• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemiskinan Petani Tanaman Pangan

Kemiskinan petani tanaman pangan dalam penelitian ini difokuskan pada perbedaan-perbedaan geografis untuk memberikan gambaran luas mengenai variasi kemiskinan petani tanaman pangan berdasarkan geografis, termasuk tingginya variasi kemiskinan di dalam wilayah. Data kemiskinan petani tanaman pangan yang digunakan di setiap kecamatan adalah data kemiskinan mikro PPLS. Penggunaan data kemiskinan mikro dipilih karena keterbatasan dari data kemiskinan makro yang hanya mampu menyajikan data kemiskinan petani tanaman pangan sampai kabupaten/kota. Sedangkan unit analisis dalam pembahasan penelitian ini adalah data kemiskinan petani tanaman pangan di kecamatan. Data kemiskinan makro biasanya digunakan untuk geographical targeting sedangkan kemiskinan mikro lebih banyak digunakan untuk keperluan household targeting seperti social protection. Perbandingan kemiskinan makro dan kemiskinan mikro disajikan pada Tabel 3, yang membandingkan jumlah penduduk pada sepuluh persen kelompok kesejahteraan terbawah/desil 1 hasil estimasi pengeluaran konsumsi terbawah rumah tangga hasil PPLS 2011 dengan jumlah penduduk miskin dari data Susenas 2011.

Keberadaan sebagian besar rumah tangga miskin yang tinggal di daerah perdesaan menunjukkan bahwa kemiskinan di Indonesia masih merupakan fenomena perdesaan. Keluarga miskin masih terkonsentrasi di sektor pertanian, karena sektor pertanian khususnya tanaman pangan masih menyerap tenaga kerja dari mayoritas kepala rumah tangga miskin. Tabel 4 menyajikan jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja menurut jenis lapangan usaha. Sebagian besar penduduk bekerja di lapangan usaha pertanian, khususnya pada pertanian tanaman padi dan palawija (BPS 2012). Pada kelompok desil 1 yang merupakan penduduk miskin, jumlah penduduk terbesar bekerja di sektor pertanian tanaman pangan. Semakin tinggi kelompok kesejahteraan masyarakat, maka akan semakin rendah persentase penduduk yang bekerja di sektor pertanian. Dalam kelompok desil 1 penduduk yang bekerja di sektor pertanian tanaman padi dan palawija mencapai 39,36 persen, dan menurun pada kelompok desil 2 yang hanya mencapai 33,70 persen. Sebaliknya, pada beberapa sektor lainnya semakin tinggi tingkat kesejahteraan maka akan semakin besar persentasenya seperti sektor industri, perdagangan, keuangan dan asuransi, jasa kemasyarakatan, dan lainnya.

Kemiskinan petani tanaman pangan dapat disebabkan oleh banyak faktor. Penelitian ini menguraikan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengurangan kemiskinan petani tanaman pangan di setiap kecamatan. Bukan hanya pengaruhnya terhadap kemiskinan petani tanaman pangan saja, faktor-faktor tersebut juga akan diuraikan pengaruhnya terhadap pengurangan pada kemiskinan total penduduk di suatu wilayah sebagai pembanding. Hal ini perlu dilakukan karena faktor yang tidak berpengaruh terhadap terhadap kemiskinan petani tanaman pangan, mempunyai kemungkinan bisa berpengaruh terhadap kemiskinan penduduk secara umum di wilayah tersebut.

Kondisi Wilayah Provinsi Jambi

Provinsi Jambi terdiri dari sebelas kabupaten/kota, 138 kecamatan, dan 1.551 desa/kelurahan dengan luas wilayah 53.435 km2, dengan daratan 50.160 km2 dan perairan 3.274.95 km2. Provinsi ini berbatasan dengan provinsi Riau dan kepulauan Riau di wilayah Utara, provinsi Sumatera Selatan di wilayah Selatan, Provinsi Sumatera Barat dan Bengkulu di wilayah Barat dan Laut Cina Selatan di Timur. Komoditas pangan bukan merupakan komoditas unggulan di Provinsi Jambi. Komoditas unggulan Provinsi Jambi antara lain karet, kelapa sawit, dan kelapa lebih banyak mendapatkan perhatian dari pemerintah daerahnya

Tabel 3 Perbandingan jumlah penduduk miskin menurut data Susenas 2011 dan PPLS 2001 Provinsi Miskin (Susenas 2011) Desil 1 (PPLS 2011) Aceh 895.009 801.302 Sumatera Utara 1.481.519 1.554.914 Sumatera Barat 442.170 468.056 Riau 482.092 418.840 Jambi 272.720 262.596 Sumatera Selatan 1.074.935 889.743 Bengkulu 303.688 258.423 Lampung 1.298.869 1.252.585 Bangka Belitung 72.080 62.934 Kepulauan Riau 129.573 78.763 DKI Jakarta 363.437 478.141 Jawa Barat 4.648.864 4.927.835 Jawa Tengah 5.097.064 5.311.175 DI Yogyakarta 560.943 561.343 Jawa Timur 5.369.920 5.311.175 Banten 690.533 763.715 Bali 166.256 221.560 NTB 894.895 865.354 NTT 1.013.135 970.482 Kalimantan Barat 380.178 399.520 Kalimantan Tengah 146.940 124.666 Kalimantan Selatan 194.663 202.395 Kalimantan Timur 247.953 285.576 Sulawesi Utara 194.963 222.173 Sulawesi Tengah 423.727 426.049 Sulawesi Selatan 833.064 828.973 Sulawesi Tenggara 330.086 327.991 Gorontalo 198.318 157.679 Sulawesi Barat 164.900 157.320 Maluku 360.463 342.283 Maluku Utara 97.343 96.207 Papua Barat 249.958 255.314 Papua 945.181 1.156.224 Indonesia 30.025.441 30.304.806

Jumlah rumah tangga petani tanaman pangan di Provinsi Jambi sebanyak 133.985 dengan rata-rata luas tanam 5.189 m2 (BPS, 2013b). Jumlah ini masih didominasi oleh petani tanaman padi sawah. Namun, selama sepuluh tahun terakhir ini, telah terjadi penurunan luas lahan pertanian sawah yang diiringi dengan penurunan jumlah rumah tangga subsektor tanaman pangan pada tahun yang sama (Gambar 12). Hal ini berbeda dengan subsektor perkebunan khususnya karet dan sawit yang mengalami peningkatan dan cenderung mendominasi. Persentase luas tanaman tahunan karet tertinggi ada di Kabupaten Sarolangun dan Tebo. Sedangkan persentase luas tanaman sawit tertinggi ada di Kota Jambi, Muaro Jambi dan Tanjung Jabung Barat.

Luas panen padi sawah tertinggi terdapat di Kabupaten Kerinci dan Tanjung Jabung Timur (Tabel 5). Namun di kedua kabupaten tersebut, tingginya luas panen tidak diikuti dengan besarnya penerimaan petani, karena rata-rata pendapatan rumah tangga petani justru memiliki nilai terendah dibandingkan Tabel 4 Jumlah dan persentase penduduk PPLS berusia 15 tahun ke atas

menurut lapangan usaha dan status kesejahteraannya

Lapangan usaha utama Kelompok

Desil 1 Desil 2 Desil 3

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Pertanian tanaman padi dan palawija 4.793.981 39,36 3.911.006 36,92 3.344.570 33,70 Hortikultura 316.285 2,60 256.920 2,42 224.856 2,27 Perkebunan 1.483.301 12,18 1.295.216 12,23 1.199.521 12,09 Perikanan tangkap 286.829 2,36 214.568 2,03 182.019 1,83 Perikanan budidaya 53.825 0,44 42.657 0,40 40.125 0,40 Peternakan 373.869 3,07 315.022 2,97 275.332 2,77 Kehutanan dan pertanian

lainnya

191.855 1,58 133.360 1,26 109.292 1,10

Pertambangan/penggalian 106.963 0,88 101.380 0,96 101.831 1,03 Industri pengolahan 948.697 7,79 905.820 8,55 889.146 8,96 Listrik dan gas 14.311 0,12 15.175 0,14 17.494 0,18 Bangunan/konstruksi 876.427 7,20 783.994 7,40 749.362 7,55 Perdagangan 877.510 7,21 911.363 8,60 1.019.890 10,28 Hotel dan rumah makan 85.201 0,70 80.962 0,76 86.358 0,87 Transportasi dan pergudangan 321.971 2,64 310.373 2,93 317.735 3,20 Informasi dan komunikasi 8.589 0,07 9.608 0,09 11.793 0,12

Keuangan dan asuransi 9.123 0,07 10.677 0,10 13.748 0,14 Jasa pendidikan 35.007 0,29 40.556 0,38 54.110 0,55 Jasa kesehatan, 11.415 0,09 12.751 0,12 16.004 0,16 kemasyaratan, dan pemerintahan 737.415 6,06 707.085 6,67 736.560 7,42 lainnya 645.861 5,30 535.690 5,06 534.140 5,38 TOTAL 12.178.435 100,00 10.593.653 100,00 9.923.886 100,00 Sumber: BPS 2012

rumah tangga petani di kabupaten lain. Persentase pendapatan rumah tangga petani di Kabupaten Kerinci dan Tanjung Jabung Timur yang berasal dari usaha sektor pertanian hanya 50 persen dari total pendapatan ditunjukkan pada Gambar 13, nilainya pun jauh lebih rendah dibanding pendapatan rumah tangga petani di kabupaten lain. Berbeda dengan Kabupaten Merangin yang memiliki luas panen padi sawah cukup tinggi tetapi mempunyai sumber penerimaan dari usaha pertanian lebih tinggi dari dua kabupaten tersebut. Di Kota Jambi dan Sungai Penuh, yang bukan merupakan sentra produksi pertanian, rumah tangga petani lebih dominan menjadi buruh luar pertanian.

Tabel 5 Luas panen, produksi dan produktivitas padi menurut kabupaten/kota di Provinsi Jambi 2014

Kabupaten

Padi Sawah Padi Ladang

Luas Panen (ha) Prod (ton) Luas Panen (ha) Prod(ton)

Kerinci 28.133 158.640 594 1.582 Merangin 12.103 57.498 4.381 14.075 Sarolangun 7.124 33.965 7.569 24.085 Batang Hari 7.681 37.599 343 1.031 Muaro Jambi 10.150 47.510 429 1.370 Tanjab Timur 26.109 105.350 3 9 Tanjab Barat 8.403 32.730 2.631 8.540 Tebo 4.386 21.464 5.732 18.459 Bungo 8.192 40.903 2.586 8.185 Kota Jambi 1.361 6.252 - - - Sungai Penuh 8.080 45.473 - - Jumlah/ Total 121.722 587.384 24.268 77.336 Sumber : BPS 2013

Gambar 12 Perbandingan jumlah rumah tangga pertanian di Provinsi Jambi menurut subsektor Tahun 2003 dan 2013

Kemiskinan petani tanaman pangan yang tinggi berada di bagian Barat tepatnya di Kabupaten Kerinci dan Merangin, dan satu kecamatan di Tanjung Jabung Timur (Gambar Gambar 14) yang memang memiliki luas panen padi yang tinggi. Luas panen padi di kabupaten lainnya memang relatif tidak tinggi, karena lahan lebih banyak dimanfaatkan untuk tanaman sawit dan karet. Dari total penduduk di

beberapa kecamatan dalam kabupaten tersebut, terdapat lebih dari 50 persen kepala rumah tangga yang bekerja di sektor pertanian tanaman pangan. Di Kabupaten Kerinci terdapat di Kecamatan Gunung Raya, Kecamatan Sitinjau Laut, dan Kecamatan Air Hangat Timur. Di Kabupaten Merangin yaitu Kecamatan Sungai Tenang dan Pangkalan Jambu, serta Kecamatan Berbak di Kabupaten Tanjung Jabung Timur.

Kondisi pegunungan dataran tinggi di wilayah Barat Jambi dengan infrastruktur yang relatif kurang baik dan akses yang kurang terjangkau kepada pusat ekonomi menjadi penyebab tingginya kemiskinan petani tanaman pangan. Adanya tingkat kerusakan jalan di Barat Jambi yang kemungkinan disebabkan oleh desain teknik yang tidak cocok untuk medan dan kondisi tanah yang sulit, hasil perkiraan biaya dan anggaran yang tidak memadai, mutu konstruksi dan pengawasan konstruksi yang buruk yang kemudian diperparah oleh pemeliharaan yang tidak memadai. Kondisi jalan yang buruk akan meningkatkan waktu tempuh perjalanan dan membengkakkan biaya distribusi barang antar daerah. Kondisi ini menyebabkan petani tanaman pangan kesulitan dalam memperoleh sarana produksi pertanian serta memasarkan produknya. Terkonsentrasinya kemiskinan di wilayah tersebut berimplikasi terhadap upaya penanganan kemiskinan petani tanaman pangan yang disesuaikan dengan karakteristik lokasi.

Gambar 13 Rata-rata persentase pendapatan rumah tangga petani menurut wilayah dan sumber pendapatan utama di Provinsi Jambi

Berbeda dengan wilayah yang mempunyai kemiskinan petani tanaman pangan, kemiskinan penduduk secara total di Provinsi Jambi justru banyak berada di wilayah Timur, namun masih ada juga beberapa kecamatan di wilayah Barat (GambarGambar 15). Seluruh kecamatan di Kabupaten Tanjung Jabung Timur dan sebagian Tanjung Jabung Barat mempunyai nilai kemiskinan lebih dari sepuluh persen, bahkan ada yang mencapai 40 persen. Kondisi kemiskinan penduduk secara total ini digunakan sebagai pembanding bagi kemiskinan petani tanaman pangan, untuk menunjukkan pula bahwa di wilayah yang mempunyai angka kemiskinan petani tanaman pangan yang tinggi, belum tentu secara umum penduduknya juga mempunyai nilai kemiskinan yang tinggi, ataupun sebaliknya. Namun perlu diketahui apakah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kemiskinan petani tanaman pangan dapat juga menjadi faktor yang mempengaruhi kemiskinan penduduk secara umum.

Kondisi Wilayah Provinsi Jawa Barat

Provinsi Jawa Barat memiliki luas wilayah 35.377,76 km2 yang terdiri dari 18 Kabupaten dan 9 Kota, 626 kecamatan, dan 5.962 desa/kelurahan. Provinsi ini berbatasan sebelah Utara adalah provinsi DKI Jakarta dan Laut Jawa, sebelah Selatan Samudera Indonesia, sebelah Barat Provinsi Banten, dan sebelah Timur

Gambar 14 Persentase kemiskinan petani tanaman pangan di Provinsi Jambi

Provinsi Jawa Tengah. Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi penghasil pangan di Indonesia.

Jumlah rumah tangga petani tanaman pangan di Provinsi Jawa Barat sebanyak 2.492.459 dengan luas tanam rata-rata 6.703 m2. Jenis tanaman pangan padi sawah juga masih mendominasi. Perbandingan jumlah rumah tangga petani di setiap subsektor disajikan di Gambar 16. Terlihat selama 2003-2013, terjadi penurunan jumlah petani tanaman pangan. Begitu pula pada subsektor lainnya yang juga mengalami penurunan, kecuali kehutanan yang mengalami kenaikan. Kabupaten Sukabumi merupakan kabupaten dengan jumlah rumah tangga usaha pertanian terbanyak di tahun 2013, yaitu sebanyak 291.754 rumah tangga. Penurunan jumlah rumah tangga usaha pertanian yang terbesar terjadi di kota Bekasi. Penurunan jumlah rumah tangga dapat disebabkan oleh tingginya pertumbuhan industri di wilayah tersebut,sehingga kepala rumah tangga petani beralih profesi meninggalkan pertanian.

Wilayah dengan luas panen padi sawah terbesar ada di Kabupaten Indramayu, yaitu 214.019 hektar dengan produksi 1.343.098 ton (Tabel 6). Kemudian disusul oleh Kabupaten Karawang, yaitu 185.052 hektar dengan produksi 1.139.206 ton. Rumahtangga petani di kedua kabupaten tersebut memiliki persentase pendapatan dari sektor pertanian yang tinggi dibandingkan dengan kabupaten lain. Gambar 17 menyajikan data rata-rata persentase pendapatan rumah tangga petani menurut sumber pendapatan dan wilayah di Provinsi Jawa Barat. Rumah tangga petani di Kabupaten Kuningan memiliki sumber penerimaan terendah dalam usaha di sektor pertanian dibandingkan dengan kabupaten lainnya.

Gambar 16 Perbandingan jumlah rumah tangga pertanian di Provinsi Jawa Barat menurut subsektor Tahun 2003 dan 2013

Tabel 6 Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat 2014

Kabupaten/Kota

Padi Sawah Padi Ladang

Luas Panen (ha)

Prod (ton) Luas Panen (ha) Prod (ton) Bogor 91.312 551.653 1.916 7.714 Sukabumi 126.207 701.377 22.973 66.291 Cianjur 134.542 801.622 18.636 81.041 Bandung 80.640 566.950 5.670 17.386 Garut 136.381 794.149 30.176 123.354 Tasikmalaya 127.893 813.587 7.028 31.440 Ciamis 106.936 649.803 2.964 12.976 Kuningan 61.138 361.886 1.719 7.356 Cirebon 87.492 560.088 408 2.034 Majalengka 106.121 650.114 1.887 9.289 Sumedang 73.772 469.323 7.021 34.589 Indramayu 214.019 1.343.098 18.026 92.840 Subang 172.944 1.013.983 1.719 8.588 Purwakarta 34.651 188.600 3.096 14.624 Karawang 185.052 1.139.206 3.338 8.006 Bekasi 92.995 536.728 161 660 Bandung Barat 37.093 226.891 4.538 25.821 Kota Bogor 663 3.585 - Kota Sukabumi 3.515 21.721 - Kota Bandung 2.249 13.654 - Kota Cirebon 500 2.289 28 95 Kota Bekasi 747 3.922 1 4 Kota Depok 327 1.880 - Kota Cimahi 503 2.693 40 153 Kota Tasik 14.186 78.966 2 9 Kota Banjar` 6.577 40.704 89 420 Jumlah/ Total 1.898.455 11.538.472 131.436 544.690 Sumber : BPS 2013

Gambar 17 Rata-rata persentase pendapatan rumah tangga petani menurut sumber pendapatan dan wilayah di Provinsi Jawa Barat

Beberapa kecamatan di Kabupaten Kuningan memang memiliki jumlah petani miskin cukup tinggi. Rendahnya penerimaan rumah tangga petani dari usaha sektor pertanian bisa menjadi penyebab tingginya jumlah petani tanaman pangan yang miskin di suatu wilayah. Meskipun Jawa Barat merupakan sentra produksi padi namun karena semakin berkembangnya industri dan sektor-sektor nonpertanian, persentase pendapatan yang berasal dari usaha sektor pertanian menjadi lebih rendah dan nilainya lebih kecil dibandingkan dengan pendapatan rumah tangga petani di Jambi.

Dibandingkan dengan kemiskinan petani tanaman pangan di Jambi, kemiskinan petani tanaman pangan di Jawa Barat lebih menyebar terdapat di seluruh wilayah. Secara sebaran spasial, persentase kemiskinan petani tanaman pangan yang besar tersebar di bagian Selatan Provinsi Jawa Barat seperti di Kabupaten Sukabumi, Cianjur, Garut, dan Tasikmalaya (Gambar 18). Di bagian Utara seperti Kabupaten Karawang dan Indramayu. Bahkan, menurut data persentase penduduk miskin 15 tahun ke atas di sektor pertanian tanaman pangan, di Kabupaten Karawang terdapat 100 persen petani miskin. Kecamatan dimana terdapat kemiskinan petani dengan persentase lebih dari 50 persen di Kabupaten Sukabumi diantaranya Kecamatan Cidadap, Curugkembar, Pabuaran, Lengkong, Purabaya, dan Ciambar. Di Kabupaten Cianjur yaitu Kecamatan Agrabinta, Sindangbarang, Naringgul, Cibinong, Cikadu, Pagelaran, Campaka Mulya, dan Warungkondang. Di Kabupaten Karawang diantaranya Tempuran, Pedes, Cilebar, Cibuaya, Tirtajaya, dan Pakisjaya. Di Kabupaten Garut ada Kecamatan Caringin, Bungbulang dan Singajaya. Kecamatan Pancatengah, Culamega dan Puspahiang di Kabupaten Tasikmalaya. Kecamatan Ciniru, Selajambe, Cilebak, Ciwaru, Karangkancana dan Maleber di Kabupaten Kuningan. Kecamatan Maja dan Sindang di Kabupaten Majalengka.

Aspek spasial memberikan pengaruh terhadap sebaran kemiskinan petani tanaman pangan di Jawa Barat. Wilayah Pesisir di Selatan Jawa Barat, mempunyai infrastruktur yang relatif kurang baik dan akses yang sulit ke pusat ekonomi, sedangkan wilayah Utara relatif memiliki infrastruktur yang baik namun terdapat masalah penguasaan lahan yang menyebabkan kemiskinan petani tanaman pangan.

Kemiskinan penduduk secara total di Provinsi Jawa Barat juga tersebar hampir di seluruh wilayah. Angka kemiskinan penduduk yang lebih dari 13 persen banyak berada di wilayah Barat khususnya di kabupaten Bogor dan Sukabumi, serta sepanjang wilayah pantai Utara (Gambar 19). Di beberapa wilayah terdapat pula kecamatan yang mempunyai angka kemiskinan cukup tinggi. Angka kemiskinan penduduk mencapai 39 persen. Wilayah pantai Utara yang memiliki nilai kemiskinan relatif tinggi dapat disebabkan karena wilayah tersebut merupakan wilayah pesisir, sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai nelayan.

Gambar 18 Persentase kemiskinan petani tanaman pangan di Provinsi Jawa Barat

5

PEMODELAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH