BAB IV PEMBAHASAN
A. Kepemilikan Kebijakan (Policy Ownership)
Kepemilikan sebuah negara atas kebijakan pembangunannya menjadi sebuah prinsip penting tersendiri dalam efektivitas bantuan luar negeri. Prinsip ini menjelaskan bentuk kemandirian dari negara penerima bantuan dengan menunjukkan kemampuannya untuk menentukan sendiri strategi dan arah pembangunan sesuai kepentingan dan kebutuhannya. Program Pengembangan Dan Pengelolaan Kawasan Hutan Kemasyarakatan (Hkm) di Desa Kahayya merupakan program yang berorientasi pada perlindungan lingkungan hidup dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di kawasan hutan.
Secara nasional gagasan mengenai perlindungan hutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitar kawasan hutan telah digambarkan oleh pemerintah Indonesia melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2007 Tentang Tata Hutan Dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, Serta Pemanfaatan Hutan. Regulasi ini merpukan salah satu bentuk kebijakan yang dimiliki oleh pemerintah Indonesia terhadap gagasan tersebut, melalui penyaluran hak akses kepada masyarakat, melalui skema perhutanan sosial, untuk memanfaatkan hasil hutan sekaligus mengatur hal yang berkenaan terhadap perlindungan hutan.
Konsep Perhutanan Sosial, terdiri dari 5 (lima) bentuk pengelolaan, yaitu Skema Hutan Desa (HD) hutan negara yang hak pengelolaannya diberikan
kepada lembaga desa untuk kesejahteraan desa. Hutan Kemasyarakatan (HKm), yaitu hutan negara yang pemanfaatan utamanya ditujukan untuk memberdayakan masyarakat setempat. Hutan Tanaman Rakyat (HTR/IPHPS), adalah hutan tanaman pada hutan produksi yang dibangun oleh kelompok masyarakat untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalm rangka menjamin kelestarian sumber daya hutan.
Hutan Adat (HA), dimana hutan ini adalah hutan yang berada di dalam wilayah masyarakat hutan adat. Skema terakhir adalah Kemitraan Kehutanan, dimana adanya kerjasama antara masyarakat setempat dengan pengelola hutan.
Lima bentuk skema perhutanan sosial secara garis besar mengatur mengenai bentuk-bentuk pemberian akses pemanfaatan hasil hutan kepada masyarakat. Dalam skema HKm, kelompok petani hutan (KTH), koperasi dan atau masyarakat diberikan hak pengusahaan hutan baik untuk tujuan produksi maupun perlindungan hutan selama 35 tahun dan bisa diperpanjang. Dan pada skema HKm, terdapat 2 jenis perizinan HKm, yakni Izin Usaha Pemanfaatan Hutan Kemasyarakan (IUPHKm) berupa pemanfaatan hasil hutan bukan kayu dan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Kemasyarakatan (IUPHHK-HKm) berupa pemanfaatan hasil hutan kayu.
Di Kabupaten Bulukumba, terdapat luas areal hutan sebesar 2.265 Hektare (Ha) yang ditetapkan sebagai areal kerja HKm, yang diterbitkan melalui SK.363/Menhut-II/2011. Luas areal tersebut, secara keseluruhan mendapatkan
izin kelola dalam bentuk IUPHKm, sehingga hanya memberi akses pemanfaatan hasil untuk tanaman non-kayu.
Kebijakan ini tidak hanya sebagai prosedur legal bagi masyarakat dalam mengelola hutan. Namun, juga mengatur terkait pengembangan kapasitas kelompok masyarakat dalam mengelola hutan pasca terbitnya IUPHKm. Untuk itu, proses pendampingan dalam hal pembibitan, pemberantasan hama, pengelolaan hasil Hutan dan akses pasar terhadap produk hasil hutan, merupakan tanggung jawab pemerintah, agar masyarakat mampu menerapkan pengelolaan hutan yang maksimal demi keberlanjutan, serta menjaga kelestarian hutan.
Sementara untuk kebijakan pemerintah di level lokal, dapat tinjau melalui keberadaan Roadmap Pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) Berkelanjutan Kabupaten Bulukumba tahun 2016-2021. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sulawesi Community Foundation (SCF), sebagai berikut:
“Jadi, Hutan Kahayya itu masuk dalam kawasan strategis perlindungan lingkungan hidup di sektor hulu. Dan secara regulasi itu sudah ditetapkan dalam roadmap. Nah, dalam roadmap itu ada serangkaian program yang dibuat untuk pembangunan lingkungan hidup di Kabupaten Bulukumba,”
(Mulyadi, Anggota Knowledge Management dan Capacity Building Sulawesi Community Foundation. Wawancara 23 Januari 2021) Regulasi ini merupakan panduan yang menjelaskan mengenai strategi dan arah pembangunan lingkungan hidup di Kabupaten Bulukumba. Dalam roadmap tersebut, kawasan HKm di Desa Kahayya, Kecamatan Kindang, ditetapkan sebagai daerah strategis perlindungan lingkungan hidup di sektor hulu. Sehingga
untuk mewujudkan hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Bulukumba menetapka program strategis yang bertajuk: ‘Pengembangan Pariwisata Terintegrasi yang Inklusif di Kecamatan Kindang’, dengan rincian sebagai berikut:
Table 1 Rincian Kegiatan Program Strategis Pengembangan Pariwisata Terintegrasi yang Inklusif di Kecamatan Kindang
No Bidang Kegiatan Pelaksana
1 SDM dan Kelembagaan
Survey Baseline dan Identifikasi Kelompok Rentan dan potensial Rentan
Bappeda, SCF-kemitraan Internalisasi rencana
pengembangan ekowisata pada tingkat tapak kedalam
perencanaan desa dan Kabupaten
Pemdes, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, BLDH, SCF-Kemitraan
Workshop sosialisai arah pengembangan pariwsata terintegrasi yang inklusif
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Pelatihan pengelolaan kelembangaan dan keuangan kelompok HKM, Koperasi, Kelompok rentan, dan BUMDes
Bpmdes, Dishutbun, Dinas Perindustrian dan Koperasi Pelatihan penguatan perencanaan
desa
BPMdes Pelatihan-pelatihan pengelolaan
usaha untuk Kelompok HKm, Koperasi, kelompok rentan dan BUMDes
Dinas Perindustrian dan Koperasi, Dishutbun Pendampingan Teknis Pengelolaan
HKM, Koperasi dan Bumdes
Dinas Perindustrian dan Koperasi, Dishutbun, SCF - Kemitraan Pelatihan -pelatihan kepada rumah
tangga, kelompok HKm, Kelompok rentan, dan BUMDes dalam menyokong pengembangan ekowisata. Baik pelatihan standar pelayanan, pengemasan produk, pemasaran produk, hingga media
Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata, Dinas Perindustrian dan Koperasi
promosi.
Studi banding terkait
pengembangan ekowisata berbasis masyarakat/komunitas yang telah berhasil.
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
Mempromosikan produk - produk lokal yang terintegrasi dangan wisata alam yang tersedia. Baik dalam bentuk film, route
perjalan/trip wisata, siaran radio, banner, spanduk, dan melalui agen-agen perjalanan
Dinas Kebudayaan dan Pariwisata
2 Perbaikan Lingkungan dan Mitigasi
Pembibitan dan penanaman bibit MPTS (kopi, durian langsat dan rambutan)
Dinas Kehutanan dan Perkebunan
Green Scholing BLHD SCF-Kemitraan
REDD+ Community (Carbon Trade) BLHD SCF-Kemitraan Pelatihan pelatihan mitigasi
perubahan iklim dan tanggap bencana (longsor, gerakan tanah dan putting beliung)
BLHD, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Restoking Ikan Air Tawar di Waduk
& Sungai
Dinas Kelautan dan Perikanan
3 Penerpan Teknologi, Sarana dan Prasrana
Perbaikan Jalan ± 4.5 km Dinas Bina Marga Pengadaan sarana prasarana
teknologi pengelolaan pasca panen Kopi & Markisa
Dinas Perindustrian dan Koperasi, Dishutbun Pengadaan rambu-rambu/trip
ekowisata
Pemdes Pengadaan Infrasruktur Listrik
(mikrohidro/PLN)
Dinas Koperasi, UMKM, Perdagangan, Perindustrian, Tamben
Pembangunan Pasar Dinas Koperasi,
UMKM, Perdagangan, Perindustrian, Tamben Peningkatan transportasi umum Dinas Perhubungan Pengadaan sarana angkutan
BUMDes, Koperasi
Dinas Koperasi, UMKM, Perdagangan, Perindustrian, Tamben Pelatihan pengelolahan pasca
panen produk menggunakan teknologi tepat guna maupun alat/mesin pasca panen
Dinas Koperasi, UMKM, Perdagangan, Perindustrian,
Tamben, Dishutbun
Studi banding pengelolaan dan penerapan teknologi pasca panen
Dinas Koperasi, Umkm, Perdagangan, Perindustrian, Tamben, Dishutbun Pengadaan Keramba Air Tawar di
Danau Kahayya
Dinas Kelautan dan Perikanan
Pembangunan Kolam Air Tawar Dinas Kelautan dan Perikanan
Roadmap Pengelolaan Sumber Daya Alam secara Berkelanjutan secara umum mengatur strategi dan arah pembangunan lingkungan hidup Kabupaten Bulukumba dari tahun 2016 hingga tahun 2021.
“Jadi, di roadmap kan banyak program. Tapi secara garis besar ada dua jenis program. Ada yang sifatnya persiapan sosial seperti workshop dan pelatihan-pelatihan. Ada juga yang sifatnya pembangunan fisik dan pengadaan,”
(Mulyadi, Anggota Knowledge Management dan Capacity Building Sulawesi Community Foundation. Wawancara 23 Januari 2021) Dalam Roadmap, terkait strategi dan arah pembangunan lingkungan hidup secara umum dibagi menjadi dua tahap pembangunan. Dimana pada Tahun 2016 dan 2017 strategi berfokus pada kegiatan-kegiatan yang bersifat persiapan sosial. Sementara pada pada tahun 2018 hingga tahun 2021 difokuskan untuk pembangunan dan pengembangan berdasarkan arah pengembangan yang telah disepakati bersama.
“Agar roadmap ini punya kekuatan hitam di atas putih, tentunya semua pihak (organisasi perangkat daerah), termasuk SCF ikut bertanda tangan dalam sebuah MoU. Dari situ kemudian hadir yang namanya Pojka (Kelompok Kerja SDA Berkelanjutan)”
(Mulyadi, Anggota Knowledge Management dan Capacity Building Sulawesi Community Foundation. Wawancara 23 Januari 2021)
Dalam rangka mewujudkan berbagai kegiatan dalam program tersebut, dibentuk sebuah kelompok kerja, yang bernama Pokja SDA, yang terdiri dari seluruh lembaga pemerintah yang terlibat sebagai pelaksana program, termasuk pula pihak SCF sebagai kemitraan. Dimana sebagai wujud komitmen, dibuatlah Memorandum of Understanding MoU) yang ditantangani oleh seluruh anggota Pokja SDA Kabupaten Bulukumba.
Kehadiran berbagai regulasi dari level nasional hingga di level lokal terkait perlindungan dan pemamnfataan hasil hutan, telah mengindikasikan bahwa program bantuan internasional yang bertajuk perlindungan dan pengelolaan hutan kemasyarakatan di Desa Kahayya merupakan sebuah program yang hadir untuk mendukung upaya-upaya yang telah dirumuskan oleh negara penerima donor. Sehingga pada prinsip kepemilikan kebijakan, dapat ditarik kesimpulan bahwa pada program bantuan ini, negara penerima bantuan telah memiliki kemampuan untuk menentukan sendiri strategi dan arah pembangunan sesuai kepentingan dan kebutuhannya.