• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Jaringan PSK Diskotik Super

GAMBARAN UMUM DISKOTIK SUPER

5. Gambaran Umum Jaringan PSK Diskotik Super

Geliat kehidupan malam kota Medan, tidak berdiri sendiri, karena banyaknya kepentingan yang bermain di dalamnya. Ada industri penyedia jasa layanan plus sesuai dengan permintaan, selanjutnya kita sebut sebagai pengusaha, yang dalam pelaksanaan aktivitas mereka membutuhkan pelindung dari aparat penegak hukum yang memiliki wewenang. Tidak hanya sampai di sana, perputaran ekonomi membutuhkan magnet yang mampu menarik pengunjung dalam jumlah besar, salah satunya dengan daya tarik gadis belia dari berbagai kelompok umur, akan tetapi diutamakan bagi mereka yang memang masih fresh (segar, muda dan ceria).

Titik – titik kepentingan yang saling berhubungan ini membentuk satu kelompok kerja yang menunjukkan adanya keterikatan tidak resmi. Pengusaha di satu sisi menjadi penyedia jasa layanan yang memberikan pilihan kepada pengunjung untuk dapat menikmati keinginan mereka, terutama dalam masalah penyaluran ekspresi seks sesaat.

Tidak ada petunjuk ataupun pengumuman resmi yang menujukkan di dinding Diskotik Super bahwa mereka menyediakan layanan Pekerja Seks Komersial (PSK), setidaknya itu etika yang masih terjaga dalam pelaksanaan kegiatan resmi dalam aktivitas dan geliat mereka. Dengan gambar – gambar tenaga profesional dan juga tarif bayar akan layanan tersebut. Formalnya

seperti itu, akan tetapi ketika ditelusuri lebih jauh, di tengah gemerlapnya lampu diskotik dan penuh sesaknya pengunjung yang memadati lantai disko, setiap kita dapat menyaksikan adanya transaksi terselubung dalam pelaksanaan aktivitas hiburan sebagai bahagian dari layanan yang menunjukkan profesionalitas kerja yang tentu juga sesuai dengan permintaan para pengunjung dalam memuaskan hasrat mereka.

Prostitusi terselubung, agaknya kalimat tersebut cocok untuk menggambarkan keadaan yang terjadi di dalamnya. Tidak kelihatan aktivitas seks komersial dari pengumuman resmi yang dikeluarkan oleh pengelola akan tetapi geliat dan bentuk seks komersial terjadi dalam interaksi antar pengunjung. Bahkan tidak jarang pengelola juga menyediakan jasa layanan seks komersial terhadap pengunjung terrentu yang memiliki nilai bagi mereka. Itulah yang terjadi dalam proses tersebut. Rangkaian jaringan tetap menggambarkan adanya pengusaha (penyedia tempat hiburan, perantara, pengunjung dan tenaga profesional dalam bidang seks komersial). Bahkan sampai tingkat yang membedakan profesionalitas mereka yang mampu menyediakan tenaga penghibur bukan hanya produk lokal sampai pada tingkat perdagangan dan perjanjian antar Negara sesama pemasok. Semakin mampu para pemasok menyediakan keinginan lintas tersebut, ia akan diakui sebagai bagian dari jaringan internasional.

Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas – aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan kunci dari seluruh aktivitas sosial dalam pergaulan hidup, oleh karena itu, tanpa interaksi sosial tidak mungkin ada kehidupan bersama dalam suatu komunitas. Menurut Gillin dan Gillin dalam Soekamto (1990), “Interaksi sosial merupakan hubungan – hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang perorangan, antara kelompok – kelompok manusia, maupun antar orang perorangan dan kelompok manusia”.

Bertemunya orang – perorangan secara badaniah saja, tidak akan melahirkan dan menjamin keberlangsungan pergaulan dalam suatu kelompok sosial. Pergaulan hidup baru akan terjadi apabila orang perorangan atau kelompok manusia berkerjasama, saling berbicara dan seterusnya mencapai tujuan bersama.Maka dapat dikatakan bahwa interaksi sosial adalah proses – proses sosial yang menunjukkan pola- pola hubungan sosial yang dinamis (Soekamto, 1984:54).

Thibaut dan Kelly dalam Soekamto (1990), yang merupakan pakar dalam teori interaksi mendefinisikan bahwa interaksi sosial sebagai peristiwa yang saling mempengaruhi sata sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka

syarat, yaitu adanya kontak sosial (social contact) dan komunikasi. Kontak sosial dapat diartikan sebagai hubungan yang langsung antara orang perorangan atau kelompok untuk tujuan tertentu.

Sedangkan komunikasi berarti bahwa seseorang memberi arti pada perilaku orang lain, perasaan – perasaan apa yang diinginkan sampai orang tersebut dan orang yang bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan oleh orang lain. Jadi, komunikasi dapat diartikan sebagai perilaku yang berwujud pembicaraan, gerak – gerik, sikap dan perasaan – perasaan yang ingin disampaikan orang.

Interaksi sosial tercipta dalam suatu situasi sosial yang dibedakan menjadi dua golongan, yakni situasi kebersamaan (togetherness situation) dan situasi kelompok sosial (social group situation). Situasi kebersamaan merupakan berkumpulnya sejumlah orang yang tidak saling mengenal dan mempunyai tujuan yang sama. Sedangkan situasi kelompok sosial saling mengenal antara satu dengan yang lain, terdapat hubungan struktural dan hierarkhis antara pengurus dan anggota serta mempunyai peraturan yang khas sehingga merupakan suatu kesatuan (Gerungan, 2004:78).

tergambar jelas adalah adanya tujuan yang sama, salah satunya upaya menjadikan profesi mereka sebagai mata pencaharian hidup yang mereka tekuni saat ini.

Berlangsungnya, situasi kebersamaan PSK Diskotik Super Nibung Raya, didasarkan pada berbagai faktor, antara lain faktor imitasi, sugesti, identifikasi dan kebutuhan. Faktor tersebut dapat bergerak sendiri – sendiri secara terpisah maupun dalam keadaan tergabung. Apabila masing – masing ditinjau secara lebih mendalam, maka faktor imitasi dan identifikasi memiliki peranan penting dalam proses interaksi sosial.

Menurut Gabriel Tarde dalam Soekamto (1990), imitasi merupakan tindakan meniru, mencontoh atau mengikuti. Seorang individu atau kelompok dalam melakukan interaksi sosial cenderung mengadopsi dan meniru tingkah laku individu atau kelompok lain. Misalnya saja seorang PSK, dalam melakukan interaksi sosial mereka cenderung meniru atau mengadopsi tingkah laku tertentu dari lingkungan mereka, seperti cara berbicara, berpakaian dan gejala metode yang sangat mudah menjalar, dipelajari dengan jalan imitasi.

keluarga, interaksi internal dan peran mucikari dalam interaksi sosial yang berlangsung dalam lingkungan mereka.

Melalui penelitian ini, akan digambarkan tentang kehidupan sosial, meliputi interaksi antar PSK di Diskotik Super, bagaimana mereka bergaul dan mengatasi persaingan yang semakin ketat dalam kehidupan malam dengan pasar internasional yang semakin terbuka lebar. Kemudian juga interaksi, yakni hubungan mereka dengan keluarga, ayah, ibu dan keluarga lainnya dalam konteks keberadaan mereka yang tentu bertentangan dengan norma agama, adat istiadat dan beragam hal lain yang terpelihara dengan baik dalam lingkungan kekeluargaan. Juga akan menggambarkan interaksi internal, sebagai bentuk pergaulan antar kelompok mereka sendiri, yang tidak saling mengenal secara mendalam hanya sekedar kenal saja tanpa melibatkan simpati atau empati dalam pergaulan tersebut. Berupaya juga menggambarkan peran mucikari, para perantara yang memiliki motif ekonomi dan juga motif seksual dalam mengambil keuntungan dari titik – titik tersebut.

Tabel III – 01 Jumlah Responden

No Uraian Jumlah Persentase (%)

1. 2. 3. PSK Mucikari / Perantara Pemasok 8 1 1 80.00 10.00 10.00 Jumlah 10 100.00

Sumber: Data Hasil Penelitian Lapangan Tahun 2007

Dari data yang diuraikan dalam tabel III – 01 di atas, bahwa responden yang paling banyak sebagai informan kunci dalam penelitian ini adalah PSK (Pekerja Seks Komersil) yakni sebanyak 8 orang (90.00%), kemudian mucikari perantara, yakni mereka yang hanya memiliki informasi tentang PSK di Diskotik Super, sekaligus menawarkan jasa mereka, salah satunya melalui tukang kusuk (message) yang dipergunakan jasanya oleh para PSK sebanyak 1 orang (10.00%) dan pemasok yang tingkatannya lebih tinggi dari perantara, yakni mereka yang tergolong memiliki PSK yang selama ini menjadi peliharaan mereka, sebanyak 1 orang (10.00%).

No PSK Mucikari Pemasok Usia 1. 2. 3. 4. 5. 16 tahun – 20 tahun 21 tahun – 25 tahun 26 tahun – 30 tahun 31 tahun – 35 tahun 36 tahun – 40 tahun 4 2 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 Jumlah 8 1 1

Sumber: Data Hasil Penelitian Lapangan Tahun 2007

Dari data di atas, pada tabel III – 02, menunjukkan dari segi usia, seluruh PSK yang menjadi informan kunci, sebanyak 4 orang (40.00%), 2 orang (20.00%) berusia 21 tahun – 25 tahun, berusia 16 tahun – 20 tahun. Perantara, 1 orang (10.00%) berusia 26 tahun – 30 tahun, dan sebanyak 1 orang (20.00%) berusia 31 tahun sampai 35 tahun, sulit untuk mendeskripsikan secara pasti usia informan ini, karena memang ia tidak mau menyebutkan secara pasti berapa usia saat ini, pemasok, dengan identitas kelamin waria, sebanyak 1 orang (20.00%) dengan usia menurut pengakuannya antara 26 tahun – 30 tahun.

1. 2. 3. Rp. 1 juta – 2 juta Rp. 2,1 juta – 3 juta > dari 3 juta 3 5 2 30.00 50.00 20.00 Jumlah 10 100.00

Sumber: Data Hasil Penelitian Lapangan Tahun 2007

Pendapatan menunjuk pada penghasilan yang diperoleh dari aktivitas yang mereka laksanakan di Diskotik Super, yakni pendapatan PSK, mucikari dan pemasok, secara umum sebagai berikut: 5 orang (50.00%), terdiri dari 2 PSK dan 1 mucikari, mengaku mendapat penghasilan perbulan sebesar Rp. 2,1 juta - 3 juta, 3 orang (30.00%) mengaku memiliki pendapatan sebesar Rp. 1 juta sampai dengan 2 juta, dan 2 orang PSK (20.00%) menyatakan memiliki pendapatan rata – rata setiap bulannya lebih besar dari 3 juta.

Gambaran data di atas menunjukkan bahwa besarnya penghasilan yang diterima PSK, mucikari dan pemasok cukup menjanjikan hingga mereka merasa memiliki penghasilan yang memadai. Akan tetapi pengakuan mereka tetap menunjukkan menginginkan pekerjaan tetap lainnya guna mendapatkan penghasilan tambahan sebagai wujud diri mereka secara utuh.

alasan mereka melakukan profesi seperti sekarang ini, dengan uraian sebagai berikut:

Tabel III – 04 Asal Mula Menjadi PSK

No Uraian Jumlah Persentase (%)

1. 2. 3. Coba – coba Terpaksa Kemauan sendiri 1 8 1 10.00 60.00 10.00 Jumlah 10 100.00

Sumber: Data Hasil Penelitian Lapangan Tahun 2007

Hasil temuan data tentang alasan menjadi PSK atau jaringan lain yang mereka tekuni saat ini, adalah sebagai berikut: sebanyak 8 orang responden (80.00%) menyebutkan dalam petikan wawancara yang berhasil penulis lakukan, mereka terpaksa masuk ke dunia profesi yang ditekuni saat ini, adapun petikan wawancara tersebut, adalah sebagai berikut:

dan memiliki anak”.

Gambaran data di atas, menunjukkan kepada kita bahwa kisah Mei Hua, salah seorang PSK yang mengaku menjalani profesi tersebut karena kehidupan rumah tangga yang ia jalani selama kurang lebih satu tahun dengan seorang pemuda yang tidak berasal dari warga Tionghoa, mendapat tantangan keras dari orang tuanya. Bahkan keluarganya tersebut memisahkan mereka dengan memenjarakan suaminya, karena tuduhan melarikan anak di bawah umur, karena pada waktu itu usianya memang masih belum genap 18 tahun. Akan tetapi, menurut pengakuan Mei, sapaan akrabnya ia tetap selektif dalam melayani tamu, tidak sembarangan dengan beragam pertimbangan yang memang sesuai dengan kriteria dirinya.

Sementara itu, 1 orang responden (20.00%) mengaku bahwa ia mulanya coba – coba, untuk memasuki dunia seperti sekarang ini, ajakan teman dan kebutuhan menjadi motif utama mereka, akhirnya menjadi seperti sekarang, demikian petikan wawancara dengan Bunga, sebutan nama yang ia berikan kepada saya ketika proses pengumpulan data penelitian ini berlangsung. Jelasnya petikan wawancara dengan responden mengenai hal tersebut:

dikucilkan”.

Permasalahan ini tentu berbeda dengan pengalaman Mei, diskotik mulanya dianggap tempat yang tepat untuk menjadi pelarian dari berbagai permasalahan keluarga. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya, biaya yang tidak sedikit dibutuhkan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan baru mereka, termasuk bagaimana mereka membiyai kebutuhan akan obat – obatan yang menjadi teman mereka guna menghalau pemberontakan batin, menjadi permasalahan tersendiri.

“Pertama kali ketika keperawanan kuserahkan, pada waktu itu aku dibayar Rp. 5 juta – an. Ada pemberontakan dalam bathinku, aku menangis sejadinya, membayangkan apa yang telah aku lakukan. Akan tetapi dalam perjalanan selanjuntya, dengan masukan dari teman – teman seprofesi dan nasehat untuk menjalani dan menerima apa yang sudah terjadi sebagai nasib, akhirnya aku tetap menjalankan profesi ini, tegas bunga”.

Gambaran tersebut di atas, pengalaman Bunga menjadi salah satu penyebab PSK belia, menentukan pilihan mereka menjalani profesi seperti sekarang ini. Pergaulan dan interaksi mereka menjadi alasan mengapa mereka menjalani profesi seperti sekarang, awalnya tidak menerima apa yang terjadi, tapi karena alasan sosial dan ekonomi dengan dukungan penuh dari teman – teman seprofesi menjadikan mereka dapat menerima keadaan tersebut.

Tabel III – 05

Keluarga Mengetahui Profesi Anda

No Uraian Jumlah Persentase (%)

1. 2. 3.

Tahu Tidak tahu Tidak mau tahu

1 8 1 10.00 80.00 10.00 Jumlah 10 100.00

Sumber: Data Hasil Penelitian Lapangan Tahun 2007

Data tentang interaksi antara PSK atau jaringan yang ada di dalamnya, sesuai dengan pendapat responden, menunjukkan: mayoritas mereka, yakni sebanyak 8 orang (80.00%) mengaku bahwa mereka tidak memberitahu secara terbuka kepada keluarga, orang tua dan hirarkhi keluarga lainnya tentang profesi yang mereka jalani saat ini. Berikut petikan wawancaranya, seperti di bawah ini:

Penggalan petikan wawancara ini, diakui secara terus terang oleh pemasok, yakni ia yang sering disapa Om oleh para pelanggan yang menjadikan pasokan waria ini sebagai pilihan utama ketika mereka membutuhkan teman mengobrol hingga sampai pada teman sesuai kebutuhan pada saat itu. Beban ekonomi mengalahkan faktor sosial, yang di dalamnya ada religi, adat istiadat dan norma yang ada di dalam masyarakat.

“Walaupun serapat – rapatnya kita menutupi kejelekan, akan tetapi tetap diketahui juga. Akhirnya keluarga saya tahu, apa yang saya kerjakan selama ini, omongan tetanggan menjadi ramai mencemooh dan merendahkan apa yang menjadi jalan hidup yang sudah aku pilih. Akan tetapi tetap ini menjadi kenyataan hidup yang harus aku terima. Aku yang tahu apa dan sampai kapan seperti ini”.

Kepasrahan dan kemenduaan dalam menanggapi apa yang terjadi dalam hidup mereka ini, diakui oleh Mei dan Bunga. Masyarakat menurut mereka menjadi barometer juga dalam bertindak dan berbuat. Tetap penekanan kepada upaya untuk membahagiakan orang tua menjadi prirotas mereka. Mereka merasa apapun pilihan hidup yang dijalani saat ini memiliki konsekuensi. Inilah yang harus diterima, akan tetapi tetap ada keinginan untuk menjalani kehidupan normal sebagaimana mereka sebelum ini.

mengenal tidak terlalu dalam, hanya sekedar memiliki kepentingan bersama sesuai profesi yang dijalankan. Dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel III – 05

Saling Mengenal Sesama PSK

No Uraian Jumlah Persentase (%)

1. 2. 3. Mengenal Kurang Mengenal Tidak Mengenal 2 7 1 20.00 70.00 10.00 Jumlah 10 100.00

Sumber: Data Hasil Penelitian Lapangan Tahun 2007

Bukti kebersamaan yang terjalin antar sesama PSK, dapat digambarkan dari tabel di atas, sebagai berikut: 7 orang responden (70.00%) mengaku bahwa mereka kurang mengenal antara satu dengan lainnya. Sifat pergaulan yang terbangun hanya jika ada kepentingan bersama, maka mereka akan saling memperhatikan, berikut petikan pengakuan mereka:

apa dan bagaimana hidup besok. Sampai kapan bisa bertahan ditengah persaingan yang semakin ketat, bahkan ditengah pasokan baru yang masih segar”.

Menunjukkan kepada kita bahwa pada dasarnya, pergaulan yang terbina secara internal dalam hubungan dengan sesama PSK, merupakan hubungan kepentingan. Bagaimana masing – masing mampu bertahan ditengah persaingan yang semakin ketat. Pengakuan Mei dan Bunga tentang ketatnya persaingan ini, sebagai berikut:

“Tidak jarang obral harga, biasanya kita punya standar tarif Rp. 250 ribu – 300 ribu short time loh, kalau long ya beda lagi. Tergantung kesepakatan, biasanya pembayaran setengah di depan baru sisanya menyusul. Ada juga yang terkadang menjatuhkan harga mereka, tetapi itu strategi masing - masing”.

Artinya, di dalam kehidupan persaingan bisnis, masing – masing PSK memiliki strategi tersendiri guna mendapatkan uang balas jasa dari kegiatan komersialiosasi tubuh yang dilakukan dengan mengeksploitasi seksualitas diri untuk kepuasan dan kebutuhan bersama. Kalau mereka menganggap harga yang dibayarkan untuk kebutuhan itu sesuai, ya sudah orang sama – sama enak kok, tegas Bunga, sambil tersenyum. Akan tetapi periksa kesehatan yang semakin mahal dan cuci vagina dengan desinfektan tertentu seharusnya menjadi pertimbangan dalam tarif, tegas Mei.

bermanfaat sebagai pelindung PSK yang memang menjadi peliharaan mereka selama ini.

“Tugas ku itu memastikan bahwa anak – anak ku tetap mendapatkan haknya. Bayaran sesuai dengan tarif ya paling tidak sesuai dengan negosiasi antar mereka. Kalau ada yang macam – macam ya sikat aja. ”.

Peran Mama, Mami, atau juga sebutan Om profsesi mucikari dalam jaringan PSK di Diskotik Super Nibung Raya, dimainkan oleh mucikari dan pemasok untuk melindungi kepentingan mereka dan kepentingan anak asuh yakni para PSK yang selam ini menjadi tanggung jawab mereka. Bahkan mereka juga tidak segan – segan untuk bertindak tegas karena keamanan yang mampu mereka berikan kepada para PSK menjadi penilain sendiri untuk kerja yang dilaksanakan.

Hal tersebut membuktikan bahwa dalam jaringan PSK, keamanan juga menjadi penekanan tersendiri baikpara pelaku, pebisnis tetap menginginkan investasi yang ia lakukan aman, PSK tetap mampu melaksanakan aktivitas profesional mereka, pelanggan membutuhkan pelayanan yang baik dalam memberikan dan memenuhi keinginannya. Mucikari dan pemasok tetap mampu memberikan apa yang menjadi kebutuhan pasar.

tetap nyaman dengan jasa pemuas syahwat tersebut, dan pada posisi PSK, mereka sebagai asset para mucikari untuk mendapatkan pengahasilan selama ini.

Dokumen terkait