• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan energi listrik (MWH)

D. Uji Hipotesis

1. Interpretasi hasil Uji-t dan Analisis Ekonomi

Uji - t bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen yaitu

Foreign Direct Investment, Infrastruktur dan Pengangguran terhadap Produk Domestik Regional Bruto propinsi Jawa Tengah secara parsial. Uji-t digunakan untuk membuktikan hipotesis yang telah dibuat. Selain melihat uji-t dari nilai uji-t-suji-tauji-tisuji-tic, uji-uji-t dapauji-t dilihauji-t melalui nilai probabiliuji-tas uji-t-suji-tauji-tisuji-tic. Jika nilai probabilitas t-statistic lebih besar dari α = 5% maka Ho diterima H1 ditolak, namun jika lebih kecil dari α = 5% maka Ho ditolak H1 diterima.

Tabel 4.2 Uji-t

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 68355248 3081544. 22.18214 0.0000 D(FDI) 32.31658 46.06788 0.701499 0.4907 D(ELC) 191.1202 40.37649 4.733453 0.0001 D(UEM) -136.5439 44.48797 -3.069232 0.0058

Tabel 4.2 merupakan hasil dari pengujian variabel independen yaitu

Foreign Direct Investment, Infrastruktur dan Pengangguran secara parsial.

Penelitian ini menggunakan α = 5 % atau α = 0,05. Adapun hipotesisnya

78

H0 : Diduga tidak ada pengaruh yang signifikan antara FDI, Infrastruktur dan Pengangguran terhadap angka PDRB Jawa tengah secara parsial.

H1 : Diduga ada pengaruh yang signifikan antara FDI, Infrastruktur dan Pengangguran terhadap angka PDRB Jawa tengah secara parsial.

Berdasarkan hasil regresi yang diperoleh pada tabel 4.2 maka pembuktian dari hipotesis yang telah dipaparkan adalah sebagai berikut :

1) Nilai probabilitas t-Statistic variabel FDI sebesar 0.4907 lebih besar dari 0,05 yang berarti Ho diterima dan H1 ditolak.

2) Nilai probabilitas t-Statistic variable Infrastruktur sebesar 0.0001 lebih kecil dari 0,05 yang berarti Ho ditolak dan H1 diterima. 3) Nilai probabilitas t-Statistic variabel Pengangguran sebesar 0.0058

lebih kecil dari 0,05 yang berarti Ho ditolak dan H1 diterima. Pada variabel FDI, berdasarkan tabel 4.2 yang menunjukan nilai koefisien sebesar 32.31658 dengan tingkat signifikansi 0.4907. Tingkat signifikansi yang lebih besar dari 0,05 dan koefisien yang bernilai positif menunjukan bahwa secara parsial FDI berpengaruh tidak signifikan dan positif terhadap PDRB Jawa Tengah. Kondisi ini didasari karena nilai FDI setiap tahun yang masuk ke Jawa Tengah kecil dan cenderung fluktuatif. Propinsi Jawa Tengah belum menjadi prioritas sebagai tempat untuk menginvestasikan modal bagi para investor asing. Banyaknya hambatan

79

masuk bagi para investor asing, seperti masalah keamanan, birokrasi yang kurang efisien dan konsisi infrastruktur yang kurang mendukung menjadi beberapa faktor yang menyebabkan nilai FDI yang masuk ke Jawa Tengah sedikit dan fluktuatif.

Hasil estimasi tersebut sejalan dengan teori pertumbuhan Harrod-Domar yang menjelaskan bahwa kenaikan kapasitas produksi dan pendapatan nasional/daerah ditentukan juga oleh pengeluaran masyarakat dalam bentuk investasi. Investasi yang dikeluarkan masyarakat ini masuk ke dalam kategori investasi dalam negeri/ domestic.Teori tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Dewi Ernita ( 2013:2) dimana pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dalah pertumbuhan yang ditopang oleh investasi. Pertumbuhan yang ditopang investasi tersebut akan meningkatkan produktifitas suatu negara/daerah. Penelitian lainya dilakukan oleh Suyekti Suindyah (2009) menunjukan hasil bahwa vareiabel investasi berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di propinsi Jawa Timur.

Pada variabel Infrastruktur berdasarkan tabel 4.2 yang menunjukan koefisien statistic sebesar 191.1202 dengan tingkat signifikansi 0.0001. Tingkat signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 dan koefisien yang bernilai positif menunjukan bahwa secara parsial variabel Infrastruktur berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap PDRB Jawa Tengah. Hal ini berarti kondisi Infrastruktur akan berbanding lurus dengan PDRB Jawa Tengah,

80

dimana peningkatan kualitas dan kuantitas Infrastruktur akan meningkatkan nilai PDRB Jawa Tengah.

Hasil tersebut menggambarkan betapa vitalnya peran infrastruktur energy listrik dalam menunjang kegiatan ekonomi berupa produksi yang dilakukan masyarakat di Jawa Tengah, baik itu dalam skala UMKM maupun Industri yang berskala besar. Dalam teori pertumbuhan baru (new growth theory) infrastruktur dimasukan sebagai input yang mempengaruhi output agregat, infrastruktur juga merupakan sumber yang mungkin meningkatkan batas-batas kemajuan teknologi yang didapat dari munculnya eksternalitas pada pembangunan infrastruktur. Artinya infrastruktur energi listrik dalam penelitian ini merupakan input dalam faktor produksi yang akan mempengaruhi nilai output barupa barang dan jasa yang dihasilkan dari kegiatan produksi tersebut. Ketersedian kuantitas infrastruktur yang diikuti oleh kualitas yang baik akan memperlancar jalannya kegiatan ekonomi di suatu daerah. Mulai dari kegiatan, produksi , distribusi hingga konsumsi barang dan jasa yang diproduksi sangat dipengaruhi oleh infrastruktur yang ada.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rindang Bangun dan M.Firdaus (2009) yang hasilnya menunjukan bahwa variable infrastruktur (listrik,jalan dan air) memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Srinivasu dan Srinivasa (2013) dalam jurnalnya juga memperoleh

81

hasil yang menjelaskan bahwa infrastruktur baik fisik maupun social berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi.

Sedangkan variabel Pengangguran, berdasarkan tabel 4.2 menunjukan nilai koefisien sebesar -136.5439 dengan tingkat signifikansi 0.0058. Tingkat signifikansi yang lebih kecil dari 0,05 dan koefisien yang bernilai negatif menunjukan bahwa secara parsial variabel Pengangguran berpengaruh secara signifikan dan negatif terhadap PDRB Jawa Tengah. Hal ini berarti peningkatan Jumlah Pengagguran akan menurunkan PDRB propinsi Jawa Tengah.

Hasil tersebut mencerminkan bahwa jumlah pengangguran yang ada di Jawa Tengah berpengaruh terhadap rendahnya nilai PDRB yang dihasilkan masyarakat jawa tengah. Dengan banyaknya jumlah pengangguran, masyarakat yang seharusnya bekerja dan menghasilkan output guna meningkatkan PDRB malah hanya menjadi beban masyarkat yang bekerja. Hasil ini didukung oleh teori pertumbuhan Sollow-swan yang menjelasakan tentang pengaruh kuantitas dan kualitas tenaga kerja, capital dan teknologi terhadap pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini pengangguran dapat kita masukan kedalam factor kuantitas tenaga kerja, dimana peningkatan jumlah pengangguran akan menurunkan nilai PDRB atau pertumbuhan ekonomi daerah. Sebaliknya, apabila jumlah pengangguran menurun, maka PDRB dan pertumbuhan ekonomi daerah akan meningkat. Jumlah pengangguran yang tinggi akan berakibat pada kecilnya produktifitas suatu daerah dalam

82

menghasilkan output. Disamping itu pengangguran juga menjadi beban masyarakat yang bekerja dan juga pemerintah daerah semakin meningkat yang berakibat juga pada menurunya kualitas perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat. Senada dengan teori yang ada, Maidani dan Maryam (2011) dalam penelitiannya memperoleh hasil bahwa tingkat pengangguran memiliki pengaruh yang negative dan signifikan baik itu jangka panjang maupun jangka pendek terhadap PDB perkapita di negara Iran.

Dokumen terkait