“STRATEGI MULTI TRACK DIPLOMACY DALAM KERJASAMA EKONOMI INDUSTRI KOREA SELATAN (ROK) TERHADAP
INDONESIA TAHUN 2006-2012”
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
Mahyar Diani
NIM: 1110083000015
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
iv ABSTRAKSI
Skripsi ini menganalisis strategi multi track diplomacy dalam kerjasama ekonomi industri Korea Selatan (ROK) dengan Indonesia pada tahun 2006-2012. Penelitian ini menemukan bahwa hubungan kerjasama ekonomi Korea Selatan dengan Indonesia sudah cukup lama terjalin sejak tahun 1971, bahkan hubungan kedua negara cenderung dikatakan semakin meningkat sejak dibentuknya deklarasi bersama kemiraan strategis (Joint Declaration on Strategic Partnership)
yang kemudian difokuskan kedalam Indonesia-Korea Joint Task Force on Economic Cooperation (JTF-EC) pada Desember 2006. Melalui strategi multi track diplomacy maka kesepakatan kerjasama ekonomi industri antara kedua
negara dapat lebih mudah dijalankan. Strategi multi track diplomacy
dilatarbelakangi oleh kepentingan Korea Selatan untuk meningkatkan perekonomian Korea Selatan, mempertahankan posisinya sebagai negara industri
maju dengan mobilisasi industri Indonesia, dan menyebarkan citra “global Korea”. Penelitian ini menjelaskan bahwa pelaksanaan strategi multi track diplomacy yaitu melalui diplomasi government, diplomasi business, diplomasi
communications and media yang dilakukan Korea Selatan terhadap Indonesia salah satunya diwujudkan dengan keterlibatan perusahaan industri besar Korea Selatan seperti POSCO dan Arirang World(After School Club).
Kerangka pemikiran yang digunakan dalam skripsi ini adalah konsep Kepentingan Nasional, Kerjasama Internasional, dan Multi Track Diplomacy
dengan mengutip dari berbagai sumber. Konsep Kepentingan Nasional digunakan untuk menganalisis kepentingan ekonomi industri Korea Selatan menggunakan strategi multi track diplomacy, konsep Kerjasama Internasional digunakan untuk menganalisis sejauh mana kestabilan dan keadaan ekonomi industri Korea Selatan beserta peluang dan ancaman terhadap keadaan ekonomi industri Korea Selatan terhadap Indonesia melalui soft power, sedangkan Multi Track Diplomacy
digunakan untuk menganalisis strategi diplomasi soft power dan langkah yang dilakukan Korea Selatan terhadap pencapaian kepentingan nasionalnya dalam kerjasama ekonomi industri terhadap Indonesia. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan menggunakan sumber data skunder dan pustaka. Dari hasil analisis dengan menggunakan tiga konsep tersebut dapat disimpulkan bahwa strategi multi track diplomacy merupakan kebijakan diplomasi
soft power yang tepat bagi Korea Selatan terhadap Indonesia dalam kerjasama ekonomi industri tahun 2006-2012 untuk menyebarkan perdamaian dan mewujudkan kepentingan nasionalnya di abad ke-21, yaitu meningkatkan pertumbuhan ekonomi industrinya dan memperkuat posisi Korea Selatan sebagai negara industri maju dunia melalui peran industri besar Korea Selatan di Indonesia seperti POSCO dan After School Club melalui program Arirang World.
Kata Kunci: Multi track diplomacy, Kepentingan Nasional, Kerjasama
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi ALLAH SWT atas segala nikmat-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Strategi Multi Track Diplomacy Dalam Kerjasama Ekonomi Industri Korea Selatan (Rok) Terhadap Indonesia Tahun 2006-2012. Skripsi ini dikerjakan demi memenuhi
salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana pada program studi
Hubungan Internasional.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak mungkin selesai
dengan hasil karya penulis sendiri tanpa ada bantuan baik secara materi, bantuan
bimbingan penulisan, saran, motivasi, tenaga, waktu, dan doa dari berbagai pihak.
Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini:
1. Kepada kedua orang tuaku yang terkasih dan tercinta, ayahanda dan ibunda
(Najamuddin dan Yustuti Erlina S.H) untuk setiap doa, kasih sayang, perhatian,
didikan, ajaran, semangat, motivasi dan segalanya yang tak terbatas
disepanjanng hidup saya. Semoga Allah SWT selalu melindungi dan mengasihi
kedua malaikat penolongku.
2. Kepada abang saya dan istri (M. Reza Akmal S.H dan Sri Rani Putri Am.Keb),
keponakan cantik Raissa Anindita Akmal, atok H.Ibnu Hajar, andong alm.Hj.
Fauziah, kakek alm.sudin, nenek alm.Surti, dan semua keluarga ku tersayang.
3. Bapak Febri Dirgantara Hasibuan, M.M selaku dosen pembimbing skripsi saya.
Terima kasih atas semua pengetahuan, motivasi, nasihat, dan kesabaran beliau
yang sangat luar biasa dalam membimbing saya menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Armein Daulay, M.Si juga Papa Herman dan Mama Eva atas doa dan
perhatian, semoga Allah SWT selalu menjaga mereka sebagai orang tua ku.
5. Ibu Debbie Affianty, M.Si dan Bapak Agus Nilmada Azmi, M.Si selaku ketua
dan sekretaris program studi Hubungan Internasional UIN Jakarta.
6. Dosen program studi Hubungan Internasional: Bapak Nazaruddin Nst S.H,
vi
Mutiara Pertiwi, Ibu Dina Afriyanti, Ibu Rahmi Fitriyanti. Terima kasih atas
ilmu yang diberikan selama penulis menuntut ilmu di UIN Jakarta.
7. Sahabat Hubungan Internasional 2010 (Detty, Peni, Uun, Lydia, Defa, Yuri,
Mai, Isti, Zakiya, Dienny, Uni Puput, Rossa, Tisa, Oya, Reza, Nindy, Retno,
Murdok Aulia, Uda Alva, Bg Wahyu, Rian, Rami, Ode, Navis, Edo, Yoga,
Viqry, Dhani, Adam, Farhan, Rafsan, Herman, Aldy, Malo, Rachmad) tidak
satupun kenangan bersama kalian yang akan penulis lupakan. Terima kasih
untuk kebersamaan kita, sukses untuk kita dan seluruh angkatan 2010.
8. Sahabat HMJ HI UIN Jakarta periode 2012-2013, BEM FISIP UIN Jakarta
periode 2012-2013, PMII Komisariat FISIP, Komunitas Mahasiswa Sumatera
Utara (KMSU), HI-A 2010, HI 2008/2009 Indra Ramadhan, Ardhy Dinata,
Dimas Juniarto, Imam Rhozali, Imam Baihaqi, Bagus Aulia, M.Eka, Rajif
Amar, Muhibin, Rizky.A, Affan Akbar, Khairunnisa Lbs, Andi Dian, Nyimas
Diah, Andini, Hudaf.M, Derry.A, Majid Aswaja. Terima kasih kakak senior
atas doa, bantuan, saran, serta motivasi selama ini, sukses selalu untuk kakak.
9. Sahabat cantik kost Griya Aini (Mbak Ar, Mbal Lis, Uni Resti, Nourma, ka
Findri, tata Mutya, teh Icha, amal, ka Hikma, ka Harum, ka Ummu, Ka Aini,
Asmi, Ega, Rahmah, Ka Desi, Nita, Vizel,Vina, Anjar, Bibil).
10. Terkhusus untuk sahabat “Adventure” (R.S Ayu Ramadhana, Alfi Fadli, Edi
Syaputra, M.Rajiv Syarif, Trihilman Hasbi, alm.Reza Hendrik) terima kasih
atas persahabatan yang begitu indah, semoga kita bisa terus saling
mendukung dan meraih masa depan bersama-sama.
11. Sahabat perjuangan MAN Binjai 2010 dan Sahabat kompak KKN
GARUDA-18 tahun 2014 UIN Jakarta terima kasih untuk kebersamaan kita.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan,
untuk itu penulis menerima kritik dan saran yang bersifat konstruktif demi
perbaikan mendatang. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan
menambah ilmu pengetahuan bagi pembacanya, semoga Allah SWT meridhoi dan
dicatat sebagai ibadah disisi-Nya, amin.
Jakarta, 26 September 2014
vii
DAFTAR SINGKATAN
BUMN : Badan Usaha Milik Negara CES: Consumer Electronik Show FDI : Foreign Direct Investment GDP: Gross Domestic Product GFK: Growth for Knowledge HAM: Hak Asasi Manusia
IMF: International Monetary Fund JCC: Joint Commission on Cultural Cooperation
JSG: Joint Study Group
JTF-EC: Joint Task Force on Economic Cooperation
JUMP: Job Upgrading and Maturing Program
IK-CEPA: Indonesia Korea Conprehensive Economic Partnership Agreement KFF: Korean Freedom Federation KHIS: Korean House for International Solidarity
KOICA: Korea International Cooperation Agency KS : Krakatau Steel
MOFAT: Ministry of Foreign Affairs and Trade
MOTIE: Ministry of Trade, Industry and Energy
MoU: Memorandum of Understanding MNC: Multinational Corporation OECD: Organization for Economic Cooperation and Development PHK: Pemutusan Hubungan Karyawan POSCO: Pohang Iron and Steel
Company
RI: Republik Indonesia ROK : Republic of Korea. SDA: Sumber Daya Alam SDM: Sumber Daya Manusia UMR: Upah Minimum Rakyat. UNESCO:
United Nations Educational,
Scientific, and Cultural Organization USA: United State of America
UWI: United Way International WG: Working Group
WLTFM: Working Level Task Force Meetting
viii
DAFTAR GAMBAR, GRAFIK DAN TABEL
Gambar I.I ... 6
Gambar IV.2 ... 65
Gambar IV.3...74
Grafik I.1 ... 4
Grafik II.2 ... 31
Grafik II.3 ... 32
Grafik II.4 ... 35
Grafik II.5 ... 37
Grafik III.6 ... 49
Grafik III.7 ... 49
Grafik III.8 ... 50
Grafik IV.9 ... 68
Grafik IV.10 ... 76
Tabel II.I ... 28
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Joint Statement Between The Republic of Indonesia and The Republic of Korea
Lampiran 2 Joint Study Group IK-CEPA
Lampiran 3 Siaran Pers ke-Presidenan Kedutaan RI di Seol “Indonesia dan Korea Tentang JTF
Lampiran 4 Perusahaan Korea Selatan Yang Menjalankan Industri Di Indonesia Tahun 2010-2012
Lampiran 5 Pemantauan Impor 31 Kelompok Hasil Industri Korea Selatan di
Indonesia
Lampiran 6 Steel Plant-Overseas Steel Mill-POSCO
Lampiran 7 Negara Asal Impor Terbesar Untuk Produk Hasil Industri
x DAFTAR ISI
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ...ii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI...iii
ABSTRAK...iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR SINGKATAN ... vii
DAFTAR GRAFIK, GAMBAR, TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
DAFTAR ISI ... x
BAB.I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Pertanyaan Penelitian ... 9
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10
1.4 Tinjauan Pustaka ... 10
1.5 Kerangka Teori... 13
1.5.1 Konsep Kepentingan Nasional ... 13
1.5.2 Konsep Kerjasama Internasional ... 16
1.5.3 Multi Track Diplomacy ... 17
1.6 Metodelogi Penelitian ... 21
1.7 Sistematika Penulisan ... 22
BAB.II. HUBUNGAN BILATERAL EKONOMI KOREA SELATAN-INDONESIA 2.1 Kondisi Ekonomi Korea Selatan-Indonesia ... 24
2.1.1 Gambaran Umum Perekonomian Korea Selatan Pasca Krisis ... 24
2.1.2 Perekonomian Korea Selatan Sebagai Negara Industri Maju ... 27
2.1.3 Gambaran Umum Perekonomian Indonesia Dalam Kerjasamaa Kemitraan Strategis dengan Korea Selatan ... 36
2.2 Bentuk Kerjasama Ekonomi Korea Selatan-Indonesia ... 38
2.2.1. Kerjasama Kemitraan Strategis Korea Selatan-Indonesia (MoU Joint Declaration on StrategicPartnership between RI and ROK) ... 38
2.2.2. Indonesia-Korea Joint Task Force on Economic Cooperation (JTF-EC) ... 40
2.2.3. Peluang dan Hambatan citra “global Korea” di Indonesia ... 42
xi
Ekonomi Korea Selatan ... 47 3.3 Multi Track Diplomacy sebagai Strategi Untuk Mobilisasi Industri
Indonesia ... 52 3.4 Multi Track Diplomacy Sebagai Strategi Untuk Membangun
Citra “global Korea” ... 53
BAB.IV. LANGKAH MULTI TRACK DIPLOMACY DALAM KERJASAMA
EKONOMI INDUSTRI KOREA SELATAN-INDONESIA 2006-2012
4.1 Aktor Multi Track Diplomacy dalam Kerjasama Ekonomi Industri
Korea Selatan Indonesia...57 4.2 Strategi Multi Track Diplomacy Korea Selatan Terhadap Indonesia...58
4.2.1 Diplomasi Government Korea Selatan Terhadap Indonesia
(Perwujudan Perdamaian melalui Diplomasi) .... ...58 4.2.1.1 Kepala Negara dan Kedutaan Korea Selatan ...58 4.2.1.2 Ministry of Foreign Policy and Trade-MOFAT...62 4.2.2 Diplomasi Business Korea Selatan Terhadap Indonesia
(Perwujudan Perdamaian melalui Perdagangan, Ekspor, FDI) ...67
4.2.2.1 Perusahaan Industri Baja POSCO (Pohang Iron and
Steel Company) Korea Selatan...69 4.2.3 Diplomasi Communications and the Media Korea Selatan
Terhadap Indonesia (Perwujudan Perdamaian melalui Media
dan Informasi) ... 74 4.2.3.1 Arirang World TV(Program After School Club) ... 76 BAB.V. KESIMPULAN
Kesimpulan ... 79
DAFTAR PUSTAKA ... xii LAMPIRAN-LAMPIRAN ...
1 BAB. I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Abad ke 21 ditandai sebagai abad yang sangat menentukan dalam
meningkatkan eksistensi Korea Selatan di kancah internasional. Hal tersebut
dikarenakan, Korea Selatan dinilai telah berhasil dalam menyebarkan pengaruh
budaya Hallyu/Korean Wave ke berbagai wilayah di dunia,1 dan berhasil meraih
“Memory of the World Heritage” UNESCO.2 Bahkan Korea Selatan juga berhasil
dalam membangun hubungan kerjasama ekonomi di bidang industri dengan
berbagai negara salah satunya Indonesia. Hubungan kerjasama ekonomi industri
yang dilakukan oleh Korea Selatan tersebutlah yang pada akhirnya mendorong
Korsel sebagai negara ekonomi industri maju dunia. Keberhasilan hubungan
kerjasama ekonomi industri tersebut, tidak terlepas dari beberapa pihak, seperti:
pemerintah, bisnis, dan media.
Sejarah mencatat bahwa hubungan bilateral ekonomi antara Korea Selatan
dengan Indonesia telah lama terjalin, hal tersebut dibuktikan dengan adanya
penandatanganan kerjasama ekonomi dan teknik serta pengembangan
perdagangan antara Republik Indonesia dan Korea Selatan pada bulan April 1971
di Jakarta.3 Pada tahun sebelumnya juga terdapat beberapa kerjasama ekonomi
yang telah dijalankan kedua negara seperti penanaman FDI petama Korea Selatan
1 Lee, S.J, “The Korean Wave: The Seoul of Asia‟, The Elon Journal of Undergraduate Research in Communications Vol.
2(1), 2011, 85.
2UNESCO, “UNESCO Memory Of The World -Training Workshop In The Asia-Pasific Region”, [Pdf online], (Incheon,
Republic of Korea, 2009).
3 Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, “Korea Republic (Korea Republik)”, [data online]; tersedia di:
2
berupa perusahaan pengembangan tambang senilai USD 2,85m dan pabrik
pengolahan kayu di Kalimantan pada tahun 1969, dan sebagainya.4 Kemudian,
hubungan kedua negara terutama dalam aspek ekonomi semakin intens
dilaksanakan setelah ditandatanganinya deklarasi bersama pembentukan
kemitraan strategis (Joint Declaration on Strategic Partnership to Promote Friendship and Cooperation between the Republic of Indonesia and the Republic of Korea in the 21st Century) oleh kedua kepala negara pada tanggal 4 Desember 2006.5 Terkait dalam aspek kerjasama ekonomi, kedua negara memfokuskan
kedalam FDI, ekspor dan perdagangan.6
Kerjasama ekonomi antara kedua negara ini memberikan peluang bagi
Korea Selatan untuk memperluas industrinya ke Indonesia melalui FDI maupun
ekspor atau perdagangan. Salah satu kerjasama tersebut dibuktikan dengan
masuknya perusahaan industri besar Korea Selatan seperti POSCO di Indonesia
yang menanamkan FDI nya dan melakukkan kerjasama joint venture agreement
dengan perusahaan negeri Indonesia (BUMN) Indonesia PT.Krakatau Steel
menjadi PT.Krakatau Posco pada Agustus 2010.7
Keberhasilan Korea Selatan sebagai negara ekonomi maju dan industri
maju dunia, memberikan inspirasi yang baik bagi rekan kerjasama ekonomi
negara berkembang seperti Indonesia. Sebagai negara bekas penjajahan Jepang,
konflik perang saudara dan negara yang pernah dilanda krisis 1997 dan 2008,
4Jaisohn Eau, “Crisis, Contradiction and Contingency: An Ethnography of Corporate Capitalism in Korea and Indonesia”,
Dissertation, (eScholarship, University of California, 2010),h.20.
5Diplomasi Indonesia 2012, “Republik Korea”, Jakarta: Perpustakaan Departemen Luar Negeri Ali Alatas, 2012, h.36. 6 Kedutaan Republik Indonesia, Seoul, Korea Selatan, “Kerjasama Ekonomi,” Indonesia Embassy Seoul 2014. [Artikel on
-line]; tersedia di: http://kbriseoul.kr/kbriseoul/index.php/id/2013-01-07-15-02-52/ekonomi ;Internet; diunduh pada 20 Februari 2014
7PT.Krakatau Posco, “Perusahaan-Latar Belakanng” [Data online]; tersedia di:
3
pertumbuhan ekonomi Korea Selatan tergolong sangat dinamis dan kuat. Hal
tersebut terbukti dari perubahan besar Korea Selatan sebagai negara
perekonomian agraris, menjadi salah satu negara industri maju di dunia dengan
pendapatan perkapita saat ini melebihi US$ 20.000 pertahunnya.8 Selanjutnya hal
tersebut mendorong adanya penurunan tingkat pengangguran Korea Selatan yang
saat ini sebesar 3.5% dari total 196 negara dunia.9
Saat ini, isu ekonomi telah menjadi concern hampir di seluruh negara di dunia. Modernisasi pada abad ke-21 membawa masyarakat internasional kearah
yang lebih beragam, sehingga diplomasi yang dilakukan juga ikut berubah kearah
yang lebih modern, salah satunya multi track diplomacy. Melalui multi track
diplomacy inilah, Korea Selatan mencoba untuk melangsungkan hubungan
kerjasama ekonomi industri dengan Indonesia dan seolah menggambarkan bahwa
telah adanya sebuah kesatuan yang kuat di internal Korea Selatan dan memiliki
power yang mampu mempengaruhi lingkungan internasional. Sehingga, multi track diplomacy dapat dikatakan sebagai langkah yang dapat memberi jalan kemudahan bagi Korea Selatan untuk meningkatkan eksistensi dan pengaruhnya
terhadap Indonesia.
Jika dilihat berdasarkan pada perkembangan hubungan kerjasama ekonomi
Korea Selatan dengan Indonesia hingga saat ini, maka tidak terlepas dari adanya
peran pengaruh budaya Korea Selatan.10 Pengaruh budaya Korea Selatan pada
8Asian info, “Korea's Economy,” [artikel on-line]; tersedia di http://www.asianinfo.org/asianinfo/korea/economy.htm ;
internet; diunduh pada 10 Februari 2014
9Trading Economic, “Indocators for 196 Countries”; [data oline]; tersedia di: http://id.tradingeconomics.com/ ;internet;
diunduh pada 15 Mei 2014.
10 Hallyu atau Korean Wave (gelombang Korea), merupakan suatu fenomena budaya pop Korea, yang berawal dari drama
4
abad ke-21 dapat dikatakan cukuplah kuat di Indonesia, hingga berhasil
memberikan pengaruh besar kepada masyarakat Indonesia.
Grafik.I.1. View of South Korea’s Influence in 2010
Sumber: BBC Cuntry Polling-View of South Korea‟s Influence
Sumber:http://www.worldpublicopinion.org/pipa/pipa/pdf/apr10/BBCViews_Apr10_rpt.pdf
Data grafik analisis diatas berdasarkan survey yang dilakukan oleh BBC
pada tahun 2010, menjelaskan bahwa dunia internasional memiliki pandangan
yang berbeda-beda terhadap pengaruh Korea Selatan dan menjelaskan bahwa
urutan paling teratas terhadap pengaruh positif Korea Selatan ialah negaranya
sendiri, kemudian disusul oleh Indonesia sebagai negara yang sangat menerima
dengan positif masuknya pengaruh kebudayaan Korea Selatan, selanjutnya disusul
oleh Ghana, Nigeria, USA, Australia, China Spanyol, Inggris, dan Chili,
sedangkan pada posisi terakhir adalah Germany.
Jika berbicara mengenai pengaruh budaya, maka dapat dikatakan terdapat
ekspansi budaya Korea Selatan yang menjadi fenomena global bersejarah ialah
ialah fenomena “Arirang”. Asal mula munculnya “Arirang” memiliki persfektif yang berbeda antara Korea Utara dengan Korea Selatan, akan tetapi para peniliti
5
berdasarkan dari cerita sebuah film yang berjudul “Arirang” pada tahun 1926
tentang kehidupan seorang pria Korea yang berjuang hidup dan membela hak
bangsa Korea saat imprealisme Jepang hingga ditangkap dan siksa.11 Bukti
keberadaan “Arirang” sebagai fenomena internasional ialah pada masa Perang
Dunia I, ketika tentara Jerman melakukan rekaman riset berupa cerita juga
lagu-lagu rakyat tahanannya terhadap tentara-tentara tahanan perangnya dan
menghasilkan 230 bahasa yang berbeda, kemudian salah satu hasil rekaman riset
tersebut berisi lagu ”Arirang” yang dinyanyikan oleh dua tahanan tentara Korea
dan tentara Rusia, rekaman disimpan dalam tempat penyimpanan data di
Universitas Humboldt Berlin.12
Saat ini berbagai peristiwa yang membuktikan simbol keberhargaan
“Arirang” diantaranya ialah pemerintah Korea Selatan membentuk stasiun
Arirang TV pada tahun 1996 dan masih bertahan hingga saat ini untuk
memperkenalkan bangsa Korea lebih jauh lagi ke dunia internasiona yaitu Arirang World TV.13 Arirang World TV memberikan andil yang cukup besar dalam pegaruh kebudayaan Korea Selatan ke dunia internasional termasuk Indonesia dan
salah satunya melalui program After School Club. Kebudayaan cukup
memberikan pengaruh positif terhadap industri Korea Selatan sehingga dapat
meningkatkan nilai FDI, ekspor dan perdagangan Korea Selatan terhadap
Indonesia. Berikut merupakan peresentasi pengaruh kebudayaan Korea Selatan
terhadap minat industri Korea Selatan:
11 Koreana, A Quarterly on Korean Culture & Arts, “Arirang”, [data online]; tersedia di:
http://www.koreana.or.kr/months/news_view.asp?b_idx=3162&lang=in&nt=&page_type=list ;internet; diunduh pada 9 Agustus 2014.
12Koreana, A Quarterly on Korean Culture & Arts, “Arirang”,internet; diunduh 9 Agustus 2014.
13Infotelevisi.com, “Arirang World”; [artikel online]; tersedia di:
6 Gambar.I.1
Purchased Korean Products After Experiencing Korean Wave in Asia
Sumber: KITA.org, News, Korean Wave Show a Way to Export http://global.kita.net/_engapp/board_view.jsp?no=914&code=S2001
Data analisis gambar diatas menjelaskan bahwa berdasarkan survey yang
dilakukan oleh Lembaga Perdagangan Internasional Korea Selatan (KITA) pada
1.173 konsumen di Asia, kebudayaan Korea Selatan salah satunya melalui
Hallyu/Korean Wave terbukti memberikan keuntungan terhadap industri Korea Selatan saat ini dengan perbandingan sebesar 75,4% konsumen yang terpengaruh
dan 24,6 % konsumen yang menolak.
Hal tersebut seakan menjadi sebuah pintu bagi Korea Selatan untuk
meningkatkan berbagai langkah diplomasi seperti diplomasi multi track dalam melangsungkan kerjasama ekonomi industri kedua negara. Terkait penulisan ini,
kerjasama ekonomi industri kedua negara melalui diplomasi multi track
dimainkan oleh berbagai aktor seperti pemerintah, bisnis, dan media yang
diperankan oleh POSCO dan After School Club dalam program Arirang World TV.
Meneliti kerjasama ekonomi industri antara kedua negara tersebut, dapat
dilihat dari perspektif kepentingan nasional masing-masing negara. Artinya, jika
7
menghasilkan keuntungan bagi kedua negara. Dimana Korea Selatan merupakan
negara yang terus berinovasi dalam kemajuan teknologi dan informasi, sumber
daya manusia juga manajemen yang berkualitas, dan industri maju sedangkan
Indonesia merupakan negara dengan kekayaan alam melimpah, pasar domestik
yang besar dan strategis, juga sumber daya manusia yang sedang berkembang,
stabilitas politik (yang relatif), dan upah tenaga kerja yang tergolong rendah.14
Terkait hubungan ekonomi industri, Korea Selatan adalah partner dagang yang penting bagi Indonesia dilihat sejak tahun 2006 hingga tahun 2012 yang
secara umum mengalami peningkatan dan pada tahun 2012 merupakan
peningkatan yang tergolong luar biasa dari pada tahun sebelumnya. Pada tahun
2006 total perdagangan kedua negara sebesar US$ 3,05 miliar, pada tahun 2007
total perdagangan sebesar US$ 3,40 miliar mengalami peningkatan sebesar
11,68% bila dibandingkan data tahun 200615 dan pada tahun 2008 total
perdagangan sebesar US$ 19,25 miliar16. Selanjutnya pada tahun 2009 total
perdagangan kedua negara sebesar US$ 12,8 miliar, pada tahun 2010 total
perdagangan sebesar US$ 20,3 miliar mengalami peningkatan sebesar 57,36%
dibandingkan data tahun 2009 dan tahun 2011 total perdagangan mencapai US$
21,2 miliar17, sedangkan pada tahun 2012 nilai perdagangan kedua negara sebesar
14 Indonesia Investment, “Budaya-Ekonomi Indonesia”, [artikel online]; tersedia di:
http://www.indonesia-investments.com/id/budaya/ekonomi/item177 ;internet; diunduh pada: 8 Juni 2014.
15 Kementerian Perdagangan Republik Indonesia,”Laporan Atase Perdagangan-Perkembangan Perdagangan Indonesia
Korea Selatan 2007”; [data online]; tersedia di: http://www.kemendag.go.id/id/view/trade-attache-report/114/2007/3 ; internet; 14 Mei 2014
16Conference of Indonesian Students (CISAK) 2009, Astase perdagangan KBRI Seoul, “Perkembangan Perdagangan
Indonesia-Korea Tahun 2008”; [pdf online]; tersedia di:
http://cisak.perpika.kr/proceeding/CISAK2009/Proceeding_CISAK_2009-2.pdf ;internet; diunduh pada: 15 Mei 2014
17Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Luar Negeri RI, ” Dampak Perjanjian Perdagangan Barang Asean-Korea FTA
8
US$ 27,020 miliar.18 Data analisis tren menunjukkan nilai penurunan dan
peningkatan, namun secara umum menunjukkan kecenderungan meningkat.
Hubungan ekonomi kedua negara juga dapat dilihat dari besarnya FDI
Korea Selatan yang menempati urutan keempat selama dua tahun beturut-turut
yaitu pada tahun 2012 dengan nilai FDI sebesar US$ 1.949,7 juta, meningkat
sebesar 60% dibandingkan data tahun 2011 dengan nilai FDI sebesar US$ 1.218,7
juta.19 Besarnya keinginan Korea Selatan untuk menanamkan FDI di Indonesia,
membuat kedua pemerintah berencana untuk membuka sebuah kantor Indonesia Investment Promotion Center di Seoul yang bertujuan untuk mempromosikan keunggulan dan potensi-potensi yang dimiliki Indonesia agar lebih meningkatkan
minat FDI Korea Selatan di Indonesia.20
Secara konseptual dapat dikatakan bahwa, ekosistem multi track
diplomacy dalam pengembangan kerjasama ekonomi industri Korea Selatan
dengan Indonesia terdiri dari berbagai dimensi, seperti: adanya perubahan politik
dunia dalam sistem internasional, power yang dimiliki negara untuk mewujudkan kepantingannya melalui soft power, perilaku masyarakat domestik ikut mempengaruhi kebijakan yang nantinya akan dibuat oleh aktor negara dan non
negara, kemajuan dibidang ilmu pengetahuan teknologi dan informasi dalam
18Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, “Berita Industri-Karpet Merah Untuk Korea Selatan”; [artikel online];
tersedia di:
http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=8&cad=rja&uact=8&ved=0CFYQFjAH&url=http %3A%2F%2Fwww.kemenperin.go.id%2Fartikel%2F8814%2FKarpet-Merah-Untuk-Korea-Selatan&ei=icsgVMv_G4-
wuASXw4H4DA&usg=AFQjCNHCmPnA80Lrs-7GM7vNTRsYukqRAQ&sig2=ZJk2MJ7D_jgajW_J1j97zg&bvm=bv.75775273,d.c2E ;internet; diunduh pada 15 Mei 2014.
19Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, “Pertemuan Komite Bersama Kerjasama Ekonomi
Indonesia Korea Selatan ke-3”; [Artikel on-line]; tersedia di: http://www.ekon.go.id/press/view/pertemuan-komite-bersama.251.html#.U_zC96N8gmE ;internet; diunduh pada 14 Mei 2014.
20Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, “Pertemuan Komite Bersama Kerjasama Ekonomi
9
industri, keterbukaan terhadap aktivitas internasional, serta potensi SDA dan
SDM.
Fenomena ini sekaligus memperlihatkan adanya sebuah transisi dan
strategi baru dari sistem pemerintahan Korea Selatan yang mulai melakukan
perubahan signifikan untuk menyebarkan perdamaian melalui kerjasama ekonomi
industri terhadap Indonesia bahkan terhadap dunia internasional. Konsekuensi
transisi tersebut adalah memposisikan Korea Selatan sebagai negara yang tetap
survive di sistem internasional salah satunya dalam bidang ekonomi industri. Melalui strategi inilah pada akhirnya Korea Selatan berhasil meraih sukses dalam
bidang ekonomi khususnya melalui sektor industri yang menjadi salah satu fokus
dalam kepentingan nasionalnya. Keberhasilan dari strategi tersebut membuat
penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai penggunaan strategi multi track diplomacy dalam kerjasama ekonomi industri Korea Selatan (ROK) terhadap Indonesia tahun 2006-2012.
1.2Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian yang diangkat ialah: “Bagaimana strategi multi track diplomacy dalam kerjasama ekonomi industri Korea Selatan (ROK) terhadap Indonesia tahun 2006-2012?”
1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian
Terkait dengan pembahasan diatas, tujuan dari penulisan ini adalah untuk:
1. Mengetahui alasan mengapa Korea Selatan semakin meningkatkan hubungan
kerjasamanya dengan Indonesia terutama dalam bidang kerjasama ekonomi
10
2. Mengetahui dan menjelaskan bagaimana strategi multi track diplomacy dalam kerjasama ekonomi industri Korea Selatan dengan Indonesia sehingga dapat
mewujudkan kepentingan nasional negara.
3. Mengetahui apakah strategi multi track diplomacy berhasil dalam mewujudkan kerjasama ekonomi industri Korea Selatan dengan Indonesia periode
2006-2012.
Sedangkan manfaat dari penulisan ini ialah:
1. Diharapkan penulisan ini dapat menjadi salah satu bahan referensi dan
pengetahuan bagi pelajar studi Hubungan Internasional dalam hal kajian
mengenai multi track diplomacy, dan memahami pembangunan citra suatu bangsa serta kemajuan perekonomian suatu bangsa melalui kerjasama ekonomi
industri.
2. Diharapkan penulisan ini dapat memberikan sumbangsih kepada masyarakat,
pelajar dan khususnya pemerintah terkait aspek ekonomi di bidang industri
melalui diplomasi multi track.
1.4Tinjauan Pustaka
Tiga penelitian yang menjadi sumber referensi berkaitan dengan penulisan
ini adalah pertama, skripsi yang ditulis oleh Silvi Fitri Ayu (Universitas
Indonesia, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Program Studi Bahasa dan
Kebudayaan Korea, 2011) berjudul “Kebijakan Ekonomi Park Chung Hee Dalam
Industrialisasi Di Korea Selatan Periode 1961-1979”. Pada penelitiannya fokus pembahasan ialah pada aspek ekonomi yaitu kebijakan ekonomi yang dilakukan
11
bentuk awal perekonomian Korea Selatan, sekaligus memberi sisi kelam bagi
masyarakat Korea Selatan saat itu.
Penelitian menggunakan tiga konsep yaitu pendekatan ekonomi oleh
David Hunt. Pertama, Neoklasik yaitu fokus pada sistem pasar bebas, menekankan peran pemerintah dan pendekatan ketergantungan pada pengalokasian sumber
daya yang efisien, berhubungan dengan kekuatan pasar dan strategi pasar. Kedua
Development State yaitu keberhasilan perkembangan ekonomi Korea Selatan berkat ketergantungan tinggi pada modal asing, teknologi, dan perdagangan
(Evans 1979, Kim 1988, Castley 1997, 1998). Ketiga, Dependency Approach
(pendekatan ketergantungan) yaitu keuntungan didapatkan dari faktor eksternal
yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi negara industri baru, seperti perang
dingin antara Blok Barat dengan Blok Timur.
Kebijakan Park Chung Hee untuk menjadikan negaranya sebagai negara
industri terbesar dunia saat itu masih belum efektif. Kegagalan tersebut
disebabkan karena kebijakan industrialisasi Park Chung Hee tidak sesuai dengan
keadaan masyarakat Korea Selatan yang mayoritas adalah petani dan merupakan
negara kecil yang masyarakatnya minim ilmu pengetahuan saat itu. Beliau juga
terlalu kuat memaksakan semangat kerja, berani mengadapi resiko untuk
mencapai tujuan, akibatnya membuat sebagian masyarakat Korea Selatan merasa
tertekan dan tertindas.
Sumber referensi kedua ialah skripsi oleh Adina Dwirezanti (Universitas
Indonesia, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Departemen Hubungan
12
Analisa peran Korea Wave Dalam Diplomasi Publik Korea periode 2005-2010”.
Penelitian menguraikan tentang besarnya peran korean wave melalui industri ferfilm-an Korea Selatan yang digunakan pemerintah dalam melakukan diplomasi
publik. Tiga konsep yang digunakan ialah pertama diplomasi pubik, adanya opini
publik dapat berperan dalam rangka mendukung kebijakan negara dan
mempengaruhi opini masyarakat negara lain terhap negara sendiri. Kedua
diplomasi kebudayaan merupakan strategi yang biasa dipakai negara-negara
berkembang. Ketiga Pop culture adalah salah satu efek terjadinya fenomena globalisasi, dan aspek kebudayaan. Ketiga konsep tersebut saat ini tidak sepenuhnya dapat dikontrol negara, keadaan dunia telah dihadapkan pada isu-isu
yang semakin kompleks. Melalui budaya populer Korean Wave adalah cara yang
efektif untuk mensukseskan diplomasinya dengan negara-negara lainnya.
Penelitian ketiga ialah penulisan Indonesia Journal of International Law
oleh Hikmahanto Juwana (Universitas Indonesia, Volume 1 Nomer 1 Oktober
2003) berjudul “Hukum Internasional Sebagai Instrumen Politik: Beberapa
Pengalaman Indonesia Sebagai Studi Kasus”. Penulisan menguraikan, fungsi
hukum internasional yang digunakan pemerintah suatu negara untuk mencapai
tujuan nasionalnya (international law as insrument of national policy) dapat dilihat dari instrumen politik, ekonomi, dan keamanan.
Pada dasarnya hukum internasional dimanfaatkan sebagai instrumen
politik dan ekonomi oleh negara. Hal demikian terlihat dari bagaimana negara
asing juga organisasi internasional menggunakan hukum internasional pada
13
memanfaatkan hukum tersebut untuk mencapai kepentingan nasional dan
keuntungan ekonomi. Permasalahan yang muncul ialah adanya ketergantungan
ekonomi, ketergantungan masalah pertahanan, dan hukum internasional untuk
menyampaikan halangan kedaulatan negara lain dalam mencapai Kepentingan
Nasionalnya. Sehingga fungsi hukum internasional selain sebagai instrumen
politik yang didasarkan pada realitas hubungan antar negara, juga untuk
kepentingan ekonomi suatu negara.
Terdapat beberapa hal yang membedakan penelitian di atas dengan
penelitian saat ini. Penelitian ini memfokuskan tak hanya pada peran kepala
negara atau pemerintah, sedangkan pada penelitian pertama memfokuskan pada
kebijakan ekonomi Park Chung Hee. Selanjutnya penelitian kedua dan ketiga,
penelitian tersebut memfokuskan pada peran pemerintah, nilai budaya, serta
hukum internasional yang prinsipnya bertujuan untuk mensukseskan kebijakan
yang telah disepakati antar pemerintah negara. Sedangkan penelitian ini
memfokuskan dalam ruang lingkup masalah penelitian pada peran dan strategi
multi track diplomacy Korea Selatan dengan Indonesia yang melibatkan berbagai aktor melalui kerjasama ekonomi industri dengan interval waktu 2006-2012 untuk
meningkatkan perekonomian negara dan mewujudkan citra “global Korea”
Selatan.
1.5Kerangka Teori
1.5.1 Konsep Kepentingan Nasional
Pada hakekatnya, negara memiliki kepentingan nasional masing-masing
14
negaranya di dunia internasional, dan hal tersebut yang saat ini sedang dilakukan
oleh Korea Selatan. Kepentingan nasional merupakan konsep yang penting dalam
penelitian ini, karena hal tersebut menjadi dasar kepentingan bagi Korea Selatan
dalam melakukan kerjasama ekonomi terkait industri dengan Indonesia yang
semakin intens dijalankan sejak tahun 2006 hingga 2012. Pada penelitian ini,
Korea Selatan memiliki kepentingan yang bertujuan untuk meningkatkan
perekonomian negaranya dan memperkuat posisinya sebagai negara industri maju
dunia melalui hubungan kerjasama dan menghindari konflik. Dengan demikian,
pada penelitian ini konsep kepetingan nasional akan difokuskan menurut
pandangan liberal.
Kepentingan nasional juga merupakan merupakan modal utama bagi setiap
negara untuk menentukan arah kebijakannya. Paul Seabury menjelaskan konsep
kepentingan nasional kedalam tiga definisi. Pertama, kepentingan nasional yang bersifat normatif atau konsep umum yang biasa digunakan dalam kepentingan
nasional yaitu berkaitan dengan serangkaian cita-cita tujuan suatu bangsa yang
berusaha dicapainya melalui hubungan dengan negara lain atau hubungan luar
negeri. Kedua, kepentingan nasional bersifat deskriptif dimana kepentingan nasional dianggap sebagai tujuan yang harus dicapai suatu bangsa secara tetap dan
gigih melalui kepemimpinan pemerintah. Ketiga, kepentingan nasional ialah apa yang dijelaskan dan dikatakan oleh para pembuat kebijakan luar negeri sebagai
kepentingan nasional.21
15
Daniel S. Papp juga mengatakan bahwa dalam kepentingan
nasionalterdapat beberapa aspek, seperti ekonomi, ideologi, kekuatan dan
keamanan militer, moralitas dan legalitas.22 Kepentingan nasional dalam aspek
ekonomi bertujuan untuk meningkatkan perekonomian dan keseimbangan
kerjasama perdagangan suatu negara, diantaranya dengan cara memperkuat sektor
industri.23
Kaum liberalis memandang bahwa, individu atau masyarakat dan perilaku
mereka dalam berbagai level masyarakat termasuk institusi dan jalur-jalur
komunikasi memiliki banyak kepentingan dan dengan demikian dapat terlibat
dalam aksi sosial yang kolaboratif dan kooperatif baik domestik juga
internasional, yang menghasilkan manfaat besar bagi setiap orang baik di dalam
negeri maupun luar negeri.24 Dengan demikia, keadaan masyarakat domestik
menjadi arah dan penjelas atas kebijakan nasional yang dilakukan sebuah negara,
karena ketika negara dengan masyarakat berada dalam keadaan yang baik maka
akan menghasilkan kebijakan luar negeri dan sistem internasional yang baik pula
dengan hubungan kerjasama dan mencapai perdamaian.
Dari penjelasan tersebut terlihat bahwa, kepentingan nasional merupakan
kebutuhan domestik suatu negara yang dijalankan dengan menggunakan berbagai
macam mekanisme atau sistem dalam pencapaiannya melalui kebijakan luar
negeri. Untuk mencapai kepentingan nasional maka memerlukan strategi tertentu
dalam merumuskan kebijakan luar negeri yaitu dengan memperhitungkan
22Daniel S. Papp, “ContemporaryInternational Relation : A Framework for Understanding, Second Editions”; (New York:
MacMillan Publishing Company, 1988), h.29.
23S. Papp, “Contemporary International Relation”, h.47.
24 Robert Jackson dan George Sorensen, “Pengantar Studi Hubungan Internasional”, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
16
berbagai aspek yang ada seperti potensi nyata yang dimiliki, peluang maupun
hambatan yang mungkin akan muncul, dan sebagainya. Kepentingan nasional juga
merupakan bagian penting dan mendasar dalam membentuk kebijakan luar negeri.
Holsti mengatakan bahwa kebijakan luar negeri merupakan serangkaian sikap,
tindakan atau ide yang dirancang oleh pembuat kebijakan yang ditujukan untuk
memecahkan suatu masalah atau perubahan yang terjadi di dalam maupun di luar
lingkungan negara tersebut.25
Oleh karena itu, untuk mewujudkan kepentingan nasional suatu negara,
maka dilakukan melalui serangkaian kebijakan luar negeri yang digunakan
sebagai alat untuk mencapai kepentingan nasional dan kemudian
diimplementasikan melalui kerjasama internasional baik bilateral, regional,
maupun internasional. Kerjasama ini terealisasikan melalui strategi diplomasi
multi track dengan tujuan untuk mencapai perdamaian dunia dan mewujudkan kepentingan nasional. Sehingga kepentingan nasional adalah kebutuhan dasar dan
pedoman bagi Korea Selatan dan Indonesia yang bersifat multidimensi untuk
mencapai kebijakan luar negeri melalui hubungan kerjasama bilateral.
1.5.2 Konsep Kerjasama Internasional
Kerjasama internasional dapat dikatakan merupakan sebuah hubungan
yang telah disepakati dan terjalin, baik secara bilateral, regional, maupun
multilateral untuk mengatasi isu atau keadaan yang sedang terjadi atau yang
sedang berkembang. Pada dasarnya kerjasama dapat menciptakan sebuah
keuntungan, perdamaian dan meminimalisisr terjadinya konflik antar negara.
17
Holsti menjelaskan beberapa alasan mengapa negara melakukan kerjasama
dengan negara lainnya:26
1. Untuk meningkatkan kesejahteraan ekonominya, sehingga negara tersebut
dapat mengurangi biaya yang harus ditanggung negara dalam memproduksi
suatu produk kebutuhan bagi rakyatnya karena adanya keterbatasan yang
dimiliki negara tersebut.
2. Untuk meningkatkan efisiensi yang berkaitan dengan pengurangan biaya.
3. Karena adanya masalah-masalah yang mengancam keamanan bersama.
4. Dalam rangka mengurangi kerugian negatif yang diakibatkan oleh
tindakan-tindakan individual negara yang memberi dampak terhadap negara lain.
Terkait hal ini, kerjasama bilateral yaitu kerjasama ekonomi industri antara
Korea Selatan dengan Indonesia merupakan salah satu bentuk kebijakan luar
negeri dalam kerjasama internasional Korea Selatan yang dilakukan dengan
menggunakan strategi diplomasi khusus. Strategi diplomasi khusus tersebut yaitu
dalam bentuk teknik multi track diplomacy dan merupakan salah satu strategi yang tepat digunakan Korea Selatan dengan Indonesia untuk kesuksesan
kerjasama ekonomi industri dan pemenuhan kepentingan nasional negara.
1.5.3 Multi Track Diplomacy
Louise Diamond dan John McDonald mengatakan bahwa, “multi track
diplomacy” adalah konsep diplomasi yang menjelaskan mengenai proses
terjadinya perdamaian dunia dalam sistem internasional melalui perpaduan dari
diplomasi jalur pemerintah, diplomasi jalur kelompok, dan diplomasi jalur
26K. J. Holsti, “International Politik : A Framework For Analisys” (Englewood Cliffs : Prentice Hall International,Inc,
18
individu.27 Tujuan utama multi track diplomacy ialah demi terciptanya perdamaian dunia hingga peacebuilding yang terintegrasi satu sama lain menggunakan soft power.28 Penggunaan soft power dalam menciptakan perdamaian tercermin dari adanya pelaksanaan soft diplomacy yaitu menjalin hubungan kerjasama dengan negara lain di abad ke-21 dengan fokus terhadap isu
low politics salah satunya aspek ekonomi industri.
Multi track diplomacy terkait dengan perdamaian ialah mengambil pendekatan sistem untuk memahami sifat internasional peacebuilding secara struktural. Kegiatan struktur peacebuilding membuat struktur tingkat menengah yaitu untuk menciptakan struktur sistem perilaku dan tindakan lembaga untuk
mendukung perwujudan atau pelaksanaan perdamaian, dan hal tersebut dengan
membangun ekonomi, militer, dan infrastruktur masyarakat yang memberikan
kekuatan dan realistis melalui sistem perdamaian.29
Struktur peacebuilding dalam multi track diplomacy ini sangat diperlukan, karena pada dasarnya konflik apapun itu tidak dapat terselesai dengan sendirinya
untuk mencapai perdamaian, kecuali dibaringin dengan keterlibatan pembangunan
ekonomi. Kegiatan perdamaian struktural meliputi program-program
pembangunan ekonomi, penguatan demokrasi dan pemerintahan, mendukung
terciptanya organisasi masyarakat dan adat yang mendukung perdamaian.30
Struktural Peacebuilding bukan terlibat kepada aktor pemerintah atau
27 Louise Diamond and Ambassador John Mc Donald, “Multi-Track Diplomacy : A Sistem Approach to Peace - Third
edition”; (United States of America: Kumarian press, 1996) h.1.
28James Notter and Louise Diamond, “Building Peace and Transforming Conflict: Multi-Track Diplomacy in Practice”,
Occasional Paper Number 7, [The Institute For Multi Track Diplomacy, October, 1996)
19
pemerintah saja sehingga dapat lebih efektif dalam mengatasi permasalahan
dunia.
Hal tersebut mengartikan bahwa, dalam membangun perdamaian dan
mewujudkan perdamaian di abad ke-21 ini, tidak hanya dapat diwujudkan dengan
menggunakan instrumen militer pertahanan tetapi juga dapat diwujudkan dengan
instrumen lainnya seperti menjalin hubungan kerjasama ekonomi internasional
antara seluruh level dan multi aktor dengan soft power. Dengan demikian, strategi
multi track diplomacy dinilai sebagai strategi diplomasi yang cerdas dan tepat untuk menjalankan kebijakan luar negeri melalui kerjasama internasional terutama
kerjasama ekonomi industri untuk mencapai kepentingan nasional. Dengan
demikian, strategi diplomasi multi track merupakan alat bagi Korea Selatan untuk merealisasikan kerjasama ekonomi industri tahun 2006-2012 terhadap Indonesia.
Soft power yang dilakukan merupakan cara Korea Selatan untuk mengatasi keterbatasan juga ketergantungan sumber daya alam dan perdagangan nya yang
kemudian membatasi hard power-nya
Konsep multi track diplomacy terdiri dari sembilan track diplomacy yang
merupakan gabungan dari berbagai aktor diplomasi yaitu Track One:
Government, Track Two: Nongovernment/Professional, Track Three: Business, Track Four: Private Citizen, Track Five: Research, Training, and Education, Track Six: Activism, Track Seven: Religion, Track Eight: Funding, Track Nine:
Communications and Media sehingga mudah untuk dapat memahami sistem
kegiatan perdamaian yang kompleks.31 Pada penelitian ini strategi multi track
20
yang dilakukan ialah diplomacy track one“Goverenment”,diplomacy track three
“Business”, diplomacy track nine“Communications and the Media”.
Diplomasi government adalah proses tindakan peacebuilding maupun
peacemaking antar negara pada tingkat pemerintah yang berusaha untuk membetuk, mengelola dan meningkatkan sistem hubungan internasional,
kepercayaan, keyakinan, mediasi, krisis intervensi, resolusi konflik, bahkan untuk
mencegah kekerasan dan mengamankan kepentingan nasional negara seperti
ekonomi, perdagangan, politik, hak asasi manusia, ilmu pengetahuan, budaya, dan
akademis, karena saat ini masyarakat, budaya, kelompok identitas agama, etnis,
atau kelompok politik kepentingan, dan warga negara juga memiliki kedudukan
formal dalam sistem global.32
Diplomasi busines ialah proses tindakan yang dilakukan non pemerintah untuk menghasilkan keuntungan ekonomi masyarakat dan negara juga menjaga
perdamaian dengan cara melalui perdagangan, dimana proses ini membuka pintu
hubungan antara sektor swasta dan sektor umum di hampir semua bangsa dengan
pertukaran dua arah atau komunikasi, sehingga mengurangi beberapa tekanan
kemiskinan ekonomi dan hal-hal yang dapat menimbulkan konflik.33 Sedangkan
diplomasi communication and media ialah tindakan untuk mencapai perdamaian dengan menyampaikan informasi diberbagai media dan pada akhirnya merupakan
jalan terbentuknya opini publik hingga mampu mempengahuri pandangan suatu
negara terhadap negara lain.34
21
Melalui diplomasi government, diplomasi business dan diplomasi
Communications and the Media yang diusung oleh Korea Selatan dalam
kerjasama ekonomi industri terhadap Indonesia, telah tersusun dengan rapi dan
sistematis sehingga diperkirakan dapat menjadi jalan menuju terealisasinya
hubungan kerjasama ekonomi industri yang sukses antara Korea Selatan dan
Indonesia. Jika dilihat dari sisi tersebut, dapat dikatakan bahwa diplomasi multi track yang bersifat soft power memegang peranan penting dalam memproteksi kedaulatan dan keamanan sebuah negara untuk kemajuan ekonomi industrinya.
1.6Metodologi Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode kualitatif dan metode deskriptif
analisis. Metode kualitatif menurut Taylor dan Bogdan ialah sebuah upaya
penelitian untuk menghasilkan data deskriptif, baik berupa kata-kata yang ditulis
maupun diucapkan seperti perilaku-perilaku yang bisa diamati dari subjek itu
sendiri.35 Selanjutnya dalam metode kualitatif yang harus dilakukan ialah
menetapkan batas-batas untuk penelitian, mengumpulkan informasi melalui
pengamatan, dokumen, dan bahan-bahan visual, selanjutnya menetapkan protokol
untuk merekam informasi.36
Penelitian ini menggunakan data sekunder melalui metode dokumentar
dan penelusuran data online seperti bacaan dari buku-buku, jurnal ilmiah, literatur
majalah, artikel, koran dan situs-situs internet yang terpercaya dan dapat
dipertanggung jawabkan. Sumber-sumber referensi ini didapatkan melalui
35S.J Taylor, “Introduction to Qualitative ResearchMethods: The Search for Meaning”; (New York, John Wileyand Sons,
1984), h.5.
36 John W. Creswell, Research Design: Qualitative and Quantitative Approache, (California: Sage Publication, 1994),
22
sejumah tempat seperti Perpustakaan FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
Perpustakaan Prof. Dr. Ali Alatas Departemen Luar Negeri, Perpustakaan
Freedom Institute, Perpustakaan Nasional, Perpustakaan CSIS, Perpustakaan Universitas Indonesia dan Perpustakaan Paramadina. Setelah melewati proses
pengumpulan data, langkah selanjutnya melakukan analisis data atau pembahasan
berdasarkan data-data yang telah terkumpul dan pada akhirnya ditampilkan dalam
bentuk kesimpulan-kesimpulan yang lebih sederhana berdasarkan hasil analisis.
1.7Sistematika Penulisan
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4 Tinjauan Pustaka
BAB.II. HUBUNGAN BILATERAL EKONOMI KOREA SELATAN-INDONESIA
2.1 Kondisi Ekonomi Korea Selatan-Indonesia
2.1.1 Gambaran Umum Perekonomian Korea Selatan Pasca Krisis 2.1.2 Perekonomian Korea Selatan Sebagai Negara Industri Maju
2.1.3 Gambaran Umum Perekonomian Indonesia Dalam Kerjasamaa Kemitraan Strategis dengan Korea Selatan
2.2 Bentuk Kerjasama Ekonomi Korea Selatan-Indonesia
2.2.1. Kerjasama Kemitraan Strategis Korea Selatan-Indonesia
23
2.2.2. Indonesia-Korea Joint Task Force on Economic Cooperation (JTF-EC)
2.2.3. Peluang dan Hambatan citra “global Korea” di Indonesia
BAB.III. PERAN PENTING STRATEGI MULTI TRACK DIPLOMACY
DALAM KERJASAMA EKONOMI INDUSTRI KOREA
SELATAN-INDONESIA 2006-2012
3.1 Latar Belakang Penggunaan Strategi Multi Track Diplomacy
3.2 Multi Track Diplomacy Sebagai Strategi Untuk Meningkatkan Ekonomi Korea Selatan
3.3 Multi Track Diplomacy sebagai Strategi Untuk Mobilisasi Industri Indonesia 3.4 Multi Track Diplomacy Sebagai Strategi Untuk Membangun Citra “global
Korea”
BAB.IV. LANGKAH MULTI TRACK DIPLOMACY DALAM KERJASAMA
EKONOMI INDUSTRI KOREA SELATAN-INDONESIA 2006-2012
4.3 Aktor Multi Track Diplomacy dalam Kerjasama Ekonomi Industri Korea Selatan- Indonesia
4.4 Strategi Multi Track Diplomacy Korea Selatan Terhadap Indonesia
4.4.1 Diplomasi Government Korea Selatan Terhadap Indonesia (Perwujudan Perdamaian melalui Diplomasi)
4.4.1.1 Kepala Negara dan Kedutaan Korea Selatan
4.4.1.2 Ministry of Foreign Policy and Trade (MOFAT)
4.4.2 Diplomasi Business Korea Selatan Terhadap Indonesia (Perwujudan Perdamaian melalui Perdagangan, Ekspor, FDI)
4.4.2.1 Perusahaan Industri Baja POSCO (Pohang Iron and Steel
Company) Korea Selatan
4.4.3 Diplomasi Communications and the Media Korea Selatan Terhadap Indonesia (Perwujudan Perdamaian melalui Media dan Informasi) 4.4.3.1 Arirang World TV (After School Club)
BAB.V. KESIMPULAN
24 BAB.II.
HUBUNGAN BILATERAL EKONOMI KOREA SELATAN-INDONESIA
2.1 Kondisi Ekonomi Korea Selatan-Indonesia
2.1.1. Gambaran Umum Perekonomian Korea Selatan Pasca Krisis.
Untuk menuju pembangunan ekonomi Korea Selatan yang lebih baik
paska imprealisme Jepang dan Perang Saudara, maka Korea Selatan melakukan
berbagai kebijakan-kebijakan ekonomi dalam negeri dan luar negeri yang
bertahap dengan melewati hambatan yang berbeda-beda pula. Penanganan
dampak krisis yang terjadi di Korea Selatan, merupakan salah satu bentuk
kebijakan ekonomi dalam negeri dan ekonomi luar negeri yang dilakukan oleh
Korea Selatan dalam upaya pembangunan ekonomi industrinya.
Bergabungnya Korea Selatan dengan OECD pada Desember 1996 untuk
dapat menyesuaikan diri dalam perkembangan ekonomi dunia, adalah sebuah
prestasi ekonomi bagi Korea Selatan yang berhasil dalam proses melewati masa
sulit pembangunan ekonomi industri.37 Namun pada saat yang bersamaan juga
terjadi dampak krisis yang melanda Korea Selatan pada tahun 1997/1998. Krisis
moneter tahun 1997-1998 Korea Selatan ditandai dengan meningkatnya nilai US
dollar sehingga menyebabkan merosotnya nilai mata uang.38
Adanya kebijakan pemerintah untuk mengizinkan pelonggaran aliran
modal asing pada saat masuknya Korea Selatan sebagai anggota OECD memberi
peluang masuknya aliran modal uang asing dalam jumlah besar ke Korea Selatan,
37 Yang Seung-Yoon dan Mohtar Mas‟oed, “Politik Luar Negeri Korea Selatan: Penyesuaian Diri Terhadap Masyarakat
Internasional” (Yogyakarta, Gadjah Mada University Press, 2004), h.52.
38Myung Oak Kim dan Sam Jaffe, “The New Korea : Mengungkap Kebangkitan Ekonomi Korea Selatan”; (Jakarta: PT.
25
salah satunya melalui bank-bank Korea Selatan yang meminjam uang kepada
bank pusat luar negeri seperti bank Hongkong.39 Pada akhirnya situasi inilah yang
melilit perekonomian dan cadangan devisa Korea Selatan hingga hampir habis,
akhirnya pemerintahan Kim Young-sam tidak mampu lagi untuk mengatasi krisis
tersebut kemudian ia mengumumkan akan mengambil pinjaman darurat dari IMF
sebesar US$ 57 biliun yang pada akhirnya menjadi pinjaman hutang mengerikan
terhadap IMF.40
Terpilihnya Kim Dea-jung pada 1998 menggantikan Kim Young-sam,
berhasil mengatasi dampak krisis moneter 1997/1998 melalui berbagai kebijakan
efektif yang dilakukannya. Kebijakan tersebut diantaranya, pertama reformasi
sektor keuangan seperti menerapkan kembali suku bunga normal yang dihapuskan
oleh IMF dan adanya transparansi dana, kedua reformasi tenaga kerja seperti
dibentuknya forum tripartite antara pengusaha-pemerintah-dan buruh juga diberikannya uang tunjangan terhadap buruh yang terkena PHK karena reformasi
ekonomi yang dibuat oleh IMF, ketiga reformasi di bidang pemerintahan seperti
mengubah sistem negara menjadi demokratis dan pemberantasan korupsi, serta
reformasi di bidang korporasi seperti revolusi dibidang teknologi informasi dan
memantau penggunaan sumber modal perusahaan Korea Selatan.41
Kebijakan pemerintah lainnya ialah meminta kontribusi rakyat untuk
menyumbangkan koin emas atau perhiasan mereka dan secara keseluruhan
kontribusi yang diberikan rakyat terkumpul sebesar 225 ton emas, bernilai sekitar
39Kim dan Sam Jaffe, “The New Korea”, h.61 40Kim dan Sam Jaffe, “The New Korea”, h.60
41Shinta R.I Soekarno, Anung Herlianto, M.Taufik Amrozy, dkk, “Bangkitnya Perekonomian Asia Timur-Satu Dekade
26
US$ 1,8 biliun yang sebagian besar digunakan untuk membayar hutang negara.42
Akhirnya, dengan segala upaya dan kebijakan yang telah dilakukan oleh
pemerintah Korea Selatan beserta aktor penting lainya, dapat memberikan
pemulihan ekonomi bagi Korea Selatan yang terus berlanjut sampai terjadi krisis
ekonomi global tahun 2008.
Krisis tahun 2008 dikenal sebagai krisis ekonomi global, ditandai dengan
menurunnya nilai US dollar dimana Korea Selatan juga terkena dampak krisis
ekonomi tersebut yang dirasakan dengan menurunnya nilai won.43 Akan tetapi,
berkat upaya pemerintah yang kuat dalam menjaga stabilitas ekonomi termasuk
saat krisis ekonomi pada tahun 2008 dan pasca terjadinya krisis moneter tahun
1997/1998 membuat keadaan krisis ekonomi 2008 Korea Selatan jauh lebih
mudah diselesaikan dari pada krisis tahun 1997/1998.
Kebijakan yang diambil pemerintah Korea Selatan diantaranya ialah
memberi dana sebesar US$ 120 biliun pada mata uang dan pasar finansial untuk
mendukung won pada November 2008, Bank Korea dan Bank Sentral negara juga
melakukan penukaran sebanyak US$ 30 biliun dengan U.S Federal Reserve untuk
menstabilkan nilai won, dan dana pemerintah lainnya sebesar US$ 160 biliun
digunakan pada akhir tahun 2010 untuk menopang perekonomian, pemerintah
menciptakan lapangan pekerjaan, membuat akses “unemployetment benefits”
(tunjangan pengangguran), pelatihan kerja yang disebut JUMP dan job sharing
untuk peningkatan dan pematangan kerja juga untuk mengurangi angka
27
penganguran.44 Disamping itu etos kerja yang tinggi, semangat kesatuan bangsa
Korea, dan menjaga nilai ajaran Konfusianisme, juga ikut berperan dalam menyelesaikan krisis ekonomi global 2008.
Sehingga dapat dikatakan bahwa, bagi Korea Selatan adanya reformasi
ekonomi pasca krisis moneter tahun 1997-1998 hingga krisis ekonomi pada tahun
2008, merupakan sebuah peluang bagi Korea Selatan untuk memperkenalkan
kegigihan dan kekuatannya dalam membangun perekonomian dan industrinya
yang kuat didunia internasional. Upaya inilah yang pada akhirnya membawa
Korea Selatan terbukti berhasil menjadi negara ekonomi industri maju.
2.1.2 Perekonomian Korea Selatan Sebagai Negara Industri Maju
Korea Selatan telah melakukan berbagai bentuk kebijakan ekonomi luar
negeri untuk meningkatkan pembangunan perekonomian dan industri
domestiknya. Pada proses pembangunan ekonomi industri Korea Selatan, salah
satu permasalahan yang dihadapi Korea Selatan ialah permasalahan perdagangan
internasional. Pada tahun 1970-an negara-negara industri memberikan hambatan
non tarrif atau batasan ekspor kepada Korea Selatan dalam bentuk global maupun
bilateral, kecuali ekspor industri berat dan industri kimia, sehingga hal ini
mengharuskan Korea Selatan berupaya sekuat mungkin untuk meningkatkan
industri berat dan industri kimia mereka, sehingga secara perlahan pada tahun
1970-an ekspor Korea Selatan telah meluas ke Timur Tengah dan Eropa.45
Korea Selatan terus berupaya dalam melakukan restrukturisasi dan
modernisasi ekonomi, juga teknologi dan informasi untuk meningkatkan
44Kim dan Sam Jaffe, “The New Korea”, h.69.
28
perindustrian Korea Selatan sejak tahun 1960-an hingga saat ini. Sebagai bukti
keberhasilan tersebut Korea Selatan mampu membangun fondasi industri yang
kuat, terutama di bidang semikonduktor, elektronik, juga peringkat kedua dalam
pembuatan kapal dunia yang memegang 32% pangsa pasar dunia, peringkat ke
lima dunia dalam produksi automobil dan otomotif, peringkat ke lima dunia dalam
produksi petrokimia, dan sebagainya.46 Korea Selatan juga berhasil membuktikan
bahwa mereka mampu bersaing dalam kebebasan ekonomi regional dan global.
Berikut merupakan hasil nilai economic freedom Korea Selatan dalam tingkat regional Asia Pasifik:
Tabel.II.1 Regional Ranking-Index of Economic Freedom in Asia Pasifik
Sumber: The Heritage Foundation, In Partnership With Wall Street Journal http://www.heritage.org/index/country/southkorea#
Data tabel analisis diatas menerangkan bahwa, ekonomi Korea Selatan
dinilai cukup bebas, Korea Selatan menempati peringkat ke-8 dalam kebebasan
ekonomi dari total 41 negara di wilayah Asia-Pasifik. Nilai rata-rata kebebasan
46 Asian-info.org, “Korean Mining and Manufacturing”, [berita online]; tersedia di:
29
ekonomi Korea Selatan adalah 71,2 dan mengalami peningkatan sebesar 0,9 dari
tahun sebelumnya. Peringkat ekonomi bebas ini dihasilkan dari keterbukaan pasar,
kebebasan perdagangan, kebebasan (kepercayaan) bisnis, kebebasan investasi,
kebebasan ekspor-impor, dan kebebasan finansial, kebebasan dari korupsi, dan
pengelolaan belanja publik. Selain itu, Korea Selatan juga telah berhasil menjadi
salah satu negara perdagangan terbesar di dunia dan juga menjadi pasar ekspor
dan impor penting bagi nega-negara industri maju seperti AS, Jepang, Australia,
Kanada.47
Kemajuan ekonomi dan industri Korea Selatan seperti sekarang, tidak
terlepas dari peran pemerintah Park Chung-hee (1963-1979) dan Kim Dae-jung
(1998-2003). Pemerintahan Park Chung-hee dikenal sebagai peletak dasar
pembangunan ekonomi dan modernisasi Korea Selatan pasca invasi Jepang dan
perang saudara, kebijakan dimasa itu dinamakan “Samuel Undong” (The new community Movement), walaupun dimasa kepemimpinan ini usia negara masih tergolong muda dan kepemimpinan rezim militer, pada akhirnya kebijakan
tersebut berhasil meningkatkan hasil panen, pendapatan pedesaan dan mengurangi
ketidak seimbangan hasil industri dalam standar hidup Korea Selatan.48
Sepanjang periode kepemimpinan Korea Selatan, pemerintah Kim
Dae-jung (1998-2003) adalah titik dimulainya perubahan kepemimpinan Korea Selatan
yang sangat berbeda dari sebelumnya. Kim Dae-jung adalah pemimpin yang
pro-demokratis dan anti militer, sehingga kebijakan yang dikeluarkan oleh nya adalah
47Seung Yoon dan Mohtar Mas‟oed, h.56.
48 Asian-info.org, “Korea‟s Economy- Korea's Heavy and Chemical Industry Promotion in the 1970s”; [artikel online];
tersedia di:
30
kebijakan yang berorientasi perdamaian, reunifikasi Korea Selatan dan
Semenanjung Korea yang diimplemtasikan dengan kebijakan restrukturisasi dan
liberalisasi ekonomi, revolusi industri dan teknologi, kebebasan pers, dan
lain-lain, bahkan salah satu kebijakan dimasa pemerintahan Kim Dae-jung dikenal
dengan kebijakan “Sunsine Policy” (Kebijakan Matahari) memberikan
penerangan bagi Korea Selatan dan Korea Utara, yang menginspirasi Kim
Dae-jung ialah proses reunifikasi Jerman tahun 1990 akibat perbedaan ideologi namun
akhirnya kembali bersatu dengan “Deklarasi Berlin”.49
Pemerintah Kim Dae-jung sebagai pemerintahan demokratis dan cinta
damai terbukti berhasil membawa Korea Selatan pada perubahan besar dalam
perekonomian, bahkan saat ini kerjasama-kerjasama yang digalang Kim Dae-jung
masih terus dijalankan pemerintah Korea Selatan. Kemajuan ekonomi industri
yang didapatkan Korea Selatan saat ini dapat dilihat diantaranya melalui
perubahan besar yang dilakukan Korea Selatan dari centrally planned
goverenment directed investment menjadi market oriented model (pemerintahan yang bersandar pada investasi dan importir telah berorientasi pada model pasar
eksportir internasional dengan strategi kerjasama dan perdagangan, atau dikenal
dengan perubahan dari negara agraris menjadi negara industri maju), peningkatan
GDP perkapita pertahunnya, pemerataan distribusi pendapatan, stabilitas harga,
dan menempatkan Korea Selatan sebagai negara dengan perekonomian terbesar
ke-15 di dunia.50
49Hendrawan F. R, “Sikap Jepang terhadap Rencana Reunifikasi Korea”, (Yogyakarta, UMY: 2004)
50 Kedutaan Republik Indonesia, Seoul, Korea Selatan, “Tentang Korea Selatan,” [Artikel on-line] diunduh pada 20
31
Korea Selatan bergerak melalui kontribusi pada perdagangan, perluasan
ekspor, dan perluasan FDI sehingga berhasil meningkatkan GDP perkapita setiap
tahunnya. Berikut perbandingan pertumbuhan GDP perkapita tahun 2006 hingga
2012:
Grafik II.2. GDP per capita Korea Selatan (US$ at Consistant Prices)
Sumber: Trading Economics, World Bank, Anna Fedec and Antonio Sousa in New York City2008
Berdasarkan data World Bank untuk GDP perkapita Korea Selatan dilihat
melalui trend grafik diatas, menunjukkan adanya peningkatan nilai setiap
tahunnya. Meningkatnya GDP perkapita Korea Selatan tahun 2006-2012 dari US$
17550.8538 di tahun 2006, menjadi US$ 18370.458 di tahun 2007, US$
1921.6294 pada tahun 2008, US$ 19519.3668 pada tahun 2009, US$ 19488.9626
pada tahun 2010, US$ 20625.0998 pada tahun 2011, dan US$ 21.562.4465 pada
tahun 2012. Data terakhir World Bank untuk GDP perkapita Korea Selatan senilai