• Tidak ada hasil yang ditemukan

Usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang tidak lepas dari biaya. Biaya yang dikeluarkan setiap usaha tidak akan sama, tergantung dari jenis usaha yang dijalankan. Profitabilitas sebuah usaha dapat diketahui, dengan menganalisis biaya yang dikeluarkan. Biaya dapat digolongkan menjadi biaya tetap, biaya variabel, biaya semi tetap, dan semi variabel. Biaya yang tergolong biaya semi tetap atau semi variabel, harus ditentukan menjadi biaya tetap atau biaya variabel, sesuai dengan asumsi dalam perhitungan break even point (BEP).

Biaya yang akan dijelaskan berkaitan dengan objek penelitian yaitu usaha pengolahan tepung ubi jalar di Desa Cikarawang, Kabupaten Bogor yang dijalankan oleh KTH. Biaya variabel pada usaha tepung ubi jalar KTH dibedakan menjadi dua, yaitu biaya variabel dengan bahan baku ubi jalar dan biaya variabel dengan bahan baku sawut kering. Hal tersebut dimaksudkan untuk melihat perbedaan biaya variabel yang dikeluarkan dan pengaruh terhadap profit dan nilai tambah. Faktor-faktor yang terdapat dalam biaya variabel tersebut hanya berbeda pada bahan baku saja, sedangkan faktor lainnya tidak berbeda.

Biaya Tetap

Biaya tetap yaitu biaya yang tidak mengalami perubahan dalam periode produksi tertentu, atau dapat juga dikatakan biaya tetap tidak tergantung pada volume produksi. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh suatu usaha tentunya akan berbeda. Biaya yang tergolong dalam biaya tetap suatu usaha antara lain yaitu biaya penyusutan investasi, gaji, asuransi, sewa, pemeliharaan, peralatan, penyusutan peralatan dan biaya tidak langsung lainnya. Biaya tetap yang dikeluarkan KTH meliputi penyusutan investasi, penyusutan peralatan, dan biaya tidak langsung lainnya. Pengelompokkan biaya tetap dibedakan berdasarkan bahan baku yang digunakan yaitu ubi jalar segar dan sawut kering. Perbedaan komponen biaya dengan penggunaan bahan baku dikarenakan ada perbedaan proses pengolahan, dimana pada bahan baku ubi jalar segar proses pengolahannya lebih panjang dan peralatan yang digunakan lebih banyak. Sehingga ada perbedaan pada komponen biaya tetap yang dikeluarkan.

Bahan Baku Ubi Jalar Segar

Biaya tetap yang dikeluarkan KTH dengan menggunakan bahan baku ubi jalar segar meliputi penyusutan investasi, penyusutan peralatan, dan biaya tidak langsung lainnya. Investasi dalam pengolahan tepung ubi jalar yaitu berupa bangunan yang digunakan sebagai tempat pengolahan, pengemasan dan penyimpanan bahan baku berupa sawut kering. Tempat pengolahan memiliki luas bangunan 40 m2. Biaya yang dikeluarkan untuk bangunan sebesar Rp 98.200.000. Bangunan yang digunakan sebagai tempat pengolahan memiliki umur ekonomi selama dua puluh lima tahun, dengan penyusutan sebesar empat persen per tahun. Besarnya biaya penyusutan yang dikeluarkan adalah Rp 3.928.000. Pengeluaran yang merupakan biaya tetap dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 8.

Tabel 8. Biaya tetap usaha tepung ubi jalar KTH per tahun dengan bahan baku ubi jalar segar

No Keterangan Biaya per

Bulan (Rp)

Biaya per Tahun (Rp)

1. Biaya penyusutan investasi 327.333 3.928.000

2. Biaya penyusutan peralatan 207.083 2.485.000

3. Biaya tidak langsung 80.000 960.000

Total 7.373.000

Berdasarkan Tabel 8, dapat dilihat komponen yang ada dalam biaya tetap yang dikeluarkan KTH dengan menggunakan bahan baku ubi jalar segar sebesar Rp 7.373.000 per tahun. Biaya tetap yang dikeluarkan oleh KTH tersebut berasal dari biaya penyusutan investasi, penyusutan peralatan dan biaya tidak langsung. Alat yang digunakan dalam pengolahan tepung ubi jalar ini meliputi alat persiapan bahan baku, pengolahan, hingga pengemasan. Rincian biaya peralatan dapat dilihat pada Lampiran 3. Peralatan produksi dengan umur ekonomis sepuluh tahun memiliki penyusutan sebesar sepuluh persen per tahun, diantaranya adalah alat penyawut, alat penepung, dan alat penjemur. Biaya penyusutan terbesar dikeluarkan untuk alat penepung yaitu sebesar Rp 1.946.667 per tahun, alat penyawut sebesar Rp 1.600.000 per tahun. Alat penepung dan alat penyawut memiliki umur ekonomis selama lima belas tahun.

Sealer memiliki umur ekonomis lima tahun, dengan penyusutan sebesar dua puluh persen per tahun. Biaya penyusutan sealer sebesar Rp 124.000, dengan harga beli sebesar Rp 620.000. Timbangan digital dengan harga Rp 1.200.000 memiliki umur ekonomis lima tahun. Penyusutan timbangan sebesar dua puluh persen per tahun, dengan biaya penyusutan sebesar Rp 240.000 per tahun. Peralatan lainnya adalah alat penjemuran yang terbuat dari besi. Alat penjemuran dibuat dengan biaya sebesar Rp 1.000.000, umur ekonomis sepuluh tahun. Penyusutan untuk alat penjemuran sebesar sepuluh persen per tahun, dengan biaya penyusutan sebesar Rp 100.000 per tahun.

Parutan sebanyak dua unit memiliki umur ekonomis selama tiga tahun, dengan penyusutan tiga puluh tiga persen per tahun. Biaya penyusutan parutan sebesar Rp 23.333 per tahun untuk dua unit. Ember memiliki umur ekonomis

selama lima tahun, penyusutan sebesar dua puluh persen per tahun. Biaya penyusutan ember sebesar Rp 39.000 per tahun untuk tiga unit. Peralatan wadah tepung memiliki umur ekonomis selama lima tahun, dengan penyusutan dua puluh persen per tahun. Biaya penyusutan wadah tepung sebesar Rp 12.000 per tahun. Total biaya penyusutan keseluruhan untuk peralatan yaitu sebesar Rp 4.085.000 per tahun.

Biaya tetap lainnya yang dikeluarkan KTH adalah biaya tidak langsung. Biaya tidak langsung yaitu biaya yang dikeluarkan untuk hal yang tidak berhubungan secara langsung dalam produksi atau membentuk hasil produksi, namun dapat menunjang dalam proses produksi seperti perawatan mesin produksi. Biaya tidak langsung yang dikeluarkan KTH meliputi biaya listrik, air, dan biaya perawatan (mesin produksi). Biaya listrik dan air dikeluarkan setiap bulan sebesar Rp 30.000 atau sebesar Rp 360.000 per tahun. Biaya perawatan mesin produksi setiap bulannya sebesar Rp 50.000, sehinggal jumlah yang dikeluarkan untuk perawatan per tahunnya adalah Rp 600.000. Total biaya tidak langsung meliputi biaya listrik, air, dan perawatan yang dikeluarkan KTH adalah sebesar Rp 960.000 per tahun.

Bahan Baku Sawut Kering

Komponen biaya tetap yang dikeluarkan oleh KTH dengan bahan sawut kering sama halnya seperti pada penggunaan bahan baku ubi jalar segar. Perbedaan biaya tetap dengan bahan baku sawut kering dibandingkan dengan bahan baku ubi jalar segar yaitu pada komponen penyusutan peralatan, dimana ada peralatan yang tidak digunakan seperti alat penjemur dan parutan. Proses pengolahan dengan bahan baku sawut kering hingga menjadi tepung juga lebih pendek, dimana dengan sawut kering proses yang dilakukan hanya menggiling, menimbang hingga mengemas. Biaya tetap usaha tepung ubi jalar KTH per tahun dengan bahan baku sawut kering dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Biaya tetap usaha tepung ubi jalar KTH per tahun dengan bahan baku sawut kering

No Keterangan Biaya per

Bulan (Rp)

Biaya per Tahun (Rp)

1. Biaya penyusutan investasi 327.333 3.928.000

2. Biaya penyusutan peralatan 196.806 2.361.667

3. Biaya tidak langsung 70.000 840.000

Total 7.129.667

Berdasarkan Tabel 9, dapat diketahui biaya tetap yang dikeluarkan KTH dengan bahan baku sawut kering per tahun sebesar Rp 7.129.667. Rincian mengenai biaya tetap yang dikeluarkan sama seperti halnya pada penggunaan bahan baku ubi jalar segar, perbedaan hanya terletak pada komponen biaya penyusutan peralatan. Biaya penyusutan peralatan yang dikeluarkan oleh KTH dengan bahan baku sawut kering dapat dilihat pada Lampiran 4.

Biaya Variabel

Biaya variabel merupakan biaya yang dikeluarkan sebanding dengan berubahnya volume yang diproduksi. Biaya variabel yang dikeluarkan oleh KTH untuk memproduksi tepung ubi jalar terdiri dari beberapa faktor. Faktor biaya variabel tersebut adalah biaya bahan baku, biaya bahan bakar, biaya kemasan dan biaya upah tenaga kerja. Biaya variabel berdasarkan bahan baku dibedakan antara bahan baku ubi jalar segar dan sawut kering. Perbedaan biaya yang dikeluarkan berkaitan dengan harga beli terutama harga beli bahan baku dan adanya penyusutan bobot pada ubi jalar segar yang cukup besar, sehingga perbandingan dapat dilakukan untuk melihat seberapa besar penggunaan bahan baku berpengaruh pada profit dan nilai tambah yang dihasilkan.

Bahan Baku Ubi Jalar Segar

Bahan baku merupakan salah satu faktor yang ada dalam biaya variabel. Ubi jalar yang akan digunakan kemudian diproses hingga siap diolah menjadi tepung. Bobot ubi jalar mengalami pengurangan selama proses produksi dari ubi jalar segar hingga menjadi tepung. Perbandingan penyusutan ubi jalar segar menjadi tepung tersebut yaitu sebesar 10:2. Artinya untuk menghasilkan dua kilogram tepung ubi jalar dibutuhkan bahan baku ubi jalar segar sebanyak sepuluh kilogram. Jika dalam sekali produksi dihasilkan lima puluh kilogram tepung ubi, berarti bahan baku ubi jalar yang digunakan adalah dua ratus lima puluh kilogram. Harga untuk ubi jalar segar yaitu sebesar Rp 1.500 per kilogram.

Faktor variabel dalam produksi tepung ubi jalar KTH selain ubi jalar segar adalah bahan bakar solar, kemasan, oli, dan upah tenaga kerja. Bahan bakar solar digunakan untuk menggerakkan mesin pengolahan. Solar yang digunakan sebanyak sepuluh liter untuk satu bulan dengan penggunaan sebanyak empat kali produksi. Kemasan yang digunakan berupa plastik polos dan plastik label. Banyaknya kemasan yang digunakan tergantung dari produksi tepung yang akan dihasilkan. Faktor-faktor biaya variabel dengan bahan baku ubi jalar selama satu tahun lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Biaya variabel usaha tepung ubi jalar KTH per tahun dengan bahan baku ubi jalar segar

No Keterangan Satuan Jumlah per Bulan Biaya per Bulan (Rp) Biaya per Tahun (Rp) 1. Ubi Jalar Kg 1.000 1.500.000 18.000.000 2. Bahan Bakar Solar Liter 10 45.000 540.000 3. Kemasan Lembar 400 506.800 6.081.600 4. Oli Liter 0,3 9.333 112.000 5. Upah Tenaga Kerja Jam 289,6 780.000 9.360.000 Total 34.093.600

Berdasarkan Tabel 10, dapat diketahui biaya untuk bahan baku ubi jalar yaitu sebesar Rp 1.500.000 per bulan atau Rp 18.000.000 per tahun dimana penggunaan ubi jalar per bulan sebesar 1000 kg atau 12.000 kg per tahun. Biaya bahan bakar solar, dengan biaya sebesar Rp 45.000 per bulan atau Rp 540.000 per tahun. Solar yang digunakan sebesar 10 liter per bulan. Biaya kemasan sebesar Rp 506.800 per bulan atau sebesar Rp 6.081.600 per tahun, dengan penggunaan kemasan sebanyak 400 lembar per bulan. Faktor lain dalam biaya variabel adalah oli dan tenaga kerja. Penggunaan oli sebagai pelumas mesin yaitu sebanyak satu liter, yang dapat digunakan selama tiga bulan. Artinya untuk satu tahun produksi dibutuhkan oli sebanyak empat liter, dengan biaya per liter sebesar Rp 28.000. Biaya oli per tahun sebesar Rp 112.000.

Faktor biaya variabel lainnya yaitu tenaga kerja. Tenaga kerja untuk proses ubi jalar segar hingga menjadi sawut kering sebanyak dua orang, selanjutnya proses dari sawut kering hingga menjadi tepung dikerjakan oleh tenaga kerja sebanyak empat orang, dimana satu orang bertugas sebagai penggiling dan tiga orang lainnya bertugas di bagian pengemasan. Biaya variabel lainnya adalah tenaga kerja. Tenaga kerja yang digunakan pada proses pengolahan ubi jalar menjadi sawut kering sebanyak dua orang. Sedangkan untuk proses penggilingan hingga pelabelan sebanyak empat orang, dimana satu orang bertugas menggiling dan tiga orang bagian pengemasan hingga pelabelan. Total jam kerja seluruh tenaga kerja per bulan adalah 289,6 jam, dimana waktu yang dibutuhkan untuk mengolah ubi jalar menjadi tepung per periode produksi (empat hari) yaitu selama 72,4 jam.

Biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja pada proses pengolahan ubi jalar menjadi sawut kering sebesar Rp 50.000 per orang. Sehingga total biaya tenaga kerja tersebut sebesar Rp 100.000. Sedangkan upah tenaga kerja pada proses produksi sawut kering hingga pengemasan dibedakan berdasarkan pekerjaannya. Orang yang bertugas menggiling sawut kering menjadi tepung diberi upah sebesar Rp 50.000 dan upah untuk bagian pengemasan dan pelabelan sebesar Rp 15.000 per orang untuk satu kali produksi. Total upah tenaga kerja selama satu bulan adalah sebesar Rp 780.000 atau sebesar Rp 9.360.000 per tahun. Total biaya variabel usaha tepung ubi jalar KTH dengan bahan baku ubi jalar segar yang meliputi ubi jalar, solar, kemasan, oli, dan upah tenaga kerja selama satu tahun adalah sebesar Rp 34.093.600.

Bahan Baku Sawut Kering

Bahan baku selain dari ubi jalar segar, pengolahan tepung ubi juga dapat langsung menggunakan bahan baku dari sawut kering. Tepung ubi jalar yang dihasilkan oleh KTH tidak menggunakan bahan lain, selain ubi jalar segar atau sawut kering. Berbeda dengan bahan baku ubi jalar segar, sawut kering ini hampir tidak mengalami penyusutan berat saat diolah menjadi tepung. Sawut kering ini dapat dikatakan sebagai bahan setengah jadi untuk produksi tepung ubi jalar. Proses pengolahan dengan bahan baku sawut kering ini juga langsung pada proses penggilingan, penimbangan, hingga pengemasan. Sedangkan proses pengolahan untuk menghasilkan tepung dari bahan baku ubi jalar segar lebih panjang dan waktu yang dibutuhkan lebih lama dibandingkan dengan sawut kering. Harga

bahan baku sawut kering sendiri sebesar Rp 5000 per kilogram. Tepung ubi jalar yang dihasilkan dalam satu kali proses produksi sebanyak 50 kilogram.

Faktor biaya variabel usaha tepung ubi jalar KTH dengan menggunakan bahan baku sawut kering sama seperti yang terdapat pada biaya variabel dengan bahan baku ubi jalar segar yaitu bahan baku, bahan bakar, kemasan, oli, dan upah tenaga kerja. Perbedaan hanya terdapat pada biaya bahan baku dan tenaga kerja yang digunakan. Bahan baku sawut kering yang digunakan sebanyak 50 kg untuk menghasilkan output tepung ubi jalar sebanyak 50 kg. Artinya penggunaan sawut kering untuk menghasilkan tepung tidak mengalami penyusutan atau penyusutannya sangat kecil. Tenaga kerja yang digunakan dengan penggunaan bahan baku sawut kering, melakukan proses produksi dari sawut kering, digiling hingga pengemasan. Biaya variabel usaha tepung ubi jalar KTH per tahun dengan menggunakan bahan baku sawut kering dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Biaya variabel usaha tepung ubi jalar KTH per tahun dengan bahan baku sawut kering

No Keterangan Satuan Jumlah per Bulan Biaya per Bulan (Rp) Biaya per Tahun (Rp) 1. Sawut Kering Kg 200 1.000.000 12.000.000 2. Bahan Bakar Solar Liter 10 45.000 540.000 3. Kemasan Lembar 400 506.800 6.081.600 4. Oli Liter 0,3 9.333 112.000 5. Upah Tenaga Kerja Jam 64 380.000 4.560.000 Total 23.293.600

Berdasarkan Tabel 11, dapat dilihat faktor-faktor yang ada di dalam biaya variabel usaha tepung ubi jalar KTH dengan bahan baku sawut kering. Harga sawut kering untuk 1 kg adalah Rp 5.000, biaya sawut kering untuk satu kali produksi sebesar Rp 250.000. Satu periode produksi tepung dengan bahan baku sawut kering yaitu satu hari, yang dilakukan satu kali dalam satu minggu, sehingga selama satu bulan hanya dilakukan empat kali produksi. Biaya bahan baku selama satu bulan sebesar Rp 1.000.000 atau sebesar Rp 12.000.000 per tahun. Biaya variabel lainnya adalah bahan bakar berupa solar. Solar yang digunakan dalam satu bulan sebanyak 10 liter, harga untuk solar sebesar Rp 4.500 per liter. Biaya solar untuk satu bulan adalah Rp 45.000 atau sebesar Rp 540.000 per tahun. Spesifikasi kemasan yang digunakan terbuat dari plastik, yaitu plastik polos dan plastik dengan label merek tepung. Biaya kemasan sebesar Rp 1.267 per kemasan, sehingga biaya untuk seratus kemasan per produksi sebesar Rp 126.700. Jika dalam satu bulan ada empat kali produksi, pengeluaran untuk kemasan adalah sebesar Rp 506.800 atau sebesar Rp 6.081.600 per tahun.

Oli yang digunakan sebagai pelumas mesin pengolah sebanyak satu liter per tiga bulan. Harga oli sebesar Rp 28.000 per liter, sehingga biaya oli per tahun sebesar Rp 112.000. Biaya variabel lain yang dikeluarkan oleh KTH adalah biaya tenaga kerja. Total waktu produksi dari seluruh tenaga kerja yang digunakan per

bulan yaitu 64 jam, dimana setiap tenaga kerja bekerja selama empat jam per periode produksi (satu hari). Sehingga total dari empat orang tenaga kerja adalah 16 jam per periode produksi atau 64 jam per bulan.

Upah tenaga kerja berdasarkan dari hasil produksi yang dihasilkan dan pembagian upah untuk setiap bagian pengolahan berbeda. Tenaga kerja yang bertugas untuk menggiling sawut kering menjadi tepung diberikan upah sebesar Rp 50.000 sekali periode produksi, sedangkan tenaga kerja yang bertugas dalam pengemasan diberikan upah sebesar Rp 15.000 per orang sekali periode produksi. Tenaga kerja yang digunakan dalam satu kali periode produksi sebanyak empat orang yang terdiri dari satu orang yang bertugas menggiling dan tiga orang pengemasan termasuk Bapak Ahmad atau Istri ikut dalam proses produksi baik dalam pengawasan atau ikut di bagian pengemasan. Pengeluaran total untuk upah tenaga kerja jika menggunakan bahan baku sawut kering selama satu bulan adalah sebesar Rp 380.000 atau sebesar Rp 4.560.000 per tahun. Total untuk biaya variable usaha tepung ubi jalar KTH per tahun yang dikeluarkan untuk memproduksi tepung ubi jalar meliputi bahan baku sawut kering, bahan bakar solar, kemasan tepung, oli, dan upah tenaga kerja adalah sebesar Rp 23.293.600.

Total Biaya Usaha

Total biaya usaha merupakan jumlah dari keseluruhan biaya yang dikeluarkan suatu usaha, meliputi biaya tetap dan biaya variabel baik yang berhubungan secara langsung dalam membentuk sebuah produk atau tidak langsung. Total biaya yang dikeluarkan oleh suatu usaha tentunya berbeda. Perbedaan tersebut dapat dilihat pada faktor-faktor yang ada dalam biaya tetap dan biaya variabel usaha. Total biaya usaha tepung ubi jalar KTH per tahun dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 12.

Tabel 12.Total biaya usaha tepung ubi jalar KTH per tahun

No Keterangan

Bahan Baku Ubi Jalar segar

Bahan Baku Sawut Kering Jumlah (Rp) Jumlah (Rp) Biaya Tetap

1. Biaya penyusutan 6.413.000 6.289.667

2. Biaya listrik dan air 360.000 240.000

3. Biaya perawatan mesin produksi 600.000 600.000

Total Biaya Tetap 7.373.000 7.129.667 Biaya Variabel

4. Bahan Baku 18.000.000 12.000.000

5. Solar 540.000 540.000

6. Oli 112.000 112.000

7. Kemasan 6.081.600 6.081.600

8. Upah tenaga kerja 9.360.000 4.560.000

Total Biaya Variabel 34.093.600 23.293.600

Tabel 12 menunjukkan total biaya yang dikeluarkan KTH untuk usaha tepung ubi jalar selama satu tahun. Total biaya dibedakan berdasarkan penggunaan bahan baku. Total biaya usaha tepung ubi jalar KTH dengan menggunakan bahan baku ubi jalar segar sebesar Rp 41.466.600, yang merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap yang dikeluarkan bedasarkan bahan baku yaitu pada penggunaan bahan baku ubi jalar segar sebesar Rp 7.373.000. Biaya tetap tersebut terdiri dari biaya penyusutan, biaya listrik dan air, serta biaya perawatan mesin produksi. Biaya penyusutan meliputi penyusutan tempat pengolahan dan penyusutan peralatan produksi tepung ubi jalar KTH. Sedangkan total biaya variabel pada penggunaan bahan baku ubi jalar segar sebesar Rp 34.093.600. Total biaya usaha tepung ubi jalar KTH dengan bahan baku sawut kering sebesar Rp 30.423.267, dimana biaya tetap yang dikeluarkan sebesar Rp 7.129.667 dan biaya variabel sebesar Rp 23.293.600.

Hasil tersebut menunjukkan adanya perbedaan total biaya usaha yang cukup besar, terutama pada biaya variabel. Perbedaan tersebut terletak pada faktor biaya bahan baku dan tenaga kerja yang digunakan. Biaya bahan baku ubi jalar segar selama satu tahun sebesar Rp 18.000.000, sedangkan biaya bahan baku untuk sawut kering sebesar Rp 12.000.000 per tahun. Biaya tenaga kerja pada penggunaan ubi jalar segar sebesar Rp 9.360.000, dimana tenaga kerja tersebut ada yang bekerja mulai dari ubi jalar segar hingga sawut kering dan pengolahan sawut menjadi tepung hingga pengemasan. Sedangkan tenaga kerja pada penggunaan bahan baku sawut kering sebesar Rp 4.560.000 yang bekerja mulai dari penggilingan hingga pengemasan. Selisih total biaya usaha tepung ubi jalar KTH dengan menggunakan bahan baku berupa ubi jalar segar atau sawut kering sebesar Rp 11.043.333 per tahun atau sebesar Rp 920.278 per bulan. Hal tersebut menunjukkan bahwa adanya perbedaan komponen biaya dengan penggunaan bahan baku yang berbeda. Penggunaan bahan baku sawut kering memiliki jumlah biaya yang lebih kecil dibandingkan dengan penggunaan ubi jalar segar. Karena pada sawut kering proses produksi langsung dari proses penggilingan hingga pengemasan, sedangkan pada ubi jalar segar proses produksi lebih panjang yaitu mulai ubi jalar segar hingga menjadi sawut kering dan sawut kering hingga menjadi tepung dan dikemas.

Volume Penjualan dan Harga Jual

Tepung ubi jalar yang telah dikemas siap untuk dijual kepada konsumen. Tepung ubi jalar dikemas dalam kemasan plastik yang telah diberi label. Tepung ubi jalar yang dijual saat ini hanya dalam kemasan lima ratus gram. Konsumen yang membeli tepung ubi jalar KTH ini ada yang merupakan produsen roti dan konsumen akhir yang digunakan untuk konsumsi sendiri atau pengecer yang menjual kembali tepung tersebut. Pembeli ini belum melakukan pembelian secara kontinu, khususnya pengolah roti yang membeli tepung ubi jalar untuk mencoba tepung dalam pembuatan rotinya. Tepung ubi jalar yang dihasilkan KTH per bulan adalah sebesar 200 kg atau sebanyak 400 kemasan. Tepung ubi jalar dalam kemasan 500 gram dijual dengan harga Rp 6.000. Total penerimaan KTH dari usaha pengolahan ubi jalar menjadi tepung adalah sebesar Rp 2.400.000 per bulan atau sebesar Rp 28.800.000 per tahun.

Analisis Profitabilitas

Usaha yang dijalankan oleh seseorang atau sekelompok orang diharapkan mampu menghasilkan keuntungan atau profit. Analisis profitabilitas merupakan suatu analisis yang digunakan untuk mengukur seberapa besar suatu usaha mampu memperoleh keuntungan. Keuntungan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor,

Dokumen terkait