• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1. Pee Wee Gaskins

Pee Wee Gaskins memang belum lama berdiri. Tapi nama besarnya tidak bisa

dipandang sebelah mata karena telah sukses meracuni para remaja dengan

lagu-lagunya yang penuh semangat. Band ini diawali dengan inisiatif salah satu

personelnya yaitu Dochi (vocal/gitar), yang ingin membuat sebuah proyek solo. Saat

itu Dochi merekam sendiri semua lagu-lagu ciptaannya dalam format yang biasanya

dibuat oleh sebuah band. Begitu rekaman musik itu beredar di kalangan

teman-temannya, ternyata sambutan bagus yang diterima oleh Dochi. Salah satu lagunya

berjudul Here Up On The Attic. Dari situlah Dochi berpikir untuk menjalankan proyek

ini sebagai sebuah band. Kemudian Dochi tidak mengalami kesulitan untuk mencari

personel bandnya satu per satu. Alhasil, terbentuklah sebuah band yang waktu itu

belum memakai nama Pee Wee Gaskins. Formasi Sansan (vokal/gitar), Dochi

(vokal/gitar), Omo (synthetizer), Eye (bass) dan Aldy (drum), maju terus sambil

mencoba mencari nama untuk band mereka..

Tercetuslah nama Pee Wee Gaskins yang diambil dari nama sebuah pembunuh

berantai yang sangat keji asal Amerika Serikat. Sedikitnya 100 nyawa melayang

sia-sia di tangannya. Terlahir dengan nama Donald Henry Gaskins pada 13 Maret 1933,

masa muda dihabiskan dengan keluar masuk sekolah, hingga akhinya di penjara.

Dengan postur tubuh yang terbilang kecil, dia selalu menjadi bulan-bulanan di dalam

penjara. Mulai dipukuli hingga dilecehkan secara seksual. Tapi semuanya berubah

itulah namanya melegenda di seantero penjara dan tidak ada lagi yang bisa

melecahkannya sampai hakim memutuskan hukuman mati atas segala pembunuhan

yang ia lakukan. Nyawanya berakhir di kursi listrik pada 6 September 1991. Dengan

mengambil filosofi kecil-kecil namun berbahaya dari kisah Donald Henry Gaskins

itulah kemudian Dochi cs sepakat menggunakan Pee Wee Gaskins sebagai nama

bandnya dan resmi berdiri pada 11 April 2007.

Meskipun awalnya Pee Wee Gaskins adalah proyek solo milik Dochi, namun

bukan berarti tidak ada kebebasan berkreasi disini. Diakui oleh Omo, bahwa

kebebasan dalam kontribusi dijunjung tinggi dalam Pee Wee Gaskins. Buktinya bisa

dilihat dari part synthetizer yang ada di lagu-lagu Pee Wee Gaskins. Omo mengaku

diberi kebebasan untuk mengisi part pada tiap lagunya. Bukti mengenai kebebasan ini

juga bisa dilihat di sosok Sansan. Meskipun Sansan juga tergabung di band lain,

namun para personel PeeWee Gaskins tidak pernah menganggap hal ini sebagai suatu

hambatan.

Tidak berlama-lama, mereka langsung menemukan musik yang sesuai untuk

Pee Wee Gaskins. Mereka sepakat mengusung powerpop, yaitu gabungan dari musik

pop dan punk. Tentunya dengan tambahan synthetizer, yang sudah menjadi cirri khas

Pee Wee Gaskins. Sebuah mini album berjudul Soundtrack & Stories from Our

Highschool Years dirilis ke pasaran pada 11 April 2008. Mini album ini hanya berisi

lima buah lagu. Namun mini album inilah yang menjadi ‘kendaraan’ mereka untuk

meraih popularitas di ranah musik lokal. Menurut Dochi, pada waktu pertama kali

memulai band ini, mereka tidak tahu dimana posisi musik mereka. Diterima saja

mereka sudah bersyukur, apalagi didengar. Yang penting adalah mereka berani

membawakan musik mereka sendiri. Setelah sukses dengan mini albumnya, mereka

berisi tiga belas lagu dengan lagu andalan mereka yang berjudul “Di Balik Hari

Esok”.

Tidak ada yang menyangka bahwa nama Pee Wee Gaskins dengan musik

powerpop-nya bisa melaju dengan cepat. Dalam sekejap juga band ini meraih

popularitas yang tidak sedikit. Masing-masing personel mengaku bahwa tidak

menyangka akan berada pada kondisi yang sekarang ini. Diungkapkan oleh Dochi,

bahwa pada awalnya mereka tidak terlalu yakin, namun mereka saling memberi

suntikan semangat satu sama lain. Kerja keras Pee Wee Gaskins tidak percuma.

Dengan modal mini album yang kabarnya terjual hingga ribuan kopi itu, tawaran

perform berdatangan. Tidak hanya dari Jakarta, namun tawaran juga datang dari

Bandung, Surabaya, bahkan Makassar. Dari panggung ke panggung juga Pee Wee

Gaskins mendapatkan popularitasnya. Tidak bisa dipungkiri jika nama besar yang

mereka dapatkan sekarang, sedikit banyak didapat dari pengalaman perform mereka

yang juga tidak sedikit. Mereka sadar bahwa jadwal yang padat itu merupakan

konsekuensi dari langkah yang mereka ambil. Dan tentunya mereka menjalaninya

dengan semangat. Karena memang inilah yang menjadi tujuan mereka.

Konsekuensi lain yang diterima oleh Pee Wee Gaskins dari popularitas mereka

adalah banyaknya fans yang memuja-muja mereka di berbagai kota. Party Dorks.

Itulah sebutan untuk fans Pee Wee Gaskins. Dorks dalam bahasa Inggris artinya

culun, kutu buku, orang-orang yang menyukai hal-hal aneh, atau orang-orang yang

berbeda dengan orang-orang awam lainnya bisa disebut dork. Tetapi mereka tetap

berani menunjukkan kalau mereka berbeda, tetap menjalani apa yang mereka sukai,

dan tidak mengganggu kesenangan orang lain. Party Dorks yang dimiliki oleh Pee

Wee Gaskins termasuk penggemar-penggemar yang loyal. Mereka rela untuk melihat

gaya berpakaian Dochi cs. Party Dorks bisa dikatakan sangat terorganisir. Dalam

setiap perkumpulan Party Dorks, mereka mempunyai ketua. Sang ketua ini bertugas

untuk mengurus dan menjadi penyambung informasi dari band kepada para

penggemarnya. Bagi Pee Wee Gaskins sendiri, mereka lebih senang menyebut

penggemarnya sebagai street team ketimbang fans. Alasannya, karena secara tidak

langsung, para street team ini juga ikut mempromosikan Pee Wee Gaskins. Paling

tidak melalui kaos yang sering dipakai oleh para Party Dorks, atau mengajak dan

selalu melihat konser Pee Wee Gaskins. Tidak mengherankan jika para personel Pee

Wee Gaskins selalu menganggap Party Dorks sebagai bagian penting dari perjalanan

karir mereka.

Namun, segala sesuatu ada pro dan kontra. Pee Wee Gaskins tidak hanya

memiliki Party Dorks yang memuja-muja mereka, tetapi juga memiliki Anti Pee Wee

Gaskins yang sangat membenci mereka. Anti Pee Wee Gaskins yang lebih popular

dengan sebutan APWG, adalah sekelompok orang yang sangat membenci Pee Wee

Gaskins, bahkan sering memaki-maki Pee Wee Gaskins ketika mereka tampil di atas

panggung. Mengenai hal ini, Pee Wee Gaskins merasa tidak terganggu. Menurut

Dochi, para personel Pee Wee Gaskins sudah cukup dewasa untuk menerima kritik

dan saran dalam bentuk apapun. Malah mereka merasa bangga dengan adanya

APWG. Menurutnya lagi, dalam hidup segala sesuatu pasti ada suka dan tidaknya,

dan mereka menerima perbedaan itu. Yang terpenting adalah menjalani semuanya

dengan sepenuh hati, dan jalani kesenangan itu tanpa mengganggu kesenangan orang

lain. Dari awal, mereka menjalani ini dengan kerja keras dan sepenuh hati, karena

tanpa itu, semua tidak akan bertahan lama.

Meskipun berjalan di jalur yang terbilang bukan arus utama industri musik

mendapatkan sesuatu dari band ini. Tentunya hal ini berkaitan dengan masalah

finansial. Terbukti mereka bisa membeli segala kebutuhan yang mereka inginkan

melalui penghasilan yang mereka dapatkan. Mulai dari membeli alat-alat musik

seperti gitar, sampai kredit motor. Tidak hanya itu, mereka juga mendapatkan sesuatu

dari berbagai perjanjian yang dibuat dengan brand-brand yang beredar di pasaran.

Mereka mendapatkan berbagai endorsement dari beberapa merk pakaian. Hal ini jelas

membuat mereka tidak lagi pusing dengan masalah kostum saat tampil di atas

panggung.

Namun dengan popularitas dan kesuksesan yang telah mereka dapatkan saat

ini tidak membuat mereka terlena, karena hal ini justru menuntut Pee Wee Gaskins

untuk lebih bertanggung jawab terhadap apa yang mereka perbuat. Mereka ingin

membuat lagu-lagu yang lebih berbobot dan berkualitas. Bukan berarti lagu-lagu yang

telah mereka buat sebelumnya tidak berkualitas, hanya saja mereka tidak mau

mengecewakan banyak pihak yang telah mendukung mereka hingga Pee Wee Gaskins

berada pada posisi seperti sekarang.

Dokumen terkait