• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.2 Gambaran Umum BUMN yang Go Public

Merupakan

bermarkas di

tercantum dalam Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Kerja pada tanggal 11 Maret 1960.Kemudian berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 65 tahun 1961 Adhi Karya ditetapkan menjadi Perseroan Negara Adhi Karya. Pada tahun itu juga, berdasarkan PP yang sama Perseroan Bengunan bekas milik Belanda yang telah dinasionalisasikan, yaitu Associate NV, dilebur ke dalam Perseroan.

Perusahaan ini merupakan perusahaan konstruksi pertama yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Bursa Efek Jakarta) sejak 18 Maret 2004, di mana pada akhir tahun 2003 negara Republik Indonesia telah melepas 49% kepemilikan

sahamnya kepada masyarakat melalui mekanisme Initial Public Offering (IPO).

Pada tanggal 8 Maret 2004 Perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Ketua Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) dengan suratnya No. S- 494/PM/2004 untuk melakukan penawaran perdana kepada masyarakat 441.320.000 saham biasa atas nama baru dengan nilai nominal Rp 100 setiap saham dengan harga penawaran Rp 150 setiap saham. Dari jumlah saham yang ditawarkan dalam penawaran umum kepada masyarakat tersebut sebesar 10% atau sebanyak 44.132.000 saham biasa atas nama baru dijatahkan secara khusus kepada manajemen dan karyawan Perusahaan melalui program penjatahan saham untuk pegawai Perusahaan (Employee Stock Allocation/ESA).

Pelepasan Saham EMBO Berdasarkan Akta Notaris Imas Fatimah SH tentang Perjanjian Jual Beli Saham No. 8 Tgl. 4 Maret 2004, Pemerintah melepas

saham 441.320.000 lbr saham dengan nilai Rp.44.132.000.000 kepada Karyawan dan Manajemen dengan harga Rp. 150 dan nilai nominal Rp.100,-.

Penjualan saham dalam rangka IPO terdiri dari : 397.188.000 lbr (22%) sebesar Rp. 39.718.800.000 dan ESA sebesar 44.132.000 lbr (2,5%) atau sebesar Rp. 4.413.200.000.

Selain bergerak di bidang konstruksi, perusahaan juga bergerak d bidang terkait seperti bisnis EPC, dan Investasi untuk meningkatkan daya saing perusahaan dan kekuatan perusahaan di tengah tekanan persaingan dan perang

harga pada tahun 2006. Dengan tagline-nya, “Beyond Construction”, perusahaan

ingin menggambarkan motivasinya untuk bergerak ke bisnis lain yang terkait

dengan core business perusahaan. ADHI juga telah merambah dunia Internasional

di negara-negara Asia Tenggara.

Dalam kegiatan operasionalnya, ADHI didukung oleh delapan divisi operasi yang tersebar di seluruh Indonesia dan luar negeri di samping Anak-anak Perusahaannya. Perusahaan ini memiliki visi untuk menjadi salah satu Perusahaan konstruksi terkemuka di Asia Tenggara dengan melakukan kinerja berdasarkan

atas peningkatan corporate value secara incorporated, melakukan proses

pembelajaran (learning) dalam mencapai pertumbuhan (peningkatan corporate

value), proaktif melaksanakan lima lini bisnis secara profesional, governance,

mendukung pertumbuhan perusahaan, dan menerapkan Corporate Culture yang

simple tapi membumi/dilaksanakan (down to earth), serta ikut berpartisipasi aktif

dalam Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) dan Corporate Social

2. PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk

Merupakan salah satu perusahaan konstruksi di nasionalisasi perusahaan Belanda, Naamloze Vennotschap Technische Handel Maatschappij en Bouwbedijf Vis en Co atau NV Vis en Co, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 1960 dan Surat Keputusan Menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (PUTL) No. 5 tanggal 11 Maret 1960, WIKA lahir dengan nama Perusahaan Negara Bangunan Widjaja Karja.

Dimulai sebagai sub-kontraktor, di akhir 1960-an WIKA berkembang menjadi pemborong pemasangan jaringan listrik tegangan rendah, menengah, dan tinggi. Di awal tahun 1970, WIKA memperluas usahanya menjadi perusahaan kontraktor sipil dan bangunan perumahan.

Perusahaan memasuki babak baru pada 20 Desember 1972. Melalui Akta No. 110, dibuat di hadapan Notaris Djojo Muljadi, perusahaan berubah status menjadi Perseroan Terbatas Wijaya Karya (Persero).

Pertumbuhan WIKA sebagai perusahaan infrastruktur terintegrasi yang kuat semakin mendapat pengakuan dari berbagai pihak. Pada tanggal 11 Oktober 2007, Perusahaan memperoleh pernyataan efektif dari Ketua BAPEPAM dengan suratnya No. S-5275/BL/2007 untuk melakukan penawaran perdana kepada masyarakat atas 1.846.154.000 lembar saham Seri B baru, dengan nilai nominal Rp. 100 per saham dan harga penawaran Rp 420 per saham. Saham saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Jakarta pada tanggal 29 Oktober 2007.

Perseroan sukses dalam melaksanakan penawaran saham perdana Initial Public Offering (IPO) sebanyak 35% kepada publik pada 29 Oktober 2007, di Bursa Efek Indonesia. Setelah IPO, pemerintah Republik Indonesia memegang 68,4%, sementara sisanya dimiliki oleh masyarakat, termasuk karyawan, melalui Management Stock Ownership Program (MSOP), Employee Stock Allocation (ESA), dan Employee/ Management Stock Option (E/MSOP).

Dari jumlah saham yang ditawarkan dalam penawaran umum kepada masyarakat tersebut sebesr 10% atau sebanyak 184.615.400 lembar saham biasa seri B dijatahkan secara khusus kepada manajemen dan karyawan perusahaan melalui program penjatahan saham untuk pegawai Perusahaan (Employee Stock Allocation / ESA). Porsi saham ESA untuk manajemen (pengurus dan pengawas) adalah sebesar 22,5%, dengan pembagian sebesar 17,5% untuk manajemen perusahaan induk dan sebesar 5% untuk manajemen anak perusahaan. Adapun porsi saham ESA untuk pegawai sebesar 77,5% dengan pembagian sebesar 62,5% untuk pegawai perusahaan induk dan sebesar 15% untuk pegawai anak perusahaan.

3. PT. Jasa Marga (Persero) Tbk

Melalui Peraturan Pemerintah No. 04 Tahun 1978, pada tanggal 01 Maret 1978 Pemerintah mendirikan PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Tugas utama Jasa Marga adalah merencanakan, membangun, mengoperasikan dan memelihara jalan tol serta sarana kelengkapannya agar jalan tol dapat berfungsi sebagai jalan bebas hambatan yang memberikan manfaat lebih tinggi daripada jalan umum bukan tol.

Pada awal berdirinya, Perseroan berperan tidak hanya sebagai operator tetapi memikul tanggung jawab sebagai otoritas jalan tol di Indonesia. Hingga tahun 1987 Jasa Marga adalah satu-satunya penyelenggara jalan tol di Indonesia yang pengembangannya dibiayai Pemerintah dengan dana berasal dari pinjaman luar negeri serta penerbitan obligasi Jasa Marga dan sebagai jalan tol pertama di Indonesia yang dioperasikan oleh Perseroan, Jalan Tol Jagorawi (Jakarta-Bogor- Ciawi) merupakan tonggak sejarah bagi perkembangan industri jalan tol di Tanah Air yang mulai dioperasikan sejak tahun 1978.

Dengan terbitnya Undang Undang No. 38 tahun 2004 tentang Jalan yang menggantikan Undang Undang No. 13 tahun 1980 serta terbitnya Peraturan Pemerintah No. 15 yang mengatur lebih spesifik tentang jalan tol terjadi perubahan mekanisme bisnis jalan tol diantaranya adalah dibentuknya Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) sebagai regulator industri jalan tol di Indonesia, serta penetapan tarif tol oleh Menteri Pekerjaan Umum dengan penyesuaian setiap dua tahun. Dengan demikian peran otorisator dikembalikan dari Perseroan kepada Pemerintah. Sebagai konsekuensinya, Perseroan menjalankan fungsi sepenuhnya sebagai sebuah perusahaan pengembang dan operator jalan tol yang akan mendapatkan ijin penyelenggaraan tol dari Pemerintah.

Pada tanggal 12 November 2007 PT Jasa Marga (Persero) melakukan listing sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Penjatahan dilakukan dengan memberikan porsi asing sebesar 33% dan 67% investor domestik dengan distribusi sebesar hampir 80% kepada investor institusi dan sisanya kepada investor retail.

Pemerintah menetapkan harga penawaran umum perdana (IPO) Jasa Marga Rp 1700 persaham. Dalam prospektus yang dikeluarkan, saham Jasa Marga yang dilepas oleh pemerintah adalah sebesar 30%. Proceed yang didapatkan dari IPO mencapai Rp 3,4 triliun yang semuanya masuk dalam kas perusahaan.

Pemegang saham publik terbesar adalah The Children Trust Fund Investment melalui Deutsche Bank AG,London sebesar 6,71%. Dari total saham publik sebesar 2,040 juta saham 54,3% dimiliki oleh pemegang saham domestik dan dan 45,7% dimiliki oleh pemegang saham asing yang dimiliki oleh 99,7% pemegang saham badan usaha asing. Pemegang saham publik domestik terbesar adalah perorangan 6,7%, Lembaga/Badan Usaha 4,8%, Yayasan 2,4% dan Reksadana 1,82%.

4. PT. Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk

Merupakan salah satu

konstruksi bangunan (real estate). Perusahaan ini berdiri tanggal

menjadi PN Pembangunan Perumahan melalui Peraturan Pemerintah No 63

ta

berubah menjadi PT Pembangunan Perumahan (Persero).

Pada tahun 2009, Perseroan melakukan Initial Public Offering (IPO) berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 76 tahun 2009 mengenai Perubahan Struktur Kepemilikan Saham Negara, melalui Penerbitan dan Penjualan Saham

Baru pada Perusahaan Perseroan PT Pembangunan Perumahan tanggal 28 Desember 2009. Selanjutnya, pada tanggal 9 Februari 2010 saham Perseroan resmi diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Sebagai suatu BUMN, mayoritas (51%) kepemilikan saham PT PP dipegang oleh Pemerintah Republik Indonesia dan sisanya (49%) dipegang karyawan dan manajemen PT PP. Sejak IPO, mayoritas (51%) saham dipegang pemerintah, 21,4% saham publik dan 27,6% saham dipegang karyawan dan manajemen PT PP.

Kegiatan Usaha Perseroan meliputi Bidang jasa Konstruksi (Bangunan/Gedung, Jalan/Jembatan, Pengairan, Pelabuhan, dll), EPC (Power Plant, Mining), Properti (Commercial, Residential, Hotel), Investasi (Power Plant& Infrastruktur) dan lain-lain (Pracetak, tiang pancang, peralatan, dll).

5. PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk

Pada 31 Agustus 1970, berdirilah PT Krakatau Steel (Persero) dengan memanfaatkan berbagai fasilitas peninggalan Proyek Besi Baja Trikora, yakni pabrik kawat baja, pabrik baja tulangan dan pabrik baja profil. Pada 1977, Presiden Soeharto meresmikan mulai beroperasinya produsen baja terbesar di Indonesia.

Saat ini, Krakatau Steel memiliki kapasitas produksi baja kasar sebesar 2,45 juta ton per tahun. Melalui sepuluh anak Perusahaannya, Krakatau Steel sanggup melakukan diversifikasi usaha yang menunjang operasional Perusahaan, seperti produk baja bernilai tambah tinggi (pipa spiral, pipa ERW, baja tulangan, baja profil), industri utilitas (air bersih, tenaga listrik),industri infrastruktur (pelabuhan, kawasan industri), industri jasa teknik (konstruksi, rekayasa),

teknologi informasi, serta layanan kesehatan (rumah sakit). Produk-produk baja Krakatau Steel ini tidak hanya ditujukan untuk memenuhi kebutuhan baja nasional, tetapi juga dipasarkan secara internasional.

Kemampuan teknis Krakatau Steel yang tinggi telah memperoleh pengakuan internasional. Bahkan pada tahun 1973, Perseroan telah memperoleh Sertifikat ASTM A252 dan AWWA C200, serta pada 1977 memperoleh Sertifikat API 5L untuk produksi pipa spiral. Sertifikat ISO 9001 diperoleh PT Krakatau Steel (Persero) pada 1993 dan telah ditingkatkan menjadi ISO 9001:2000 pada 2003.Sementara itu, SGS internasional memberikan Sertifikat ISO 14001 pada 1997 atas komitmen Perseroan pada kesadaran lingkungan dan keselamatan kerja.

Pada 10 November 2010, di tengah kondisi pasar yang masih bergejolak, PT Krakatau Steel (Persero) berhasil menjadi perusahaan terbuka dengan melaksanakan penawaran umum perdana Initial Public Offering(IPO) dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. Pada 2011, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. membukukan pendapatan bersih sebesar US$ 2.032,85 juta dan laba bersih US$ 151,34 juta. Pada tahun 2011, Perseroan dan anak perusahaan dengan aset senilai US$ 2.398,08 juta memiliki 8.066 orang karyawan.

Pada 2012, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. membukukan pendapatan bersih sebesar US$ 2.287,45 juta dan mengalami rugi bersih US$ (19,56) juta. Pada tahun 2012, Perseroan dan anak perusahaan dengan aset senilai US$ 2.561,95 juta memiliki 8.092 orang karyawan.

Garuda Indonesia (PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk) adala

sebagai hari jadi Garuda Indonesia, dimana maskapai bernama

bernamaGunung Emas.

Pada tanggal 11 Februari 2011.Garuda memulai menuju bursa saham. Pemerintah menyatakan bahwa harga saham Garuda adalah Rp.750 per saham dan mengurangi penawaran saham dari 9,362 miliar lembar ke 6,3 miliar lembar saham. Garuda Indonesia memutuskan mencatatkan diri

di

Pada 27 April 2012,

saham Garuda Indonesia di harga Rp620 per lembar dengan total sebesar Rp 1,53 triliun. Harga ini lebih rendah dari harga terendah yaitu Rp395 per lembar, tapi masih dibawah harga IPO sebesar Rp750 per lembar.

Sejak IPO mayoritas saham dimiliki oleh Pemerintah Indonesia 69,14% dan selebihnya dimiliki oleh Perseroan Terbatas (PT) 14,64%, Retail 7,15%, Anggkasa Pura I 1,10%, Angkasa Pura II 1,78%, Dana Pensiun 1,14%, Internasional 3,60%, dan lain – lain 1,95%.

Saat ini, Garuda Indonesia menggunakan pesawat

Dokumen terkait