• Tidak ada hasil yang ditemukan

Desa Cikarawang merupakan salah satu desa di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa Cikarawang memiliki luas wilayah 226,56 ha. Batas administratif pemerintahan Desa Cikarawang sendiri sebelah utara dibatasi oleh Sungai Cisadane, selatan Desa Cikarawang berbatasan dengan Sungai Ciapus, sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Situ Gede, dan sebelah barat Desa Cikarawang dibatasi oleh pertemuan Sungai Ciapus dan Sungai Cisadane.

Wilayah Desa Cikarawang terdiri dari tiga dusun, tujuh RW dan tiga puluh dua RT. Jumlah penduduk Desa Cikarawang sebanyak 8.228 orang per bulan Oktober 2012, dimana laki-laki berjumlah 4.199 orang dan perempuan berjumlah 4.029 orang. Penduduk Desa Cikarawang tersebut dapat digolongkan berdasarkan usia per bulan Oktober 2012 dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Penggolongan usia penduduk Desa Cikarawang per Oktober 2012

No Usia (Tahun) Jenis Kelamin Jumlah (orang) Laki-laki (orang) Perempuan (orang) 1. 0-15 1.295 1.316 2.611 2. 16-30 1.157 1.120 2.277 3. 31-45 8.70 820 1.690 4. 46-60 552 490 1.042 5. 61-70 325 283 608 Total 4.199 4.029 8.228

Sumber : Buku monografi Desa Cikarawang, 2012 (diolah)

Berdasarkan penggolongan usia, penduduk Desa Cikarawang dapat diketahui bahwa usia penduduk sebagian besar berada diantara usia 0-15 tahun dan 16-30 tahun. Penduduk dengan usia antara 0-15 tahun sebanyak 2.611 orang (31,73 persen) dan penduduk berusia 16-30 tahun sebanyak 2.277 orang (27,67 persen). Mata pencaharian penduduk Desa Cikarawang diantaranya adalah petani, buruh tani, pedangan, wirausaha, TNI/ Polri, PNS, dan karyawan swasta. Jumlah penduduk dengan mata pencaharian masing-masing dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Mata pencaharian penduduk Desa Cikarawang

No Jenis Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase dari total penduduk

1. Petani 310 3,77 % 2. Buruh tani 225 2,73 % 3. Pedagang 435 5,29 % 4. PNS 175 2,13 % 5. TNI/ Polri 2 0,02 % 6. Karyawan swasta 477 5,80 % 7. Wirausaha 600 7,29 %

Sumber : Buku monografi Desa Cikarawang, 2012 (diolah)

Tabel 6 menunjukkan bahwa mata pencaharian penduduk Desa Cikarawang sebagian besar berhubungan dengan pertanian, baik itu sebagai petani atau buruh tani. Pekerjaan menjadi wirausaha juga cukup banyak sekitar 600 orang atau sekitar 7,29 persen dari total penduduk Desa Cikarawang. Petani di Desa Cikarawang tidak berdiri secara individu. Petani membentuk kelompok sebagai wadah untuk bertukar pemikiran, pengalaman untuk memajukan pertaniannya. Desa Cikarawang juga memiliki beberapa kelompok tani, diantaranya adalah : 1. Kelompok Tani Setia, Dusun 1 (Kampung Cangkrang),

2. Kelompok Tani Hurip, Dusun 2 (Kampung Carangpulang Bubulak), 3. Kelompok Tani Subur Jaya, Dusun 3 (Kampung Petapaan),

4. Kelompok Tani Mekar, Dusun 3 (Kampung Carangpulang Kidul),

5. Kelompok Wanita Tani Hurip, Dusun 2 (Kampung Carangpulang Bubulak). Kelompok-kelompok tani tersebut masih aktif dalam kegiatan yang berhubungan dengan pertanian. Hasil pertanian yang berasal dari Desa Cikarawang diantaranya adalah padi, ubi jalar, jagung, singkong. Desa Cikarawang memiliki sumber daya alam di bidang pertanian yang melimpah, salah satunya karena dikelilingi tiga Situ yang menjadi sumber irigasi. Tiga Situ tersebut adalah Situ Burung, Situ Panjang, Situ Gede.

Gambaran Umum Kelompok Tani Hurip

Pembentukan Kelompok Tani Hurip (KTH) pada awalnya didasari oleh kebutuhan petani untuk memiliki wadah berdiskusi, belajar, dan bertukar pengalaman dengan petani lain. Kelompok Tani Hurip (KTH) sudah berdiri sejak tahun 1975 dengan kepengurusan yang diketuai oleh Bapak H. Uming. Kepengurusan Bapak H. Uming belum mempunyai struktur organisasi dan peraturan secara jelas. Masa jabatan H. Uming berakhir pada tahun 2005 dan digantikan oleh Bapak Ahmad Bastari sampai sekarang. Bapak Ahmad Bastari sendiri sudah tergabung menjadi anggota KTH pada tahun 1997. Pengangkatan Bapak Ahmad Bastari sebagai ketua KTH berdasarkan hasil musyawarah anggota dan diresmikan oleh Bapak Suhandi selaku Kepala Desa Cikarawang pada tanggal 18 April 2005. Sekretariat KTH beralamat di Kampung Carangpulang Bubulak RT 04 RW 03 No 43, Dusun II, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Pembentukan KTH tidak hanya sekedar membentuk kelompok tani, tetapi didasari niat untuk memajukan Desa Cikarawang dengan menguraikan hal tersebut dalam visi dan misi KTH. Visi KTH adalah menciptakan kelompok tani mandiri yang dapat meningkatkan pendapatan dan mensejahterakan anggotanya. Sedangkan misi dari KTH adalah meningkatkan sumber anggota kelompok, memanfaatkan lahan pertanian seoptimal mungkin, mengakses para anggota kelompok ke lembaga permodalan, pasar dan informasi teknologi, serta meningkatkan produktivitas komoditas di wilayah tersebut. Struktur kepengurusan organisasi serta tugas dan tanggung jawab masing-masing pengurus mulai ditetapkan pada tanggal 23 Maret 2007. Peraturan-peraturan pengurus dan anggota KTH juga ditetapkan pada tanggal yang sama. Struktur organisasi KTH dapat dilihat pada Lampiran 1 dan uraian tugas pengurus KTH dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Uraian tugas pengurus Kelompok Tani Hurip

Jabatan (Nama) Tugas

Ketua Kelompok (Bapak Ahmad Bastari)

 Memberdayakan anggota dan pengurus.

 Mengkoordinasikan pengurus demi kelancaran organisasi KTH.

Penasehat I (Bapak Uming)

 Memberikan usulan dan saran khususnya pada ketua kelompok dan pada umumnya untuk KTH. Penasehat II

(Bapak Efendi)

 Memberikan usulan dan saran khususnya pada ketua kelompok dan pada umumnya untuk KTH. Sekretaris

(Bapak Napi)

 Pendataan pengurus dan anggota.

 Surat menyurat dan undangan. Bendahara

(Norma Yanti)

 Bertanggung jawab atas pengumpulan uang iuran kas.

 Bertanggung jawab atas pengumpulan uang pendapatan traktor.

Seksi Kelompok Wanita Tani (Demplot) (Ibu Titin)

 Perwakilan pada saat ada pelatihan atau percobaan dari dinas.

 Mentransfer ilmu yang didapatkan dari pelatihan atau percobaan kepada para petani khususnya kepada KTH.

Seksi Pertanian (Bapak Eeng)

 Mengatur dan berkoordinasi dengan seksi pengairan dan pembenihan.

Seksi Pengairan (Bapak Hamsar)

 Koordinasi untuk kerja bakti.

 Mengatur dan mengkoordinasikan pola aliran air. Seksi Humas

(Bapak Dedi & Napi)

 Memberikan informasi kepada pengurus dan anggota baik informasi berasal dari pihak eksternal dan pihak internal KTH.

Seksi Kehutanan (Bapak Amran)

 Mengatur pembagian bibit atau benih yang berasal dari dinas kepada para petani.

Seksi Usaha (Bapak Asep)

 Mengolah bahan baku yang tersisa.

 Memasarkan hasil bumi para petani KTH. Sumber : Dokumen KTH (2013)

Informasi pada Tabel 7, menunjukkan uraian tugas pengurus KTH. Hal tersebut memberikan gambaran bahwa setiap pengurus memiliki tugas dan tanggung jawab sesuai dengan jabatan masing-masing. Bersamaan uraian tugas, peraturan bagi pengurus dan anggota juga ditetapkan. Peraturan pengurus dan anggota KTH ditetapkan pada tanggal 23 Maret 2007, yang berisi mengenai hak, kewajiban, sanksi, dan penghargaan. Peraturan tersebut antara lain :

1) Hak pengurus dan anggota KTH, yaitu :

a. Pengurus dan anggota KTH akan mendapatkan bibit (bantuan/ program pemerintah) dengan syarat menghadiri kegiatan yang diadakan KTH minimal sebesar 80 persen. Pengurus dan anggota hanya mengganti biaya transportasi pengambilan bibit (bantuan/ program pemerintah).

b. Pengurus dan anggota akan mendapatkan kartu pengenal KTH, kartu ini berfungsi sebagai :

1) Kartu pengenal KTH,

2) Kartu pengambilan bibit (bantuan/ program pemerintah).

c. Pengurus dan anggota KTH akan mendapatkan pinjaman modal berasal dari iuran wajib pengurus dan anggota, dengan syarat :

1) Anggota aktif (menghadiri kegiatan yang diadakan KTH minimal sebesar 80 persen),

2) Mempunyai lahan,

3) Telah mengikuti program simpan pinjam. 2) Kewajiban pengurus dan anggota KTH, yaitu :

a. Mengikuti kegiatan yang diadakan oleh KTH,

b. Membayar iuran wajib bulanan sebesar Rp 8.000,- yang akan digunakan untuk simpan pinjam dan keperluan KTH,

c. Membayar iuran pokok menjadi anggota sebesar Rp 50.000,-

d. Mengikuti dan menghadiri rapat bulanan kelompok yang diadakan sebulan sekali selama setahun kepengurusan,

e. Hasil panen anggota harus dijual kepada KTH. Sesuai dengan harga pasar yang berlaku.

3) Sanksi pengurus dan anggota KTH, yaitu :

Jika dua kali (dalam satu tahun kepengurusan) tidak hadir dalam rapat bulanan, maka akan mendapatkan sanksi dari KTH, sanksi sebagai berikut :

1) Jika tidak hadir satu kali dalam rapat bulanan, maka akan mendapatkan peringatan dari KTH,

2) Jika tidak hadir dua kali dalam rapat bulanan, maka yang bersangkutan tidak akan mendapatkan bibit (bantuan/ program pemerintah) dan pinjaman modal dari KTH.

4) Penghargaan pengurus dan anggota KTH, yaitu bagi anggota yang kehadirannya 100 persen (untuk setiap kegiatan KTH) akan mendapatkan hadiah dari KTH. Penghargaan ini diberikan setiap satu tahun sekali.

Rincian peraturan tersebut menggambarkan bahwa KTH ini sudah cukup baik dalam pembentukan sebuah kelompok tani. Peraturan tersebut juga diharapkan dapat mengarahkan pengurus dan anggota dalam mencapai visi dan misi KTH. Kenyataan sekarang yang dihadapi adalah tugas yang belum terlaksana sepenuhnya sesuai dengan uraian tugas kepengurusan KTH. Contohnya adalah pada seksi pemasaran. Seksi pemasaran merupakan tugas yang sangat penting untuk mencapai keuntungan, khususnya bagi usaha tepung ubi jalar KTH.

Gambaran Umum Usaha Tepung Ubi Jalar Kelompok Tani Hurip

Usaha pengolahan tepung ubi jalar Kelompok Tani Hurip diharapkan dapat memberikan kesehjateraan kepada petani,khususnya petani anggota kelompok. Kesehjateraan yang dimaksud adalah saat harga ubi jalar murah di tingkat pasar dan masa simpan ubi jalar segar yang tidak tahan lama, maka petani dapat mengolahnya menjadi tepung yang dapat memberikan nilai tambah. Pada tahun 2007, Bapak Ahmad Bastari selaku ketua kelompok melakukan kunjungan ke sebuah pabrik pengolahan tepung ubi jalar yang ada di daerah Kuningan (CV Kaki Patani). Tepung ubi yang dihasilkan oleh pabrik tersebut ada yang di ekspor ke Jepang. Akhirnya Bapak Ahmad Bastari melakukan percobaan untuk mengolah ubi jalar yang dihasilkan oleh KTH.

Pengolahan tepung ubi jalar di KTH tidak langsung menggunakan teknologi yang canggih, seperti alat penyawut dan penepung. Awalnya pengolahan tepung ubi jalar di KTH menggunakan alat tradisional, seperti parutan. Penggunaan alat tradisional tersebut dirasakan kurang efisien, dan banyaknya keluhan dari anggota KTH yang mengolah tepung tersebut. Kemudian Bapak Ahmad Bastari berinisiatif untuk mencoba menggunakan parutan kelapa yang menumpang di tempat pengolahan lain. Tepung yang dihasilkan kemudian dicoba untuk pembuatan kue yang dilakukan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Hurip di Desa Cikarawang yang saat ini diketuai oleh istri dari Bapak Ahmad Bastari sendiri yaitu ibu Norma Yanti.

Upaya dari KTH tersebut akhirnya mendapat perhatian dari beberapa instansi, seperti Institut Pertanian Bogor (IPB). Penyuluhan mulai dilakukan pada tahun 2010, dan diharapkan tepung ubi jalar yang dihasilkan KTH menggunakan bahan alami tanpa penambahan bahan kimia. Pihak IPB kemudian memberikan bantuan alat penepung. Kapasitas alat penepung dapat digunakan 5-10 kg sekali pengolahan. Proses penepungan dilakukan setelah ubi jalar segar diolah dalam bentuk sawut terlebih dahulu. Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, mulai memberikan bantuan kepada KTH yang berkaitan dengan pengolahan tepung pada tahun 2011. Pemberian bantuan yang diberikan yaitu pembangunan tempat pengolahan tepung. Luas tanah yang digunakan sebagai bangunan pengolahan tepung yaitu seluas 40 m2. Pada akhir tahun 2012, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor memberikan bantuan berupa alat penyawut, alat penepung, sealer.

Pengadaan Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan dalam pengolahan tepung ubi jalar berupa ubi jalar segar atau yang sudah dalam bentuk sawut kering. Ubi jalar yang digunakan merupakan ubi jalar jenis ace. Ubi jalar yang digunakan bahan baku tepung ubi jalar tersebut tergolong dalam jenis ubi jalar putih. Ubi jalar putih jenis ace dipilih karena hasil panen yang lebih banyak dibandingkan dengan jenis lainnya. Pernah dicoba menggunakan ubi jalar ungu, namun hasil panen dari ubi jalar ungu lebih sedikit dibanding ubi jalar putih ace.

Pengadaan bahan baku tepung ubi jalar tidak hanya berasal dari dalam anggota KTH saja, tetapi juga dari luar anggota yaitu dari daerah gunung bundar

dan tapos. Jika pesanan tepung ubi jalar sedang banyak dan bahan baku dari dalam anggota kurang, maka KTH melakukan pemesanan ke luar anggota tersebut. Saat ini bahan baku yang lebih sering digunakan adalah sawut kering, karena persediaan sawut kering masih cukup banyak. Harga bahan baku berupa ubi jalar segar dihargai sebesar Rp 1.500 per kilogram. Sedangkan harga sawut kering sebesar Rp 5.000 per kilogram. Harga bahan baku tersebut berlaku sama kepada anggota atau luar anggota.

Tenaga Kerja

Tenaga kerja yang digunakan dalam pengolahan tepung ubi jalar merupakan anggota KTH. Tenaga kerja produksi tepung ubi jalar seluruhnya ada tiga belas orang yang terdiri dari lima orang laki-laki dan delapan orang perempuan. Pekerja tidak seluruhnya bekerja dalam satu waktu produksi melainkan dengan sistem rotasi, kecuali untuk Bapak Ahmad Bastari dan Ibu Norma Yanti yang bertindak sebagai pengawas dan ikut dalam proses produksi.

Tenaga kerja yang bekerja mulai dari tahap penggilingan atau dengan bahan baku sawut kering sampai menjadi tepung sebanyak empat orang termasuk Bapak Ahmad Bastari atau Ibu Norma Yanti. Jika pekerjaan dimulai dari bahan baku ubi jalar segar, maka tenaga kerja yang digunakan mulai dari proses bahan baku ubi jalar segar yang digunakan hingga menjadi sawut kering dikerjakan oleh dua orang, biasanya lama waktu pengerjaan dari ubi jalar segar hingga menjadi sawut kering selama tiga hari. Sedangkan proses penggilingan hingga sawut kering hanya satu hari proses produksi (empat jam). Sehingga total pengolahan dari bahan baku ubi jalar segar menjadi tepung selama empat hari.

Upah tenaga kerja yang mengerjakan dari bahan baku ubi jalar segar sampai menjadi sawut kering yaitu sebesar Rp 50.000 per orang per hari. Tenaga kerja yang bekerja pada proses penggilingan dibayar sebesar Rp 50.000 per proses produksi (empat jam) dengan hasil produksi 50 kg tepung, sedangkan tenaga kerja dibagian pengemasan sebesar Rp 15.000 per proses produksi (empat jam) dengan hasil produksi yang sama yaitu 50 kg tepung atau 100 kemasan, dengan ukuran 500 gram perkemasan.

Pengolahan Tepung Ubi Jalar

Tahapan selanjutnya dalam menghasilkan produk tepung ubi jalar adalah proses pengolahan. Proses pengolahan dimulai dari ubi jalar segar hingga menjadi tepung. Diagram alir proses pengolahan tepung ubi jalar di KTH yang ditunjukkan pada Gambar 5, dapat dilihat dari ubi jalar segar yang akan digunakan sebagai bahan baku sampai menjadi produk tepung yang siap dijual.

Ubi jalar segar sebagai bahan baku selanjutnya masuk ke proses pencucian. Bahan baku yang telah dicuci bersih kemudian dikupas. Setelah dikupas, kemudian ubi dibelah untuk memudahkan proses penyawutan. Ubi jalar yang sudah dalam bentuk sawut basah kemudian dijemur. Penjemuran masih dilakukan dengan cara tradisional yaitu memanfaatkan cahaya matahari, sehingga cuaca berpengaruh pada lamanya waktu pengeringan. Waktu pengeringan dari sawut basah menjadi sawut kering yaitu selama tiga hari. Setelah menjadi sawut kering,

kemudian dapat langsung digiling atau disimpan. Hasil tepung ubi jalar kemudian ditimbang dan dikemas dengan plastik bening dan plastik label, dimana ukuran satu kemasan seberat 500 gram. Jika proses pengolahan dengan menggunakan bahan baku sawut kering, maka proses pengolahan mulai dari penggilingan hingga pengemasan. Uraian jam tenaga kerja untuk setiap proses produksi tepung dapat dilihat pada Lampiran 2.

Bahan baku dalam bentuk sawut kering memiliki daya simpan yang lebih lama dibandingkan dengan bahan baku ubi jalar segar. Sawut kering dapat disimpan sampai jangka waktu satu tahun. Tepung ubi jalar KTH diberi merek “Hurip” yang merupakan nama dari KTH itu sendiri. Proses pengolahan tepung ubi jalar KTH dapat dilihat lebih rinci pada Gambar 5.

Pemasaran dan Distribusi Tepung Ubi Jalar

Pemasaran yang dilakukan oleh KTH belum begitu luas. Kegiatan pemasaran masih sebatas mengikuti pameran-pameran yang diadakan oleh pendamping usaha seperti Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor dan Institut Pertanian Bogor. Kegiatan pameran tersebut diharapkan dapat memperkenalkan produk tepung ubi jalar KTH, karena sebagian besar masyarakat belum mengetahui tentang produk tepung ubi jalar.

Gambar 5. Alur proses pengolahan tepung ubi jalar Kelompok Tani Hurip

Ubi Jalar Segar

Pengupasan Pemotongan Penyawutan Pencucian Penjemuran Penggilingan

Penimbangan dan Pengemasan

Pelabelan

Tepung Ubi Jalar Hurip Air

Penyimpanan

Plastik Bening

Pembeli yang sudah mengenal produk tepung ubi jalar KTH, biasanya datang langsung ke KTH. Hal tersebut dikarenakan belum adanya lembaga pemasaran lain selain dari pihak KTH sendiri. Konsumen tepung KTH saat ini masih lebih banyak sebagai konsumen akhir yang datang langsung ke KTH. Ada beberapa konsumen yang membeli tepung ubi jalar untuk diolah lagi menjadi produk lain seperti kue, mie. Konsumen yang meminta pengiriman tepung ubi jalar dari KTH baik disekitar Bogor hingga luar pulau, biaya pengiriman ditanggung oleh pembeli sehingga KTH tidak mengeluarkan biaya distribusi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dokumen terkait