• Tidak ada hasil yang ditemukan

JKT / (K-1) F hit =

B. Pendekatan Biaya Investas

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

5.1 Profil Desa

Desa Jambenenggang secara admistratif terletak di kecamatan Kebon Pedes, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Wilayah Kabupaten Sukabumi yang terletak sekitar 160 km dari arah Jakarta meliputi areal seluas 420.000 hektar yang terbentang mulai dari ketinggian 0-2.958 m, di atas permukaan laut. Kabupaten Sukabumi terdiri atas 47 kecamatan, yang dibagi lagi atas sejumlah desa dan kelurahan. Kabupaten Sukabumi memiliki luas ± 419.970 ha ini terletak antara 106º49 sampai 107º Bujur Timur (BT) 60º57 - 70º25 Lintang selatan (LS). Keadaan topografi daerah sukabumi meliputi permukaan bergelombang, pegunungan di bagian utara, pebukitan di bagian tengah, bagian selatan bergelombang melandai ke arah pantai dengan ketinggian antara 0-2.969 meter di atas permukaan laut. Garis pantai dibagian selatan 117 km. Batas-batas wilayahnya: Sebelah Utara, berbatasan dengan Kabupaten Bogor, Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia, Sebelah Barat, berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan Samudra Indonesia, Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Cianjur. Dari aspek kemampuan tanah (kedalam efektif dan tekstur), daerah Kabupaten Sukabumi sebagian besar berstruktur tanah sedang ( tanah lempung). Kedalaman tanahnya dapat dikelompokan menjadi 2 (Dua) golongan besar yaitu kedalaman tanah sangat dalam (lebih dari 90 cm). Kedalaman tanah sangat dalam tersebar di bagian utara, sedangkan kedalaman tanah kurang dalam tersebar di bagian tengah dan Selatan. Hal ini mengakibatkan wilayah bagian u Kabupaten Sukabumi beriklim tropis dengan curah hujan sebesar3.719 mm dari 183 hari hujan pada tahun 2005. Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan

Desember dengan curah hujan 503 mm dan hari hujan 21 hari . Suhu udara berkisar 18.80C - 31.80C dengan suhu rata rata 25.550C, Kelembapan rata rata sebesar 88.8 %. Sedangkan Potensi geologis Kabupaten Sukabumi antara lain sumber panas bumi di daerah Gunung Salak dan Cisolok, bahan tambang dan bahan galian emas, Perak, batu- bara, pasir kwarsa, mamer, pasir besi, bentotot, teras. Jenis tanah di bagian utara pada umumnya terdiri dari tanah latosol, andosol dan regosol. Di bagian tengah pada umumnya terdiri dari tanah latosol dan pedisolik, sedangkan di bagian selatan sebagian besar terdiri dari tanah laterit, grumosol, pedsolik dan alluvial. Tanah lebih subur dibanding wilayah bagian selatan.

Desa Jambenenggang memiliki luas wilayah seluas 177,220 hektar dengan ketinggian kurang lebih sekitar 540 meter di atas permukaan laut, sehingga Desa Jambenenggang termasuk ke dalam tipologi daerah dataran rendah dan berpotensi untuk pengembangan budidaya padi. Di sebelah Barat desa ini berbatasan dengan Desa Sasaran, sedangkan di sebelah Timur berbatasan dengan Desa Bojongsawah. Pada bagian Utara desa ini berbatasan dengan Desa Kebon Pedes, kemudian di sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Buniwangi. Berdasarkan data potensi desa Kecamatan Jambenenggang (2011), lahan yang berfungsi sebagai tanah sawah adalah seluas 105 hektar, Irigasi teknis 100 hektar, tanah pekarangan 72 hektar, dan tanah untuk fasilitas umum seluas 1,6 hektar. Didukung oleh lingkungan dan sumberdaya yang ada, desa ini berpotensi untuk lahan pertanian, khususnya padi. Sebagian besar lahan pertanian untuk budidaya padi, yaitu seluas 105 hektar dengan rata-rata hasil produksi 9.684 ton per hektar (Desa Jambenenggang, 2011). Desa Jambenenggang terdiri dari lima dusun, delapan

Rukun Warga, dan tiga puluh Rukun Tetangga. Pada tahun 2011, jumlah penduduk Desa Jambenenggang sebanyak 5.493 orang dengan jumlah penduduk pria sebanyak 2.770 orang dan perempuan sebanyak 2.723. Mayoritas penduduk Desa Jambenenggang memiliki profesi yang berkaitan langsung dengan pertanian. Terdapat 564 orang penduduk berprofesi sebagai buruh tani dan 1730 berprofesi sebagai petani. Sisanya berprofesi sebagai buruh/swasta, PNS, pedagang, dan TNI/Polri. Berdasarkan tingkat pendidikan, terdapat 278 orang penduduk tidak menamatkan pendidikan sekolah dasarnya. Sedangkan penduduk desa yang menamatkan pendidikan sekolah dasarnya sebanyak 742 orang. Hanya sebagian kecil saja penduduk yang mengenyam pendidikan hingga SLTP dan SMU. Jumlah penduduk yang mencapai tingkat pendidikan SLTP sebanyak 412 orang, sedangkan tingkat SMU sebanyak 317 orang. Jumlah penduduk yang mencapai tingkat pendidikan S1-S3 sebanyak 15 orang.

5.2 Karakterisitik Responden

Karakteristik responden yang dianggap penting dalam penelitian ini meliputi status usaha, status kepemilikan lahan, tingkat pendidikan, aspek usia, pengalaman dalam usaha tani padi, luas areal usaha tani padi, dan sumber modal yang digunakan.

5.2.1 Status Usaha

Umumnya masyarakat di desa Jambenenggang menjadikan bertani sebagai mata pencaharian utama (97,5 %). Walaupun bertani menjadi mata pencaharian pokok, para petani responden memiliki mata pencaharian sampingan seperti berdagang, beternak, dan kuli bangunan. Hanya 2,5 % dari total responden (n=40 responden) yang menjadikan bertani sebagai mata pencaharian sampingan.

Tabel 5. Persentase Status Usaha tani di Desa Jambenenggng, Kec. Kebon Pedes, Kab.Sukabumi Tahun 2011 

Sumber : Data primer (diolah)

5.2.2 Status Kepemilikan Lahan

Berdasarkan Tabel 6 di bawah ini diketahui bahwa 62,5 % petani memiliki luas lahan kurang dari 2 Ha, hal ini disebabkan rata-rata petani didesa jambenenggang adalah petani yang memiliki skala usaha tani yang kecil. Untuk kepemilikan lahan lebih dari 0, 6 Ha hanya dimiliki 10 %. Jumlah responden baik dari petani SRI dengan konvensional berjumlah 40 orang.

Tabel 6. Persentase berdasarkan Status Kepemilikan lahan petani di Desa Jambenenggng, Kec. Kebon Pedes, Kab.Sukabumi Tahun 2011

No Status Kepemilikan

Lahan (Ha) Jumlah (orang) Persentase (%)

1 < 0,2 25 62,50

2 0,21-0,40 8 20,00

3 0,41-0,60 3 7,50

4 >0,60 4 10,00

Jumlah 40 100,00

Sumber : Data primer (diolah)

5.2.3 Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan petani responden akan berpengaruh pada tingkat penyerapan teknologi baru dan ilmu pengetahuan. Di daerah penelitian, sebagian besar petani responden telah mengenyam pendidikan formal. Persentase jumlah petani padi organik SRI maupun petani padi anorganik yang menyelesaikan tingkat pendidikan sekolah dasar adalah sebesar 42,50 %, petani yang mengenyam

No Status Usaha Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Utama 39 97,50

2 Sampingan 1 2,50

tingkat pendidikan SLTP sampai dengan Perguruan Tinggi masing-masing sebesar 7,50 %. Hal ini menunjukan bahwa petani responden di desa jambenenggang hampir 65 % adalah petani yang sudah memiliki pendidikan. Tabel 7. Persentase berdasarkan tingkat pendidikan petani di Desa Jambenenggng,

Kec. Kebon Pedes, Kab.Sukabumi Tahun 2011

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Tidak Sekolah 14 40,00 2 Lulus SD 17 42,50 3 Lulus SLTP 3 7,50 4 Lulus SMA 3 7,50 5 Lulus PT 3 7,50 Jumlah 40 100,00

Sumber : Data primer (diolah)

5.2.4 Aspek Usia

Usia petani responden di Desa Jambenenggang rata-rata berusia 57 tahun. Berdasarkan Tabel 9, banyak petani telah berusia lanjut (lebih dari 51 tahun) masih tetap bertani, mereka berpendapat bahwa bertani adalah mata pencaharian pokok mereka yang telah turun temurun. Umumnya para petani berusia antara 30 tahun sampai 80 tahun. Dilain pihak banyak generasi muda yang tidak ingin terjun pada sektor pertanian, karena mereka lebih tertarik menjadi tukang ojek, sopir angkot, atau bekerja di kota. Aspek usia mempengaruhi responden pada kondisi fisiknya. Umur yang semakin tua mengakibatkan kondisi fisik responden menjadi cepat lelah, sehingga pada saat pengelolaan lahannya sedikit kurang maksimal.

Tabel 8.Persentase berdasarkan Tingkat Usia petani di Desa Jambenenggang, Kec. Kebon Pedes, Kab.Sukabumi Tahun 2011

No Tingkat Usia Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 30-50 23 57,50

2 51-70 13 32,50

3 >71 4 10,00

Jumlah 40 100,00

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE

Dokumen terkait