• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.2 Bentuk Kerjasama Ekonomi Korea Selatan-Indonesia

2.2.3. Peluang dan Hambatan citra “global Korea” di Indonesia

2.2.2. Indonesia-Korea Joint Task Force on Economic Cooperation (JTF-EC)

2.2.3. Peluang dan Hambatan citra “global Korea” di Indonesia

BAB.III. PERAN PENTING STRATEGI MULTI TRACK DIPLOMACY

DALAM KERJASAMA EKONOMI INDUSTRI KOREA

SELATAN-INDONESIA 2006-2012

3.1 Latar Belakang Penggunaan Strategi Multi Track Diplomacy

3.2 Multi Track Diplomacy Sebagai Strategi Untuk Meningkatkan Ekonomi Korea Selatan

3.3 Multi Track Diplomacy sebagai Strategi Untuk Mobilisasi Industri Indonesia 3.4 Multi Track Diplomacy Sebagai Strategi Untuk Membangun Citra “global

Korea”

BAB.IV. LANGKAH MULTI TRACK DIPLOMACY DALAM KERJASAMA

EKONOMI INDUSTRI KOREA SELATAN-INDONESIA 2006-2012

4.3 Aktor Multi Track Diplomacy dalam Kerjasama Ekonomi Industri Korea Selatan- Indonesia

4.4 Strategi Multi Track Diplomacy Korea Selatan Terhadap Indonesia

4.4.1 Diplomasi Government Korea Selatan Terhadap Indonesia (Perwujudan Perdamaian melalui Diplomasi)

4.4.1.1 Kepala Negara dan Kedutaan Korea Selatan

4.4.1.2 Ministry of Foreign Policy and Trade (MOFAT)

4.4.2 Diplomasi Business Korea Selatan Terhadap Indonesia (Perwujudan Perdamaian melalui Perdagangan, Ekspor, FDI)

4.4.2.1 Perusahaan Industri Baja POSCO (Pohang Iron and Steel

Company) Korea Selatan

4.4.3 Diplomasi Communications and the Media Korea Selatan Terhadap Indonesia (Perwujudan Perdamaian melalui Media dan Informasi) 4.4.3.1 Arirang World TV (After School Club)

BAB.V. KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

24 BAB.II.

HUBUNGAN BILATERAL EKONOMI KOREA SELATAN-INDONESIA

2.1 Kondisi Ekonomi Korea Selatan-Indonesia

2.1.1. Gambaran Umum Perekonomian Korea Selatan Pasca Krisis.

Untuk menuju pembangunan ekonomi Korea Selatan yang lebih baik paska imprealisme Jepang dan Perang Saudara, maka Korea Selatan melakukan berbagai kebijakan-kebijakan ekonomi dalam negeri dan luar negeri yang bertahap dengan melewati hambatan yang berbeda-beda pula. Penanganan dampak krisis yang terjadi di Korea Selatan, merupakan salah satu bentuk kebijakan ekonomi dalam negeri dan ekonomi luar negeri yang dilakukan oleh Korea Selatan dalam upaya pembangunan ekonomi industrinya.

Bergabungnya Korea Selatan dengan OECD pada Desember 1996 untuk dapat menyesuaikan diri dalam perkembangan ekonomi dunia, adalah sebuah prestasi ekonomi bagi Korea Selatan yang berhasil dalam proses melewati masa sulit pembangunan ekonomi industri.37 Namun pada saat yang bersamaan juga terjadi dampak krisis yang melanda Korea Selatan pada tahun 1997/1998. Krisis moneter tahun 1997-1998 Korea Selatan ditandai dengan meningkatnya nilai US dollar sehingga menyebabkan merosotnya nilai mata uang.38

Adanya kebijakan pemerintah untuk mengizinkan pelonggaran aliran modal asing pada saat masuknya Korea Selatan sebagai anggota OECD memberi peluang masuknya aliran modal uang asing dalam jumlah besar ke Korea Selatan,

37 Yang Seung-Yoon dan Mohtar Mas‟oed, “Politik Luar Negeri Korea Selatan: Penyesuaian Diri Terhadap Masyarakat

Internasional” (Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 2004), h.52.

38Myung Oak Kim dan Sam Jaffe, “The New Korea : Mengungkap Kebangkitan Ekonomi Korea Selatan”; (Jakarta: PT.

25

salah satunya melalui bank-bank Korea Selatan yang meminjam uang kepada bank pusat luar negeri seperti bank Hongkong.39 Pada akhirnya situasi inilah yang melilit perekonomian dan cadangan devisa Korea Selatan hingga hampir habis, akhirnya pemerintahan Kim Young-sam tidak mampu lagi untuk mengatasi krisis tersebut kemudian ia mengumumkan akan mengambil pinjaman darurat dari IMF sebesar US$ 57 biliun yang pada akhirnya menjadi pinjaman hutang mengerikan terhadap IMF.40

Terpilihnya Kim Dea-jung pada 1998 menggantikan Kim Young-sam, berhasil mengatasi dampak krisis moneter 1997/1998 melalui berbagai kebijakan efektif yang dilakukannya. Kebijakan tersebut diantaranya, pertama reformasi sektor keuangan seperti menerapkan kembali suku bunga normal yang dihapuskan oleh IMF dan adanya transparansi dana, kedua reformasi tenaga kerja seperti dibentuknya forum tripartite antara pengusaha-pemerintah-dan buruh juga diberikannya uang tunjangan terhadap buruh yang terkena PHK karena reformasi ekonomi yang dibuat oleh IMF, ketiga reformasi di bidang pemerintahan seperti mengubah sistem negara menjadi demokratis dan pemberantasan korupsi, serta reformasi di bidang korporasi seperti revolusi dibidang teknologi informasi dan memantau penggunaan sumber modal perusahaan Korea Selatan.41

Kebijakan pemerintah lainnya ialah meminta kontribusi rakyat untuk menyumbangkan koin emas atau perhiasan mereka dan secara keseluruhan kontribusi yang diberikan rakyat terkumpul sebesar 225 ton emas, bernilai sekitar

39Kim dan Sam Jaffe, “The New Korea”, h.61

40Kim dan Sam Jaffe, “The New Korea”, h.60

41Shinta R.I Soekarno, Anung Herlianto, M.Taufik Amrozy, dkk, “Bangkitnya Perekonomian Asia Timur-Satu Dekade

26

US$ 1,8 biliun yang sebagian besar digunakan untuk membayar hutang negara.42 Akhirnya, dengan segala upaya dan kebijakan yang telah dilakukan oleh pemerintah Korea Selatan beserta aktor penting lainya, dapat memberikan pemulihan ekonomi bagi Korea Selatan yang terus berlanjut sampai terjadi krisis ekonomi global tahun 2008.

Krisis tahun 2008 dikenal sebagai krisis ekonomi global, ditandai dengan menurunnya nilai US dollar dimana Korea Selatan juga terkena dampak krisis ekonomi tersebut yang dirasakan dengan menurunnya nilai won.43 Akan tetapi, berkat upaya pemerintah yang kuat dalam menjaga stabilitas ekonomi termasuk saat krisis ekonomi pada tahun 2008 dan pasca terjadinya krisis moneter tahun 1997/1998 membuat keadaan krisis ekonomi 2008 Korea Selatan jauh lebih mudah diselesaikan dari pada krisis tahun 1997/1998.

Kebijakan yang diambil pemerintah Korea Selatan diantaranya ialah memberi dana sebesar US$ 120 biliun pada mata uang dan pasar finansial untuk mendukung won pada November 2008, Bank Korea dan Bank Sentral negara juga melakukan penukaran sebanyak US$ 30 biliun dengan U.S Federal Reserve untuk menstabilkan nilai won, dan dana pemerintah lainnya sebesar US$ 160 biliun digunakan pada akhir tahun 2010 untuk menopang perekonomian, pemerintah menciptakan lapangan pekerjaan, membuat akses “unemployetment benefits”

(tunjangan pengangguran), pelatihan kerja yang disebut JUMP dan job sharing

untuk peningkatan dan pematangan kerja juga untuk mengurangi angka

42Kim dan Sam Jaffe, “The New Korea”, h.7.

27

penganguran.44 Disamping itu etos kerja yang tinggi, semangat kesatuan bangsa Korea, dan menjaga nilai ajaran Konfusianisme, juga ikut berperan dalam menyelesaikan krisis ekonomi global 2008.

Sehingga dapat dikatakan bahwa, bagi Korea Selatan adanya reformasi ekonomi pasca krisis moneter tahun 1997-1998 hingga krisis ekonomi pada tahun 2008, merupakan sebuah peluang bagi Korea Selatan untuk memperkenalkan kegigihan dan kekuatannya dalam membangun perekonomian dan industrinya yang kuat didunia internasional. Upaya inilah yang pada akhirnya membawa Korea Selatan terbukti berhasil menjadi negara ekonomi industri maju.

2.1.2 Perekonomian Korea Selatan Sebagai Negara Industri Maju

Korea Selatan telah melakukan berbagai bentuk kebijakan ekonomi luar negeri untuk meningkatkan pembangunan perekonomian dan industri domestiknya. Pada proses pembangunan ekonomi industri Korea Selatan, salah satu permasalahan yang dihadapi Korea Selatan ialah permasalahan perdagangan internasional. Pada tahun 1970-an negara-negara industri memberikan hambatan non tarrif atau batasan ekspor kepada Korea Selatan dalam bentuk global maupun bilateral, kecuali ekspor industri berat dan industri kimia, sehingga hal ini mengharuskan Korea Selatan berupaya sekuat mungkin untuk meningkatkan industri berat dan industri kimia mereka, sehingga secara perlahan pada tahun 1970-an ekspor Korea Selatan telah meluas ke Timur Tengah dan Eropa.45

Korea Selatan terus berupaya dalam melakukan restrukturisasi dan modernisasi ekonomi, juga teknologi dan informasi untuk meningkatkan

44Kim dan Sam Jaffe, “The New Korea”, h.69.

28

perindustrian Korea Selatan sejak tahun 1960-an hingga saat ini. Sebagai bukti keberhasilan tersebut Korea Selatan mampu membangun fondasi industri yang kuat, terutama di bidang semikonduktor, elektronik, juga peringkat kedua dalam pembuatan kapal dunia yang memegang 32% pangsa pasar dunia, peringkat ke lima dunia dalam produksi automobil dan otomotif, peringkat ke lima dunia dalam produksi petrokimia, dan sebagainya.46 Korea Selatan juga berhasil membuktikan bahwa mereka mampu bersaing dalam kebebasan ekonomi regional dan global. Berikut merupakan hasil nilai economic freedom Korea Selatan dalam tingkat regional Asia Pasifik:

Tabel.II.1 Regional Ranking-Index of Economic Freedom in Asia Pasifik

Sumber: The Heritage Foundation, In Partnership With Wall Street Journal http://www.heritage.org/index/country/southkorea#

Data tabel analisis diatas menerangkan bahwa, ekonomi Korea Selatan dinilai cukup bebas, Korea Selatan menempati peringkat ke-8 dalam kebebasan ekonomi dari total 41 negara di wilayah Asia-Pasifik. Nilai rata-rata kebebasan

46 Asian-info.org, “Korean Mining and Manufacturing”, [berita online]; tersedia di:

29

ekonomi Korea Selatan adalah 71,2 dan mengalami peningkatan sebesar 0,9 dari tahun sebelumnya. Peringkat ekonomi bebas ini dihasilkan dari keterbukaan pasar, kebebasan perdagangan, kebebasan (kepercayaan) bisnis, kebebasan investasi, kebebasan ekspor-impor, dan kebebasan finansial, kebebasan dari korupsi, dan pengelolaan belanja publik. Selain itu, Korea Selatan juga telah berhasil menjadi salah satu negara perdagangan terbesar di dunia dan juga menjadi pasar ekspor dan impor penting bagi nega-negara industri maju seperti AS, Jepang, Australia, Kanada.47

Kemajuan ekonomi dan industri Korea Selatan seperti sekarang, tidak terlepas dari peran pemerintah Park Chung-hee (1963-1979) dan Kim Dae-jung (1998-2003). Pemerintahan Park Chung-hee dikenal sebagai peletak dasar pembangunan ekonomi dan modernisasi Korea Selatan pasca invasi Jepang dan perang saudara, kebijakan dimasa itu dinamakan “Samuel Undong” (The new community Movement), walaupun dimasa kepemimpinan ini usia negara masih tergolong muda dan kepemimpinan rezim militer, pada akhirnya kebijakan tersebut berhasil meningkatkan hasil panen, pendapatan pedesaan dan mengurangi ketidak seimbangan hasil industri dalam standar hidup Korea Selatan.48

Sepanjang periode kepemimpinan Korea Selatan, pemerintah Kim Dae-jung (1998-2003) adalah titik dimulainya perubahan kepemimpinan Korea Selatan yang sangat berbeda dari sebelumnya. Kim Dae-jung adalah pemimpin yang pro-demokratis dan anti militer, sehingga kebijakan yang dikeluarkan oleh nya adalah

47Seung Yoon dan Mohtar Mas‟oed, h.56.

48 Asian-info.org, “Korea‟s Economy- Korea's Heavy and Chemical Industry Promotion in the 1970s”; [artikel online];

tersedia di:

http://www.asianinfo.org/asianinfo/korea/economy.htm#Heavy%20and%20Chemical%20Industry%20Promotion%20in%2 0the%201970s ;internet; diunduh pada 15 April 2014

30

kebijakan yang berorientasi perdamaian, reunifikasi Korea Selatan dan Semenanjung Korea yang diimplemtasikan dengan kebijakan restrukturisasi dan liberalisasi ekonomi, revolusi industri dan teknologi, kebebasan pers, dan lain-lain, bahkan salah satu kebijakan dimasa pemerintahan Kim Dae-jung dikenal

dengan kebijakan “Sunsine Policy” (Kebijakan Matahari) memberikan

penerangan bagi Korea Selatan dan Korea Utara, yang menginspirasi Kim Dae-jung ialah proses reunifikasi Jerman tahun 1990 akibat perbedaan ideologi namun

akhirnya kembali bersatu dengan “Deklarasi Berlin”.49

Pemerintah Kim Dae-jung sebagai pemerintahan demokratis dan cinta damai terbukti berhasil membawa Korea Selatan pada perubahan besar dalam perekonomian, bahkan saat ini kerjasama-kerjasama yang digalang Kim Dae-jung masih terus dijalankan pemerintah Korea Selatan. Kemajuan ekonomi industri yang didapatkan Korea Selatan saat ini dapat dilihat diantaranya melalui

perubahan besar yang dilakukan Korea Selatan dari centrally planned

goverenment directed investment menjadi market oriented model (pemerintahan yang bersandar pada investasi dan importir telah berorientasi pada model pasar eksportir internasional dengan strategi kerjasama dan perdagangan, atau dikenal dengan perubahan dari negara agraris menjadi negara industri maju), peningkatan GDP perkapita pertahunnya, pemerataan distribusi pendapatan, stabilitas harga, dan menempatkan Korea Selatan sebagai negara dengan perekonomian terbesar ke-15 di dunia.50

49Hendrawan F. R, “Sikap Jepang terhadap Rencana Reunifikasi Korea”, (Yogyakarta, UMY: 2004)

50 Kedutaan Republik Indonesia, Seoul, Korea Selatan, “Tentang Korea Selatan,” [Artikel on-line] diunduh pada 20 Februari 2014.

31

Korea Selatan bergerak melalui kontribusi pada perdagangan, perluasan ekspor, dan perluasan FDI sehingga berhasil meningkatkan GDP perkapita setiap tahunnya. Berikut perbandingan pertumbuhan GDP perkapita tahun 2006 hingga 2012:

Grafik II.2. GDP per capita Korea Selatan (US$ at Consistant Prices)

Sumber: Trading Economics, World Bank, Anna Fedec and Antonio Sousa in New York City2008

Berdasarkan data World Bank untuk GDP perkapita Korea Selatan dilihat melalui trend grafik diatas, menunjukkan adanya peningkatan nilai setiap tahunnya. Meningkatnya GDP perkapita Korea Selatan tahun 2006-2012 dari US$ 17550.8538 di tahun 2006, menjadi US$ 18370.458 di tahun 2007, US$ 1921.6294 pada tahun 2008, US$ 19519.3668 pada tahun 2009, US$ 19488.9626 pada tahun 2010, US$ 20625.0998 pada tahun 2011, dan US$ 21.562.4465 pada tahun 2012. Data terakhir World Bank untuk GDP perkapita Korea Selatan senilai US$ 21.562.45 tahun 2012, merupakan nilai tertingi sejak tahun 1960 hingga

32

tahun 2012 dan setara dengan 174% dari rata-rata dunia, PDB perkapita Korea Selatan rata-rata US$ 8.688.58 dari tahun 1960 hingga tahun 2012.51

Disamping itu, meningkatnya jumlah industri Korea Selatan

menggambarkan adanya kerjasama perluasan ekspor ke berbagai negara. Aktivitas ekspor adalah faktor penting dalam kerjasama ekonomi industri Korea Selatan untuk pembangunan ekonomi sebagai negara industri. Berikut perbandingan peningkatan nilai ekspor Korea Selatan pada tahun 2006 hingga tahun 2012:

Grafik II.3. South Korea Exports by Month (US$ Million)

Sumber: Trading Economics; Ministry of Trade, Industry and Energy (MOTIE); Anna Fedec and Antonio Sousa in New York City2008

Bedasarkan tren grafik tersebut, terlihat bahwa Korea Selatan memiliki ekonomi yang berorientasi ekspor. Nilai ekspor Korea Selatan mengalami peningkatan pesat pada tahun 2006 hingga tahun 2012. Pada kuartal pertama tahun 2006 nilai ekspor Korea Selatan US$ 25.000 juta dan mengalami peningkatan di kuartal selanjutnya hingga tahun 2007 diatas nilai US$ 30.000 juta, di tahun 2008 hingga 2009 nilai ekspor Korea Selatan kembali meningkat diatas US$ 35.000 juta, pada tahun 2010 nilai ekspor Korea Selatan berada diatas

51Trading Economics, “South Korea GDP per capita”, [Data on-line]; tersedia di: http://www.tradingeconomics.com/south-korea/gdp-per-capita ;internet; diunduh pada 15 Mei 2014.

33

US$ 40.000 juta, pada tahun 2011 nilai ekspor kembali meningkat diatas nilai US$ 45.000 juta, hingga tahun 2012 nilai ekspor Korea Selatan berada diatas US$ 45.000 juta.

Ekspor utama Korea Selatan adalah produk teknologi tinggi yang diproduksi seperti minyak, semikonduktor (9%), mesin (9%), mobil (9%), kapal (7%), perangkat LCD (5%) dan perangkat komunikasi nirkabel (4%), serta ekspor lainnya termasuk: baja (7%) dan petrokimia (10%).52 Sehingga dengan meningkatnya jumlah ekspor Korea Selatan, berarti menggambarkan adanya peningkatan penjualan dan peningkatan anggaran Korea Selatan dan akhirnya menghasilkan keuntungan ekonomi bagi Korea Selatan.

Keberhasilan ekonomi yang didapatkan Korea Selatan juga dihasilkan oleh perdagangan melalui pemasaran yang baik oleh perusahaan MNC Korea Selatan. Nilai perdagangan Korea Selatan saat ini dapat dikatakan berada pada nilai yang meningkat setiap tahunnya pada tahun 2006-2012. MOTIE melaporkan bahwa rata-rata nilai perdagangan Korea Selatan senilai US$ 515.23 juta dari tahun 1966 hingga 2014 dan dari seluruh periode waktu tersebut pada tahun 2006 hingga tahun 2012 nilai perdagangan tertinggi yang dihasilkan Korea Selatan ialah sebesar US$ 6.794.27 juta pada Juni 2010 dan nilai terendah US$ -4.043.46 juta bulan Januari 2008 karena krisis ekonomi, namun perlahan memulih dan secara umum perdagangan Korea meningkat hingga tahun 2012.53

52 Trading Economics, “South Korea Exports by Month”, [Data on-line]; tersedia di: http://www.tradingeconomics.com/south-korea/exports ;internet; diunduh pada 15 Mei 2014.

53 Trading Economics, “South Korea Balance of Trade”, [Data on-line]; tersedia di: http://www.tradingeconomics.com/south-korea/balance-of-trade; internet; diunduh 15 Mei 2014.

34

Beberapa strategi pemasaran Korea Selatan pada perluasan industrinya ialah keikut sertaan Samsung Electronics dalam ajang CES tahun 2009. CES merupakan sebuah pameran terbesar elektronik diseluruh dunia yang telah dilaksanakan lebih dari satu dekade pada Januari di Las Vegas, dengan tujuan konfrensi pers dan memasarkan produk terbaru perusahaan yang dikeluarkan setiap tahunnya sebagai pendongkrak untuk penjualan di pasar domestik dan internasional.54 Samsung berhasil menarik perhatian pengunjung, menjadi produk favorit dengan produk terbaru TV plasma layar lebar memiliki tebal satu inci, dan teknologi kamera auto focus, mengalahkan produk ternama Sony, Nokia, maupun HP.55

Strategi pemasaran lainnya melalui North American Car for the Year Award, sebuah ajang penghargaan industri mobil dan otomotif dunia diadakan oleh sebuah kelompok yang terdiri dari 50 jurnalis otomitif terkemuka dunia.56 The new Hyundai Genesis untuk pertama kalinya, berhasil memenangkan penghargaan North American Car for the Year Award 2009, dengan penjualan yang relatif murah senilai US$ 40.000 berbeda jauh dengan pasar mobil mewah seperti Lexus, Mercedes, dan BMW.57 Hyundai Genesis memiliki mesin 6 silinder (ada juga model 4 silinder) yang dapat dipacu dari 0 hingga hingga 60 mil per jam dalam waktu 5,7 detik, sistem navigasi builtnya juga dapat menampilkan film, dan setiap mobil dilapisi kulit kursi, keseluruhan kualitas, kontrol, dan harga relatif lebih terjangkau dengan perbedaan US$.20.000 dibandingkan Lexus dengan

54Kim dan Sam Jaffe, “The New Korea”, h.145.

55Kim dan Sam Jaffe, “The New Korea”, h.146.

56 Kim dan Sam Jaffe, “The New Korea”, h.121.

35

stabilitas kemampuan hampir sama.58 Saat ini Hyundai berhasil menjadi ancaman bagi perusahaan besar ternama seperti Ford, Volkswagen, Audi, Toyota, maupun Honda.

Teknik pemasaran yang cerdas membuat Korea Selatan berhasil dengan cepat meraih pasar global dalam industri dunia. Melalui peran industri besar Korea Selatan terbukti berhasil menghantarkan Korea Selatan pada hubungan kerjasama yang kompeten secara bilateral, regional dan internaisonal. Korea Selatan juga bergerak melalui FDI yang semakin meningkat, berfokus terhadap negara berkembang yang memiliki sumber daya alam melimpah untuk menjalankan roda perindustriannya. Berikut perbandingan pertumbuhan nilai FDI Korea Selatan pada tahun 2006 hingga tahun 2012:

Grafik.II.4. South Korea Foreign Direct Investment (current US$)

Sumber: Trading Economics, Ministry of Knowledge Economy, Anna Fedec and Antonio Sousa in New York City2008

Berdasarkan tren grafik diatas, terlihat bahwa secara general nilai FDI Korea Selatan meningkat, pada tahun 2006 FDI Korea Selatan senilai US$ 2000.000 juta, pada tahun 2007 dan tahun 2008 FDI berada diatas nilai US$

36

4000.000 juta, pada tahun 2009 dan tahun 2010 FDI berada diatas nilai US$ 3000.000 juta, dan pada dekade terakhir tahun 2011 dan tahun 2012 FDI mencapai US$ 5000.000 juta dan US$ 6000.000 juta. Meningkatnya FDI Korea Selatan setiap tahunnya membuktikan bahwa Korea Selatan berhasil menjadi negara ekonomi maju dunia yang dapat berkontribusi untuk perkembanga negara lain dan memiliki kualitas sumber daya manusia yang berkompeten dan produktif, serta adanya transfer teknologi.

2.1.3. Gambaran Umum Perekonomian Indonesia Dalam Deklarasi Bersama Kemitraan Strategis dengan Korea Selatan

Indonesia telah berkembang dalam beberapa tahun terakhir sebagian besar dikarenakan konsumsi domestik masyarakat yang tinggi, pertumbuhan ekspor produk manufaktur dan komoditas, dan Indonesia juga dikatakan merupakan salah satu negara ekonomi terbesar di Asia Tenggara.59 Indonesia memiliki pasar domestik yang besar dan strategis, serta deposit sumber alamnya yang melimpah, sumber daya alam Indonesia berasal dari pertanian, kehutanan, kelautan dan perikanan, peternakan, perkebunan serta pertambangan dan energi.60

Akan tetapi pada umumnya Indonesia belum sepenuhnya dapat memanfaatkan SDA secara pribadi sehingga membutuhkan keterlibatan pihak lain. Kebijakan pemerintah Indonesia menjalin hubungan deklarasi bersama dengan Korea Selatan terbukti menghasilkan keuntungan bagi perekonomian Indonesia dan pemanfaatan SDA. Sejak tahun 2006 hingga 2012 GDP perkapita

59 Trading Economics, “Indonesia GDP Growth”, [Data on-line]; tersedia di: http://www.tradingeconomics.com/indonesia/gdp-growth ;internet; diunduh pada 15 Mei 2014.

60 Indonesia.go.id - Portal Nasional Republik Indonesia, “Potensi Sumber Daya Alam”, Portal Nasional Republik

Indonesia. [Artikel on-line]; tersedia di: http://indonesia.go.id/in/potensi-daerah/sumber-daya-alam ;internet, diunduh pada 13 Februari 2014.

37

dan FDI Indonesia terus meningkat. GDP perkapita Indonesia setara dengan 15% dari rata-rata dunia.61 Berikut perbandingan pertumbuhan GDP perkapita Indonesia tahun 2006-2012:

Grafik II.5. GDP per capita Indonesia (US$ at Consistant Prices)

Sumber: Trading Economics, World Bank, Anna Fedec and Antonio Sousa in New York City2008

Berdasarkan tren grafik diatas, nilai GDP perkapita Indonesia mengalami peningkatan pertahunnya pada tahun 2006-2012, pada tahun 2006 sebesar US$ 1273.47, tahun 2007 sebesar US$ 1324.47, tahun 2008 sebesar US$ 1388.61, tahun 2009 sebesar US$ 1451.56, tahun 2010 sebesar US$ 1498.01, tahun 2011 sebesar US$ 1570.15, dan pada tahun 2012 terus meningkat senilai US$ 1650.63. Peningkatan GDP perkapita Indonesia pertahunnya menggambarkan bukti adanya peningkatan kesejahteraan ekonomi bagi masyarakat Indonesia.

61 Trading Economics, “Indonesia GDP Percapita”, [Data on-line]; tersedia di: http://www.tradingeconomics.com/indonesia/gdp-per-capita ;internet ;diunduh pada 15 Mei 2014.

38

2.2 Bentuk Kerjasama Ekonomi Korea Selatan-Indonesia

2.2.1 Kerjasama Kemitraan Strategis Korea Selatan-Indonesia (Joint

Declaration on StrategicPartnership between RI and ROK)

Korea Selatan dan Indonesia merupakan sebuah negara demokratis dan pada umumnya negara demokratis memberikan ruang dan kebebasan terhadap berbagai aktornya untuk melakukan berbagai bentuk interaksi dan hubungan kerja. Hal tersebut bertujuan untuk kemajuan negara dalam aspek ekonomi, sosial dan budaya, media komunikasi, politik, maupun ilmu pengetahuan dan teknologi.

Salah satu hal yang mendasar dalam kebijakan ekonomi luar negeri Korea Selatan ialah pasokan sumber daya alam berupa bahan baku, mineral, dan energi dari negara-negara yang kaya akan sumber daya alam.62 Pertumbuhan ekonomi industri Korea Selatan yang terus meningkat menyebabkan pula peningkatan terhadap konsumsi SDA baik itu batu bara, minyak, maupun gas alam cair lainnya yang dibutuhkan Korea Selatan untuk terus menjalankan industrinya.63 Hingga kini, Korea Selatan telah mengamankan pasokan sejumlah 16,8 miliar barel migas dari 32 negara mencakup sejumlah 121 ladang migas, dan mengimpor lebih US$11,7 miliar untuk memenuhi kebutuhan mineralnya.64

Dokumen terkait