• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN

A. Gambaran Umum Pelaksanaan Renungan Harian di Kampus

Sesuai dengan nama program studinya, lembaga ini secara khusus

menyiapkan pendidikan bagi para calon katekis, baik katekis paroki maupun katekis

sekolah atau guru agama di sekolah dan pengembang katekese. Sebagai calon katekis

atau guru agama tentu para mahasiswa harus mempunyai bekal yang cukup tentang

ilmu pendidikan pada umumnya dan secara khusus pendidikan agama katolik. Oleh

karena itu, para pendidik di Pendidikan Agama Katolik tidak hanya memberikan

materi tentang ilmu pendidikan saja melainkan juga memberikan juga pembinaan

khusus mengenai keahlian yang mestinya dimiliki oleh para katekis. Salah satu

bentuk pembinaan tersebut adalah kegiatan renungan harian yang biasanya

Agama Katolik. Bentuk pembinaan seperti ini membiasakan para mahasiswa dengan

kegiatan-kegiatan rohani yang menjadi bagian dari tanggung jawab mereka sebagai

calon katekis.

1. Sejarah Singkat Berdirinya Kampus Pendidikan Agama Katolik

Berdasarkan Staf Dosen (2010: 1-3) pada tahun 1959 Majelis Agung Wali

Gereja Indonesia (MAWI/sekarang KWI) merencanakan usaha untuk meningkatkan

pelayanan di bidang pendalaman hidup beriman dan untuk memperbaharui

pelaksanaan katekese di Indonesia. Rencana tersebut diserahkan kepada P.F.

Heselaars SJ yang kemudian bekerjasama dengan P.C. Carry SJ, maka pada tahun

1960 P. Heselaars SJ mendirikan Pusat Kateketik. Pada saat itu telah disadari bahwa

kurangnya tenaga-tenaga lapangan yang terdidik dapat memperlambat usaha

memperbaharui katekese. Maka pada 1 Agustus 1962 didirikan YAYASAN

AKADEMIK KATEKETIK KATOLIK INDONESIA (AKKI) yang

menyelenggarakan pendidikkan tinggi kateketik dan disahkan dengan Akte Notaris

R.M. Soerjanto Partaningrat SH, nomor 3 tanggal 3 April 1964 di Yogyakarta. Pada

11 Mei 1965 AKKI memperoleh status terdaftar dari menteri PTIP dengan SK No.

108/B.Swt/p/65.

Pada 31 Desember 1969 AKKI memperoleh kenaikan status dari terdaftar

menjadi diakui dari Menteri P dan K dengan SK No. 0170 Tahun 1969. Pada tahun

1969 dibuka tingkat sarjana lengkap yang mendorong perubahan nama lembaga.

Maka pada 31 Maret 1971 dengan Akte Notaris R.M. Soejanto Partaningrat SH,

AKKI berubah nama menjadi SEKOLAH TINGGI KATEKETIK

KATEKETIK PRADNYAWIDYA memperoleh status terdaftar dari Direktorat

Pendidikkan Tinggi Departemen P dan K dengan SK No. 227/DPT/71 (Staf Dosen,

2010: 2).

Berdasarkan proses penataan kembali nama unit jurusan/program studi

dengan status diakui di lingkungan Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta Wilayah V

DIY, Sekolah Tinggi Kateketik Pradyawidya yang semula terdiri dari dua unit yaitu

sarjana muda dan sarjana penuh dipadukan ke dalam bentuk baru berupa program

sarjana 1 (S1) dengan nama SEKOLAH TINGGI FILSAFAT KATEKETIK

PRADNYAWIDYA. Dengan adanya peraturan dari pemerintah bahwa hanya lulusan

dari LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) atau yang memiliki akta

mengajar dapat secara sah menjadi guru, maka STFK Pradnyawidya memerlukan

perubahan jalur dari non kependidikan menjadi jalur pendidikan. Perubahan tersebut

mengantar STFK Pradnyawidya ke dalam proses merger kepada Universitas Sanata

Dharma. Pada 14 Februari 1995 STFK Pradnyawidya berubah menjadi Fakultas Ilmu

Pendidikan Agama (FIPA), Jurusan Pendidikan Agama Katolik, Program Studi

Pendidikan Agama Katolik, Universitas Sanata Dharma dengan status disamakan

(Staf Dosen, 2010: 2-3).

Pada tahun 1999, pemerintah mengadakan penataan kembali nama-nama

program studi di lingkungan PTS di seluruh Indonesia yang membuat status FIPA

USD berubah menjadi program studi dengan nama program studi “Ilmu Pendidikan

dengan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik” (IPPAK) menjadi bagian FKIP USD. Berdasarkan SK BAN PT Depdikbud RI nomor

014/BAN-PT/Ak-VII/S1/IV/2014 IPPAK mendapat peringkat A. Pada tahun 2008 IPPAK kembali

Pada tahun 2016, berdasarkan keputusan BAN-PT No.

0126/SK/BAN-PT/Akred/III/2016, IPPAK mendapat akreditasi A dan mengganti nama menjadi

Pendidikan Agama Katolik (PAK).

2. Visi, Misi dan Motto Pendidikan Agama Katolik

Staf Dosen (2010: 4) menguraikan visi, misi dan motto program studi

Pendidikan Agama Katolik (PAK) Universitas Sanata Dharma.

a. Visi Pendidikan Agama Katolik

Visi program studi Pendidikan Agama Katolik (PAK) adalah Terwujudnya

Gereja yang memperjuangkan masyarakat Indonesia yang semakin bermartabat (Staf

Dosen, 2010: 4).

b. Misi Pendidikan Agama Katolik

Mendidik kaum muda menjadi katekis dalam konteks Gereja Indonesia yang

memasyarakat dan mengembangkan karya katekese dalam Gereja demi masyarakat

Indonesia yang semakin bermartabat. Uraian misi tersebut (Staf Dosen, 2010: 4):

1) Menghasilkan katekis yang mempunyai integritas, kritis, dewasa, bisa diandalkan Gereja, mampu mendampingi dalam pencarian makna, dan mempu memberikan jawaban yang tegas dalam soal-soal iman.

2) Menyelenggarakan pendidikan kaum muda untuk menjadi pendidik iman yang akrab, informal, dalam kebebasan, dengan pendekatan cura personalis, dialogal, reflektif dan berpusat pada mahasiswa.

3) Membina katekis yang mampu mendampingi dalam pencarian makna. 4) Mengembangkan ilmu kateketik yang dapat membangun Gereja dan

masyarakat.

5) Membangun jejaring sosial yang sinergis dalam mengembangkan masyarakat.

6) Membangun kerja sama dengan sekolah, stakeholder, prodi sejenis dan alumi.

7) Membuat buku pegangan pengajaran. 8) Menerbitkan karangan-karangan kateketis. 9) Ikut serta dalam pencaturan kateketik nasional.

10) Menyediakan narasumber bagi keperluan kateketis nasional.

11) Memikirkan dan mengembangkan katekese yang berbasis ICT, kontekstual, dan kontemporer.

c. Motto Pendidikan Agama Katolik

Motto program studi Pendidikan Agama Katolik adalah Mewujudkan

kateketis yang “Pradnya-Widya” (Bijaksana dan berilmu). Lulusan prodi PAK tidak hanya memilik ilmu pengetahuan saja tetapi juga bijaksana (Staf Dosen, 2010: 5).

3. Pembinaan Spiritualitas di Kampus PAK

Spiritualitas yang hendak ditumbuhkembangkan di PAK adalah spiritualitas

Ignatian seperti semangat yang ditumbuhkan oleh Universitas Sanata Dharma dan

Universitas Yesuit lainnya. Pola pembinaan spiritualitas yang diterapkan di kampus

Pendidikan Agama Katolik mengacu pada pola latihan rohani (Staf Dosen, 2010: 29).

a. Spiritualitas Ignatian

Spiritualitas Ignatian adalah semangat hidup dan perjuangan yang diwariskan

oleh Santo Ignatius Loyola. Spiritualitas Ignatian dapat diartikan juga sebagai latihan

rohani St. Ignatius Loyola. Santo Ignatius Loyola memperjuangkan kepekaan atas

kehadiran Yesus dalam hidupnya lewat kebiasaan hidup doa yang rutin serta

memandang hidup dengan kacamata iman atau kesadaran bahwa Tuhan selalu

menyertai dan mengajak manusia untuk senantiasa mencari kehendak-Nya (Staf

b. Pelaksanaan Pembinaan Spiritualitas

Pembinaan spiritualitas yang diprogramkan di Pendidikan Agama Katolik

dilaksanakan dalam bentuk rekoleksi angkatan, camping rohani, rekoleksi bersama

(mahasiswa, dosen dan karyawan), retret, perayaan ekaristi kampus, bimbingan

pribadi, re-entry dan pertemuan perkuliahan pembinaan spiritualitas di kelas.

Perkuliahan pembinaan spiritualitas di kelas ini dilaksanakan mulai dari semester I

(satu) sampai dengan semester VIII delapan. Pertemuan ini dijadwalkan dalam

bentuk perkuliahan setara dengan 2 JP/semester namun tanpa sistem kredit semester

atau nol SKS (Staf Dosen, 2010: 30-31). Kuliah pembinaan spiritualitas ini dihitung

sebagai kurikulum plus prodi PAK (Staf Dosen, 2010: 73).

Maksud pembinaan spiritualitas ini adalah membantu mahasiswa agar dapat

memperkembangkan baik kedewasaan manusiawi, kedewasaan iman kristiani,

kedewasaan religius dan kedewasaan spiritualitas katekis. Selain hal tersebut

pembinaan ini juga diharapkan mambantu para mahasiswa sebagai calon katekis

mampu profesional dalam menjalankan tugasnya, memiliki sikap yang jelas dan

tekun menghayati spiritualitasnya sebagai para pewarta kabar gembira (Staf Dosen,

2010: 73-74).

c. Materi Pembinaan Spiritualitas

Materi pembinaan spiritualitas dalam pertemuan di kelas diberikan selama

empat tahun atau selama delapan semester kepada para mahasiswa dan diuraikan

dengan tema-tema yang telah disiapkan oleh para dosen pengampu masing-masing

setiap semesternya. Pada tahun pertama atau semester I dan semester II, materi

generatif themes, pemutaran film 3 Idiots, pemutaran dan refleksi film Dead Poet

Society, kisah angsa liar, apa yang kau cari?, dan jati diri. Tujuan dari materi-materi

tersebut agar mahasiswa lebih mengenal teman-teman angkatannya, merasa krasan

dengan lingkungannya, semakin mantap dengan pilihan program studinya, semakin

mampu menumbuhkan nilai-nilai kemanusiaan serta religiositasnya, dan semakin

menyadari kerinduan hatinya yang terdalam sehingga jati dirinya yang terarah pada

Tuhan dan sesamanya juga semakin berkembang [Lampiran 1: (1) - (4)].

Pada tahun kedua yaitu semester III dan IV, materi yang diberikan mengenai

kedewasaan kristiani, yaitu pengenalan budaya dan tradisi rekan se-angkatan,

pengalaman akan Allah sebagai Bapa, panggilan rasuli, hidup secara Kristiani,

konsekuensi hidup Kristiani, pengabdian Kristiani yang sejati, Kerajaan Allah dan

konsekuensinya bagi rasul Yesus Kristus, misteri salib sebagai jalan kebangkitan,

kebangkitan, menemukan Allah dalam segala, askesis hidup Kristiani, Roh Kudus

Roh Kristus dan pengabdian murid Kristus. Tujuan dari materi-materi tersebut agar

mahasiswa semakin mengenal Allah secara pribadi (secara existensial), mendalami

pribadi Yesus Kristus dan karya-karya-Nya, serta mengenal fase-fase panggilan

kristiani seperti halnya yang dialami para murid Yesus termasuk di dalamnya krisis

yang terjadi dalam “fase Yerusalem” untuk bisa sampai ke “fase kebangkitan”

sehingga mahasiswa semakin tertarik pula untuk mengikuti Yesus Kristus [Lampiran

2: (5) - (10)].

Pada tahun ketiga atau pada semester V dan VI materi yang diberikan adalah

materi tentang doa pribadi dan ibadat bersama yakni latihan doa dengan kesadaran

tubuh, latihan kesadaran pernafasan, latihan kesadaran suara, fantasi, ibadat harian,

taize. Tujuan dari materi-materi ini ialah agar mahasiswa memiliki tertib doa, baik

dalam eajegan (rutin dilakukan setiap hari), frekuensi maupun kualitasnya, memiliki

kebiasaan dan kebutuhan untuk berdoa pribadi, mampu menemukan Tuhan dalam

hidup dan kegiatan sehari-hari, mengetahui sejarah ibadat-ibadat bersama, dan

mampu memimpin ibadat-ibadat bersama [Lampiran 3: (11) - (12)].

Pada semester VII dan VIII atau pada tahun yang keempat materi yang

diberikan adalah tentang arti kedewasaan rohani, kebebasan anak-anak Allah,

pembedaan roh, arti mengabdi dalam KS, askese hidup melayani, macam-macam

bentuk pengabdian, dasar panggilan kristiani, awah hirarki dalam Gereja,

bentuk-bentuk panggilan hidup dalam Gereja, spiritualitas kemuridan, spiritualitas umat

kristiani perdana, dasar-dasar spiritualitas kristiani, figure rasul awam dalam KS, arti

spiritualitas rasul awam, macam-macam bentuk rasul awam, Yesus sebagai pewarta

Injil, dasar-dasar spiritualitas katekis, ciri khas spiritualitas katekis, pengabdian

katekis masa kini. Dengan materi tersebut mahasiswa diharapkan semakin mengenal

sosok seorang katekis dan mencintai panggilanya sebagai katekis sehingga semakin

siap untuk terjun ke dalam dunia kerja baik sebagai katekis paroki maupun sebagai

guru agama di sekolah [Lampiran 4: (13) - (14)].

4. Pelaksanaan renungan harian di kampus Pendidikan Agama Katolik

Renungan harian di kampus Pendidikan Agama Katolik dilaksanakan setiap

hari kuliah sebelum perkuliahan dimulai. Biasanya renungan harian dilaksanakan

sesuai dengan giliran mahasiswa yang mendapat tugas berdasarkan jadwal yang telah

harian yang bertepatan dengan hari yang bersangkutan yang diambil dari kalender

liturgi.

a. Proses Mempersiapkan Renungan Harian

Sebaiknya proses persiapan renungan harian dilakukan beberapa hari sebelum

melaksanakan renungan di kelas. Teks Kitab Suci yang akan direnungkan dibaca

untuk menemukan pesan dari teks Kitab Suci tersebut. Selain membaca secara

berulang-ulang, biasanya juga mahasiswa menafsirkan terlebih dahulu teks Kitab

Suci untuk menemukan pesan dari teks tersebut. Setelah menemukan pesan dari teks

Kitab Suci, selanjutnya pesan teks Kitab Suci dikaitkan dengan pengalaman hidup

sehari-hari dan kemudian membuat pertanyaan refleksi untuk membantu mahasiswa

untuk mendalami pesan dari teks Kitab Suci yang direnungkan [Lampiran 6:(16-17)].

Pada kenyataannya, tidak semua mahasiswa melakukan proses persiapan

renungan harian dengan baik. Terkadang karena mahasiswa yang mendapat giliran

untuk mempersiapkan renungan tidak mempersiapkan, maka digantikan secara

mendadak oleh mahasiswa yang lain untuk membawakan renungan atau terkadang

hanya melaksanakan doa pagi tanpa renungan harian [Lampiran 6: (16)-(17)].

b. Model Renungan Harian

Renungan harian yang dilaksanakan di kampus Pendidikan Agama Katolik

biasanya diawali dengan doa pembukaan dan isi dari doa pembukaan ini juga harus

dikaitkan dengan teks Kitab Suci yang akan direnungkan. Setelah doa kemudian

dilanjutkan dengan membacakan salah satu teks Kitab Suci sesuai dengan yang telah

mahasiswa tersebut akan menyampaikan renungan sesuai dengan teks Kitab Suci

yang telah dibaca dan dihubungkan dengan pengalaman hidup pribadi mahasiswa

yang bersangkutan. Kemudian renungan harian ditutup lagi dengan doa penutup

[Lampiran 6: (16)-(17)].

Berdasarkan pengalaman pribadi, selain merenungkan teks Kitab Suci dan

pengalaman hidup pribadi, terkadang juga pada saat renungan harian, mahasiswa

merenungkan kisah hidup Santo/a atau orang Kudus yang pestanya dirayakan pada

hari tersebut. Biasanya kisah atau teladan dari para orang Kudus yang dirayakan pada

hari tersebut dihubungkan dengan bacaan dari teks Kitab Suci serta pengalaman

pribadi dari para mahasiswa. Maksud dari merenungkan kisah orang-orang Kudus

ini ialah agar para mahasiswa yang para calon katekis mampu meneladani kisah

hidup para orang Kudus sehingga iman mahasiswa semakin bertumbuh.

c. Waktu Pelaksanaan Renungan Harian

Renungan harian dilaksankan setiap hari kuliah sebelum perkuliahan pertama

berlangsung. Waktu untuk pelaksanaan renungan biasanya sekitar sepuluh (10) menit

setelah bel tanda perkuliahan dibunyikan. Sebelum renungan dibacakan, terlebih

dahulu dibuka dengan doa oleh salah satu mahasiswa yang mendapat tugas untuk

memimpin doa pada hari tersebut dan setelah membacakan atau menyampaikan

renungan maka akan ditutup dengan doa [Lampiran 6: (16)-(17)].

5. Renungan Harian untuk Pembinaan Spiritualitas bagi Mahasiswa PAK

Spiritualitas yang dihidupkan atau dihayati di program studi Pendidikan

Ignatian, sehingga spiritualitas yang ingin ditumbuhkembangkan bagi para

mahasiswa Pendidikan Agama Katolik adalah spiritualitas Ignatian. Pola pembinaan

spiritualitas yang dilaksanakan bagi para mahasiswa Pendidikan Agama Katolik

mengacu dinamika latihan rohani (Staf Dosen, 2010: 29- 33).

Latihan rohani Ignatian menekankan cara berdoa dengan menggunakan

imajinasi, ingatan, pemahaman dan kehendak. Cara doa tersebut dengan meditasi

atau biasa disebut juga dengan doa renung. Meditasi atau doa renung dilaksanakan

dengan menghadirkan suatu misteri yang ingin direnungkan, misalnya teks Kitab

Suci atau bacaan-bacaan rohani yang sesuai (Staf Dosen, 2010: 29- 33).

Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa renungan harian

atau doa renung menjadi salah satu bagian dari spiritualitas Ignatian. Sehingga

renungan harian atau doa renung yang dilaksanakan di kampus Pendidikan Agama

Katolik merupakan salah satu bentuk usaha yang dilakukan oleh pihak kampus

Pendidikan Agama Katolik untuk pembinaan spiritualitas bagi

mahasiswa-mahasiswa Pendidikan Agama Katolik.

B. Penelitian tentang Peranan Renungan Harian di Kampus PAK Terhadap

Dokumen terkait