GAMBARAN UMUM DISKOTIK SUPER
5. Jaringan PSK Diskotik Super Nibung Raya Medan
5.2. Pemilik Lokalisasi
Masing – masing unit atau sub unit sosial memiliki potensi sumber daya yang berbeda satu sama yang lain, seperti pemilik lokalisasi Diskotik Super Nibung Raya. Selain sebagai penyedia sarana fisik, dalam keberadaan mereka seperti yang ada dalam hubungan antar PSK menunjukkan pentingnya mereka dalam memberikan perlindungan keamaan dan kenyamaan (faktor psykhis).
Sumber daya yang tersedia tergantung pada spesifikasi kegiatan – kegiatan yang menjadi kewajiban / tugas masing – masing unit / subunit sosial yang bersangkutan, yang mana masing – masing dalam pikah seperti mucikari, penghubung, PSK dan bagian pemasaran memiliki kemampuan dan berupaya melaksanakan tugas mereka dengan maksimal, sesuai dengan tujuan mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut. Artinya di dalam masing –masing kegiatan terdapat potensi atau peluang untuk bisa mendatangkan sumber daya atau reward organisasitoris (penghasilan tambahan atau prestasi kerja) tertentu yang
kewajiban tugasnya untuk mendatangkan sumber daya atau reward – reward organisasitoris yang diinginkan. Dalam pemahaman yang sederhana, seorang ahli pemasaran yang dipercaya pengelola lokalisasi dengan kemampuan mengatur, mendatangkan, dan mencari pelanggan baru bagi tempat tersebut sebagai prestasi kerja yang akan dihargai dengan kenaikan upah mereka. Namun, tidak semua bagian dalam jaringan, termasuk di dalamnya mucikari bisa memanfaatkan peluang yang ada untuk memperoleh penghargaan dan berbagai fasilitas yang akan diberikan oleh pemiliki dan pengelola lokalisasi, yang disediakan untuk mereka sebagai upaya mempertahankan keberadaan mereka. Hanya mereka yang berada pada posisi – posisi tertentu pada masing – masing subunit / unit sosial yang berhubungan langsung dengan atau mempunyai akses dan kontrol terhadap penguasaan kegiatan - kegiatan yang mampu mendatangkan reward atau sumber daya tersebut. Oleh karena itu, bagi mereka yang tidak menduduki posisi – posisi tersebut, posisi tang dimaksud seperti yang digambarkan dalam jaringan kerja PSK, mereka sebagai pemodal, perantara, mucikari, bahkan PSK sendiri
dalamnya pengguna jasa PSK yang ketika kemampuan kerja mucikari, penyedia dan bagian pemasaran mampu menunjukkan kerja secara maksimal melalui ketersediaan PSK sesuai keinginan dan kemauan pasar pelanggan.
Pemilik lokalisasi, dalam hal ini berperan sebagai pemegang tempat untuk bertemu dengan para PSK, hingga secara ekonomis menguntungkan dirinya atau kelompok pemegang saham di dalamnya. Semakin lengkap fasilitas yang disediakan pemiliki lokalisasi, seperti penginapan yang bersih, harga yang terjangkau, fasilitas air dan kamar mandi yang nyaman berdasarkan standar penginapan akan semakin memberikan keuntungan kepada pemiliki lokalisasi. Kemudian pemiliki lokalisasi juga memiliki kemampuan untuk mampu menyiapkan PSK sesuai dengan keinginan para pelanggan mereka selama ini, mulai dari usia, atau dalam istilah dunia prostitusi daun muda yang cukup digemari untuk komsumsi seksualitas dengan bodi yang ketat dan belum banyak terjamah laki – laki penggunanya.
dengan pelacur yang ada dan melaksanakan profesi mereka. Gambaran tugas mereka seperti yang berhasil peneliti dapat adalah sebagai berikut:
“Tugas kami hanya menghubungkan dengan memberikan dan menyediakan kebutuhan pelanggan, sesuai dengan gambaran pelacur yang mereka butuhkan. Medianya bukan foto, akan tetapi langsung bertatap muka dengan pelanggan, yang selanjutnya akan disesuaikan dengan permintaan mereka. Keuntungan yang dapat diperoleh, dalam hal ini sebagai perantara, kami dapat menggambarkan calon pelanggan tersebut kepada PSK yang menjadi perantara mereka”.
Masing – masing pelanggan keinginan dan berbeda antara satu dengan lainnya, akan tetapi standar mereka tetap pada kebutuhan dan keinginan pemenuhan hasrat seksual, berusaha mendapatkan PSK yang memiliki keadaan gambaran mereka. Sementara itu, kondisi yang ada, akses, dan kontrol terhadap PSK bernilai atau tidak bernilai (menurut pandangan subjektif para anggota yang bersangkutan) menunjukkan suatu pola bahwa posisi struktural, seperti layaknya posisi seorang pimpinan dalam perusahaan, dimana masing – masing bagian dalam jaringan PSK mampu memahami tugas mereka, seorang perantara PSK dalam jaringan sangat menentukan askes dan kontrol terhadap pelanggan. Posisi struktural yang relatif lebih tinggi mempunyai akses
perusahaan, PSK tetap memiliki kebebasan dalam menjalankan aktivitas mereka, dan tidak ada hak langsung dari pemiliki lokalisasi misalnya untuk mengeluarkan seorang PSK dari tempatnya, selama ia memberikan keuntungan bagi lokalisasi. Kondisi ini menyebabkan kontak – kontak sosial (kontak personal) menjadi penting dalam tindakan – tindakan instrumental yang dilakukan seseorang. Kontak – kontak yang dituju adalah sebuah kontak sosial yang mampu menyedikan atau memberikan pengaruh dan informasi dalam rangka pencapaian kepentinga – kepentingan yang dinginkan oleh aktor – aktor yang bersangkutan. Dalam usahanya tersebut, tersebut mereka mengaktifkan hubungan – hubungan emosi dan hubungan – hubungan power. Artinya mereka memodifikasi atau memanipulasi hubungan – hubungan emosi dan hubungan power, yang tidak menunutup kemungkinan untukmenbina hubungan hubangan sosial dengan para aktor dari unut – unit lain guna mendapatkan sumber daya – sumber daya yang tersedia itu.
tersebut, tanpa disadari membentuk pengelompokan – pengelompokan sosial atau jaringan – jaringan tertentu, yang pada akhirnya melahirkan suatu strukrur sosial atau logopka situasional tertentu pula yang berlaku sebagai pedoman dalam berinteraksi antar anggotanya atau sebagai hukum kuasi jaringan, yang akhirnya membatasi atau memberikan ketidakleluasaan – ketidakleluasaan bagi para anggotanya dalam bertidak dan bersikap.
Peran bagian pemasaran dalam aktivitas seksual di Disekotik Super Nibung Raya menunjukkan pola yang menghubungkan kepentingan antar berbagai pihak. Tujuannya tetap melindungi dan memenuhi kebutuhan pasokan sesuai dengan permintaan. Media promosi yang biasa dilakukan oleh pihak pemasaran biasanya dilaksanakan dalam rangka melaksanakan aktivitas dan kegiatan yang berhubungan dengan upaya memperkenalkan distribusi baru. Ketersediaan PSK di Diskotik Super Nibung Raya, kebanyakan berasal dari Pulau Jawa, alasan paling utama yang menjurus pada upaya dan perdangan manusia ini biasanya para perempuan yang rata – rata dengan
bagi para pelanggan. Setelah didapatkan dari berbagai daerah di Pulau Jawa biasanya para perempuan muda tersebut ditempatkan di sebuah rumah, dijanjikan terus dengan berbagai pekerjaan dengan penghasilan memadai, hal ini dilakukan berbulan – bulan ketika mereka hendak keluar, mereka disuruh untuk membayar berbagai fasilitas yang selama ini mereka gunaka, seperti makan, listrik, air dan lain sebagainya, selama mereka ditempatkan tersebut. Karena para perempuan tersebut tidak memiliki uang, maka mereka dipaksa untuk melakukan pelacuran dengan berbagai tekanan fsikhis yang diberikan kepada mereka. Selain mencari secara aktif dalam upaya menyediakan PSK bagi para pelanggan, bagian pemasaran juga biasanya menerima perempuan muda tersebut yang karena alasan dijual oleh pacarnya, karena malas bekerja dan lain sebagainya. Dengan ketersediaan stok PSK baru bagian pemasaran biasanya menggelar pesta bagi pelanggan dan berupaya menarik simpati pelanggan dalam jumlah yang lebih banyak, dengan pajangan wanita muda yang mereka berhasil dapatkan.
seorang pria keturunan Tionghoa, usia berkisar 30 tahun, ia menceritakan mulanya ia menjadi pengguna PSK karena ajakan teman.
“Biasanya kami kumpul bersama teman – teman, secara spontan salah seorang dari mereka memiliki ide untuk menggunakan berbagai jasa PSK, tentu sesuai dengan kemampuan keuangan mereka saat itu. William, atau bisanya ia juga dipanggil Ko Amin lebih suka memakai jasa PSK dengan waktu dan tariff short-time dari pada long – time”.
Alasan utama dari pemilihan waktu yang pendek dalam bahasa komersial dikalangan PSK disebut short – time selain tarifnya lebih murah, juga tidak membosankan dalam aktivitas seksual tersebut. Biasanya menurut Ko Amin, untuk tarif short – time, ia mengeluarkan uang berkisar antara Rp. 50 ribu sampai 100 ribu.
“Short – time lebih enak dari long – time selain lebih murah kita juga tidak bosan. Kalau sudah siap ya sudah kita bisa langsung ke luar dari kamar”.
Dari pengalaman Ko Amin, menurut pengakuannya, ia tidak pernah lebih dari tiga kali memakai PSK yang sama, tapi dalam jangka waktu yang berselang cukup lama. Alasannya cukup sederhana, karena ia merasa puas dengan pelayanan dan kemampuan permainan seksualitas yang mampu diberikan kepada dirinya. Umur PSK yang pernah ia pakai dalam kurun
menggunakan jasa PSK karena ia merasa sedih dan ketika banyak fikiran dalam pekerjaan.
Dari beberapa pengalaman pengguna jasa PSK, salah satu pengalaman Ardi menjadi menarik. Seorang karyawan swasta yang baru pertama sekali mencoba jasa PSK. Dengan ditemani temannya yang sudah biasa menggunakan jasa PSK (pengalaman di Diskotik Super Nibung Raya), pemesanan kamar (check in) sudah dilakukan dan perantara sudah memanggil seorang PSK untuk menemaninya, dengan perjanjian harga Rp. 150 ribu. Ketika sudah berdua dengan PSK di kamar yang ia sudah pesan, ia menuturkan:
“PSK yang sudah saya pilih membuka satu persatu pakaiannya, mulai dari baju dan rok mini yang ia gunakan, perlahan ia mendekati aku. Sentuhan – sentuhan kecil mulai dilakukan oleh PSK tersebut tuturnya, pagutan kecil dengan sesekali sentuhan kealat kelamin, membuat aku puas. Hingga tanpa disadari sebelum tindakan lebih jauh, hanya dengan elusan dan dipegang – pegang saja yang dilakukan PSK tersebut aku udah nembak duluan. Gak kepikiran lagi untuk melakukan kegiatan dan kontak seksual sampai pada penetrasi penis ke dalam vagina tuturnya ringan. Aku kan gak gunakan jasanya sampai sejauh perjanjian yang ada, maka dibayar Rp. 50 ribu sudah paslah, pikir karyawan ini”.
sebesar Rp. 50 ribu tidak sesuai dengan perjanjian awal. PSK tersebut merasa tidak terima dengan pembayaran yang diberikan, kareka ia merasa sudah melaksanakan tugasnya walaupun tidak sampai penetrasi, dengan meminta bayaran sesuai dengan perjanjian semula. Adu mulut antara Ardi dengan PSK tersebut tidak dapat dielakkan, sampai kejadian kejar – kejaran antara dirinya dengan PSK tersebut sampai ke area parkir, dengan pakaian yang dikenakan PSK tersebut belum sempurna menutup payudaranya. Dengan reflesitas tinggi, teman Ardi yang menunggu dirinya di dalam mobil yang mereka gunakan langsung menghidupkan mobil inventaris kantor tersebut dan langsung tancap gas dari area parkir tersebut.
Dari dua keadaan yang tergambar dan terekam dalam penelitian ini menunjukkan tentang hubungan pelanggan dan PSK sebagai hubungan antara pengguna dan penyedia jasa, dalam kaitan dengan kemampuan bayar yang dimiliki pada pelanggan tersebut. Jika terjadi dialog antara pelanggan dan PSK hanya sebatas percapan yang sambil lalu dan tidak dapat diandalkan kebenarannya, kareka masing – masing pihak menutup status dan informasi pribadi mereka. Sebagai upaya menjaga kerahasiaan dan keamanan dalam
orang terdekat mereka, seperti istri, pacar dan berbagai pihak lain yang memiliki keterkaitan dengan pengguna jasa PSK tersebut.
1. Kesimpulan
a. Pelacuran muncul sebagai akibat adanya kelas sosial dalam masyarakat, menunjukkan adanya dominasi ekonomi kuat dan lemah, hingga mereka mampu memelihara perempuan lebih dari satu. Prostistusi dengan komersialisasi tubuh wanita secara besar – besaran terjadi dalam masa pendudukan Jepang, melalui pengumpulan perempuan ekonomi kelas bawah dalam satu tempat untuk meladeni nafsu tentara tersebut. Setelah merdeka, sebagai dari akibat jangka panjang dengan ekonomi yang sulit, pearturan tidak menentu, pelacuran menjadi profesi yang hampir kita temukan di berbagai kota. Baik yang resmi diatur oleh pemerintah atau juga yang tumbuh liar diberbagai sudut kota dan di inti kota.
b. Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas – aktivitas sosial, dinamis, menyangkut hubungan antar orang perorangan, kelompok, atau antar perorangan dan kelompok itu, saling mempengaruhi antar individu. Dibedakan dalam dua situasi sosial, yaitu situasi kebersamaan, dan situasi kelompok sosial. Situasi kebersamaan ini memunculkan jaringan sosial dengan kepentingan dan tujuan bersama untuk diciptakan dalam rangkaian
merupakan suatu jaringan tipe khusus, dimana ‘ikatan’yang mengubungkan antar bagian, sebagai kesatuan yang saling mengikat. Berpijak pada jenis ikatan ini, maka secara langsung atau tidak langsung yang menjadi anggota suatu jaringan sosial adalah manusia (PSK), dengan aktivitas komersialisasi seks, sebagai bagian dari jasa yang ditawarkan kepada para pelanggan.
d. Mucikari, dalam jaringan PSK di Diskotik Super Nibung Raya, beperan sebagai perantara antar PSK dengan pelanggan, yang masing – masing memainkan peran aktif mereka dalam melindungi dan sekaligus memberikan pertimbangan terhadap aktivitas jasa seks yang akan diberikan kepada pelanggan, tujuannya agar mampu memberikan rasa aman kepada para PSK yang menjadi lindungan mereka.
e. Tanda – tanda PSK di Diskotik Super Nibung Raya, wanita dengan usia relatif muda, bertingkah cukup energik diantara para pengunjung, relatif menggunakan pakaian minim, dan memiliki akses mudah untuk masuk ke dalam diskotik. Selain itu mereka biasanya bertempat tinggal tidak jauh dari area keberadaan diskotik.
komersial yang terjadi diantara mereka, guna mendapatkan pelanggan yang ingin memakai jasa mereka tersebut.
2. Saran – saran
Bertolak dari hasil penelitian yang diperoleh pada penelitian ini, saran – saran penelitian yang dikemukakan dianggap penting baik untuk penelitian antropologi dalam melihat keberadaan jaringan PSK di Diskotik Super Nibung Raya, sebagai fakta sosial, serta sebagai masukan bagi masyarakat dalam menyikapi keberadaan tempat tersebut, adalah sebagai berikut di bawah ini: 1. Untuk kepentingan penelitian tentang jaringan PSK sebagai fakta sosial di
Diskotik Super Nibung Raya ini, baru studi yang hanya menganalisis pada aspek peranan di masing – masing bagian dalam jaringan. Hanya menekankan pada aspek secara umum sesuai peran dan tugas mereka. Masih banyak dimensi lainnya yang dapat mempengaruhi perilaku dan sikap, serta dampak ikutan yang terjadi dalam pelbagai interaksi sosial mereka di luar lingkungan jaringan tersebut. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, penelitian tentang jaringan PSK di Diskotik Super Nibung Raya, perlu dilakukan lagi dengan
hiburan di Kota Medan.
2. Untuk kepentingan Ilmu Antropologi, melihat hasil penelitian ini, menunjukkan dibutuhkan pemahaman yang menyeluruh di dalam melihat aspek keberaan PSK yang dalam catatan sejarah di Indonesia memang ada, karena terjadinya jurang pemisah ekonomi antara masyarakat kelas atas dengan masyarakat kelas bawah. Dibutuhkan upaya nyata dalam merespon secara positif keberadaan kelas – kelas di dalam masyarakat yang secara ekonomi hendaknya dibina dan diberdayakan lebih baik, agar tidak menjadikan prostitusi sebagai pilihan dari beragam pilihan ekonomi, sosial, budaya, dan hukum, yang melingkupi ruang interaksi secara luas. Peran serta masyarakat, ulama, atau pemuka agama, pemuka adat, aparatur pemerintah, setidaknya harus mampu melihat keberadaan seks komersil sebagai keadaan yang akan menggangu dan berdampak pada harmonisasi kehidupan masyarakat di Kota Medan.
Bagi pengelola Diskotik Super Nibung Raya, untuk kepentingan operasional, agar kiranya mampu secara terbuka memberikan informasi kepada para pengujung tentang pilihan – pilihan pelayanan yang mungkin dapat di peroleh sesuai dengan
seksualitas dengan tidak hanya mencari keuntungan sesaat dan bersifat individual akan menjadi lebih berguna dalam menata sistem sosial dan profesionalitas kerja di dalam pelaksanaan aktivitas mereka.
Al-Ghifari, 2007, Hamil di Luar Nikah Aib Atau Trend, Jakarta : Mujahit Press Anoraga, Pandji, 2005, Psikologi Bekerja, Jakarta: Rineka Cipta.
Conyers, Diana, dialihbahasakan oleh Susetiawan SU dan Affan Gafar, 1994,
Perencanaan Sosial di Dunia Ketiga, YogyakartaUniversitas Gajah Mada Press.
Eza Zarni, Alumni Antropologi USU, 1994, Wanita Tuna Susila (WTS) di Sarana Rehabilitasi Sosial (Studi Kasus Sarana Rehabilitasi Wanita ’Parawasa’ Brastagi Provinsi Sumatera Utara. (Tidak dipublikasikan)
G.H. Erikson dan T.A. Nosamchuck, 1998, Metode Penelitian, Yogyakarta : Lukman Ofsset.
Koentjaraningrat, 1990, Pengantar Ilmu Antropologi, Jakarta : Rineka Cipta. Kriyantono, Rachmat, 2007, Teknik Praktis Riset, Jakarta : Kencana
Murray, J. Allison, 1995, Pedagang Jalanan dan Pelacur Jakarta: Sebuah Kajian Antropologi Sosial, Jakarta: LP-3 ES.
Nawawi, Hadari, 1999, Metode Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Soekanto, Soerjono, 2001, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.
Soemardika, 1986, Mengenal Dari Dekat Sarana Rehabilitasi Wanita ’Silih Asih’,
Cirebon, Palimanan.
T.O. Ihromi, 1980, Pokok-pokok Antropologi Budaya, Jakarta: PT. Gramedia.
Tjahjo Poernama dan Ashadi Siregar, 1995, Dolly Membelah Dunia Pelacuran Surabaya: Kasus Kompleks Pelacuran Dolly, Jakarta : Grafiti Press.
beritasore.com/2007/08/15
Indrawan WS, Kamus Umum Lengkap Bahasa Indonesia, Lintas Media, Jombang, 2006.
www.pramuria.net/humor/article-2004-08-34381.php-wk www.kapanlagi.com/h/oooo185152.html - sik
http://islamlib.com/id/index.php?page=comment&art_id www.pikiran-rakyat.com/cetak2007/129/lainnya02.htm
Interview Guide:
Sebagai rujukan dalam pelaksanaan penelitian di Diskotik Super Nibung Raya, dalam melihat aktivitas dan geliat seks komersial, dengan melibatkan jaringan yang saling mendukung dalam pelaksanaan kegiatan tersebut.
I. Untuk PSK
1. Kenapa memilih profesi menjadi PSK? 2. Bagaimana cerinta awal menjadi PSK?
3. Bagaimana tanggapan terhadap profesi sebagai PSK yang dijalani sekarang?
4. Sampai kapan akan menjadi PSK?
5. Apa harapan untuk kehidupan mendatang?
6. Bagaimana peran mucikari dalam pelaksanaan kegiatan transaksi seksualitas?
7. Bagaimana peran pemilik diskotik dalam pelaksanaan profesi sebagai PSK?
8. Bagaimana hubungan yang terbangun antar sesama PSK?
9. Apakah dilakukan penetapan tarif tertentu bagi para pelanggan jasa seks komersil yang mereka terima?
10.Pertimbangan apa yang dikedepankan dalam menerima tawaran jasa seks komersial?
11.Apakah lebih mengutamakan chec in atau chec out dalam melaksanakan aktivitas jasa seks yang dilakukan selama ini?
II. Untuk Pengunjung
1. Kenapa suka memakai jasa PSK untuk menyalurkan keinginan seksualitas?
2. Sudah berapa lama menggunakan jasa PSK?
3. Adakah pertimbangan tertentu dalam memilih lokalisasi atau pub and bar
dalam memenuhi keinginanan seksualitas dengan PSK?
4. Biasanya menggunakan jasa PSK dalam bentuk long time atau shortime? 5. Bagaimana tarif dalam penggunaan jasa PSK?
6. Rata – rata berapa umur PSK yang disukai?
7. Rata – rata berapa kali menggunakan 1 PSK yang sama dalam memberikan layanan seksualitas?
8. Apakah menjadi pelanggan tetap pengguna jasa PSK? 9. Apakah memiliki PSK pavorit?
Nama Responden:
Tidak ada status jelas yang diberikan oleh PSK dan pengunjung dalam pelaksanaan penelitian yang saya lakukan, nama dan identitas yang ada dan dituliskan dalam penelitian ini, menurut mereka hanya sebagai nama samaran atau nama malam yang dikenal antar mereka selama melaksanakan aktivitas seks komersial. Dari data dan hasil observasi ini adalah sebagai berikut:
No Nama Usia Pekerjaan Keterangan
1 Ko Amin ± 30 tahun Karyawan Swasta Pelanggan jasa PSK sudah selama 10 tahun, sejak tahun 1998 sampai sekarang, mulanya iseng saja sampai sekarang tidak bisa menghentikan kebiasaan tersebut.
2 Cokro ± 41 tahun Karyawan Swasta Pelanggan jasa PSK, sudah selama 12 tahun.
Tidak memiliki keinginan yang macam
– macam dalam aktivitas seksual dengan PSK, biasanya mencari PSK yang biasa saja, tidak terlalu
banyak diminati pelanggan, salah satunya dalam upaya menjaga kemungkinan penularan HIV / AIDS. 3 Dedy ± 40 tahun Karyawan Swasta Pelanggan jasa PSK,
lama menjadi pelanggan 12 tahun,
jasa PSK ketika ingin melaksanakan dan menyalurkan hasrat seksualitas.
4 Bunga ± 25 tahun PSK Alasan menjadi PSK
karena sakit hati atas perlakuan orang tuanya, yang memenjarakan
suaminya karena bukan orang Tionghoa. Atas desakan dan kebutuhan
ekonomi juga menjalankan profesi menjadi PSK selama 9 tahun. Tidak memiliki fantasi seksualitas yang berlebihan tehadap pelanggan hanya sekedar menjalankan profesi yang sudah ia tekuni selama ini.
5 Meihuwa ± 21 tahun PSK Menjalani profesi
menjadi PSK karena kurangnya eknomi keluarga, hingga ia merasa tidak iri dan berkecil hati terhadap keadaan lingkungan di sekitarnya. Terutama di antara etnis Tionghoa,
yang menjadikan ekonomi sebagai simbol kejayaan dan kemakmuran.
Menjalani profesi menjadi PSK selama 4 tahun, dan berganti dari satu pub ke pub
Medan. Dengan tarif bervariasi sesuai dengan kemampuan negosiasi. Yang menarik dari sosok
Meihua adalah
kemampaun ia berdagang yang tetap
dijalankan dengan para pelanggan atau juga para PSK, terutama menjual bra (BH) dan celana dalam wanita
(underwear) dengan merek luar negeri.
6 Popy ± 20 tahun PSK Menjadi PSK karena
dijual oleh pacarnya sendiri. Karena perasaan sakit hati, frustasi, dan dibuang dari keluarga, sampai sekarang Popy masih memilih menjadi PSK. Sudah menjadi PSK selama 3 tahun. Keinginan yang paling kuat di dalam dirinya saat ini, mendapatkan lelaki yang mau bertanggung jawab terhadap hidupnya, dan membina rumah tangga dengan penerimaan apa adanya tentang masa lalu yang ia jalani. Ia berasal dari salah satu daerah di Pulau Jawa (ia tidak mau menunjukkan dengan pasti asal daerah).
7 Eka ± 24 tahun PSK Menjadi PSK selama 7 tahun, alasan utama ia menjadi PSK karena tuntutan dan keadaan ekonomi keluarga dengan kurangnya kasih sayang yang ia dapatkan selama ini di
dalam keluarga. Motivasi menjadi PSK
yang terbesar sebagai obsesi dirinya adalah mampu mensejajarkan kehidupan keluaganya yang broken akibat perceraian kedua orang tuanya.
8 Wiwit ± 20 tahun – 40
tahun
Mucikari Mucikari sebagai
perantara antara PSK dan pelanggan yang akan menggunakan jasa mereka, biasanya dalam jaringan di Diskotik Super Nibung Raya, adalah karyawan dalam lingkungan kerja mereka. Dengan jumlah 5 – 7 orang mucikari dalam sekali pergantian jam kerja. Sumber: Hasil interview dan observasi, tahun 2008