• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Gambaran Umum Desa Kalibuaya

Penelitian ini dilakukan di Desa Kalibuaya, Kecamatan Telagasari, Kabupaten Karawang yang terdiri dari 3 dusun, 6 Rukun Warga (RW), dan 16 Rukun Tetangga (RT). Secara administratif wilayah penelitian Desa Kalibuaya berbatasan dengan:

a. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Pasirkuning dan Desa Kalijaya. b. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Talagasari dan Desa Talagamulya. c. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Pasirmukti.

d. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Cadaskertajaya.

Berdasarkan agroekologi wilayah penelitian Desa Kalibuaya mempunyai luas wilayah kurang lebih 496 hektar yang terdiri dari lahan sawah 448 hektar dan luas lahan darat 48 hektar, sedangkan untuk sarana jalan terdiri dari jalan berbatu 3 km dan jalan aspal 25 km. Selain padi sawah, komoditi lain yang cukup dominan ditanam oleh petani adalah sayuran terdiri dari mentimun seluas 1.5 hektar, pare seluas 1 hektar, terong seluas 1.5 hektar, kacang panjang seluas 3 ha, serta emes seluas 1 hektar. Terdapat juga beberapa masyarakat yang melakukan usaha peternakan walaupun tidak begitu dominan seperti ternak bebek, ayam, serta sapi.

Desa Kalibuaya berada pada bagian utara Provinsi Jawa Barat dan secara geografis berada pada 107°12’-107°40’ Bujur Timur (BT) dan 5°56’- 6°34’ Lintang Selatan (LS). Ketinggian pada wilayah penelitian Desa Kalibuaya antara 1- 4 m di atas permukanaa laut (dpl), sedangkan pH tanah berkisar 5.8 - 6.2, serta kondisi topografi datar. Frekuensi curah hujan sebesar 1 222 mm/tahun, dengan frekuensi curah hujan rata-rata terbesar terjadi pada bulan Desember hingga April.

Luas lahan darat di wilayah penelitian Desa Kalibuaya adalah kurang lebih 48 hektar dengan perincian luas seperti perumahan atau pekarangan seluas 42

hektar, tegalan 3.4 hektar, kolam 1.6 hektar serta kuburan 1 hektar. Keadaan lahan berdasarkan struktur tanah, tekstur tanah, pH tanah, kedalaman air tanah dan kedalaman solum tanah di wilayah penelitian Desa Kalibuaya adalah sebagai berikut:

a. Jenis tanah : Aluvial Kelabu.

b. Struktur tanah : Gembur. c. Tekstur tanah : Remah. d. Kedalaman air tanah : 8 - 12 m. e. Kedalaman solum tanah : 1 m.

f. pH tnah : 5.8 – 6.2

(sumber: Profil Desa Kalibuaya 2014)

Jumlah penduduk Desa Kalibuaya berjumlah 4 630 jiwa terdiri dari laki-laki berjumlah 2 290 jiwa dan perempuan berjumlah 2 340 jiwa, sedangkan jumlah Kepala Keluarga (KK) 1 304 jiwa di dalamnya termasuk Kepala Keluarga Tani (KKT) berjumlah 231 jiwa.

Tabel 4. Sebaran penduduk Desa Kalibuaya berdasarkan mata pencaharian pada tahun 2014.

No Uraian Jumlah (Orang) Persentase (%)

Bidang Pertanian

1. Petani pemilik 154 4.40

2. Petani pemilik penggarap 245 7.00

3. Petani penggarap 89 2.54

4. Buruh tani 2 772 79.18

Bidang Non Pertanian

1. PNS 13 0.37

2. Pedagang 82 2.34

3. Jasa angkutan 57 1.63

4. Jasa tukang 89 2.54

Total 3 501 100.0

Sumber: Profil Desa Kalibuaya 2014

Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa sebagian besar mata pencaharian penduduk Desa Kalibuaya bergerak pada bidang pertanian. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4, dimana pekerjaan pada bidang pertanian terdiri dari 4.40 persen sebagai petani pemilik, 7.00 persen sebagai petani pemilik penggarap, 2.54 persen sebagai petani penggarap, dan 79.18 persen sebagai buruh tani. Selanjutnya pada bidang non pertanian terdiri dari 0.37 persen sebagai Pegawai Negeri Sipil, 2.34 persen sebagai pedagang, 1.63 persen sebagai jasa angkutan, dan 2.54 persen sebagai jasa tukang.

Karakteristik Petani Responden Usia Petani

Karakteristik usia petani merupakan lama responden hidup hingga penelitian ini dilakukan, umur produktif petani akan mempengaruhi bagaimana adopsi petani terhadap suatu inovasi baru. Dari keseluruhan responden petani

SLPTT, jumlah persentase terbesar berada pada kelompok usia 35-44 tahun sebesar 40 persen dan persentase terkecil berada pada kelompok usia 65-74 tahun sebesar 10.00 persen. Petani non SLPTT yang termasuk dalam kelompok usia 35-44 tahun dan 45-54 tahun memiliki jumlah persentase yang sama, yaitu masing-masing sebesar 26.67 persen dan persentase terkecil berada pada kelompok usia kurang dari 35 tahun.

Jumlah petani yang termasuk dalam usia produktif lebih banyak terdapat pada petani program SLPTT, yaitu sebanyak 22 dari 30 petani, sedangkan pada petani non SLPTT hanya sebanyak 18 dari 30 petani. Kelompok usia produktif akan lebih baik dalam beberapa hal seperti tenaga yang dihasilkan lebih besar dalam melakukan kegiatan di sawah, serta lebih cepat dalam hal adopsi inovasi yang akan diterima walaupun minim dalam hal pengalaman. Selain itu, usia produktif bagi petani program SLPTT mempunya manfaat untuk bisa menerapkan komponen teknologi yang dianjurkan dan diinformasikan oleh penyuluh.

Rata-rata usia petani SLPTT dan non SLPTT masing-masing sebesar 46.10 dan 50.73 tahun. Rata-rata usia keduanya berada di atas 45 tahun menunjukkan bahwa penduduk sebagai generasi muda yang ada di Desa Kalibuaya tidak banyak untuk menjadi seorang petani. Pada umumnya pekerjaan yang lebih diinginkan diluar bidang pertanian seperti pegawai buruh pabrik, pedagang, serta pekerjaan dibidang transportasi. Bagi sebagian petani yang berada di usia kurang dari 35 tahun adalah petani yang bekerja untuk meneruskan jejak keluarganya, terutama apabila keluarga petani tersebut memiliki lahan sendiri untuk digarap. Karakteristik petani berdasarkan kelompok usia dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Sebaran petani responden berdasarkan kelompok usia pada usahatani padi di Desa Kalibuaya tahun 2014.

Kelompok Usia (Tahun)

Petani SLPTT Petani Non SLPTT

Jumlah (Orang) Persentase (%) Jumlah (Orang) Persentase (%) Usia < 35 5 16.67 2 6.67 Usia 35 - 44 9 30.00 8 26.67 Usia 45 - 54 8 26.67 8 26.67 Usia 55 - 64 5 16.67 7 23.33 Usia 65 - 74 3 10.00 5 16.67 Total 30 100 30 100 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan merupakan jumlah tahun mengikuti pendidikan formal yang ditempuh oleh petani responden. Pendidikan petani SLPTT maupun non SLPTT tergolong dalam kategori rendah karena persentase terbesar masing-masing 46.67 persen dan 40.00 persen berada pada kelompok 5-8 tahun atau hanya tamat tingkat sekolah dasar. Bahkan terdapat beberapa petani yang tidak dapat melanjutkan sekolah hingga tamat sekolah dasar, yaitu sebanyak 10.00 persen bagi petani SLPTT dan 20.00 persen bagi petani non SLPTT.

Rata-rata tingkat pendidikan petani SLPTT dan non SLPTT masing-masing sebesar 7.47 dan 7.33 tahun. Tingkat pendidikan untuk petani program SLPTT dan

petani non SLPTT menyebar pada beberapa tingkatan sekolah yaitu Sekolah Dasar (SD) atau Sekolah Rakyat (SR), Sekolah Menengah Pertama (SMP), serta Sekolah Menengah Atas (SMA). Namun, terdapat perbedaan yakni sebanyak 2 orang (6.67 persen) petani non SLPTT yang telah menempuh pendidikan lebih tinggi hingga Sarjana (S1). Pada umumnya, petani dengan tingkat pendidikan tinggi beralasan untuk bekerja menjadi petani karena meneruskan usahatani keluarganya yang memiliki lahan sendiri.

Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi perilaku dan tingkat adopsi petani dalam mengaplikasikan tekonologi yang telah diberikan. Beberapa hal yang menyebabkan tingkat pendidikan petani rendah karena kurangnya kesadaran untuk menempuh pendidikan yang lebih tinggi, keterbatasan biaya keluarga untuk biaya sekolah, serta keinginan untuk langsung mencari pekerjaan. Selain itu, petani beranggapan bahwa keterampilan dasar bertani yang didapatkan secara turun menurun dari keluarga dapat membekali petani untuk menjadi petani. Berikut ini karakteristik petani berdasarkan tingkat pendidikan terakhir dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Sebaran petani responden berdasarkan pendidikan terakhir pada usahatani padi di Desa Kalibuaya tahun 2014.

Pendidikan Terakhir (Tahun)

Petani SLPTT Petani Non SLPTT

Jumlah (Orang) Persentase (%) Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 - 4 3 10.00 6 20.00 5 - 8 14 46.67 12 40.00 9 - 12 13 43.33 10 33.33 12 - 16 0 0.00 2 6.67 Total 30 100 30 100

Pengalaman Berusahatani Padi

Pengalaman berusahatani merupakan pengetahuan yang dimiliki petani dalam melakukan budidaya padi dalam kurun waktu tertentu. Tingkat pengalaman berusahatani yang sudah cukup lama terdapat pada petani non SLPTT, di mana persentase terbesar 40.00 persen didominasi dengan pengalaman petani lebih dari 20 tahun. Lain halnya dengan petani SLPTT yang memiliki persentase terbesar 80.00 persen didominasi dengan pengalaman petani kurang dari 20 tahun. Rata-rata pengalaman berusahatani pada petani non SLPTT lebih lama yaitu 20.13 tahun, sedangkan petani SLPTT hanya 13.07 tahun.

Pada penelitian ini, pengalaman berusahatani memiliki hubungan positif dengan tingkat usia petani, sehingga pengalaman yang rendah didominasi oleh petani dengan usia muda. Terdapat banyak petani muda dengan pengalaman rendah memutuskan untuk menjalani beberapa program yang diberikan seperti pada petani program SLPTT. Harapan petani untuk mengikuti program adalah agar memberikan banyak manfaat, pengetahuan, dan modal dasar dalam menerima inovasi teknologi. Lain halnya dengan petani yang sudah lama berusahatani padi, cenderung memiliki prinsip sendiri dalam berusahatani sehingga sulit untuk menerima inovasi dan teknologi baru. Berikut ini karakteristik petani berdasarkan pengalaman berusahatani padi yang dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Sebaran petani responden berdasarkan pengalaman berusahatani padi di Desa Kalibuaya tahun 2014.

Pengalaman Usahatani Padi

(Tahun)

Petani SLPTT Petani Non SLPTT

Jumlah (Orang) Persentase (%) Jumlah (Orang) Persentase (%) 1 - 10 18 60.00 9 30.00 11 - 20 6 20.00 9 30.00 21 - 30 4 13.33 6 20.00 > 30 2 6.67 6 20.00 Total 30 100 30 100

Luas Lahan Garapan

Luas lahan garapan merupakan keseluruhan luas lahan yang dijadikan tempat untuk melakukan kegiatan usahatani padi serta digarap oleh petani, baik lahan milik sendiri, menyewa ataupun bagi hasil. Desa Kalibuaya salah satu desa yang mempunyai luas lahan sawah terluas di Kecamatan Telagasari yaitu seluas 448 ha. Oleh sebab itu, tidak heran apabila banyak petani baik petani program SLPTT dan non SLPTT memiliki luas lahan garapan lebih dari 1 ha.

Pada penelitian ini petani program SLPTT menggarap lahan sawah dengan luas mulai dari 0.5 hektar sampai dengan 5 ha dengan rata-rata luas lahan yang digarap oleh 30 petani sebesar 1.185 ha. Selanjutnya untuk petani non SLPTT luas lahan mulai dari 0.3 ha sampai dengan 3 ha dengan rata-rata luas lahan yang digarap oleh 30 petani sebesar 0.87 ha. Berikut ini karakteristik petani berdasarkan luas lahan garapan padi yang dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Sebaran petani responden berdasarkan luas lahan garapan pada usahatani padi di Desa Kalibuaya tahun 2014.

Luas Lahan Garapan (Hektar)

Petani SLPTT Petani Non SLPTT

Jumlah (Orang) Persentase (%) Jumlah (Orang) Persentase (%) 0.26 - 0.50 10 30.00 7 23.33 0.51 - 0.75 1 6.67 8 23.33 0.76 - 1.00 8 30.00 7 23.33 > 1.00 11 33.33 8 30.00 Total 30 100 30 100

Status Kepemilikan Lahan

Status kepemilikan lahan sawah yang digarap oleh petani program SLPTT dan non SLPTT terdiri dari lima kategori status, yaitu lahan milik sendiri, bagi hasil atau maro, sewa, gadai, serta kontrak. Sebagian besar petani baik program SLPTT maupun non SLPTT memiliki lahan sendiri yaitu masing-masing sebanyak 13 orang (43.33 persen) dan 14 orang (46.67 persen) dari total jumlah sampel masing masing 30 orang.

Status kepemilikan lahan lainnya yang banyak dilakukan oleh petani adalah bagi hasil atau maro, yaitu terdiri dari 15 orang (50.00 persen) petani program SLPTT dan 13 orang (43.33 persen) petani non SLPTT dari total jumlah sampel masing masing 30 orang. Bagi hasil adalah pihak yang mempunyai lahan

menyerahkan lahannya tanpa memberikan modal kepada petani penggarap untuk diusahakan. Pada saat panen pemilik lahan dapat menikmati dari hasil lahannya dengan pembagian yang seimbang diantara kedua pihak. Status kepemilikan lahan lainnya seperti sewa, gadai, serta kontrak tidak banyak dilakukan oleh petani program SLPTT maupun non SLPTT. Berikut ini karakteristik petani berdasarkan status kepemilikan luas lahan garapan padi yang dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Sebaran petani responden berdasarkan status kepemilikan lahan garapan pada usahatani padi di Desa Kalibuaya tahun 2014.

Status Kepemilikan Lahan Garapan

Petani SLPTT Petani Non SLPTT

Jumlah (Orang) Persentase (%) Jumlah (Orang) Persentase (%) Milik Sendiri 13 43.33 14 46.67 Bagi Hasil 15 50.00 13 43.33 Sewa 1 3.33 1 3.33 Gadai 1 3.33 1 3.33 Kontrak 0 0.00 1 3.33 Total 30 100 30 100

Dokumen terkait