• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.7 Sistematika Penulisan

2.1.1 Gambaran Umum Perekonomian Korea Selatan Pasca Krisis

sejumah tempat seperti Perpustakaan FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Perpustakaan Prof. Dr. Ali Alatas Departemen Luar Negeri, Perpustakaan

Freedom Institute, Perpustakaan Nasional, Perpustakaan CSIS, Perpustakaan Universitas Indonesia dan Perpustakaan Paramadina. Setelah melewati proses pengumpulan data, langkah selanjutnya melakukan analisis data atau pembahasan berdasarkan data-data yang telah terkumpul dan pada akhirnya ditampilkan dalam bentuk kesimpulan-kesimpulan yang lebih sederhana berdasarkan hasil analisis. 1.7Sistematika Penulisan ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR SINGKATAN DAFTAR LAMPIRAN BAB.I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Pertanyaan Penelitian

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4 Tinjauan Pustaka

1.5 Kerangka Teori

1.5.1 Konsep Kepentingan Nasional 1.5.2 Konsep Kerjasama Internasional 1.5.3 Multi Track Diplomacy

1.6 Metodelogi Penelitian 1.7 Sistematika Penulisan

BAB.II. HUBUNGAN BILATERAL EKONOMI KOREA SELATAN-INDONESIA

2.1 Kondisi Ekonomi Korea Selatan-Indonesia

2.1.1 Gambaran Umum Perekonomian Korea Selatan Pasca Krisis 2.1.2 Perekonomian Korea Selatan Sebagai Negara Industri Maju

2.1.3 Gambaran Umum Perekonomian Indonesia Dalam Kerjasamaa Kemitraan Strategis dengan Korea Selatan

2.2 Bentuk Kerjasama Ekonomi Korea Selatan-Indonesia

2.2.1. Kerjasama Kemitraan Strategis Korea Selatan-Indonesia

23

2.2.2. Indonesia-Korea Joint Task Force on Economic Cooperation (JTF-EC)

2.2.3. Peluang dan Hambatan citra “global Korea” di Indonesia

BAB.III. PERAN PENTING STRATEGI MULTI TRACK DIPLOMACY

DALAM KERJASAMA EKONOMI INDUSTRI KOREA

SELATAN-INDONESIA 2006-2012

3.1 Latar Belakang Penggunaan Strategi Multi Track Diplomacy

3.2 Multi Track Diplomacy Sebagai Strategi Untuk Meningkatkan Ekonomi Korea Selatan

3.3 Multi Track Diplomacy sebagai Strategi Untuk Mobilisasi Industri Indonesia 3.4 Multi Track Diplomacy Sebagai Strategi Untuk Membangun Citra “global

Korea”

BAB.IV. LANGKAH MULTI TRACK DIPLOMACY DALAM KERJASAMA

EKONOMI INDUSTRI KOREA SELATAN-INDONESIA 2006-2012

4.3 Aktor Multi Track Diplomacy dalam Kerjasama Ekonomi Industri Korea Selatan- Indonesia

4.4 Strategi Multi Track Diplomacy Korea Selatan Terhadap Indonesia

4.4.1 Diplomasi Government Korea Selatan Terhadap Indonesia (Perwujudan Perdamaian melalui Diplomasi)

4.4.1.1 Kepala Negara dan Kedutaan Korea Selatan

4.4.1.2 Ministry of Foreign Policy and Trade (MOFAT)

4.4.2 Diplomasi Business Korea Selatan Terhadap Indonesia (Perwujudan Perdamaian melalui Perdagangan, Ekspor, FDI)

4.4.2.1 Perusahaan Industri Baja POSCO (Pohang Iron and Steel

Company) Korea Selatan

4.4.3 Diplomasi Communications and the Media Korea Selatan Terhadap Indonesia (Perwujudan Perdamaian melalui Media dan Informasi) 4.4.3.1 Arirang World TV (After School Club)

BAB.V. KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

24 BAB.II.

HUBUNGAN BILATERAL EKONOMI KOREA SELATAN-INDONESIA

2.1 Kondisi Ekonomi Korea Selatan-Indonesia

2.1.1. Gambaran Umum Perekonomian Korea Selatan Pasca Krisis.

Untuk menuju pembangunan ekonomi Korea Selatan yang lebih baik paska imprealisme Jepang dan Perang Saudara, maka Korea Selatan melakukan berbagai kebijakan-kebijakan ekonomi dalam negeri dan luar negeri yang bertahap dengan melewati hambatan yang berbeda-beda pula. Penanganan dampak krisis yang terjadi di Korea Selatan, merupakan salah satu bentuk kebijakan ekonomi dalam negeri dan ekonomi luar negeri yang dilakukan oleh Korea Selatan dalam upaya pembangunan ekonomi industrinya.

Bergabungnya Korea Selatan dengan OECD pada Desember 1996 untuk dapat menyesuaikan diri dalam perkembangan ekonomi dunia, adalah sebuah prestasi ekonomi bagi Korea Selatan yang berhasil dalam proses melewati masa sulit pembangunan ekonomi industri.37 Namun pada saat yang bersamaan juga terjadi dampak krisis yang melanda Korea Selatan pada tahun 1997/1998. Krisis moneter tahun 1997-1998 Korea Selatan ditandai dengan meningkatnya nilai US dollar sehingga menyebabkan merosotnya nilai mata uang.38

Adanya kebijakan pemerintah untuk mengizinkan pelonggaran aliran modal asing pada saat masuknya Korea Selatan sebagai anggota OECD memberi peluang masuknya aliran modal uang asing dalam jumlah besar ke Korea Selatan,

37 Yang Seung-Yoon dan Mohtar Mas‟oed, “Politik Luar Negeri Korea Selatan: Penyesuaian Diri Terhadap Masyarakat

Internasional” (Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 2004), h.52.

38Myung Oak Kim dan Sam Jaffe, “The New Korea : Mengungkap Kebangkitan Ekonomi Korea Selatan”; (Jakarta: PT.

25

salah satunya melalui bank-bank Korea Selatan yang meminjam uang kepada bank pusat luar negeri seperti bank Hongkong.39 Pada akhirnya situasi inilah yang melilit perekonomian dan cadangan devisa Korea Selatan hingga hampir habis, akhirnya pemerintahan Kim Young-sam tidak mampu lagi untuk mengatasi krisis tersebut kemudian ia mengumumkan akan mengambil pinjaman darurat dari IMF sebesar US$ 57 biliun yang pada akhirnya menjadi pinjaman hutang mengerikan terhadap IMF.40

Terpilihnya Kim Dea-jung pada 1998 menggantikan Kim Young-sam, berhasil mengatasi dampak krisis moneter 1997/1998 melalui berbagai kebijakan efektif yang dilakukannya. Kebijakan tersebut diantaranya, pertama reformasi sektor keuangan seperti menerapkan kembali suku bunga normal yang dihapuskan oleh IMF dan adanya transparansi dana, kedua reformasi tenaga kerja seperti dibentuknya forum tripartite antara pengusaha-pemerintah-dan buruh juga diberikannya uang tunjangan terhadap buruh yang terkena PHK karena reformasi ekonomi yang dibuat oleh IMF, ketiga reformasi di bidang pemerintahan seperti mengubah sistem negara menjadi demokratis dan pemberantasan korupsi, serta reformasi di bidang korporasi seperti revolusi dibidang teknologi informasi dan memantau penggunaan sumber modal perusahaan Korea Selatan.41

Kebijakan pemerintah lainnya ialah meminta kontribusi rakyat untuk menyumbangkan koin emas atau perhiasan mereka dan secara keseluruhan kontribusi yang diberikan rakyat terkumpul sebesar 225 ton emas, bernilai sekitar

39Kim dan Sam Jaffe, “The New Korea”, h.61

40Kim dan Sam Jaffe, “The New Korea”, h.60

41Shinta R.I Soekarno, Anung Herlianto, M.Taufik Amrozy, dkk, “Bangkitnya Perekonomian Asia Timur-Satu Dekade

26

US$ 1,8 biliun yang sebagian besar digunakan untuk membayar hutang negara.42 Akhirnya, dengan segala upaya dan kebijakan yang telah dilakukan oleh pemerintah Korea Selatan beserta aktor penting lainya, dapat memberikan pemulihan ekonomi bagi Korea Selatan yang terus berlanjut sampai terjadi krisis ekonomi global tahun 2008.

Krisis tahun 2008 dikenal sebagai krisis ekonomi global, ditandai dengan menurunnya nilai US dollar dimana Korea Selatan juga terkena dampak krisis ekonomi tersebut yang dirasakan dengan menurunnya nilai won.43 Akan tetapi, berkat upaya pemerintah yang kuat dalam menjaga stabilitas ekonomi termasuk saat krisis ekonomi pada tahun 2008 dan pasca terjadinya krisis moneter tahun 1997/1998 membuat keadaan krisis ekonomi 2008 Korea Selatan jauh lebih mudah diselesaikan dari pada krisis tahun 1997/1998.

Kebijakan yang diambil pemerintah Korea Selatan diantaranya ialah memberi dana sebesar US$ 120 biliun pada mata uang dan pasar finansial untuk mendukung won pada November 2008, Bank Korea dan Bank Sentral negara juga melakukan penukaran sebanyak US$ 30 biliun dengan U.S Federal Reserve untuk menstabilkan nilai won, dan dana pemerintah lainnya sebesar US$ 160 biliun digunakan pada akhir tahun 2010 untuk menopang perekonomian, pemerintah menciptakan lapangan pekerjaan, membuat akses “unemployetment benefits”

(tunjangan pengangguran), pelatihan kerja yang disebut JUMP dan job sharing

untuk peningkatan dan pematangan kerja juga untuk mengurangi angka

42Kim dan Sam Jaffe, “The New Korea”, h.7.

Dokumen terkait