Kegiatan yang kedua yaitu kemah rohani kaum muda se-rayon kevikepan Surakarta. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 13-15 Oktober 2013. Peserta yang mengikuti kegiatan ini adalah kaum muda se-rayon selatan kevikepan Surakarta, dari Paroki St. Ignatius Danan melibatkan 40 kaum muda untuk mengikuti kegiatan itu. Bentuk kegiatannya berupa kemah yang dikemas selama tiga hari, dengan kegiatan seperti outbond, pentas seni, sarasehan, dan lain-lain [Lampiran 6: (18)].

(29)

November 2013. Peserta kegiatan ini adalah semua paroki se-kevikepan Surakarta, Paroki St. Ignatius Danan mengirimkan 15 kaum muda untuk terlibat dalam kegiatan ini. Bentuk kegiatan ini berupa live in selama tiga hari di rumah-rumah umat paroki se-rayon kota. Kegiatan ini ditutup dengan perayaan Ekaristi dan pentas budaya. Kaum muda dari Paroki Danan menampilkan gamelan dan paduan suara [Lampiran 6: (18)].

Kegiatan-kegiatan rutin yang diikuti kaum muda yaitu pertemuan rutin kaum muda yang dikemas dalam bentuk rapat. Pertemuan ini dilaksanakan setiap satu bulan sekali, pesertanya yaitu pengurus OMK. Yang menghadiri rapat ini sekitar sepuluh orang. Acaranya yaitu untuk saling menyapa satu sama lain selain itu untuk membahas jika ada acara-acara [Lampiran 6: (18)].

Kegiatan rutin yang kedua yaitu re-organisasi pengurus OMK, diadakan setiap tahun. Peserta dari kegiatan ini yaitu semua kaum muda di Paroki St. Ignatius Danan. Yang menghadiri sekitar empat puluhan kaum muda. Kegiatan ini diadakan selama sehari semalam isinya berupa ice-breaking, sarasehan dengan OMK senior, bernyanyi, materi, renungan, outbond dan ditutup dengan pemilihan pengurus [Lampiran 6: (18)].

(30)

B. Penelitian Pemahaman Sakramen Baptis dalam Hidup Menggereja bagi Keterlibatan Kaum Muda di Paroki St. Ignatius Danan Wonogiri

Penelitian ini diadakan untuk mengetahui secara nyata bagaimana pemahaman kaum muda Paroki St. Ignatius Danan terhadap Sakramen Baptis yang telah diterimanya terutama dalam keterlibatannya dalam hidup menggereja sebagai konsekuensi dari penerimaan Sakramen Baptis. Penelitian diadakan pada tanggal 16 Juli 2014. Hasil penelitian kemudian akan dianalisis untuk mendapatkan gambaran nyata tentang penghayatan kaum muda terhadap Sakramen Baptis yang telah diterimanya.

1. Metodologi Penelitian a. Latar Belakang Penelitian

Sakramen Baptis adalah sakramen yang hanya boleh diterima satu kali dan sakramen ini menjadi tanda bahwa seseorang menjadi sah sebagai anggota Gereja. Melalui sakramen baptis yang sudah diterimanya selain seseorang menjadi anggota Gereja tentunya mereka pun harus mulai menyadari tanggung jawabnya sebagai anggota Gereja terutama dalam memajukan kehidupan menggereja. Peranan ini akan semakin tampak ketika seseorang mulai beranjak dewasa atau bisa kita sebut sebagai kaum muda. Kaum muda sebagai penerus atau kader-kader dalam mewartakan Kerajaan Allah di dunia ini tentunya mempunyai peranan yang sangat penting, kaum muda sendiri diingatkan akan keterlibatannya dalam hidup menggereja.

(31)

kehidupan yang semakin beragam dan tantangan hidup yang berliku merupakan keadaan yang dihadapi oleh kaum muda. Namun justru di tengah kehidupan yang serba modern dan penuh dengan godaan itu peranan kaum muda dalam keterlibatannya di kegiatan menggereja akan dituntut.

Berbagai macam kegiatan yang diadakan dalam hidup menggereja merupakan salah satu wadah supaya kaum muda sendiri tidak terjerumus dalam pergaulan yang salah, misalnya seperti berpindah keyakinan. Ketika kaum muda mulai menyadari akan kegiatan yang diikutinya dalam gereja maka mereka pun dengan sendirinya juga akan semakin merasakan manfaat dari kegiatan itu.

Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat mengetahui bagaimana pemahaman kaum muda terhadap Sakramen Baptis yang sudah diterima terutama dalam penerapannya dalam keterlibatannya dalam kehidupan menggereja.

b. Rumusan Permasalahan

Bertolak dari latar belakang di atas, penulis mencoba merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1) Bagaimana gambaran kaum muda di Paroki St. Ignatius Danan dalam hidup menggereja?

2) Bagaimana pemahaman kaum muda mengenai Sakramen Baptis dan konsekuensinya dalam kehidupan menggereja?

(32)

c. Tujuan Penelitian

Bertolak dari rumusan permasalahan di atas, tujuan dari penelitian ini

dilaksanakan antara lain:

1) Mengetahui bagaimana gambaran kaum muda di Paroki St. Ignatius Danan dalam hidup menggereja.

2) Mengetahui bagaimana pemahaman kaum muda mengenai Sakramen Baptis

dan konsekuensinya dalam hidup menggereja.

3) Mengetahui berbagai bentuk kegiatan yang diharapkan mampu meningkatkan penghayatan kaum muda terhadap Sakramen Baptis dalam keterlibatannya

dalam hidup menggereja.

d. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu menggunakan

kuesioner. Kuesioner ditujukan kepada Orang Muda Katolik yang ada di Paroki St. Ignatius Danan. Untuk melengkapi penelitian maka digunakan wawancara

yang ditujukan kepada pembina Orang Muda Katolik. Wawancara hanya digunakan untuk memperoleh data.

e. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

(33)

f. Responden Penelitian

Responden penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kaum muda yang ada di Paroki St. Ignatius Danan. Jumlah kaum muda yang digunakan dalam penelitian ini adalah 40 orang, dengan menggunakan kuesioner.

g. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengumpulkan data (Moleong, 2012: 168). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto Suharsimi, 1997: 128-129). Jenis kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah kusioner tertutup. Kuesioner tertutup adalah kuesioner yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih (Arikunto Suharsimi, 1997: 128-129). Dalam penelitian ini kuesioner ditujukan kepada kaum muda Paroki St. Ignatius Danan.

h. Variabel Penelitian

(34)

penghayatan Sakramen Baptis terhadap keterlibatan kaum muda di Paroki St. Ignatius Danan. Adapun variabel yang diungkap dalam penelitian ini adalah identitas responden, pemahaman tentang Sakramen Baptis, pemahaman tentang hidup menggereja, keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja. Masing-masing dari bagian penelitian dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 1: Variabel Penelitian

No Variabel-variabel No. Item Jumlah

(1) (2) (3) (4)

1 Identitas Responden 1, 2, 3, 4, 4

2 Pemahaman tentang Sakramen Baptis

5, 6, 7, 8, 9, 10, 11 7

3 Pemahaman tentang Hidup Menggereja

12, 13, 14, 15, 16 5

4 Keterlibatan Kaum Muda dalam Hidup Menggereja

17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28

12

5

Harapan dan Usulan Tema Terkait dengan Kegiatan Hidup Menggereja

29, 30 2

Total 30

2. Laporan Hasil Penelitian

Dalam bagian ini akan disajikan laporan dan pembahasan hasil penelitian. Laporan penelitian akan disajikan dalam bentul tabel-tabel. Data yang diperoleh sesuai dengan variabel yang telah ditentukan yaitu meliputi identitas responden, pemahaman tentang Sakramen Baptis, pemahaman tentang hidup menggereja, keterlibatan kaum muda dalam hidup menggereja dan harapan dan tema terkait dengan kegiatan hidup menggereja.

(35)

Berikut ini disampaikan hasil pengolahan data dari 40 angket yang disajikan dalam bentuk tabel, disertai dengan pembahasan dari hasil penelitian:

a. Identitas Responden

Pada identitas responden hal-hal yang akan diungkap berkenaan dengan jenis kelamin, usia, pendidikan atau status dan usia dipermandikan. Berikut ini adalah data yang berkaitan dengan identitas responden:

Tabel 2: Identitas Responden (N = 40) No

Item Pernyataan Alternatif Jawaban Frekuensi

Persen 3 Pendidikan/status a. Pelajar SMP

b. Pelajar SMA/SMK c. Mahasiswa/mahasiswi

a. Usia bayi-5 tahun b. Usia 6-15 tahun c. Usia 16-23 tahun d. Setelah usia 24 tahun

36

(36)

perempuan 67.5% (27 responden) sedangkan 32,5% (13 responden) lainnya berjenis kelamin laki-laki.

Pada penggolongan tingkat usia semua responden berusia 16-20 tahun 100% (40 responden). Sedangkan yang berusia di bawah 16 tahun tidak ada.

Dilihat dari tingkat pendidikan atau status, semua responden duduk di bangku SMA/SMK yaitu dengan prosentase 100% (40 responden), sedangkan

responden yang duduk di bangku SMP maupun mahasiswa dan yang berprofesi sebagai wiraswasta tidak ada.

Pada penggolongan usia dipermandikan, sebagian besar dipermandikan pada saat masih usia bayi-5 tahun 90% (36 responden) dan pada usia 6-15 tahun

10% (4 responden). Sedangkan untuk yang dipermandikan pada usia 16 tahun ke atas tidak ada. Jadi dominan responden dipermandikan pada saat masih bayi.

Kenyataan di atas menunjukkan bahwa responden yang berjenis kelamin perempuan cukup mendominasi dalam pengisian kuesioner. Dari penggolongan

tingkat usia semua responden berusia 16-20 tahun dan semua dari mereka masih duduk di bangku SMA, dan 90 % dari mereka dipermandikan atau menerima Sakramen Baptis pada saat masih usia bayi-5 tahun.

b. Pemahaman Tentang Sakramen Baptis

Bagian ini memaparkan sejauh mana pemahaman kaum muda Paroki St. Ignatius Danan terhadap Sakramen Baptis. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada

(37)

Tabel 3: Pemahaman Tentang Sakramen Baptis (N=40) No

Item Pernyataan Alternatif Jawaban Frekuensi Persen (%)

(1) (2) (3) (4) (5)

5 Pemahaman tentang

Sakramen Baptis

a. Salah satu sakramen inisiasi yang

berfungsi untuk memasukkan seseorang sebagai anggota Gereja b. Sakramen yang

pertama dan utama untuk masuk menjadi warga Gereja

c. Sakramen yang mempersatukan manusia dengan Kristus

d. Sakramen yang mendewasakan

a. Merasa lebih percaya dan berani berharap kepada Yesus

b. Merasa damai karena mendapatkan pengampunan dosa, termasuk dosa asal c. Merasa tenang

karena hidup berada di bawah bimbingan Roh Kudus

d. Merasa lebih dewasa dalam iman Baptis pada saat masih bayi

a. Lebih mendalami arti Sakramen Baptis b. Lebih mengerti apa

peranan sebagai warga Gereja c. Sakramen Baptis

lebih menyentuh d. Kurang begitu bisa

(38)

(1) (2) (3) (4) (5)

b. Air membersihkan seseorang dari dosa asal

c. Air menandakan seseorang siap menjadi saksi Kristus

d. Air menandakan kedewasaan iman iman calon baptis c. Wali baptis

a. Agar keutamaan, kesucian dan keteladanan orang suci itu terpancar pada orang atau anak itu

b. Agar orang suci itu membantu orang atau anak itu melalui doa dan relasi khususnya dengan orang tersebut, sehingga orang itu dapat hidup pantas bagi Allah

29

3

72,5%

(39)

(1) (2) (3) (4) (5)

c. Nama baptisan

merupakan simbol hidup baru yang diterimanya melalui baptisan d. Sebagi ciri khas

orang Katolik

7

1

17,5%

2,5%

Pada pembahasan hasil penelitian tabel 3 variabel pemahaman tentang Sakramen Baptis, dapat dipaparkan sebagai berikut. Pemahaman kaum muda tentang Sakramen Baptis 40% (16 responden) menjawab bahwa Sakramen Baptis adalah sakramen yang mempersatukan manusia dengan Kristus, 37,5% (15 responden) berpendapat bahwa Sakramen Baptis adalah sakramen yang pertama dan utama untuk masuk menjadi warga Gereja, 22,5% (9 responden) berpendapat bahwa Sakramen Baptis adalah salah satu sakramen inisiasi yang berfungsi untuk memasukkan seseorang sebagai anggota Gereja, dan tidak ada satu pun yang memilih bahwa Sakramen Baptis adalah sakramen yang mendewasakan seseorang.

(40)

Mengenai pengaruh penerimaan Sakramen Baptis pada saat masih bayi 47,5% (19 responden) menjawab kurang begitu bisa menghayati karena tidak mendapatkan pelajaran, 27,5% (11 responden) menjawab lebih mengerti apa peranan sebagai warga Gereja, 20% (8 responden) menjawab lebih mnedalami arti Sakramen Baptis dan 5% (2 responden) menjawab bahwa Sakramen Baptis lebih menyentuh. Dari kenyataan itu menunjukkan bahwa sebagian besar kaum muda Paroki St. Ignatius Danan kurang bisa menghayati penerimaan Sakramen Baptis pada saat masih bayi karena tidak mendapatkan pelajaran.

Mengenai materi yang digunakan dalam penerimaan Sakramen Baptis, semua responden atau 100% (40 responden) menjawab bahwa materi yang digunakan adalah air, dan tidak ada yang memilih balsem, hosti maupun anggur. Berdasarkan jawaban dari responden dapat dikatakan bahwa semua responden sudah mengerti mengenai materi yang digunakan dalam penerimaan Sakramen Baptis.

Mengenai makna dari penggunaan air dalam Sakramen Baptis, 62,5% (25 responden) menjawab bahwa air lambang kehidupan, kebersihan dan kesuburan, 27,5% (11 responden) menjawab bahwa air membersihkan seseorang dari dosa asal, 7,5% (3 responden) menjawab bahwa air menandakan seseorang siap menjadi saksi Kristus, dan 2,5% (1 responden) menjawab air mendandakan kedewasaan iman seseorang. Berdasarkan jawaban dari responden dapat dikatakan bahwa sebagaian besar responden sudah mengerti dengan benar makna dari penggunaan air dalam Sakramen Baptis.

(41)

calon baptis, 17,5% (7 responden) berpendapat bahwa wali baptis bertindak sebagai wakil umat, 5% (2 responden) berpendapat bahwa wali baptis melindungi calon baptis dan tidak ada responden yang berpendapat bahwa wali baptis berperan sebagai saksi nikah. Berarti sebagian besar kaum muda Paroki St. Ignatius Danan memahami peranan wali baptis.

Mengenai tujuan dari penggunaan nama orang Kudus sebagai nama baptis, 72,5% (29 responden) berpendapat bahwa tujuannya agar keutamaan, kesucian dan keteladanan orang suci itu terpancar pada orang atau anak yang dibaptis, 17,5% (7 responden) berpendapat bahwa nama baptis merupakan simbol hidup baru yang diterimanya melalui baptisan, 7,5% (7 responden) berpendapat bahwa nama orang suci itu membantu orang atau anak itu melalui doa dan relasi khususnya dengan orang tersebut, sehingga orang itu dapat hidup pantas bagi Allah, 2,5% (1 responden) berpendapat bahwa nama orang kudus sebagai ciri khas orang Katolik. Hal ini menunjukkan bahwa sebagaian besar responden sudah mengerti mengenai tujuan penggunaan nama orang Kudus dalam nama baptis.

c. Pemahaman Hidup Menggereja

Bagian ini akan memaparkan tentang pemahaman kaum muda Paroki St. Ignatius Danan dalam hidup menggereja dan untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Tabel 4: Pemahaman Hidup Menggereja (N=40) No

Item Pernyataan Alternatif Jawaban Frekuensi

Persen (%)

(1) (2) (3) (4) (5)

12 Pemahaman tentang hidup menggereja

a. Hidup yang

menampakkan iman kepada Kristus

(42)

(1) (2) (3) (4) (5) b. Panggilan untuk

mewujudkan tanggung jawab terhadap Gereja dalam segala bidang

c. Kegiatan yang dilaksanakan oleh umat dalam bentuk doa-doa

d. Hidup yang selalu berkaitan dengan

13 Hidup menggereja tidak hanya

dilakukan di lingkungan Gereja saja, namun juga di lingkungan lima tugas Gereja

a. Ya 15 Cara pewartaan

tentang karya keselamatan yang dilakukan oleh Yesus sebagai tugas dari Kerygma .

16 Sikap terhadap hidup menggereja

a. Melaksanakan dengan tulus karena ini adalah tanggung jawab sebagai warga Gereja b. Melaksanakan

karena merasa takut dengan umat yang lain

(43)

Pada pembahasan hasil penelitian tabel 4 variabel pemahaman hidup menggereja, dapat dipaparkan sebagai berikut ini. Mengenai pemahaman tentang hidup menggereja 50% (20 responden) berpendapat bahwa hidup menggereja adalah panggilan untuk mewujudkan tanggung jawab di Gereja dalam segala bidang, 42,5% (17 responden) berpendapat hidup menggereja adalah hidup yang menampakkan iman kepada Kristus, 7,5% (3 responden) berpendapat bahwa hidup menggereja adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh umat dalam bentuk doa-doa, dan tidak ada responden yang berpendapat bahwa hidup menggereja adalah hidup yang selalu berkaitan dengan hal-hal suci. Berdasarkan pemahaman responden terhadap hidup menggereja seperti yang diungkapkan di atas, dapat dikatakan sebagaian kaum muda di Paroki St. Ignatius Danan cukup memahami arti hidup menggereja.

Mengenai pelaksanaan hidup menggereja yang tidak hanya dilakukan di Gereja saja namun juga di lingkungan keluarga dan masyarakat, semua responden menjawab ya 100% (40 responden) dan tidak ada yang menjawab tidak. Maka dapat dikatakan bahwa sebagian besar kaum muda Paroki St. Ignatius Danan sungguh memahami bahwa hidup menggereja tidak hanya dilakukan di lingkungan Gereja saja, namun juga di lingkungan keluarga dan masyarakat.

(44)

Mengenai pewartaan tentang karya keselamatan yang dilakukan oleh Yesus sebagai tugas dari kerygma, 57,5% (23 responden) menjawab bahwa pewartaan bisa dilakukan melalui kotbah, 20% (8 respnden) menjawab bahwa pewartaan bisa dilakukan melalui doa-doa, 17,5% (7 responden) menjawab bahwa pewartaan bisa dilakukan melalui renungan dan 5% (2 responden) menjawab bahwa pewartaan bisa dilakukan melalui nyanyian. Kenyataan di atas menunjukkan bahwa sebagaian besar kaum muda Paroki St. Ignatius Danan menjawab bahwa pewartaan keselamatan yang dilakukan oleh Yesus sebagai tugas dari kerygma dapat dilakukan melalui kotbah.

Mengenai sikap terhadap hidup menggereja, 87,5% (35 responden) berpendapat bahwa melaksanakan dengan tulus karena ini adalah tanggung jawab sebagai warga Gereja, 12,5% (5 responden) berpendapat bahwa melaksanakan tergantung kemauan dan suasana hati, dan tidak ada responden yang berpendapat bahwa melaksanakan karena merasa takut dengan umat yang lain, dan melaksanakan karena malu dengan umat lain yang aktif. Kenyataan di atas menunjukkan bahwa sebagaian besar kaum muda Paroki St. Ignatius Danan dalam menyikapi hidup menggereja, mereka sikapi dengan melaksanakan dengan tulus sebagai kesadaran bahwa itu adalah tanggung jawab sebagai warga Gereja.

d. Keterlibatan Kaum Muda dalam Hidup Menggereja

(45)

Tabel 5: Keterlibatan Kaum Muda dalam Hidup Menggereja (N=40) No

Item Pernyataan Alternatif Jawaban Frekuensi Persen

(%)

(1) (2) (3) (4) (5)

17 Pengertian kaum muda

a. Mereka yang selalu aktif dalam kegiatan

menggereja b. Mereka yang

berusia 15 sampai 21 tahun

c. Mereka yang masih duduk di bangku SMA maupun SMK dan yang belum muda dalam hidup menggereja

a. Sebagai penerus Gereja di masa depan

b. Sebagai pelaksana program Gereja c. Sebagai pewarta

kabar gembira d. Sebagai pembantu

Romo waktu dan pikiran demi kemajuan Gereja

c. Meramaikan kegiatan yang ada di Gereja

(46)

(1) (2) (3) (4) (5) 20 Kehadiran kaum

muda di Paroki St. Ignatius Danan

a. Aktif dalam segala kegiatan

b. Ikut aktif terlibat dalam semua kegiatan jika diundang c. Aktif ketika

kegiatannya menarik bagi mereka d. Kurang begitu

aktif 21 Keakraban kaum

muda di Paroki St. Ignatius Danan antara yang satu dengan yang lainnya

a. Semua saling mengenal muda yang satu lingkungan saja kegiatan di Gereja

a. Bisa menambah wawasan dan pengalaman b. Banyak teman

yang di kenal c. Bisa melatih

dalam

23 Harapan dengan aktif dalam hidup menggereja

a. Lebih bisa menghayati Sakramen Baptis b. Lebih berani

tampil di depan umum

12

2

30%

(47)

(1) (2) (3) (4) (5) teman yang belum aktif supaya lebih aktif

a. Kesibukan sekolah b. Kurangnya

kesadaran dari dalam diri

c. Dilarang orang tua d. Kegiatan kurang

menarik 26 Kegiatan yang bisa

menarik perhatian kaum muda untuk lebih aktif

a. Kemah Rohani b. Ziarah sebagai wadah bagi kaum muda untuk terlibat dalam hidup menggereja yang pernah diikuti

a. Lektor b. Misdinar

c. Pendamping PIA d. Belum pernah

6 Baptis dalam hidup menggereja

(48)

pengertian kaum muda, 50% (20 responden) berpendapat bahwa kaum muda adalah mereka yang selalu aktif dalam kegiatan menggereja, 27,5% (11 responden) berpendapat bahwa kaum muda adalah mereka yang masih duduk di bangku SMA maupun SMK dan yang belum menikah, 15% (6 responden) berpendapat bahwa kaum muda adalah mereka yang selalu bersemangat, dan 7,5% (3 responden) berpendapat bahwa kaum muda adalah mereka yang berusia 15 sampai 21 tahun. Kenyataan di atas menunjukkan bahwa belum semua kaum muda Paroki St. Ignatius Danan yang paham mengenai pengertian kaum muda.

Mengenai peranan kaum muda dalam hidup menggereja 82,5% (33 responden) berpendapat bahwa kaum muda berperan sebagai penerus Gereja di masa depan, 15% (6 responden) berpendapat bahwa kaum muda berperan sebagai pelaksana program Gereja, 2,5% (1 responden) berpendapat bahwa kaum muda berperan sebagai pewarta kabar gembira, dan tidak ada responden yang berpendapat bahwa kaum muda berperan sebagai pembantu Romo. Kenyataan di atas menunjukkan bahwa sebagaian besar kaum muda Paroki St. Ignatius Danan sudah menyadari peranan kaum muda adalam hidup menggereja yaitu sebagai penerus Gereja di masa depan.

(49)

dan selalu terlibat di Gereja. Kenyataan di atas menunjukkan bahwa sebagian besar kaum muda sudah paham mengenai arti terlibat dalam hidup menggereja.

Mengenai kehadiran kaum muda di Paroki St. Ignatius Danan, 35% (14 responden) berpendapat bahwa kaum muda di Paroki St. Ignatius Danan aktif dalam segala kegiatan, 25% (10 responden) berpendapat bahwa kaum muda di Paroki St. Ignatius Danan aktif ketika kegiatannya menarik bagi mereka, 25% (10 responden) berpendapat bahwa kaum muda Paroki St. Ignatius Danan kurang begitu aktif, dan 15% (6 responden) berpendapat bahwa kaum muda Paroki St. Ignatius Danan ikut aktif terlibat dalam semua kegiatan jika diundang. Kenyataan di atas menunjukkan bahwa sebagian besar kaum muda Paroki St. Ignatius Danan aktif dalam segala kegiatan.

Mengenai keakraban kaum muda Paroki St. Ignatius Danan antara yang satu dengan yang lainnya, 62,5% (25 responden) berpendapat bahwa semua saling mengenal meskipun berbeda lingkungan, 22,5% (9 responden) berpendapat bahwa hanya kenal dengan yang disukai saja, 15% (6 responden) berpendapat bahwa hanya kenal dengan kaum muda yang seumuran saja, dan tidak ada responden yang berpendapat bahwa hanya kenal dengan kaum muda yang satu lingkungan saja. Kenyataan di atas menunjukkan bahwa kaum muda Paroki St. Ignatius Danan semua saling mengenal meskipun berbeda lingkungan.

(50)

berpendapat bahwa ada pacar yang ikut dalam kegiatan. Kenyataan di atas menunjukkan bahwa sebagaian besar kaum muda Paroki St. Ignatius Danan merasa senang mengikuti kegiatan di Gereja karena bisa menambah wawasan dan pengalaman.

Mengenai harapan kaum muda dengan dirinya aktif dalam hidup menggereja, 42,5% (17 responden) berharap bisa mempengaruhi teman yang belum aktif supaya lebih aktif, 30% (12 responden) berharap lebih bisa menghayati Sakramen Baptis, 22,5% (9 responden) mempunyai harapan bisa lebih tahu tentang kegiatan berorganisasi, dan 5% (2 responden) berharap lebih berani tampil di depan umum. Kenyataan di atas menunjukkan bahwa kaum muda Paroki St. Ignatius Danan mempunyai harapan yang bermacam-macam namun sebagian besar berharap dengan dirinya aktif dalam hidup menggereja bisa mempengaruhi teman yang belum katif supaya lebih aktif.

Mengenai apakah kegiatan menggereja berpengaruh terhadap pembentukan karakter kaum muda, 92,5% (37 responden) menjawab ya, 7,5% (3 responden) menjawab mungkin dan tidak ada responden yang menjawab tidak. Kenyataan di atas menunjukkan sebagian besar bahwa kaum muda Paroki St. Ignatius Danan berpendapat bahwa kegiatan menggereja berpengaruh terhadap pembentukan karakter kaum muda.

(51)

kaum muda Paroki St. Ignatius Danan masih mengalami hambatan untuk terlibat dalam kegiatan hidup menggereja, sebagian besar hambatan berasal dari dalam diri kaum muda sendiri yaitu kurangnya kesadaran dari dalam diri.

Mengenai kegiatan yang bisa menarik perhatian kaum muda untuk lebih aktif, 35% (14 responden) berpendapat bahwa ziarah adalah kegiatan yang bisa menarik perhatian kaum muda, 32,5% (13 responden) berpendapat retret, 25% (10 responden) berpendapat kemah rohani dan 7,5% (3 responden) berpendapat rekoleksi. Kenyataan di atas menunjukkan bahwa ziarah adalah kegiatan yang bisa menarik kaum muda untuk lebih aktif. Karena ziarah merupakan salah satu kegiatan yang tidak membosankan, dan bersifat rohani juga sehingga bisa semakin meningkatkan iman kaum muda.

Kegiatan yang pernah diikuti oleh kaum muda Paroki St. Ignatius Danan, 30% (12 responden) menjawab misdinar, 27,5% (11 responden) menjawab pendamping PIA, 27,5% (11 responden) menjawab belum pernah, dan 15% (6 responden) menjawab lektor. Berdasarkan kenyataan di atas kegiatan yang cukup banyak diikuti oleh kaum muda Paroki St. Ignatius Danan adalah lektor kemudian disusul misdinar. Namun masih cukup banyak pula kaum muda yang belum pernah terlibat mengikuti kegiatan yaitu sekitar 27,% (11 responden).

(52)

e. Harapan dan Usulan Tema Terkait dengan Kegiatan Hidup Menggereja Tabel 6: Harapan dan Usulan Tema Terkait dengan

Kegiatan Hidup Menggereja (N=40) No

Item Pernyataan Alternatif Jawaban Frekuensi Persen (%)

(1) (2) (3) (4) (5) Paroki St. Ignatius Danan lebih aktif terlibat dalam berbagai kegiatan b. Kaum muda di

Paroki St. Ignatius Danan semakin maju dan berkembang c. Kaum muda di

Paroki St. Ignatius Danan lebih kompak d. Kaum muda di

Paroki St. Ignatius Danan membuat bagi kaum muda di Paroki St. Ignatius Danan

a. Keinginan menjadi Katolik merupakan d. Dalam Kristus aku

beriman, berpengharapan dan aku dikasihi

23

(53)

Paroki St. Ignatius Danan semakin maju dan berkembang, 12,5% (5 responden) berharap kaum muda di Paroki St. Ignatius Danan lebih kompak, dan 7,5% (3 responden) berharap kaum muda di Paroki St. Ignatius Danan membuat kegiatan yang menarik. Kenyataan di atas menunjukkan bahwa kaum muda sendiri mempunyai harapan kaum muda di Paroki St. Ignatius Danan lebih aktif dalam berbagai kegiatan, jadi tidak hanya aktif pada kegiatan yang disukai saja.

Mengenai tema yang cocok untuk katekese bagi kaum muda di Paroki St. Ignatius Danan, 57,5% (23 responden) memilih tema keinginan menjadi Katolik merupakan panggilan Allah, 17,5% (7 responden) memilih tema yang muda yang berkarya, 15% (6 responden) memilih tema dalam Kristus aku beriman, berpengharapan dan aku dikasihi, dan 10% (4 responden) memilih tema kaum muda penerus Gereja.

3. Kesimpulan Hasil Penelitian

Pada bagian ini disampaikan pembahasan hasil penelitian yang bertitik tolak pada laporan hasil penelitian mengenai pemahaman Sakramen Baptis dan konsekuensinya dalam keterlibatan hidup menggereja bagi kaum muda di Paroki St. Ignatius Danan. Pembahasan ini disampaikan menurut urutan variabel. Ada pun urutan pembahasannya sebagai berikut: 

a. Identitas Responden

(54)

yang terlibat secara langsung dalam penelitian ini responden yang paling banyak adalah berjenis kelamin perempuan ada 27 responden (67,5%), usia semua responden yaitu 16-20 tahun, semua responden masih berada di bangku SMA, dan sebagian besar responden dipermandikan pada usia bayi-5 tahun yaitu ada 36 responden (90%). Mereka adalah generasi penerus Gereja yang diharapkan bisa membawa perkembangan bagi Gereja.

b. Pemahaman tentang Sakramen Baptis

Pemahaman mengenai Sakramen Baptis 16 responden (40%) memahami Sakramen Baptis sebagai sakramen yang mempersatukan manusia dengan Kristus. Sebanyak 26 responden (65%) merasakan buah dari Sakramen Baptis yaitu merasa tenang karena hidupnya berada di bawah bimbingan Roh Kudus. Meskipun 19 responden (47,5%) berpendapat kurang begitu menghayati penerimaan Sakramen Baptis pada saat masih bayi dengan alasan karena tidak mendapatkan pelajaran.

(55)

sangat besar bagi perkembangan iman calon baptis sehingga diharapkan wali baptis tidak langsung lepas begitu saja terhadap calon baptis yang didampinginya pada saat dibaptis. Penerimaan Sakramen Baptis pada seseorang juga ditandai dengan penggunaan nama orang Kudus, sebanyak 29 responden (72,5%) berpendapat bahwa penggunaan nama orang Kudus mempunyai tujuan agar keutamaan, kesucian dan keteladanan orang suci itu terpancar pada orang atau anak yang dibaptis itu.

c. Pemahaman Hidup Menggereja

(56)

d. Keterlibatan Kaum Muda dalam Hidup Menggereja

Melihat pengertian kaum muda, pemahaman terhadap kaum muda masih minim, hal ini dapat dilihat bahwa ada sebanyak 20 responden (50%) berpendapat bahwa kaum muda adalah mereka yang selalu aktif dalam kegiatan mneggereja. Padahal jika dilihat kaum muda itu sebenarnya adalah mereka yang masih berusia 15 sampai 21 tahun atau yang belum menikah. Ada 33 responden (82,5%) berpendapat bahwa kaum muda mempunyai peranan sebagai penerus Gereja di masa depan. Sebagai kaum muda tentunya juga harus terlibat dalam hidup menggereja, menurut 23 responden (57,5%) berpendapat bahwa terlibat dalam hidup menggereja adalah tugas dan kewajiban sebagai kaum muda.

(57)

muda untuk lebih aktif, 14 responden (35%) memilih kegiatan ziarah. Sebanyak 12 responden (30%) menjawab menjadi misdinar adalah kegiatan yang paling banyak diikuti oleh Kaum muda Paroki St. Ignatius Danan. Namun sebanyak 25 responden (62,5%) berpendapat bahwa dirinya belum mewujudkan buah-buah Sakramen Baptis dalam hidup menggereja.

(58)

BAB III

SAKRAMEN BAPTIS

DALAM KEHIDUPAN MENGGEREJA KAUM MUDA

Sakramen Baptis merupakan sakramen yang pertama dan utama, karena Sakramen Baptis merupakan pintu masuk bagi orang-orang yang ingin menjadi warga Gereja. Dengan menerima Sakramen Baptis orang diharuskan mempunyai iman kepercayaan kepada Allah yang menyelamatkan dalam diri Yesus Kristus. Melalui baptisan maka orang dibebaskan dari dosa dan dilahirkan kembali menjadi manusia baru. Orang juga dimasukkan dalam paguyuban orang-orang beriman atau menjadi warga Gereja (Prasetya, 1999: 116). Setelah seseorang menerima Sakramen Baptis selain sah menjadi warga Gereja, maka dia pun harus mulai ikut terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan di Gereja. Selain itu di dalam Gereja sendiri terdapat kaum muda sebagai generasi penerus demi perkembanagan Gereja. Oleh karena itu, kaum muda sendiri perlu melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan yang ada di Gereja. Keterlibatannya mengikuti kegiatan-kegiatan-kegiatan-kegiatan di Gereja merupakan perwujudan dari penghayatannya terhadap Sakramen Baptis. Penulis akan menjelaskan mengenai Sakramen dalam Gereja, hidup menggerja kaum muda, dan peranan Sakramen Baptis.

A. Sakramen dalam Gereja

(59)

kehidupannya. Ungkapan orang-orang yang percaya kepada Yesus salah satunya tampak melalui sakramen. Sakramen adalah tanda dan sarana kehadiran Allah yang menyelamatkan manusia. Melalui sakramen-sakramen yang ada di dalam Gereja maka manusia diajak untuk dapat merasakan kehadiran Allah sebagai penyelamat manusia. Gereja mempunyai tujuh sakramen.

1. Asal-usul Sakramen

Sakramen-sakramen dalam Gereja Katolik telah dimulai dalam sejarah Gereja sebagai praktik, yang menjadi titik tolak dari teologi dan praktik perayaan sakramen sakramen dalam Gereja perdana. Gereja perdana memiliki ritus pembaptisan dan pemecahan roti, yang dianggap sebagai salah satu bentuk pelaksanaan hidup Gereja yang khas Kristiani. Sebagian besar ritus-ritus yang ada, berasal dari tradisi kelompok agama Yahudi. Kemudian ritus-ritus itu diambil dan diperbarui oleh Gereja perdana dan dijadikan khas Kristiani, seperti halnya terjadi dalam ritus pembaptisan dan pemecahan roti. Dengan melihat ritus-ritus umat Yahudi, Gereja hendak membuat suatu pembaruan dalam dunia. Dalam praktik pembaptisan, Gereja mengambil bagian dalam karya keselamatan Yesus Kristus, karena melalui pembatisan seseorang diikutsertakan dalam karya keselamatan Allah (KWI, 1996: 398).

(60)

sang Penyelamat sejati. Karya keselamatan Allah terwujud dalam wafat dan kebangkitan Putra-Nya. Keselamatan merupakan hasil karya Allah dan orang yang percaya akan wafat dan kebangkitan Kristus membangun satu paguyuban yang disebut Gereja. Karya keselamatan Allah, beserta dimensi historisnya, baik yang menyangkut janji, pelaksanaan dalam diri Yesus Kristus merupakan pemenuhan eskatologis-Nya, hadir dalam Gereja sebagai hidup dan inti Gereja. Gereja sebagai hasil karya Allah, perlu terlibat secara penuh sebagai alat keselamatan melalui penghayatan dan kesaksian hidup kepada mereka yang belum beriman kepada Kristus. Tugas Gereja tersebut secara konkrit terlaksana dalam perbuatan-perbuatan yang disebut sakramen. Dengan kata lain, rahasia penyelamatan Allah terlaksana dalam diri Yesus Kristus dan dilaksanakan oleh Gereja melalui ritus-ritus. Ritus atau upacara itu merupakan sarana dan simbol untuk menyampaikan rahasia penyelamatan Allah bagi manusia yang selanjutnya dikenal sebagai sakramen (KWI, 1996: 399).

2. Arti Sakramen

Kata sakramen berasal dari bahasa latin sacramentum, yang berarti hal yang berhubungan dengan yang kudus atau ilahi (Banawiratma, 1989: 12). Sakramen juga berarti tanda dan sarana keselamatan Allah yang diberikan kepada manusia. Pengertian sakramen yang lainnya yaitu sacramentum est signum quod efficit quod significat yang berarti tanda yang mengerjakan apa yang ditandakan

itu (Martasudjita, 2003: 66).

(61)

dimana Allah turut berperan secara aktif dalam setiap perjalanan hidup seseorang. Sakramen juga merupakan sarana untuk mengungkapkan iman, sehingga dengan menerima sakramen seseorang semakin dikuduskan dan disucikan dalam kata dan perbuatannya, dikuatkan dan diteguhkan dalam mewartakan karya penyelamatan Allah. Konsili Vatikan II berbicara tentang hakekat sakramen, sebagai berikut:

Sakramen-sakramen dimaksudkan untuk mengkuduskan manusia, membangun Tubuh Kristus, dan akhirnya mempersembahkan ibadat kepada Allah. Tetapi sebagai tanda sakramen juga dimaksudkan untuk mendidik. Sakramen tidak hanya mengadakan iman, melainkan juga memupuk, meneguhkan dan mengungkapkannya dengan kata-kata dan benda. Maka juga disebut sakramen iman. Memang sakramen memperbolehkan rahmat, tetapi perayaan sakramen itu sendiri juga dengan amat baik menyiapkan hasil nyata, untuk menyembah Allah secara benar dan untuk mengamalkan cinta kasih (SC 59).

Sakramen merupakan tanda yang menghasilkan rahmat dan merupakan tanda yang mengarahkan antara relasi manusia dengan Allah sebagaimana yang ditegaskan dalam Konsili Vatikan II. Rahmat yang didapatkan manusia dalam hal ini yaitu manusia dikuduskan, membangun tubuh Kristus dan akhirnya mengarah pada relasi antara manusia dengan Allah melalui ibadat.

3. Gambaran Tujuh Sakramen dalam Gereja Katolik

(62)

tempat hingga akhir zaman. Gereja bukanlah orang-orang yang serba steril dari segala dosa. Namun ada banyak warga pendosa dan “hobi” berdosa. Kekudusan Gereja bukan menurut arti moral, yakni bahwa para warganya seolah-olah orang-orang suci tanpa dosa. Kekudusan Gereja terletak justru dalam kesatuannya dengan Allah, dan dengan Putra-Nya Yesus Kristus yang kini hadir secara pasti melalui Roh Kudus. Gereja disebut Kudus dan oleh karena itu dapat menjadi sakramen Yesus Kristus. Gereja mempunyai tujuh sakramen yaitu baptisan, Ekaristi, tobat, krisma, perkawinan, tahbisan dan pengurapan orang sakit (Martasudjita, 2003: 111-113).

a. Sakramen Baptis

Sakramen Baptis merupakan sakramen yang pertama dan utama dan merupakan pintu kehidupan kekal dari Kerajaan Allah. Melalui Sakramen Baptis maka manusia dipersatukan dengan Kristus. Hal ini berarti manusia mendapatkan pengampunan atau pembersihan dosa. Melalui pengampunan atau pembersihan maka manusia diciptakan menjadi ciptaan baru. Melalui Sakramen Baptis orang beriman dipersatukan dengan Tritunggal atau dengan kata orang beriman mendapatkan kesatuan dan kebersamaan dengan Allah Tritunggal, kesatuan itu adalah anugerah semata-mata bukan karena jasa kita. Selain itu Sakramen Baptis juga memasukkan seseorang menjadi warga Gereja (Sumarno Ds, 2013: 19-20).

(63)

menjadi lambang kehidupan, kebersihan dan kesuburan. Pembaptisan hendaknya dilaksanakan dengan mencelupkan diri ke dalam air atau dituangi air. Berarti yang menjadi tanda dalam Sakramen baptis adalah ketika calon baptis dituangi dengan air, dan yang menjadi kata-kata dalam Sakramen Baptis adalah ungkapan “Aku membaptis engkau atas nama Bapa, Putera dan Roh Kudus”.

b. Sakramen Ekaristi

Ekaristi berasal dari kata Yunani eucharistia yang berarti puji syukur. Eucharistia merupakan terjemahan Yunani unutk bahasa Yahudi birkat dalam

perjamauan Yahudi artinya doa puji syukur sekaligus permohonan atas karya penyelamatan Allah. Makna dari ekaristi yaitu puji syukur atas karya penyelamatan Allah kepada manusia melalui Yesus Kristus (Martasudjita, 2003:269)

Kekhasan dalam Sakramen Ekaristi yaitu adanya roti dan anggur. Kehadiran Kristus sendiri dirasakan saat roti dan anggur berubah menjadi tubuh dan darah. Perubahan hakiki roti dan anggur menjadi tubuh dan darah dikenal dengan istilah Transsubstantiatio. Perayaan Ekaristi berpusat pada doa syukur agung, karena doa syukur agung mengungkapkan iman Gereja akan wafat dan kebangkitan Kristus. Karena Ekaristi merupakan perayaan bersama maka diharapkan partisipasi aktif dari semua umat (Prasetya, 1999: 123-124).

c. Sakramen Tobat

(64)

hubungan itu disebabkan oleh perbuatan dosa yang dilakukan oleh manusia. Melihat hal ini Allah tidak membiarkan manusia semakin jatuh dan jauh dari-Nya, namun manusia diselamatkan Allah melalui Sakramen Tobat. Melalui Sakramen Tobat maka manusia diampuni dosa-dosanya selain itu juga dapat ambil bagian secara penuh dalam kehidupan Gereja (Prasetya, 1999: 127-128). Sakramen tobat juga mendamaikan kembali hubungan manusia dengan Gereja, semua makhluk dan alam lingkungan serta menganugerahkan Roh Kudus sebagai pengampun dosa dan kekuatan untuk pembaruan hidup (Martasudjita, 2003: 326).

Dua hal yang perlu diperhatikan dalam Sakramen Tobat yaitu dari pihak yang melakukan dosa dituntut adanya penyesalan, pengakuan dosa, membuat silih atas dosa-dosanya (penitensi) serta memperbaiki diri dan hidupnya; kemudian dari pihak Gereja (uskup atau imam) berkat tahbisannya maka mendapatkan wewenang atau kuasa untuk memberi pengampunan terhadap segala dosa/memberikan absolusi atas nama Bapa, Putra dan Roh Kudus (Prasetya, 1999: 129).

d. Sakramen Krisma

(65)

maka manusia pun layak menjadi saksi Kristus yang diwujudkan dalam kehidupannya sehari-hari (Prasetya, 1999: 119-120).

Ritus upacara penerimaan Sakramen Krisma dimulai dengan pembaharuan janji baptis dan pengakuan iman. Penumpangan tangan menandakan pencurahan Roh Kudus dan pengurapan dengan minyak krisma di dahi sambil berkata, “NN, Terimalah tanda karunia Roh Kudus” merupakan unsur pokok dalam penerimaan Sakramen Krisma (Prasetya, 1999: 120).

e. Sakramen Perkawinan

Menjadi suami istri merupakan perubahan total dalam kehidupan seseorang. Allahlah yang telah mempertemukan dua hati yang saling mencinta dan ingin hidup bersama sebagai suami isteri. Perkawinan Katolik dipahami sebagai

Perjanjian perkawinan, dimana pria dan wanita membentuk antar mereka kebersamaan seluruh hidup, dari sifat kodratinya terarah pada kesejahteraan suami-isteri serta pada kelahiran dan pendidikan anak; oleh Kristus Tuhan, perkawinan antara orang-orang yang dibaptis diangkat ke martabat Sakramen (KHK, kan.1055 par.1).

Perkawinan suami-isteri Kristiani merupakan ikatan sakramental artinya ikatan yang menjadi simbol yang menghadirkan kasih dan kesetiaan Allah sendiri kepada umat-Nya. Perkawinan sakramental yang dihayati oleh suami-isteri Kristiani secara khusus melambangkan dan menghadirkan hubungan yang mesra dan mendalam antara Kristus dan Gereja-Nya (Martasudjita, 2003: 363-364).

(66)

seorang pria dan seorang wanita sehingga menolak poligami. Sifat yang kedua adalah tak terceraikan artinya perkawinan tidak bisa dipisahkan oleh manusia, kecuali salah satu pasangannya meninggal (Prasetya, 1999: 132).

Tanda rahmat dalam Sakramen Perkawinan yaitu janji perkawinan. KHK

1983 kanon 1057 par. 2. menjelaskan bahwa kesepakatan perkawinan adalah

tindakan kehendak dengannya seorang laki-laki dan seorang perempuan saling

menerimakan untuk membentuk perkawinan dengan perjanjian yang tak dapat

ditarik kembali. Jadi janji perkawinan adalah tindakan kemauan untuk saling

memberi dan menerima.

f. Sakramen Tahbisan

Selain manusia memilih panggilan hidupnya dengan mengikat dalam

sakramen perkawinan, ada juga manusia yang menyerahkan seluruh hidupnya

kepada Tuhan melalui pelayanannya yaitu melalui Sakramen Tahbisan. Melalui

Sakramen Tahbisan maka seseorang diangkat menjadi pemimpin resmi Gereja

melalui pelayanannya dengan menggembalakan Gereja dengan sabda dan rahmat

Allah. Melalui tahbisan maka orang menjadi pelayanan Kristus dan pelayan

Gereja.

Inti dari Sakramen Tahbisan adalah uskup menumpangkan tangan atas

orang yang tertahbis dan doa pencurahan Roh Kudus. Tahbisan adalah meterai

atau tanda rohani yang tidak terhapuskan, tidak dapat diulang maupun

(67)

g. Sakramen Pengurapan Orang Sakit

Sakramen pengurapan orang sakit adalah suatu kebiasaan yang ada dalam Gereja Katolik untuk mendoakan orang sakit. Karena diyakini bahwa melalui doa maka Allah berkarya untuk menyembuhkan dan menyelamatkan orang sakit. Maka diharapkan setelah orang mendapatkan Sakramen Pengurapan orang sakit, maka dia pun dapat disembuhkan dan diselamatkan dari penyakitnya. Sakramen ini diterimakan kepada orang yang mengalami sakit berat, baik yang disebabkan karena usia maupun karena penyakit. Sakramen ini juga bisa diterimakan berulang lagi (Prasetya, 1999: 140-141).

Sakramen pengurapan orang sakit hanya boleh diterimakan oleh imam atau uskup. Penerimaan sakramen ini yaitu dengan pengolesan minyak orang sakit (OI= Oleum Infirmorum) di dahi dan tangan si sakit. Pengolesan itu disertai dengan pengucapan, “Semoga, karena pengurapan suci ini, Allah Maharahim menolong saudara dengan rahmat Roh Kudus. Semoga Tuhan membebaskan saudara dari dosa dan membangunkan saudara di dalam rahmat-Nya”. Inilah yang menjadi tanda dan kata-kata dalam Sakramen Pengurapan Orang Sakit (Prasetya, 1999: 142).

B. Hidup Menggereja Kaum Muda

(68)

Banyak kegiatan yang bisa dilakukan oleh kaum muda demi perkembangan Gereja. Hidup menggereja kaum muda mencangkup kaum muda dan peranan Sakramen Baptis,

1. Hidup Menggereja

Sebagai warga Gereja, tentunya memeluk agama Katolik tidak hanya sebagai setatus di KTP. Namun juga kita wujudkan melalui hidup menggereja. Melalui hidup menggerja maka akan menampakkan iman kita terhadap Yesus. Hidup menggereja itu mencangkup arti dan dasar-dasar hidup menggereja.

a. Arti Hidup Menggereja

Hidup menggereja itu adalah hidup menampakkan iman kepada Yesus Kristus jadi setiap kegiatan menampakkan iman adalah hidup menggereja. Berarti kalau dia menampakkan imannya di dalam masyarakat dia menggereja dalam masyarakat, maka kalau kita melihat batasan yang sempit hidup menggereja itu sebenarnya adalah hidup menggereja lingkup parokial yang teritorial sifatnya, maka pengertian hidup menggereja dalam arti yang lebih luas adalah perwujudan iman dalam hidup sehari-hari baik dalam keluarga ataupun dalam masyarakat.

(69)

bahwa kegiatan yang dinampakkan di masyarakat maka dia menggereja dalam masyarakat. Sedangkan dalam arti luas hidup menggereja adalah perwujudan iman yang dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

b. Dasar-dasar Hidup Menggereja

Hidup menggereja didasari oleh semangat dari Yesus Kristus sendiri selama hidupnya. Oleh karena itu Gereja sebagai tubuh Kristus mempunyai kewajiban untuk melanjutkan dan mengambil bagian dalam tugas Yesus Kristus. Dasar-dasar hidup menggereja mencangkup lima dasar yaitu koinonia atau yang dikenal dengan paguyuban, kerygma atau pewartaan, martyria atau kesaksian hidup, liturgia atau ibadat dan diakonia atau pelayanan.

1) Koinonia (Paguyuban)

Panggilan Tuhan bukan panggilan secara personal saja untuk berelasi dan bersatu dengan Tuhan. Panggilan Tuhan juga diarahkan untuk mengembangkan persekutuan (koinonia) antar umat beriman dalam kesatuan iman akan Tuhan. Sehingga antara umat yang satu dengan yang lainnya terbangun suatu persekutuan yang erat (Komkat KAS, 2012: 47)

(70)

hanyalah pangkal yang harus terus tumbuh dan berkembang menjadi koinonia dalam arti yang lebih mendalam dan penuh, tanpa dapat disebut di mana batas-batasnya yang jelas.

Koinonia disebut sebagai tugas paroki yang fundamental dan sentral. Koinonia disebut sebagai tugas paroki yang fundamental karena dari koinonia

sebagai subjek mengalir tugas-tugas lainnya seperti kerygma-martyria, liturgia dan diakonia baik sebagai ungkapan maupun sebagai sarana vitalitas paroki.

Koinonia disebut sebagai tugas paroki yang sentral karena pengembangan

koinonia harus menjadi arah dan tolak ukur aneka kegiatan paroki (Sumarno Ds,

2013: 56).

2) Kerygma (Pewartaan)

Kerygma artinya pewartaan, pengajaran tentang karya keselamatan

sebagaimana Yesus juga melakukannya. Jadi sebagai anggota Gereja bukan hanya menerima pewartaan tetapi juga menjadi pewarta bagi yang lain. Pewartaan bisa dilakukan dengan ikut serta membahas Kitab Suci, memimpin pendalaman iman, maupun memberikan renungan dalam suatu kelompok tertentu (Komkat KAS, 2012: 48).

Gambar

Tabel 1 :  Variabel Penelitian .......................................................................
Tabel 1: Variabel Penelitian
Tabel 2: Identitas Responden (N = 40)
tabel berikut ini:
+5

Referensi

Dokumen terkait