• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA A.Landasan Teori

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

Provinsi Jawa Tengah terletak 5’40' dan 8’30' Lintang Selatan dan antara 108’30' dan 111’30' Bujur Timur. Provinsi Jawa Tengah letaknya diapit oleh dua propinsi besar, yaitu Jawa Barat dan Jawa Timur.

Berdasarkan administrasi wilayah, Propinsi Jawa Tengah terbagi menjadi 29 Kabupaten dan 6 Kota. Luas Wilayah Jawa Tengah sebesar 3,25 juta hektar atau sekitar 25,04 persen dari luas pulau Jawa (1,70 persen luas Indonesia). Luas yang ada terdiri dari 1,00 juta hektar (30,80 persen) lahan sawah dan 2,25 juta hektar (69,20 persen) bukan lahan sawah. Jumlah penduduk di wilayah Provinsi Jawa Tengah tahun 2012 sebanyak 33.270.207 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk 1.003 jiwa per km2. Penyebaran penduduk di Provinsi Jawa Tengah masih bertumpu di Kabupaten Brebes yakni sebesar 5,35 persen dan Kabupaten Cilacap sebesar 5,1 persen sedangkan yang terendah Kota Magelang sebesar 0,4 persen .

Sementara dilihat dari kepadatan penduduk Kabupaten/Kota yang paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kota Surakarta yakni sebanyak 11.393 jiwa per Km2 dan yang paling rendah adalah Kabupaten Blora dengan tingkat kepadatan penduduk sebanyak 465 jiwa per Km2.

64

Dari jumlah penduduk ini, 47 persen di antaranya merupakan angkatan kerja. Mata pencaharian paling banyak adalah di sektor pertanian (42,34 persen), diikuti dengan perdagangan (20,91 persen), industri (15,71 persen), dan jasa (10,98 persen). Pertanian merupakan sektor utama perekonomian Jawa Tengah, dimana mata pencaharian di bidang ini digeluti hampir separuh dari angkatan kerja terserap.

Kawasan hutan meliputi 20 persen wilayah provinsi, terutama di bagian utara dan selatan. Daerah Rembang, Blora, Grobogan merupakan penghasil kayu jati. Jawa Tengah juga terdapat sejumlah industri besar dan menengah. Daerah Semarang-Ungaran-Demak-Kudus merupakan kawasan industri utama di Jawa Tengah. Kudus dikenal sebagai pusat industri rokok. Di Cilacap terdapat industri semen. Solo, Pekalongan, dan Lasem dikenal sebagai kotaBatik yang kental dengan nuansa klasik.

Blok Cepu di pinggiran Kabupaten Blora (perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah) terdapat cadangan minyak bumi yang cukup signifikan, dan kawasan ini sejak zaman Hindia Belanda telah lama dikenal sebagai daerah tambang minyak. B. Analisis Deskriptif

Penelitian ini menganalisis pengaruh foreign direct investment, Infrastruktur dan pengangguran terhadap produk domestik regional bruto propinsi Jawa tengah. Data yang digunakan dalam menganalisis adalah rentang waktu tahun 2000-2012. Alat pengolahan data yang digunakan adalah perangkat lunak (software) Eviews 7.0 dengan metode análisis OLS. Maka dari itu, perlu dilihat perkembangan

65

secara umum nilai foreign direct investment, infrastruktur, pengangguran dan produk domestik regional bruto propinsi JawaTengah.

1.Analisa deskriptif Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Jawa Tengah

Salah satu tujuan penting dari pembangunan nasional adalah pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dalam konteks ekonomi regional atau daerah, pertumbuhan ekonomi juga mejadi target atau tujuan utama setiap pemerintah daerah dalam meningkatkan pembangunan baik sosial maupun ekonomi di daerahnnya.

PDRB menggambarkan kemampuan suatu daerah dalam menciptakan nilai tambah/ output baik barang maupun jasa dalam periode waktu tertentu yang biasanya satu tahun. PDRB dapat dihitung dengan tiga pendekatan yaitu pendekatan produksi, pengeluaran dan pendapatan. Ketiga pendekatan ini menyajikan komposisi data nilai tambah yang disajikan menurut sektor ekonomi, komponen penggunaan dan sumber pendapatan.

Perhitungan PDRB dari sisi produksi adalah dengan menjumlahkan seluruh nilai tambah bruto yang mampu dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi atas berbagai aktivitas produksinya. Sedangkan dari sisi pengeluaran menjelaskan tentang penggunaan dari nilai tambah tesebut. Berikutnya dari sisi pendapatan PDRB dihitung atas nilai tambah yang merupakan upah/gaji, suplus udaha, penyusutan dan pajak tak langsung netto yang diperoleh. PDRB disajikan dalam dua versi penilaian, yaitu atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan.

66

Berikut ini adalah data perkembangan PDRB propinsi Jawa Tengah periode tahun 2000-2012:

Gambar 4.1

Perkembangan PDRB Propinsi Jawa Tengah Tahun 2000-2012 atas dasar harga konstan

Sumber: BPS Propinsi Jawa Tengah, data diolah

Gambar 4.1 diatas menggambarkan perkembangan PDRB Jawa Tengah dalam kurun waktu 2000-2012 yang memiliki pergerakan yang signifikan dan positif, dimana nilai PDRB selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Angka PDRB tersebut menggunakan atas dasar harga konstan tahun 2000. Pada tahun 2000 PDRB Jawa tengah yaitu sebesar Rp 114,701,305,000,000 mengalami peningkatan pada tahun 2001 menjadi Rp 118,816,400,000,000. bagitupun pada tahun tahun berikutnya, PDRB Jawa Tengah selalu meningkat. Pertumbuhan PDRB yang positif ini mencerminkan kondisi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang baik di Jawa Tengah. Hal ini diharapkan akan

0 50,000,000 100,000,000 150,000,000 200,000,000 250,000,000 20 00 20 01 20 02 20 03 20 04 20 05 20 06 20 07 20 08 20 09 20 10 20 11 20 12

PDRB (Juta Rupiah)

PDRB (Juta Rupiah)

67

mencerminkan kondisi ekonomi masyarakat yang sejahtera, serta menjadi pertimbangan untuk menari para investor untuk berinvestasi di Jawa tengah.

2. Analisa destkriptif Foreign Direct Investment propinsi JawaTengah.

Investasi merupakan salah satu faktor pendukung kegiatan perekonomian di suatu negara/daerah. Dengan adanya investasi kemampuan suatu daerah dalam membangun ekonomi akan lebih mudah. Investasi yang ada akan meningkatkan kapasitas produksi barang dan jasa di daerah tersebut serta akan meningkatkan produktifitas masyarakat yang berujung pada kesejahteraan ekonomi.

Investasi dibagi kedalam Investasi domestik dan Foreign direct Investment. FDI adalah arus modal internasional dimana perusahaan dari suatu negara mendirikan atau memperluas perusahaannya di negara lain. Berikut ini adalah perkembangan realisasi FDI yang masuk di propinsi Jawa Tengah.

Gambar 4.2

Perkembangan Realisasi FDI Propinsi Jawa Tengah periode Tahun 2000-2012

Sumber: BKPM, data diolah

0 100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 600,000 20 00 20 01 20 02 20 03 20 04 20 05 20 06 20 07 20 08 20 09 20 10 20 11 20 12

FDI (ribu USD)

68

Gambar 4.2 tersebut menggambarkan perkembangan nilai realisasi FDI yang masuk ke propinsi Jawa Tengah. Tahun 2000 total realisasi FDI Jawa tengah sebesar 163.590 ribu US$. Tahun 2001-2003 nilainya terus menurun sebagai dampak dari krisis moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997-1998 dan imbas itu terorisme di Indonesia sebagai dampak bom Bali 1. Peningkatan nilai FDI Jawa Tengah yang cukup besar terjadi pada tahun 2004 dan 2005 yang mencapai 550.502,44 ribu US$ sebagai indikasi bahwa kondisi perekonomian Indonesia pada umumnya dan Jawa Tengah pada khususnya dinilai makin kondusif oleh para investor asing. Namun pada tahun 2006 hingga 2008 terjadi penurunan nilai FDI yang drastis sebagai imbas dari situasi politik yang kurang kondusif pasca pemilu tahun 2004 dan juga krisis ekonomi global yang terjadi pada 2008 yang menyebabkan investor asing kurang berminat untuk berinvestasi di Jawa tengah.

Pada 2009 nilai FDI kembali meningkat menjadi sebesar 83.142,8 ribu US$, ini terjadi karena para investor asing melihat kondisi ekonomi Indonesia yang tidak begitu terpengaruh dan mampu bertahan terhadap krisis ekonomi global tahun 2008. Namun nilainya kembali menurun pada 2010 menjadi sebesar 59.100 ribu US$. Pada tahun 2011 dan 2012 nilai realisasi FDI Jawa tenga kembali mengalami peningkatan.

3. Analisis deskriptif Infrastruktur Listrik di propinsi Jawa Tengah.

Infrastruktur merupakan salah satu faktor pendukung yang penting dalam kegiatan perekonomian suatu daerah. Tanpa tersedianya infrastruktur yang baik

69

maka kegiatan ekonomi suatu aerah akan mengalami hambatan. Secara mikro, infastruktur dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi memalui peningkatan produktivitas.

Infrastruktur tersebut meliputi jalan, penyediaan listrik, persediaan air bersih dan perbaikan sanitasi serta pembangunan fasilitas komunikasi. Salah satu infrastruktur yang paling vital peranya terhadap kegiatan perekonomian adalah infrastruktur penyediaan listrik. Tersediannya jaringan listrik tentu sangat memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam melakukan kegiatan produksi baik barang maupun jasa. Berikut ini merupakan perkembangan penjualan energi listrik untuk sektor industri di propinsi Jawa tengah:

Gambar 4.3

Perkembangan penjualan energy listrik untuk sector industri Propinsi Jawa Tengah tahun 2000-2012

Sumber: PT.PLN (persero), data diolah

Gambar 4.3 menunjukan perkembangan total penggunaan energi listrik untuk sektor industri di propinsi Jawa Tengah tahun 2000 hingga 2012 secara

0 1,000,000 2,000,000 3,000,000 4,000,000 5,000,000 6,000,000 7,000,000 20 00 20 01 20 02 20 03 20 04 20 05 20 06 20 07 20 08 20 09 20 10 20 11 20 12

Dokumen terkait