• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahaan

Pendirian Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dilatarbelakangi oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 33 tahun 1960 tentang penentuan perusahaan di Indonesia milik Belanda yang dinasionalisasi. Salah satu perusahaan milik Belanda yang berkedudukan di Bandung yang dinasionalisasi yaitu NV Denis (De Erste Nederlansche Indische Shareholding) yang sebelumnya perusahaan tersebut bergerak di bidang bank hipotek. Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Pemerintah nomor 33 tahun 1960 Pemerintah Propinsi Jawa Barat dengan Akta Notaris Noezar nomor 152 tanggal 21 Maret 1961 dan nomor 184 tanggal 13 Mei 1961 dan dikukuhkan dengan Surat Keputusan Gubernur Propinsi Jawa Barat nomor 7/GKDH/BPD/61 tanggal 20 Mei 1961, mendirikan PD Bank Karya Pembangunan dengan modal dasar untuk pertama kali berasal dari Kas Daerah sebesar Rp. 2.500.000,00.

Untuk menyempurnakan kedudukan hukum Bank Karya Pembangunan Daerah Jawa Barat, dikeluarkan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat nomor 11/PD-DPRD/72 tanggal 27 Juni 1972 tentang kedudukan hukum Bank Karya Pembangunan Daerah Jawa Barat sebagai perusahaan daerah yang berusaha di bidang perbankan. Selanjutnya melalui Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat nomor 1/DP-040/PD/1978 tanggal 27 Juni 1978, nama PD. Bank Karya Pembangunan Daerah Jawa Barat diubah menjadi Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat.

Pada tahun 1992 aktivitas Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat ditingkatkan menjadi Bank Umum Devisa berdasarkan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 25/84/KEP/DIR tanggal 2 November 1992 serta berdasarkan Perda Nomor 11 Tahun 1995 mempunyai sebutan “ Bank Jabar “ dengan logo baru.

Dalam rangka mengikuti perkembangan perekonomian dan perbankan, maka berdasarkan Perda Nomor 22 Tahun 1998 dan Akta Pendirian Nomor 4 Tanggal 8 April 1999 berikut Akta Perbaikan Nomor 8

43 

 

Tanggal 15 April 1999 yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman RI tanggal 16 April 1999, bentuk hukum Bank Jabar diubah dari Perusahaan Daerah (PD) menjadi Perseroan Terbatas (PT).

Dalam rangka memenuhi permintaan masyarakat akan jasa layanan perbankan yang berlandaskan Syariah, maka sesuai dengan izin Bank Indonesia No. 2/ 18/DpG/DPIP tanggal 12 April 2000, sejak tanggal 15 April 2000 Bank Jabar menjadi Bank Pembangunan Daerah pertama di Indonesia yang menjalankan dual banking system, yaitu memberikan layanan perbankan dengan sistem konvensional dan dengan sistem syariah.

Berdasarkan Hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB) PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat tanggal 3 Juli 2007 di Bogor, sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 9/63/KEP.GBI/2007 tanggal 26 November 2007 tentang Perubahan Izin Usaha Atas Nama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat menjadi Izin Usaha Atas Nama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten serta SK Direksi Nomor 1065/SK/DIR-PPN/2007 tanggal 29 November 2007 maka nama perseroan berubah menjadi PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten dengan sebutan (call name) Bank Jabar Banten.

Berdasarkan Hasil Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS-LB) PT. Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat & Banten Nomor 26 tanggal 21 April 2010, sesuai dengan Surat Bank Indonesia No.12/78/APBU/Bd tanggal 30 Juni 2010 perihal Rencana Perubahan Logo serta Surat Keputusan Direksi Nomor 1337/SK/DIR-PPN/2010 tanggal 5 Juli 2010, maka perseroan telah resmi berubah menjadi Bank BJB.

Bank Jabar Banten Cabang Depok merupakan perpanjangan dari kantor pusat yang melakukan tugas dan aktivitas usaha dibidang perbankan dalam arti seluas-luasnya untuk menunjang pembangunan nasional yang merata dalam rangka peningkatan, pemerataan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional di bidang ekonomi ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

44 

 

Nilai-nilai perusahaan Bank BJB memiliki 6 nilai yang disebut dengan akronim SPIRIT:

Service : Excellence Ramah, tulus, kekeluargaan Selalu memberikan pelayanan prima

Profesionalism: Cepat, tepat, akurat Kompeten dan bertanggung jawab Memahami dan melaksanakan ketentuan perusahaan

Integrity : Konsisten, disiplin dan penuh semangat Menjaga citra bank melalui perilaku terpuji dan menjunjung etika

Respect : Fokus pada Nasabah Peduli lingkungan

Intellegence : Selalu memberikan solusi yang terbaik Berkeinginan kuat untuk mengembangkan diri menyukai perubahan yang positif

Trust : Menumbuhkan transparansi, kebersamaan dan kerjasama yang sehat, menjaga rahasia bank dan perusahaan

4.2. Analisis Kelembagaan

Analisis Kelembagaan bertujuan untuk mengetahui peraturan perundangan-undangan baik yang mendukung dan menghambat penyertaan modal Pemerintah Daerah Kota Depok pada Bank BJB. Peraturan-peraturan yang berkaitan dengan penyertaan modal Pemerintah Daerah dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Peraturan-Peraturan Terkait dengan Penyertaan Modal Pemerintah

No Peraturan Tentang Perihal Keterangan

1. 24/UU RI/No. 24 tahun 2004 Perbendaha- raan Negara (1) Pemerintah Pusat/Daerah berhak memperoleh bunga dan/atau jasa giro atas dana yang disimpan pada bank umum. (2) Bunga dan/atau jasa giro yang diperoleh Pemerintah Pusat/ Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada tingkat suku bunga dan/atau jasa giro yang berlaku.

(3) Biaya sehubungan dengan pelayanan yang diberikan oleh bank umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada ketentuan yang berlaku pada bank umum yang bersangkutan.

Pasal 24

45    Lanjutan Tabel 6. 2. 24/UU RI/No. 24 tahun 2004 Perbendaha- raan Negara

(1) Bunga dan/atau jasa giro yang diperoleh Pemerintah merupakan Pendapatan Negara/Daerah. (2) Biaya sehubungan dengan pelayanan yang diberikan oleh bank umum dibebankan pada Belanja Negara/Daerah. Pasal 25 3. 24/UU RI/No. 24 tahun 2004 Perbendaha- raan Negara (1) Pokok-pokok mengenai pengelolaan uang negara/ daerah diatur dengan peraturan pemerintah setelah dilakukan konsultasi dengan bank sentral. (2) Pedoman lebih lanjut mengenai pengelolaan uang negara/ daerah sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam

peraturan pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) ditetapkan oleh Menteri Keuangan selaku Bendahara Umum Negara.

(3) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) yang berkaitan dengan

pengelolaan uang daerah selanjutnya diatur dengan peraturan daerah. Pasal 28 4. 24/UU RI/No. 24 tahun 2004 Perbendaha- raan Negara

(1) Menteri Keuangan dapat menunjuk pejabat yang diberi kuasa atas nama Menteri Keua- ngan untuk mengadakan utang negara atau menerima hibah yang berasal dari dalam negeri ataupun dari luar negeri sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan dengan Undang-undang APBN. (2) Utang/hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diteruspinjamkan kepada Peme- rintah Daerah /BUMN/ BUMD. (3) Biaya berkenaan dengan proses pengadaan utang atau hibah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dibebankan pada Anggaran Belanja Negara. (4) Tata cara pengadaan utang dan/atau penerimaan hibah baik yang berasal dari dalam

negeri maupun dari luar negeri serta penerusan utang atau hibah luar negeri kepada Pemerintah Daerah/BUMN/ BUMD, diatur dengan peraturan pemerintah.

46    Lanjutan Tabel 6. 5. 24/UU RI/No. 24 tahun 2004 Perbendaha- raan Negara

(1) Pemerintah dapat melakukan investasi jangka panjang untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial dan/atau manfaat lainnya. (2) Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam bentuk saham, surat utang, dan investasi langsung.

(3) Investasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan pemerintah. (4) Penyertaan modal pemerintah pusat pada perusahaan negara/daerah/ swasta ditetapkan dengan peraturan pemerintah. (5) Penyertaan modal pemerintah daerah pada perusahaan negara/daerah /swasta ditetapkan dengan peraturan daerah.

Pasal 41 6. 24/UU RI/No. 24 tahun 2004 Perbendaha- raan Negara

(1) Setiap kerugian negara/ daerah yang disebabkan oleh tindakan melanggar hukum atau kelalaian seseorang harus segera diselesaikan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Bendahara, pegawai negeri bukan bendahara, atau pejabat lain yang karena

perbuatannya melanggar hu-kum atau melalaikan kewajiban yang dibebankan kepadanya secara langsung merugikan keuangan negara, wajib mengganti kerugian tersebut.

(3) Setiap pimpinan kemen-terian negara/lembaga/ kepala satuan kerja perangkat daerah dapat segera melakukan tun-tutan ganti rugi, setelah mengetahui bahwa dalam

kementerian/lembaga/satuan kerja perangkat daerah yang bersangkutan terjadi kerugian akibat perbuatan dari pihak manapun. Pasal 59 7. 75/PP RI/No 58 tahun 2005 Pengelolaan Keuangan Daerah

Penyertaan modal pemerintah daerah dapat dilaksanakan apabila jumlah yang akan disertakan dalam tahun anggaran berkenaan telah ditetapkan dalam peraturan daerah tentang penyertaan modal daerah berkenaan

Pasal 75

47    Lanjutan Tabel 6. 8. 56/PERM ENDAGRI /No 13 tahun 2006 Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

APBD diperkirakan surplus yakni anggaran pendapatan daerah diperkirakan lebih besar dari anggaran belanja daerah, diutamakan untuk pembayaran pokok utang, penyertaan modal (investasi) daerah, pemberian pinjaman kepada pemerintah pusat/pemerintah daerah lain dan/atau pendanaan belanja peningkatan jaminan sosial

Pasal 56 9. 115/PP RI/No 58 tahun 2005 Pengelolaan Keuangan Daerah

Pemerintah daerah dapat melakukan investasi jangka pendek dan jangka panjang untuk memperoleh manfaat ekonomi, sosial, dan/atau manfaat lainnya.

Pasal 115 10. 1/PP RI/No 58 tahun 2005 Pengelolaan Keuangan Daerah

Pengertian Investasi adalah penggunaan aset untuk mem- peroleh manfaat ekonomis seperti bunga, dividen, royalti, manfaat sosial dan/atau manfaat lainnya sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat Pasal 1 point ke 65 11. 19/PP/No 105 tahun 2000 Pengelolaan dan Pertanggung jawaban Keuangan Daerah

Pengelolaan dan Pertanggung- jawaban Keuangan Daerah Apabila Pemerintah Daerah dalam rangka pembangunan fasilitas pelayanan publik tidak memiliki dana ataupun dana yang ada tidak mencukupi, maka Daerah dapat mencari alternatif sumber-sumber pembiayaan jangka panjang melalui kerjasama dengan pihak lain termasuk masyarakat. Kerjasama yang mempunyai akibat keuangan terhadap APBD diatur dengan Peraturan Daerah

Penjelasan Pasal 19 Ayat 2 12. 118/PP RI/No 58 tahun 2005 Pengelolaan Keuangan Daerah

Karakteristik investasi jangka pendek adalah:

a. dapat segera diperjualbelikan/ dicairkan;

b. ditujukan dalam rangka manajemen kas; dan berisiko rendah.

Investasi yang dapat digolongkan sebagai investasi jangka pendek antara lain deposito berjangka waktu 3 (tiga) sampai 12 (dua belas) bulan dan/atau yang dapat diperpanjang secara otomatis seperti pembelian SUN jangka pendek dan SBI.

Penjelasan Pasal 118

48    Lanjutan Tabel 6. 13. 118/PP RI/No 58 tahun 2005 Pengelolaan Keuangan Daerah

Investasi yang dapat digolongkan sebagai investasi jangka panjang antara lain surat berharga yang dibeli pemerintah daerah dalam rangka mengendalikan suatu badan usaha, misalnya pembelian surat berharga untuk menambah kepemilikan modal saham pada suatu badan usaha; surat berharga yang dibeli pemerintah daerah untuk tujuan menjaga hubungan baik dalam dan luar negeri; surat berharga yang tidak dimaksudkan untuk dicairkan dalam memenuhi kebutuhan kas jangka pendek.

Penjelasan Pasal 118 ayat 2 14. 19/PP/No 105 tahun 2000 Pengelolaan dan Pertanggung -jawaban Keuangan Daerah

Yang dimaksud dengan investasi dalam bentuk penyertaan modal adalah penyertaan modal Peme- rintah Daerah yang dilakukan melalui badan usaha milik Daerah.

Yang dimaksud dengan deposito adalah simpanan berjangka pada bank yang sehat.

Dalam rangka penganggaran, investasi dicantumkan pada anggaran pembiayaan. Penjelasan Pasal 19 Ayat 3 15. 119/PP RI/No 58 tahun 2005 Pengelolaan Keuangan Daerah

Yang dapat digolongkan sebagai investasi permanen antara lain kerjasama daerah dengan pihak ketiga dalam bentuk penggunausahaan/ pemanfaatan aset daerah, penyertaan modal daerah pada BUMD dan/atau Badan Usaha lainnya maupun investasi permanen lainnya yang dimiliki pemerintah daerah untuk menghasilkan pendapatan atau meningkatkan pelayanan kepada masyarakat Penjelasan Pasal 119 Ayat 2 16. 119/PP RI/No 58 tahun 2005 Pengelolaan Keuangan Daerah

Yang dapat digolongkan sebagai investasi non permanen antara lain pembelian obligasi atau surat utang jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki sampai dengan tanggal jatuh tempo, dana yang disisihkan pemerintah daerah dalam rangka pelayanan/pemberdayaan masya- rakat seperti bantuan modal kerja, pembentukan dana secara bergulir kepada kelompok masyarakat, pemberian fasilitas pendanaan kepada usaha mikro dan menengah.

Penjelasan Pasal 119

49 

 

Berdasarkan analisis peraturan-peraturan yang berkaitan dengan penyertaan modal dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah dapat melakukan penyertaan modal jika jumlah yang akan disertakan telah ditetapkan sebelumnya pada peraturan daerah pada tahun anggaran dan jika APBD mengalami surplus yakni anggaran pendapatan daerah diperkirakan lebih besar dari anggaran belanja daerah.

Pemerintah Daerah Kota Depok dapat melakukan investasi jangka panjang yakni pada perbandingan kesatu, kedua, dan ketiga, serta dapat melakukan investasi jangka pendek pada perbandingan keempat, selagi semua perbandingan dapat memberikan manfaat ekonomi seperti meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), memberikan manfaat sosial seperti pelayanan kepada masyarakat, ataupun manfaat lainnya. Investasi pada sektor perbankan dapat mendatangkan manfaat ekonomi, manfaat sosial, dan manfaat lainnya sehingga sesuai dengan empat perbandingan tersebut. Tujuan dari kerjasama dengan pihak ketiga (penyertaan modal) yakni untuk pembiayaan fasilitas publik dalam rangka peningkatan pelayanan daerah. Investasi pada empat perbandingan ini, dapat memberikan PAD. Yang termasuk ke dalam investasi jangka pendek adalah perbandingan keempat yakni tabungan, deposito, dan obligasi pemerintah, sesuai dengan karakteristik investasi jangka pendek. Hampir seluruh perbankan memiliki saham pada reksadana, namun hal ini tidak dapat dimasukkan ke dalam perbandingan karena memiliki resiko yang tinggi, walaupun dengan tingkat pengembalian yang tinggi juga (high risk high return).

Investasi jangka panjang yang dimaksudkan dalam peraturan adalah membeli surat berharga pada suatu badan usaha untuk menambah kepemilikan dan menjaga hubungan baik, seperti yang telah dilakukan Pemerintah Kota Depok pada Bank Jabar Banten (perbandingan kesatu). Investasi jangka panjang seperti penanaman modal dalam bentuk saham hanya dapat dilakukan pada Badan Usaha Milik Dearah (BUMD), pada sektor perbankan seperti penyertaan modal pada Bank Jabar Banten yakni yang terkait adalah perbandingan kesatu sedangakan pada perbandingan

50 

 

kedua dan ketiga tidak memenuhi kriteria. Untuk simpanan deposito (investasi jangka pendek) yakni perbandingan keempat, hanya dilakukan pada bank yang sehat, memenuhi aspek kelayakan finansial. Investasi permanen juga dapat dilakukan pada pembelian Surat Utang Negara (Perbandingan keempat) yang hasilnya bertujuan untuk membantu pemberdayaan masyarakat.

4.3 Posisi Modal dan Saham Bank Jabar Banten (Bank BJB) Sebelum IPO

Dokumen terkait