• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Gambaran Umum Kecamatan Megamendung

Kecamatan Megamendung merupakan salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Kecamatan Megamendung terletak antara 54o- 106 BT dan 6o–41o LS dengan topografi yang berbukit-bukit, datar, dan miring dengan jenis tanah latosol kemerahan. Kecamatan Megamendung berada pada

ketinggian 650 -1 100 meter di atas permukaan laut dengan suhu rata-rata antara 18o-240 C. Jenis tanah dan ketinggian wilayah di Kecamatan Megamendung mendukung untuk dilakukan budidaya caisin, karena caisin tumbuh baik pada jenis tanah aluvial, regosol, grumosol, latosol dan andosol serta ketinggan lebih dari 600 meter di atas permukaan laut. Caisin yang ditanam pada ketinggian tersebut bisa dipanen setelah berumur 40 hari (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan 2007).

Secara geografis, Kecamatan Megamendung pada tahun 2011 diperoleh data jumlah penduduk Kecamatan Megamendung sampai bulan Desember 2011 adalah 92 563 jiwa, yang terdiri dari 47 553 jiwa penduduk laki-laki dan 45 050 jiwa penduduk perempuan. Sebagian besar penduduk yang bermukim di Kecamatan Megamendung bekerja pada sektor pertanian dan perdagangan. Penduduk yang bekerja di sektor pertanian sebanyak 7 612 orang (50.6 persen) yang terdiri dari petani pemilik tanah sebanyak 1 268 orang, petani penggarap tanah sebanyak 5 154 orang dan buruh tani sebanyak 1 190 orang, sedangkan penduduk yang bekerja di sektor perdagangan sebanyak 3 046 orang (20.2 persen) (Monografi Kecamatan Megamendung 2010). Komoditi yang banyak ditanam oleh penduduk di wilayah Megamendung adalah komoditi tanaman pangan dan sayuran. Tanaman pangan yang banyak ditanam adalah padi, jagung, ubi jalar, ubi kayu dan kacang tanah, sedangkan tanaman sayuran yang banyak ditanam adalah wortel, daun bawang, sawi, kubis, cabai, dan kedelai.

PT. Saung Mirwan pada tahun 1984 berdomisili di Desa Sukamanah, Kecamatan Megamendung, kabupaten Bogor dengan luas areal 11 hektar dimana hampir seluas 4 hektar terdiri dari bangunan greenhouse dengan konstruksi besi dilengkapi dengan peralatan yang modern. Lokasi berada pada ketinggan 670 meter dpl dan cukup strategis karena membutuhkan waktu kurang dari 1 jam perjalanan dengan kendaraan dari Jakarta. Hingga saat ini PT. Saung Mirwan kurang lebih 250 mitra yang tersebar di berbagai daerah seperti di sekitar Bogor, Sukabumi, Bandung, Lembang, Cipanas, dan Garut.

Pola Kemitraan

PT. Saung Mirwan pada tahun 1984 berdomisili di Desa Sukamanah, Kecamatan Megamendung, kabupaten Bogor dengan luas areal 11 hektar dimana hampir seluas 4 hektar terdiri dari bangunan greenhouse dengan konstruksi besi dilengkapi dengan peralatan yang modern. Lokasi berada pada ketinggan 670 meter dpl dan cukup strategis karena membutuhkan waktu kurang dari 1 jam perjalanan dengan kendaraan dari Jakarta. Hingga saat ini PT. Saung Mirwan kurang lebih 250 mitra yang tersebar di berbagai daerah seperti di sekitar Bogor, Sukabumi, Bandung, Lembang, Cipanas, dan Garut.

Kemitraan dalam berbagai konsep dan bentuk implementasinya, mensyaratkan hubungan “ saling percaya, saling memiliki, saling melindungi dan saling menguntungkan, “ sejajar dan saling membantu antara pihak-pihak yang bermitra serta mempunyai hak dan kewajiban yang sama.

Pola kemitraan diawali tahun 1992 dengan mengajak lima orang petani tradisional sekitar PT. Saung Mirwan dengan menanam beberapa jenis komoditas di lahan terbuka (Open Air) dimana segala kebutuhan saprotan disediakan oleh PT. Saung Mirwan. Sejalan dengan itu ternyata sambutan para petani di sekitar PT. Saung Mirwan sangat besar terhadap hasil dari pola kemitraan tersebut.

Manajemen PT.Saung Mirwan memutuskan untuk mengorganisir sistem kemitraan ini dengan membentuk sub devisi dibawah Divisi Pengadaan sub Divisi kemitraan untuk dapat mewujudkan keinginan yang titik beratnya kepada target produksi dan kontuinitas produksi maka

Di lingkungan PT. Saung Mirwan mempunyai konsep kemitraan Mitra Tani Kemitraan yang kita sebut dengan “MITRA TANI” adalah suatu konsep kemitraan Inti – Plasma. PT. Saung Mirwan sebagai Inti dan para petani sebagai Plasma, yang sementara ini hanya untuk para petani disekitar PT. Saung Mirwan. Karakteristik Petani Caisin

Petani caisin yang dipilih sebagai responden adalah sebanyak 55 responden di Kecamatan Megamendung Sebanyak 30 responden petani bermitra dan sebanyak 25 responden petani tidak bermitra.

Karakteristik petani yang akan diuraikan meliputi usia dan pengalaman petani, tingkat pendidikan, status kepemilikan lahan dan luas lahan yang digarap. Karateristik petani responden selengkapnya diuraikan sebagai berikut.

Pengalaman Petani

Menurut Nainggolan (2001) diacu dalam Irianti (2005) bahwa umur seseorang dapat mempengaruhi fungsi biologis dan psikologis individu tersebut. Semakin muda umur petani diduga akan mempengaruhi kemampuan dan kemauan dalam mengadopsi inovasi. Para petani tersebut melakukan kegiatan usahatani dengan pengalaman dan pengetahuan sehingga tingkap adopsi mereka terhadap inovasi dan sistem yang baru tinggi.

Tabel 7 Sebaran petani responden berdasarkan pengalaman usahatani caisin di Kecamatan Megamendung 2013

Kelompok Umur (Tahun)

Petani Mitra Petani Non Mitra Jumlah (orang) Persentase (%) < 5 5-10 >10 4 13 18 7 13 4 20 31 7.27 36.36 56.36 Total 35 20 55 100

Tingkat pengalaman bertani mempengaruhi petani untuk bermitra semakin lama pengalaman bertaninya maka kecenderungan untuk melakukan mitra semakin besar.

Tingkat Pendidikan Petani Responden

Inovasi dan teknologi baru yang berkembang dalam usahatani dapat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan formal dalam memperoleh dan mengaplikasikannya. Baik dari sisi produksi, pemasaran, pengolahan, maupun keungan. Petani yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki pendidikan yang beragam mulai dari jenjang SD,SMP,SMA. Sebaran tingkat pendidikan petani responden dapat dilihat pada Tabel 8.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap responden, dapat diketahui tingkat pendidikan tidak berpengaruh langsung terhadap kegiatan usahatani. Pengetahuan usahatani yang petani memiliki berasal dari pengalaman bertani dan pengetahuan turun-temurun.

Menurut Soeharjo dan Patong (1973), tingkat pendidikan pada umumnya akan mempengaruhi cara berpikir petani. Pendidikan yang relatif tinggi dan umur yang muda menyebabkan petani lebih dinamis dalam mengadopsi inovasi baru. Tabel 8 Sebaran Petani Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan di

Kecamatan Megamendung 2013 Tingkat Pendidikan Petani Mitra Petani Non Mitra

Jumlah (jiwa) Persentase (%) SD SMP SMA 23 11 7 5 8 7 28 20 12.72 50.9 36.36 Total 35 20 55 100

Dari diatas dapat dilihat pendidikan dapat mempengaruhi para petani untuk memutuskan bermitra, untuk petani yang hanya lulusan SD tidak ada yang bermitra.

Status Pengelolaan Lahan

Sebagian besar petani di Kecamatan Megamendung baik yang bermitra maupun yang tidak bermitra menyewa lahan untuk menjalankan usahatani caisin. Namun juga ada sebagian kecil yang memiliki lahan untuk menjalankan kegiatan usahataninya. Petani yang memiliki lahan untuk menjalankan usahataninya sebesar 63.63 % dari 55 responden. Tabel 9 menunjukan perbandingan suatu kepemilikan lahan antara petani yang memiliki lahan sendiri dan petani yang menyewa lahan.

Tabel 9 Sebaran petani responden berdasarkan status kepemilikan lahan tahun 2013 Status Kepemilikan Petani Mitra Petani Non Mitra

Jumlah (jiwa) Persentase (%) Milik Sewa 18 11 11 9 35 20 63.63 36.36 Total 35 20 55 100

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa bahwa petani bermitra yang memiliki lahan sendiri lebih banyak dibandingkan non mitra.

Dokumen terkait