• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM DESA BAGELEN Sejarah Transmigran Pertama

Desa Bagelen adalah desa kolonisasi pertama di Indonesia pada masa politik pemerintahan penjajah Belanda. Desa ini didirikan pada tahun 1905. Nama desa ini disesuaikan dengan asal daerah penduduk itu sendiri yaitu dari daerah Bagelen Kedu yang terletak di daerah Purworejo, Jawa Tengah. Latar belakang penduduk suku Jawa asli menjadi alasan mengapa hingga saat ini masih ada beberapa nama jalan ataupun tempat yang sama dengan nama jalan dan tempat di daerah Jawa Tengah. Bahkan nama orang juga masih sangat khas seperti nama orang Jawa pada umumnya.

Berdasarkan monografi Desa Bagelen, tahun 1905 merupakan tahun kedatangannya transmigran pertama dengan jumlah 43 orang yang terdiri dari 40 orang laki-laki dan 3 orang perempuan yang dipimpin oleh Tuan Eteeng dari pihak orang Belanda dan Tuan Sastro Suntiko dari pihak orang Jawa. Rombongan kolonis dari Jawa diangkut menggunakan kapal laut. Setelah sampai di Pelabuhan Panjang, selanjutnya para kolonis itu berjalan kaki sejauh lebih dari 70 km menuju Gedong Tataan, Lampung Selatan (sebelah utara Bandarlampung) selama 3 hari. Kedatangan selanjutnya dilaksanakan pada tahun 1905 hingga 1910. Dalam rentang tahun tersebut, terjadi sebanyak 3 kali kedatangan dengan tambahan jumlah warga yang masuk ke Desa Bagelen. Pada tahun 1906 didatangkan lagi sebanyak 203 orang atau 100 kepala keluarga yang dipimpin oleh Tuan Heers. Kedatangan ketiga terjadi pada tahun 1907 dengan tambahan warga sebanyak 100 orang atau 50 kepala keluarga yang dipimpin oleh Tuan Alweek. Tahun selanjutnya, yaitu tahun 1908 kembali didatangkan sebanyak 500 orang yang dipimpin oleh Tuan Baang.

Pada tahun 1910, pemerintah Belanda memberikan kuasa atas tanah kepada warga Desa Bagelen seluas 537 bau atau setara dengan 424,6 hektar untuk dimiliki secara pribadi. Tiap-tiap kepala keluarga mendapat hak milik dan hak usaha atas tanah seluas 1 bau dengan rincian bahwa ¼ bau untuk pekarangan dan ¾ bau untuk tanah persawahan atau perladangan. Sesuai dengan kebijakan pada 6 Juni 1987, wilayah Desa Bagelen mengalami pemekaran dan dibagi menjadi 3 (tiga) wilayah desa, yaitu Desa Bagelen, Desa Kutoarjo, dan Desa Karang Anyar.

Pada periode tahun 1950-1969 perpindahan penduduk ke Lampung mencapai 53.263 keluarga atau sebanyak 221.035 jiwa. Memasuki era Pembangunan Lima Tahun (Pelita), Lampung mendapat lagi tambahan penduduk sebanyak 22.362 Kepala Keluarga asal Jawa, Madura, dan Bali. Jumlah penduduk terus bertambah. Pada tahun 1905 penduduk Lampung berjumlah kurang dari 150 ribu dan didominasi suku asli Lampung, sedangkan kini orang Jawa di Lampung sudah mencapai sekitar 60 persen dari total penduduk Lampung atau sebanyak 7 juta jiwa.

Sama seperti para kolonis yang dibawa Belanda ke Lampung, para transmigran asal Jawa yang ditempatkan di Lampung pun mendapatkan aneka perbekalan dari pemerintah setelah kekuasaan diserahkan kepada warga dan pemerintah Indonesia. Selain bahan makanan seperti beras, jagung, minyak, mereka juga mendapatkan rumah-rumah bedeng beratap seng atau asbes dan perabot rumahtangga seperti cangkul, sabit, sekop, piring, mangkuk, meja, dan kursi.

Program yang merupakan bagian dari politik balas budi Belanda itu, sebenarnya diarahkan untuk mendukung upaya Belanda mengelola tanah perkebunan di Lampung. Bukan hanya orang-orang Bagelen yang dipindahkan ke Lampung, tetapi juga orang-orang dari berbagai daerah lain di Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Bali. Para transmigran awal itu ditempatkan di kawasan Gedong Tataan (sekarang masuk Kabupaten Pesawaran), Wonosobo (sekarang masuk Kabupaten Tanggamus), Metro, Lampung Tengah, Batanghari (Lampung Timur) dan Kabupaten Tulangbawang.

(Sumber: Dokumentasi dan Arsip Desa Bagelen dan Museum Nasional Ketransmigrasian)

Gambar 2 Para tetua generasi pertama pada perpindahan transmigran ke Desa Bagelen (Sumber: Arsip dan Monografi Desa Bagelen tahun 2015)

Kondisi Geografis dan Kondisi Alam

Desa Bagelen merupakan salah satu desa yang termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Gedong Tataan, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Desa Bagelen terdiri dari lima dusun yang letaknya saling berdekatan, yaitu Dusun 1, Dusun 2, Dusun 3, Dusun 4, dan Dusun 5. Desa Bagelen merupakan desa pertama yang menjadi wilayah tujuan program transmigrasi di Indonesia. Secara geografis, Desa Bagelen berbatasan langsung dengan Desa Karang Anyar di sebelah utara, Desa Sukaraja di sebelah selatan, Desa Kutoarjo di sebelah barat, dan Desa Kebagusan di sebelah timur. Desa ini dilalui oleh dua sungai yaitu Sungai Way Semak dan Sungai Way Ngison. Dari segi jarak tempuh, desa ini berjarak 90 kilometer dari ibu kota Kabupaten Lampung Selatan dan 1 kilometer dari ibu kota Kecamatan Gedong Tataan.

Suhu udara di desa ini berada pada kisaran 32-35 C dengan curah hujan sekitar 2000-3000 mm/tahun (Profil Desa Bagelen 2015). Desa ini berada pada ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut. Akses menuju desa ini juga sudah baik walaupun belum beraspal. Luas Desa Bagelen sendiri mencapai 415,25 hektar yang terdiri atas 51,25 hektar pemukiman, 308 hektar sawah, 30 hektar tegal/peladangan, 2 hektar pemakaman, 1 hektar lapangan, 6 kilometer jalan desa, 3 hektar kolam ikan, dan 14 hektar sungai. Desa ini didominasi dengan pemukiman, sawah, dan ladang. Beberapa lahan bahkan masih kosong dan dipenuhi dengan tanaman liar. Tata letak rumah tinggal warga pun menyebar dan tak tersusun rapih. Berdasarkan sejarahnya pada awal kedatangan transmigran pertama, mereka yang memiliki kekuasaan tertinggi berhak menentukan luas lahan yang akan menjadi miliknya dan letak posisinya secara bebas.

Secara kondisi alam, tidak banyak lagi sawah di temukan di desa ini. Beberapa lahan berdasarkan keadaannya saat ini termasuk kedalam kategori gersang dan akhirnya di gunakan sebagai lahan tempat tinggal atau lahan bercocok tanam untuk jenis tanaman yang tidak memerlukan banyak air seperti tanaman coklat.

Penduduk dan Mata Pencaharian

Sebanyak 97% dari jumlah penduduk di Desa Bagelen adalah keturunan transmigran pertama yang pindah pada tahun 1905 dan merupakan orang Jawa asli, sedangkan 3% lainnya merupakan warga pendatang yang terdiri dari berbagai suku seperti suku Batak, suku Lampung, suku Padang dan lainnya. Para pendatang yang pindah ke wilayah Desa Bagelen dikarenakan adanya ikatan perkawinan dengan warga setempat atau adanya alasan pekerjaan. Ikatan pernikahan pada umumnya terjadi antar sesama keturunan transmigran atau dengan warga lain yang memiliki suku yang sama. Namun biasanya warga yang memiliki kegiatan mobilisasi keluar desa dengan intensitas tinggi berpeluang lebih untuk berinteraksi dengan warga luar desa yang memiliki suku yang berbeda. Sebagian dari mereka pun akhirnya memutuskan untuk menikah dengan warga luar desa, kemudian memilih untuk tinggal di dalam ataupun di luar desa.

Di awal masa kolonisasi, hanya 43 orang yang dipindahkan oleh Belanda menuju Bagelen, namun kini jumlah penduduk Desa Bagelen per tahun 2004 sebanyak 6.880 jiwa dengan 1889 KK (Kepala Keluarga). Total penduduk terdiri dari 3.606 laki-laki dan 3.274 perempuan. Berdasarkan data penduduk dan wilayah tersebut, jumlah kepadatan penduduk Desa Bagelen per hektar adalah sebesar 16,5 jiwa/ha.

Dari jumlah penduduk tersebut, 6793 orang memeluk agama Islam, 49 orang memeluk agama Kristen, dan 38 orang memeluk agama Katholik. Seluruh penduduk merupakan Warga Negara Indonesia. Namun pada tahun 2009 jumlah Kepala Keluarga di desa menjadi sebanyak 1856 KK dengan komposisi sebanyak 3.789 berjenis kelamin laki-laki dan 3.530 berjenis kelamin perempuan. Dengan kata lain, dalam kurun waktu 5 tahun jumlah kepala keluarga mengalami penurunan sebanyak 33KK, namun jumlah laki-laki bertambah sebanyak 183 jiwa dan perempuan sebanyak 256 jiwa. Jumlah tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan penduduk di wilayah Desa Bagelen tergolong cepat. Jumlah tersebut terus bertambah seiiring bertambahnya tahun. Perbandingan jumlah penduduk perempuan dan laki-laki per tahun 2009 dapat dilihat dalam grafik berikut:

Gambar 3 Grafik perbandingan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin Desa Bagelen tahun 2009 (Sumber: Data yang diolah)

Jumlah penduduk tersebut juga dapat digolongkan berdasarkan usia. Perbandingan jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2004 dan 2009 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Jumlah penduduk menurut golongan usia dan jenis kelamin (Desa Bagelen tahun 2004 dan 2009)

No Usia

(tahun)

Laki-Laki Perempuan Jumlah

2004 2009 2004 2009 2004 2009 1 0-25 1840 (51%) 1923 (50,7%) 1799 (55%) 1895 (53,6%) 3639 (52,8%) 3818 (52%) 2 26-50 1257 (34,8%) 1297 (34,2%) 1150 (35,1%) 1235 (23%) 2554 (37%) 2532 (34,5%) 3 >50 509 (14,2%) 569 (15,1%) 325 (9,9%) 400 (23,4%) 834 (10,2%) 969 (13,5%)