• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kemitraan Pada Petani Caisin di Kecamatan Megamendung

Kemitraan penting keberadaannya apabila mampu memberikan manfaat untuk kedua belah pihak. Kemitraan yang dilakukan di Kecamatan Megamendung adalah kemitraan inti plasma, perusahaan saung mirwan bertindak sebagai intinya dan petani sebagai plasmanya manfaat pola kemitraan ini adalah sebagai berikut : 1. Bimbingan, Pelatihan dan Penyuluhuan Kepada Mitra Tani

Fasilitas bimbingan, pelatihan dan penyuluhan kepada anggota secara gratis dan kontinyu adalah salah satu ciri pola kemitraan di Kecamatan Megamendung. Fungsi dalam pemberian penyuluhan dan bimbingan ini bias dirasakan manfaatnya oleh petani. Hal ini ditunjukan dari kwalitas produksi yang lebih baik. Bimbingan dan pelatihan merupakan kegiatan yang sangat dibutuhkan oleh petani karena melalui kegiatan inilah petani anggota mengetahui budidaya dan pengelolaan usahatani yang baik, produktif, dan menghasilkan. Petani juga dapat mengaplikasikan teknis budidaya yang benar dan modern, penggunaan input-input produksi yang unggul, serta pencegahan dan penanggungalan hama dan penyakit tertentu. 2. Pembayaaran Hasil Panen oleh Perusahaan Mitra

Pembayaran hasil panen oleh perusahaan merupakan fasilitas utama yang mendasari kenginginan petani mitra caisin di Kecamatan Megamendung bergabung dengan PT. Saung Mirwan. Petani tentu sangat menginginkan pembayaran yang lancar dengan harga yang sesuai hasil usaha yang dilakukan selama menjalankan kegiatan usahatani caisin. PT. Saung Mirwan membuat kebijakan agar petani dan perusahaan sama sama tidak dirugikan apabila terjadi flukstuasi harga caisin dengan cara membuat harga terendah yang dijual dari petani ke Saung Mirwan sebesar Rp. 1900/ Kg, dan harga tertinggi yang dijual dari petani ke Saung Mirwan sebesar Rp. 4800/Gk. Jika PT. Saung Mirwan tidak dapat membayar tunai dikarenakan dana PT. Saung Mirwan yang terbatas, maka pembayaran dilakukan pada saat Saung Mirwan telah menjual hasil komoditas casin ke pasar pasar yang menjadi target penjualan Saung Mirwan.

3. Fasilitas Pengangkutan Hasil Panen

Tersedia fasilitas pengangkutan hasil panen oleh PT. Saung Mirwan, hal ini dikatakan menguntungkan bagi petani karena petani dapat melakukan penghematan pada biaya pengangkutan.

PT. Saung Mirwan menyediakan jasa pengangkutan berupa mobil pick up, dan motor untuk mengangkut sayuran hasil panen petani mitra. Kendaraan motor biasanya digunakan untukmengangkut hasil panen yang tidak terlalu banyak dan untuk pengangkutan caisin dari gunung, dimana tidak memungkinkan dilakukan pengangkutan dengan mobil pick up karena kondisi jalan yang sempit dan berbelok tajam. Sedangkan mobil pick up digunakan untuk mengakut caisin di dataran yang lebih rendah.

4. Informasi Harga Sayuran di Tingkat Petani

Informasi harga caisin yang transparan dan jelas tentu sangat penting bagi petani. Selain untuk mengetahui harga caisin saat ini dan kecenderungannya kedepan, juga sebagai pedoman bagi petani untuk memutuskan akan menanam sayuran yang sesuai dengan harga saat ini sehingga petani tidak mengalami kerugian. Dalam pelaksanaan kegiatan dan kerjasamanya dengan petani, Saung Mirwan terbuka dan transparan dengan harga yang diberikan, termasuk apabila petani petani ingin membandingkan harga caisin yang di berikan Saung Mirwan dengan harga caisin yang di Pasar. Petani tidak dipaksa harus menjual hasil panennya ke Saung Mirwan, meskipun berdasarkan kontrak dan kesepakatan, para petani mitra harus menjual hasil panennya kepada Saung Mirwan. Akan tetapi, sebagian besar petani mitra menjual hasil panennya ke Saung Mirwan karena dianggap

lebih menguntungkan dan lebih praktis dibandingkan menjual caisin ke tempat atau pihak lain.

Penggunaan Input Usahatani

Kegiatan usahatani caisin meliputi benih, lahan, pupuk, pestisida, tenaga, dan alat-alat pertanian yang digunakan pada saat kegiatan budidaya. Secara rinci sarana produksi yang digunakan dapat dilihat pada subbab berikut:

Benih

Benih memiliki peran startegis sebagai sarana pembawa teknologi baru, berupa keunggulan yang dimiliki varietas dengan berbagai spesifikasi keunggulan diantaranya daya hasil tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit yang menganggu pola tanamam dan pengendalian hama terpadu serta pertumbuhan yang lebih cepat untuk meningkatkan indeks pertanaman (IP) dan keunggulan mutu hasil panen sehingga sesuai dengan keinginan konsumen. Akan tetapi untuk memanfatkan inovasi teknologi yang dihasilkan belum semua pengguna memanfatkannya, hal ini disebabkan antara lain teknologi yang dihasilkan masih memerlukan peran pihak lain memproduksi secara masal dengan fasilitas khusus.

Seperti halnya di Kecamatan Megamendung seluruh benih caisin merupakan hasil pembelian. Harga pembelian benih caisin per sachet adalah Rp. 8 000. Benih yang di butuhkan untuk penanaman 1Ha sebanyak 8 sachet . Benih caisin varietas tosakan dapat dilihat seperti pada Gambar10.

Gambar 10 Benih caisin varietas tosakan

Lahan

Luas lahan yang dimiliki petani bervariasi yaitu + 1 000 meter–10 000 meter. Luas lahan yang digunakan petani merupakan lahan sewa, dan lahan pribadi. Tiap lahan digunakan untuk penanaman caisin dikenakan biaya sebesar 5 000 000 – 7 000 000/ha/tahun.

Pupuk merupakan material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik atau optimal, pupuk dapat berupa bahan organik maupun non organik (buatan). Pupuk buatan adalah pupuk yang dibuat secara kimia, pupuk buatan dapat dibedakan menjadi pupuk tunggal dan pupuk majemuk. Pupuk tunggal hanya memiliki satu macam hara, pupuk buatan tunggal yang sering digunakan antara lain pupuk urea dan Za untuk unsur hara N, pupuk TSP dan SP 36 untuk unsur hara P, KCl untuk unsur hara H. Pupuk majemuk memiliki kandungan hara lengkap, dan pupuk majemuk biasanya dibuat dengan mencampurkan pupuk tunggal. Pupuk organik adalah pupuk yang tersusun dari materi makhluk hidup, seperti pelapukan sisa-sisa tanaman, hewan, dan manusia.

Pupuk organik dapat berbentuk padat atau cair yang digunakan untuk memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. Pupuk organik mengandung banyak bahan organik daripada kadar haranya. Sumber bahan organik dapat berupa kompos, pupuk hijau, pupuk kandang, sisa panen (jerami, brangkasan, tongkol jagung, bagas tebu, dan serabut kelapa) limbah ternak, limbah industri yang menggunakan bahan pertanian dan limbah kota (sampah).

Pupuk yang biasa digunakan petani di Kecamatan Megamendung adalah pupuk kandang, Za/Urea, TSP, KCL dan NPK/Phonska (Gambar 11). Para petani membeli pupuk tersebut dari toko–toko tani disekitar Kecamatan Megamendung. Berikut Jumlah pupuk beserta harga pupuk per satuan yang biasa digunakan petani di Kecamatan Megamendung per Ha.

(a) Za (b) KCl (c) Npk Phonska Gambar 11 Jenis pupuk

Pengendalian Hama dan Penyakit

Salah satu faktor pembatas dalam usahatani untuk meningkatkan produksi tanaman adalah adanya serangan hama dan penyakit. Sehingga diperlukan pengendalian hama dan penyakit agar serangan hama dan penyakit berada pada ambang toleransi atau petani tidak mengalami kerugian dalam melakukan kegiatan usahatani. Pengendalian penyakit petani menggunakan pestisida insektisida, dan fungisida. Adapun pestisida yang biasa digunakan petani adalah Furadan dan Curacron untuk insektisida sedangkan untuk fungisida Daconil dan

Demolish (Gambar 12). Berikut jumlah pestisida beserta harga pestisida pers satuan yang biasa digunakan petani di Kecamatan Megamendung per Ha.

(a) Furadan (b) Curacon (c) Daconil

(d) Demolish

Gambar 12 Jenis pestisida

Tenaga Kerja

Tenaga kerja pada usahatani terbagi menjadi dua jenis, yaitu tenaga kerja luar keluarga dan tenaga kerja dalam keluarga. Tenaga kerja dalam keluarga berasal dari anggota rumah tangga petani sedangkan tenaga kerja luar keluarga yaitu tenaga kerja yang merupakan tenaga kerja upahan. Kasus petani responden di Kecamatan Megamendung sebagian besar menggunakan tenaga kerja luar keluarga. Petani respondennya melakukan kegiatan kontrol dan pengawasan para pekerja (buruh tani saat mereka bekerja di lahan).

Ketersediaan tenaga kerja di lokasi penelitian cukup banyak dan mudah didapatkan karena mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai buruh tani. Rata-rata penggunaan tenaga kerja mayoritas dikerjakan oleh pada saat persiapan lahan sedangkan tenaga kerja wanita dipekerjakan pada saat penyiangan dan pemanenan.

Jadwal waktu kerja yang diberlakukan mulai pukul 07.00 sampai pukul 12.00 tingkat upah rata–rata yang dibayarkan untuk tenaga kerja laki-laki adalah Rp. 25 000 per hari dan untuk tenaga kerja wanita adalah Rp 17 500 per hari. Jumlah anggota keluarga yang terlibat dalam usahatani caisin yaitu petani, istri petani, dan anak petani.

Alat–alat pertanian

Usahatani caisin jenis alat–alat yang sering digunakan adalah cangkul, sprayer, kored, dan mesin pompa air. Cangkul digunakan untuk pengelolahan lahan, sprayer digunakan pada saat pemberian pestisida, kored digunakan pada saat proses penyiangan, dan mesin pompa air biasa digunakan pada saat melakukan penyiramanan. Peralatan tersebut biasanya merupakan milik petani namun jumlahnya tidak banyak karena masing–masing buruh tani atau tenaga kerja luar keluarga telah membawa alat pertanian masing–masing seperti cangkul, kored, sedangkan sprayer rata–rata berasal dari petani pemilik lahan dan mesin pompa air rata–rata merupakan milik petani sekitar atau hasil pembelian bersama– sama. Petani tidak melakukan pembelian alat–alat pertanian sebab setiap musim tanam alat yang digunakan memiliki umur teknis lebih dari dua tahun sampai tidak dapat digunakan lagi.

Usahatani Caisin

Teknik budidaya tanaman caisin yang dilakukan petani di Kecamatan Megamendung secara komersil karena melihat dari peluang usaha yang ada. Kegiatan budidaya tanaman caisin dibagi menjadi tahapan lahan, pemupukan, penanaman, pemeliharaan, dan panen. Meskipun pada umumnya kegiatan usahatani memiliki persamaan, akan tetapi setiap petani memiliki beberapa perlakuan yang berbeda berdasarkan informasi yang didapat.

Persiapan Lahan dan Pemupukan Awal

Kegiatan awal sebelum lahan ditanami ialah membersihkan lahan dari tanaman liar dan sisa-sisa tanaman sebelumnya. Tujuannya untuk menekan terjadinya serangan hama dan penyakit. Lahan yang dibersihkan kemudian dicangkul untuk digemburkan dan meningkatkan aerasi tanah. Membentuk guludan setelah tanah digemburkan dengan tinggi 30 cm dan jarak antar guludan berkisar 40-50 cm (Gambar 13). Guludan diberikan pupuk dasar secara merata dan didiamkan beberapa hari. Pupuk kandang dibutuhkan untuk pemupukan dasar. Pupuk buatan yang digunakan pada pemupukan adalah pupuk ZA, pupuk KCl, pupuk Phonska, dan pupuk TSP. Jumlah pupuk kimia yang diberikan pada pemupukan dasar sebanyak setengah dari total pupuk yang digunakan oleh petani. Selesai dilakukan semua kegiatan pengolahan, tanah diratakan kembali kemudian didiamkan beberapa hari.

Gambar 13 Persiapan lahan Penamanan

Petani responden melakukan penanaman dengan cara tradisional, dimana petani langsung menanam (menyemai benih) pada bedengan penanaman tanpa melakukan pemindahan. Penanaman diawali dengan melubangi bedengan dengan jarak tanam 20 x 20 cm, kemudian memasukan beberapa benih caisin. Kemudian benih tersebut ditutup dengan pupuk kandang.

Pemeliharaan

Pemeliharaan juga dilakukan pada bibit caisin selama masa pertumbuhan sampai panen. Berdasarkan pengamatan di lokasi penelitian, pemeliharaan tanaman caisin yang dilakukan oleh petani responden meliputi penyiraman, penyulaman, penyiangan, pemberian pupuk kimia, pupuk tambahan dan perlindungan terhadap hama dan penyakit.

1. Penyiraman

Penyiraman atau pengairan disesuaikan dengan kebutuhan tanah, sejak disemai sampai tumbuh dewasa air selalu dibutuhkan (Anas 2006). Berdasarkan hasil wawancara, pada umumnya petani responden penyiraman tergantung cuaca pada saat musim kemarau petani yang dilakukan petani responden dua kali selama enam minggu dan selama musim hujan penyiraman atau pengairan dilakukan satu kali dalam seminggu.

2. Penyulaman

Penyulaman caisin dengan metode persemaian, selalu ada tamanan mati, baik berupa gagal tumbuh, maupun serangan hama terutama ulat dan kutu (Wahyudi 2010). Berdasarkan hasil wawancara, petani responden hanya sekali saja meyulam. Cara menyulam adalah dengan mencabut bibit yang mati dan memindahkan tanaman caisin yang menumpuk dalam satu lubang. 3. Penyiangan

Penyiangan yang dilakukan oleh petani responden adalah dengan membersihkan rumput dan gulma di sekitar tanaman, termasuk selokan. Menurut Wahyudi (2010), selain sebagai pesaing tanaman pokok yang menyerap unsur hara dari tanah, rumput dan gulma juga bisa menjadi tempat berkembang biak hama ulat. Pada umumnya petani responden melakukan penyiangan secara manual 1-2 minggu sekali, tergantung kondisi rumput dan gulma yang tumbuh pada tanaman caisin.

4. Pemberian Pupuk Kimia

Pada umumnya petani responden memberikan pupuk kimia pada minggu ketiga setelah tanam (MST) dengan cara penaburan dalam larikan. Petani

responden memberikan pupuk kimia berupa pupuk urea dan NPK. Umumnya dilakukan dua kali pada saat musim tanam.

5. Pupuk Tambahan

Pupuk tambahan yang digunakan petani responden adalah pupuk cairan. Manfaat pupuk ini adalah memberikan nutrisi tambahan pada daun caisin, daun terlihat segar dan hijau. Umumnya dilakukan sekali saja yaitu minggu keempat setelah tanam atau dua minggu sebelum panen.

6. Pengendalian Hama Penyakit

Serangan hama dan penyakit dapat merusak tanaman, kerusakan dapat disebabkan oleh hama dan penyakit busuk. Serangan ulat dan penyakit busuk biasanya berlangsung sedikit demi sedikit, jika sudah tampak cegah dengan insektisida dan fungisida dua minggu setelah tanam dan dua minggu sebelum panen, biasanya hama dan penyakit tidak terlihat lagi setelah panen. Namun dalam keadaan tidak normal, pencegahan hama dan penyakit dilakukan 6-10 kali dalam satu kali musim tanam.

Panen

Umur panen caisin berkisar 40–45 hari. Panen caisin terlebih dahulu melihat fisik tanaman seperti warna, bentuk, dan ukuran daun. Cara panen ada dua macam yaitu mencabut seluruh tanaman beserta akarnya dan dengan memotong pangkal batang yang berada di atas tanah dengan menggunakan pisau tajam. Petani responden melakukan panen

Pemasaran

Hasil produksi yang dipanen mitra biasanya langsung diambil oleh PT. Saung Mirwan agar kualitas caisin masih terjaga. Tanaman caisin merupakan produk sayuran perishable atau mudah rusak sehingga harus segera di pasarkan. Alur pemasaran tanaman caisin (Gambar 14)

Gambar 14 Jalur pemasaran caisin mitra tani di Kecamatan Megamendung Gambar 14 menunjukan bahwa jalur pemasaran pertama, caisin dimulai dari petani yang langsung menjual hasil panennya kepada PT. Saung Mirwan, dari Saung mirwan di sortasi, kemudian di pasarkan ke Swalayan, Pasar dan juga pasar Tradisional.

Petani non mitra memasarkan hasil panennya langsung ke tengkulak dan tengkulak langsung memasarkan ke pasar tradisional seperti pada Gambar 16.

Petani PT. Saung Mirwan

Swalayan Restoran

Gambar 15 Jalur pemasaran caisin non mitra tani di Kecamatan Megamendung Analisis Pendapatan Usahtani Caisin

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan usahatani dengan pengeluran usahatani. Usahatani dapat dikatakan menguntungkan apabila pendapatan usahatani tersebut bernilai postif dan dikatakan merugikan apabila bernilai negatif. Pendapatan usahatani dianalisis menggunakan dua konsep, yaitu konsep pendapatan atas biaya tunai dan konsep pendapatan atas biaya total.

Pendapatan atas biaya tunai didapatkan dari hasil pengurangan pendapatan usahatani terhadap komponen biaya yang dikeluarkan petani untuk dalam bentuk tunai seperti pembelian benih, pupuk, pestisida, alat–alat pertanian, tenaga kerja luar keluarga dan sewa lahan (lahan sewaan). Pendapataan biaya total merupakan penerimaan usahatani yang dikurangi dengan seluruh biaya yang telah dikeluarkan dalam usahatani termasuk biaya–biaya yang diperhitungkan seperti biaya tenaga kerja keluarga dan pajak lahan Untuk menghitung pendapatan dibutuhkan data total penerimaan biaya yang dikeluarkan selama kegiatan usahatani. Data penerimaan diperoleh dari hasil produksi (konsumsi maupun dijual) dikalikan dengan harga jual yang berlaku pada saat panen, sedangkan total biaya diperoleh dari perhitungan seluruh sarana produksi yang digunakan dikalikan dengan harga yang berlaku.

Penerimaan Usahatani

Penerimaan usahatani caisin merupakan jumlah seluruh hasil produksi usahatani caisin dengan harga jual yang berlaku pada saat panen. Besar kecilnya penerimaan petani selain dipengaruhi oleh jumlah produksi yang diperoleh juga dipengaruhi oleh harga yang berlaku pasa saat itu, karena harga caisin di pasar sangat berfluktuatif. Harga caisin berfluktuatif dipengaruhi kuantitas produk yang ada di pasar. Apabila kuantitas produk melimpah atau pada saat musim panen harga cenderung lebih murah sedangkan apabila jumlah produk sedikit di pasar maka harga cenderung lebih mahal. Adapun total penerimaan yang diperoleh petani caisin di kecamatan Megamendung dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10Total penerimaan usahatani caisin menurut rata-rata per hektar per musim tanam

Total penerimaan diperoleh dari jumlah keseluruhan hasil produksi yang kemudian dikalikan harga yang berlaku. Berdasarkan tabel diatas pendapatan terbesar diperoleh oleh usahatani mitra hal ini dikarenakan harga jual mitra tani caisin lebih stinggi dibandingkan harga jual non mitra. Jumlah produksi yang dihasilkan petani mitra dan non mitra relatif sama ini dikarenakan ketinggian tempat dan jenis tanah usahatani caisin yang relatif sama.

Usahatani Harga (Rp) Produksi (Kg) Total Mitra Tani 2 500 11 900 29 750 000 Non mitra 1 900 11 960 23 920 000

Biaya Usahatani

Biaya usahatani meliputi biaya bibit, pupuk, pestisida, tenaga kerja, alat-alat pertanian, biaya sewa lahan, dan biaya penyusutan alat-alat pertanian. Adapun rincian biaya yang dikeluarkan selama kegiatan usahatani caisin.

Biaya benih

Benih yang digunakan sangat menentukan jumlah produksi yang dihasilkan. Semakin berkualitas benih yang digunakan maka semakin baik juga produksi yang diperoleh nanti. Benih yang lazim digunakan petani umumnya varietas Tosakan. Biaya benih pada usahatani caisin yang digunakan responden rata-rata perluasan lahan per musim tanam dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11 Penggunaan benih rata-rata per hektar per musim

Berdasarkan pada Tabel 11 menunjukan bahwa antara petani mitra dan non mitra penggunaan benih yang digunakan sama ini dikarenakan varietas yang ditanam petani di Kecamatan Megamendung relatif sama.

Biaya Pupuk

Pupuk merupakan material yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga tanaman mampu berproduksi dengan baik. Berdasarkan asalnya pupuk dibedakan menjadi dua jenis, yaitu pupuk organik (pupuk kandang) dan pupuk non organik (ZA,Urea, TSP, KCl, NPK, Phonska). Biaya pupuk pada usahatani caisin yang digunakan responden rata-rata perluasan lahan per musim tanam dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 12 Jumlah penggunaan pupuk rata-rata per hektar per musim tanam

Jenis Pupuk Mitra Non Mitra

Pupuk Kandang 1 013.33 1 040 ZA 216.33 215.6 KCl 150 150 NPK Phonska 72 72 NPK Mutiara 72 72 Dolomite 572 572 Total 2095,66 2 121,6

Berdasarkan tabel di atas menujukan bahwa antara petani mitra dan non mitra penggunaan total pupuk non mitra lebih banyak digunakan dibandingkan dengan petani mitra hal ini dikarenakan terjadi pemborosan penggunaan pupuk, sedangkan penggunaan pupuk kandang mitra lebih banyak, hal ini dikarenakan petani mitra diberikan penyuluhan untuk menjaga keadaan tanah yang digunakan sebagai kegiatan usahatani agar kesuburannya. Selain itu dengan pupuk kandang

Usahatani Harga (Rp) Produksi (Kg) Total Mitra Tani 300 000 0.6 180 000 Non Mitra 300 000 0.6 180 000

tanah lebih gembur dan tanaman caisin mudah untuk tumbuh. Pupuk kandang juga lebih tahan lama bila dibandingkan dengan pupuk buatan yang mudah larut dalam air. Penggunaan pupuk ZA dan KCl lebih besar penggunaannya bila dibandingkan dengan pupuk Phonska dan NPK Mutiara, hal tersebut dikarenakan pupuk ZA dan KCl merupakan pupuk utama atau unsur hara yang terkandung didalamnya banyak diperlukan tanaman dalam proses pertumbuhan. Sedangkan pupuk Phonska dan NPK Mutiara merupakan pupuk tambahan.

Biaya Pestisida

Pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengendalikan, menolak, memikat, atau membasmi organisme pengganggu. Dengan adanya pestisida ini, produksi pertanian meningkat dan kesejahteraan petani juga semakin baik. (Tabel 13)

Tabel 13 Jumlah penggunaan pestisida rata-rata per hektar per musim tanam

Pada Tabel 13 tampak bahwa penggunaan pestisida petani mitra lebih besar ini dikarenakan petani mitra ingin mengurangi hama dan penyakit yang ada pada petani caisin hal ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas tanam.

Biaya Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu unsur penentu dalam melakukan aktivitas usahatani yang dikelolanya. Tenaga kerja dibagi menjadi dua kelompok yaitu, tenaga kerja keluarga dan tenaga kerja luar keluarga. Tenaga kerja yang dipekerjakan dalam kegiatan usahatani caisin kebanyakan berasal dari tenaga kerja luar keluarga (Tabel 14).

Jenis Pestisida Mitra Non Mitra

Fungisida (Kg) Antracol Dithane Insektisida (Liter) Borat Agristik Regent Finsol Furadan Samite 3.72 3.89 6.09 2.92 2.9 4.52 5.89 3.9 3.53 3.91 6.22 2.75 2.7 3.82 5.88 3.8 Total pestisida 33.83 32.61

Tabel 14 Jumlah penggunaan tenaga kerja luar keluarga rata-rata per hektar per musim tanam

Kegiatan Mitra (HOK) Non Mitra (HOK)

Pengolahan lahan 13.67 13.08 Penanaman 7.2 6.98 Pemupukan susulan 3.27 2.44 Pengendalian HPT 5.5 5.5 Penyiangan 2 2 Pemanenan 13.6 13.8 Total Hok 45.24 43.8

Pemakaian tenaga kerja luar keluarga sangat penting karena ini berkaitan dengan insensitas kegiatan pemanenan. Pada petani mitra total HOK lebih banyak dibandingkan dengan petani non mitra, hal ini dikarenakan petani mitra ingin mengoptimal hasil produksinya.

Biaya Sewa Lahan

Sewa lahan adalah dua hal yang harus dibayar petani responden saat penggunaan lahan untuk kegiatan usahatani. Lahan yang digunakan untuk usahatani caisin ada dua macam, yaitu lahan pribadi dan lahan sewa. Biaya sewa yang berlaku di Megamendung per hektar per tahun tergantung dari jauh dekatnya lokasi dengan akses transportasi. Harga yang sewa berlaku di Kecamatan Pasirwangi berkisar antara Rp. 1 666 000-2 333 0000/ha/ musim tanam.

Biaya Penyusutan

Petani responden tidak selalu membeli alat-alat pertanian setiap musim tanam, hal ini dikarenakan alat-alat pertanian yang dimiliki memiliki umur teknis lebih dari satu kali musim tanam sehingga dapat digunakan beberapa kali musim tanam hingga umur teknisnya habis atau tidak dapat digunakan lagi. Metode yang

Dokumen terkait