• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III. RENUNGAN HARIAN UNTUK PEMBINAAN SPIRITUALITAS

C. Spiritualitas Katekis

5. Syarat dan Tugas Katekis

a. Syarat Menjadi Katekis

Sebagai orang yang mempunyai tanggung jawab untuk membina atau mendidik

agama dan iman tentunya seorang katekis harus mampu menjadi teladan yang baik

dalam perkataan maupun perbuatannya sehari-hari, sehingga menjadi katekis tentu

harus memenuhi kreteria atau syarat tertentu agar dapat diterima oleh umat maupun

siswanya. Menurut Prasetya (2007: 40-42) ada beberapa syarat untuk menjadi katekis.

Syarat-syarat tersebut adalah memiliki hidup rohani yang mendalam, memiliki nama

baik sebagai pribadi dan keluarga, diterima oleh umat, mempunyai pengetahuan yang

memadai dan mempunyai keterampilan yang cukup.

1) Memiliki Hidup Rohani yang Mendalam

Seorang katekis seharusnya terbuka terhadap panggilan serta sapaan dari Allah

serta memiliki iman yang terbuka dan hidup rohani yang mendalam, sehingga ia

memiliki ikatan iman yang erat dengan Allah yang ia wartakan. Imannya dapat

terwujud melalui doa, membaca dan merenungkan Kitab Suci dan devosi-devosi dalam

Gereja (Prasetya 2007: 41).

2) Memiliki Nama Baik sebagai Pribadi dan Keluarganya

Sudah seharusnya sebagai katekis harus memilik nama baik di hadapan semua

orang. Nama baik yang dimaksud di sini baik perilaku, iman, maupun moralnya.

Namun tidak hanya nama baiknya sebagai pribadi tetapi juga mencakup nama baik

keluarganya juga. Hal ini peting karena sebagai ketekis ia harus dapat diterima serta

3) Diterima oleh Umat

Salah satu syarat untuk menjadi katekis juga adalah diterima oleh umat. Karena

dalam mewartkan Kabar Gembira tentu yang menjadi sasarannya adalah umat dimana

katekis tersebut tinggal sehingg katekis tentu harus bisa diterima oleh umatnya. Yang

menjadi tolak ukur penerimaan seorang katekis tentu karena perilakunya yang baik,

kepribadian yang baik serta terpuji dan berkomitmen tinggi dalam pewartaannya.

Untuk mencapai itu semua tentu para ketekis perlu selalu dibimbing serta selalu

merefleksikan hidupnya terus-menerus (Prasetya 2007: 41).

4) Mempunyai Pengetahuan yang Memadai

Memiliki pengetahuan yang memadai tidak kalah penting bagi katekis dalam

mewartaka Kabar Gembira. Pengetahuan tersebut sangat penting bagi katekis untuk

mempertanggung jawabkan apa yang ia wartakan. Beberapa pengetahuan yang penting

dimiliki oleh katekis misalnya mengenai Kitab Suci, teologi, moral maupun liturgi

(Prasetya 2007: 42).

5) Mempunyai Keterampilan yang Cukup

Untuk mendukung lancarnya tugas pewartaan dan perutusan maka seorang

katekis harus mempunyai keterampilan yang cukup atau memadai karena seorang

katekis tidak cukup hanya memiliki pengetahuan semata. Dalam mengajar atau

berkatekese para ketekis seharusnya mampu menarik perhatian umatnya agar apa yang

disampaikan dapat diterima. Keterampilan yang harus dimiliki oleh katekis

diantaranya adalah keterampilan dalam menggunakan aneka sarana yang dibutuhkan

b. Tugas Katekis

Seorang katekis atau seorang pewarta juga mempunyai tugas serta tanggung

jawab, baik sebagai katekis atau guru agama di sekolah maupun katekis paroki.

Menurut Telaumbanua (2005: 162- 169) ada beberapa tugas seorang katekis yaitu

mengajar dan mendidik, mengantar ke alam liturgi dan praktek beragama,

mengisahkan sejarah keselamatan dan mengajarkan katekismus.

1) Mengajar dan Mendidik

Katekese atau pelajaran agama di sekolah tidak hanya bertujuan agar siswa

hanya mendapatkan pengetahuan tetapi sampai pada mengenal dan mencintai Allah.

Pendidikan iman bertujuan agar wahyu Allah disambut karena berisikan kabar gembira

atau kabar keselamatan. Seorang katekis sekolah atau guru agama tidak cukup hanya

memberikan materi pendidikan agama atau pengetahuan kepada para peserta didiknya,

tetapi perlu dibimbing sampai pada penghayatan. Dalam pendidikan agama atau

ketekese sekolah, para ketekis perlu mendidik atau mengajar dengan tiga komponen

edukasi, yaitu kognitif, afektif dan operatif (Telaumbanua, 2005: 163).

2) Mengantar ke Alam Liturgi dan Praktek Beragama

Katekis juga membantu umat untuk memahami liturgi. Dimana liturgi menjadi

rangkuman dari segenap ajaran Gereja. Liturgi merupakan dogma yang didoakan dan

iman yang dirayakan. Jika dalam berkatekese katekis membimbing umat untuk

memahami isi perayaan liturgi, itu berarti katekis tersebut telah membukakan sumber

air yang mampu menyediakan air kehidupan abadi bagi umat kristiani selama hidupnya

3) Mengisahkan Sejarah Keselamatan

Katekis mempuyai tugas untuk mengisahkan sejarah keselamatan dari Allah

kepada kepada semua orang. Yang menjadi inti dari sejarah keselamatan adalah

rencana penyelamatan dan Allah terselubung dalam sejarah umat manusia dan alam

semesta. Allah mewujudkan rencana penyelamatan umat manusia secara bertahap

dalam sejarah. Dalam mengisahkan kisah biblis, katekis harus bisa memilih kisah yang

naratif, mengandung pengajaran moral dan yang dipakai untuk bacaan dalam liturgi

(Telaumbanua, 2005: 166- 168).

4) Mengajarkan Katekismus

Seorang katekis mempunyai tugas utuk mengajarkan katekismus atau buku

pelajaran agama yang bersifat sistematis dan tersusun secara logis, yang memuat

rumusan singkat ajaran iman dan kerap dalam bentuk tanya–jawab. Katekis harus mampu mengajarkan katekismus kepada karena katekismus merupakan ringkasan

BAB IV

USULAN PANDUAN TEMA RENUNGAN HARIAN UNTUK MENINGKATKAN MUTU RENUNGAN HARIAN DI KAMPUS PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK UNIVERSITAS SANATA DHARMA

Persiapan dan pelaksanaan renungan harian di kampus Pendidikan Agama

Katolik dapat terlaksana dengan baik jika para mahasiswa memilik pemahaman yang

cukup mengenai cara mempersiapkan dan melaksanakan renungan harian. Untuk

membantu para mahasiswa dalam mempersiapkan dan melaksanakan renungan

harian maka perlu ada suatu panduan yang menjadi acuan bagi para mahasiswa

dalam mempersiapkan dan melaksanakan renungan harian. Panduan tersebut

meliputi bacaan Kitab Suci yang akan dipilih untuk direnungkan, waktu untuk

mempersiapkan dan melaksanakan renungan, apa yang menjadi tema renungan serta

hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan dan melaksanakan

renungan harian.

A. Latar Belakang Pemilihan Panduan Tema untuk Renungan Harian

Renungan harian yang dilaksanakan di kampus program studi Pendidikan

Agama Katolik Universitas Sanata Dharma merupakan salah satu bagian dari

pembinaan spiritualitas bagi para mahasiswa Pendidikan Agama Katolik yang

merupakan para calon katekis. Selain sebagai salah satu bentuk pembinaan

spiritualitas bagi para mahasiswa calon katekis, renungan harian yang dilaksanakan

di kampus Pendidikan Agama Katolik juga memberi kesempatan bagi mahasiswa

lainnya sehingga para mahasiswa yang adalah calon katekis memiliki kemampuan

untuk membuat dan melaksanakan renungan atau doa dengan meditasi.

Namun berdasarkan pengalaman penulis selama kuliah di kampus Pendidikan

Agama Katolik, pelaksanaan renungan harian masih belum berjalan dengan baik

karena masih banyak mahasiswa yang mempersiapkan dan melaksanakan renungan

hanya sekedar sebagai rutinitas saja dan terkesan kurang serius dalam

mempersiapkan serta melaksanakan renungan. Hal tersebut disebabkan kurangnya

pengetahuan mahasiswa mengenai maksud dan tujuan dari pelaksanaan renungan itu

sendiri karena sejak dari semester awal belum ada penjelasan yang lengkap dari

pihak kampus tentang maksud dan tujuan dari renungan harian yang dilaksanakan di

kampus Pendidikan Agama Katolik. Selain itu, tidak adanya pedoman yang jelas

bagi mahasiswa dalam mempersiapkan renungan harian sehingga masih banyak

mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam mempersiapkan dan melaksanakan

renungan harian. Pedoman yang dimaksud misalnya, model renungan, bacaan apa

saja yang bisa dipakai untuk renungan harian, tema renungan dan hal-hal apa saja

yang perlu diperhatikan dalam mempersiapkan dan melaksanakan renungan harian.

Berdasarkan permasalah di atas, penulis akan mengusulkan panduan tema

untuk membuat dan melaksanakan renungan harian. Panduan tersebut yaitu tema

untuk renungan, bacaan Kitab Suci serta buku acuan dan juga contoh renungan

harian. Tema-tema yang akan diusulkan secara khusus untuk semester VIII (delapan)

karena dalam skripsi ini, yang menjadi responden penelitian adalah semester VIII.

Tetapi penulis merekomendasikan agar seluruh semester membuat panduan yang

renungan disusun sesuai kesepakatan angkatan dan dikonsultasikan dengan kepala

bidang spiritualitas Pendidikan Agama Katolik.

Dokumen terkait