• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

PT BPR Al Salaam Amal Salman yang lebih dikenal dengan nama BPR Al Salaam, didirikan pada tanggal 9 Oktober 1991. Pendiriannya diprakarsai oleh para alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) yang aktif di Masjid Salman pada saat masih menjadi sebagai mahasiswa. Kebersamaan selama menimba ilmu di perguruan tinggi telah mendorong para alumni ini untuk melanjutkan kegiatan amalnya seperti yang telah dilakukan dahulu di Salman ITB dengan membentuk lembaga yang bergerak di bidang sosial dengan nama Yayasan Amal Salman. Salah satu bentuk kegiatan yang ditujukan untuk membantu perekonomian masyarakat adalah dengan mendirikan sebuah lembaga keuangan berbentuk Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dengan nama BPR Al Salaam.

Pendirian BPR Al Salaam juga dimaksudkan untuk turut serta dalam pelayanan lembaga keuangan bagi masyarakat ekonomi menengah ke bawah, dengan corak khusus yaitu pelayanan perbankan dengan nafas keislaman. Berbeda dari badan usaha swasta pada umumnya BPR Al Salaam merupakan usaha yang berlandaskan kebersamaan (Solidarity Corporate) yang tetap menjunjung tinggi profesionalisme. BPR Al Salaam hadir untuk memberikan pelayanan bagi kemajuan bersama sesuai dengan motto “Maju dalam Kebersamaan”.

Kegiatan operasional BPR ini dimulai pada tanggal 29 Februari 1992 berdasarkan Akte No. 30 dari Abdul Latief, Notaris di Jakarta, diubah dengan akte No.14 tanggal 5 Desember 1991 dari Abdul Latief, Notaris di Jakarta, yang telah disetujui oleh Menteri Kehakiman RI dengan Surat Keputusan No.C2-7937.HT.01.01.TH.91 tanggal 19 Desember 1991 dan didaftarkan pada Kantor Pengadilan Negeri di Bogor dibawah No. WB.DH.1.PR.01.10.92 serta diumumkan dalam tambahan No.657 dari Berita Negara RI No.13 tanggal 14 Pebruari 1992 dan tambahan No. 5045 dari Berita Negara RI No.70 tanggal 1 September 2000.

Jumlah modal yang disetor pada awal berdiri tahun 1991, sebesar Rp. 69,8 juta dengan jumlah pemegang saham sebanyak 40 orang. Pada tahun

2003, modal yang disetor telah mencapai Rp. 1,28 milyar dengan jumlah pemegang saham sebanyak 103 orang. Selanjutnya untuk mendukung pengembangan telah disetujui peningkatan modal dasar perseroan dalam RUPS tahun 2003 dari Rp. 1 milyar menjadi Rp. 5 milyar. Peningkatan tersebut juga telah disetujui oleh Menteri Kehakiman dan HAM RI melalui SK Nomor: C-04029 HT.01.04.TH.2004. Keinginan para pemegang saham sejak awal pendirian untuk menjadikan BPR Al Salaam sebagai lembaga keuangan bagi masyarakat ekonomi menengah ke bawah dengan corak khusus yaitu pelayanan perbankan dengan nafas keislaman diwujudkan dalam bentuk nyata melalui kegiatan operasi Perbankan Syariah sejak tanggal 3 Juli 2006.

4.1.1. Perkembangan Perusahaan

Tahun 2006 merupakan tonggak bagi BPRS Al Salaam Amal Salman untuk memulai sebuah bussines process yang baru yakni dengan melaksanakan operasional perbankan syariah secara penuh. Setelah melalui beberapa tahapan dalam hal perijinan konversi usaha, pada tanggal 22 Juni 2006 Bank Indonesia telah memberikan ijin perubahan kegiatan usaha PT. BPR Amal Salman dari BPR yang beroperasi secara konvensional menjadi BPR yang beroperasi secara syariah melalui Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor: 8/49/KEPGBI/2006 dan dilanjutkan dengan surat dari Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia No. 8/1557/DPbs mengenai pemberian ijin perubahan kegiatan usaha syariah dan perubahan nama PT. BPR Amal Salman (BPR) menjadi PT. BPRS Al Salaam Amal Salman (BPRS Al Salaam).

Keputusan para pemegang saham perseroan untuk melakukan konversi usaha tersebut merupakan niat awal pendirian BPRS Al Salaam, disamping itu pada saat ini konsep perbankan syariah memiliki prospek yang sangat baik ditinjau dari berbagai sisi. Dari sisi prospek usaha, sampai dengan akhir tahun 2006 kontribusi perbankan syariah baru mencapai 3% dari total pangsa pasar pembiayaan nasional. Sedangkan jenis dan produk pembiayaan yang

diijinkan oleh Bank Indonesia khususnya untuk BPR jauh lebih beragam dibandingkan BPR konvensional. Di pihak lain Bank Indonesia sebagai lembaga regulasi perbankan di Indonesia telah bertekad untuk bersama-sama memajukan industri perbankan syariah nasional.

Keberadaan dan perkembangan perbankan syariah di Indonesia merupakan pencerminan dari kebutuhan atas sistem perbankan alternatif yang lebih dapat memberikan stabilitas kepada sistem keuangan nasional . Penerbitan Cetak Biru (Blue Print) Pengembangan Perbankan Syariah Indonesia yang telah diluncurkan pada awal bulan Desember 2006 menjadi tonggak untuk meletakkan posisi serta cara pandang dalam mengembangkan perbankan syariah di Indonesia dan menjadi pedoman bagi stake holder perbankan syariah di Indonesia.

Sampai dengan akhir tahun 2006 kinerja keuangan dan rasio kesehatan BPRS Al Salaam Amal Salman (BPRS Al Salaam) dalam kondisi baik yang dicerminkan diantaranya oleh adanya pertumbuhan volume usaha dan perolehan laba. Peningkatan portofolio pembiayaan yang diberikan 16,88% dari tahun 2005 menjadi Rp. 62,87 milyar merupakan komponen utama peningkatan volume usaha tersebut. Dimana peningkatan tersebut tidak terlepas dari kontribusi jumlah pembiayaan yang berhasil direalisasikan kepada nasabah sebesar Rp. 43,64 milyar kepada lebih dari 4.000 nasabah.

Kegiatan penghimpunan dana yang cukup ekspansif pada tahun 2006 yang dimaksudkan untuk memberikan cushion (bantalan) yang cukup aman bagi BPR dalam hal ketersediaan dana menghadapi proses konversi telah membawa dampak dengan besarnya dana yang diterima BPRS Al Salaam. Kebijakan untuk menyediakan dana bantalan likuiditas tersebut dilandasi oleh adanya kemungkinan terjadinya penarikan dana dalam jumlah yang besar (rush) oleh para nasabah yang tidak setuju dengan konversi syariah.

Secara umum jumlah dana yang diterima dalam bentuk deposito dari masyarakat meningkat hingga 37,22% dari Rp. 34,92 milyar menjadi Rp. 47,91 milyar, demikian juga dengan tabungan dan dana yang berasal dari BPR lain, pembiayaan bank umum syariah serta lembaga keuangan non bank khususnya PT. PNM (persero) dengan skema bagi hasil (mudharabah).

Sebagian besar dana yang diterima telah disalurkan dalam bentuk pembiayaan, sedangkan sisa kelebihan dana (over liquidity) yang terjadi disimpan di bank-bank umum syariah dan BPRS lain dalam bentuk deposito mudharabah. Besarnya dana pihak ketiga dan pembiayaan yang diterima tersebut juga membawa konsekuensi terhadap meningkatnya jumlah biaya dana yang harus ditanggung oleh BPRS Al Salaam. Jumlah bagi hasil dan bonus yang diberikan kepada pemilik dana (shahibul maal) deposito, tabungan dan pembiayaan antar bank secara nyata meningkat hingga 62,77% dari tahun sebelumnya menjadi Rp. 10,83 milyar. Sedangkan jumlah pendapatan yang berasal dari hasil penyaluran dana meningkat 29,87% menjadi Rp. 17,62 milyar.

Peningkatan yang terjadi pada komponen biaya lain yakni biaya personalia dan biaya umum lainnya pada kisaran yang wajar yakni masing-masing sebesar 22,63% dari Rp. 2,22 milyar menjadi Rp. 2,72 milyar dan 5,67% dari 3,78 milyar menjadi Rp. 3,99 milyar. Disamping itu untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Insani (SDI) BPRS Al Salaam, pada tahun 2006 telah dilakukan berbagai

training bagi pengurus dan karyawan BPRS mengenai pemahaman

operasional syariah. Meskipun demikian, sampai dengan berakhirnya tahun 2006 BPRS Al Salaam tetap mampu mencetak laba setelah pajak sebesar Rp. 953 juta. Jumlah modal perseroan selama tahun 2006 tidak mengalami perubahan dari tahun 2005, yakni Rp. 6,30 milyar dengan komposisi modal disetor Rp. 4,14 milyar, agio saham Rp. 1,3 milyar dan dana setoran modal Rp. 852 juta. Hal ini terjadi

karena selama kurun waktu tersebut perseroan tidak melakukan penjualan saham untuk meningkatkan modal.

Visi BPRS Al Salaam Amal Salman adalah menjadi 5 BPRS besar di Indonesia, sedangkan misinya adalah menjadi lembaga keuangan yang menghasilkan produk jasa yang kondusif bagi pemerataan pembangunan perekonomian sektoral dengan orientasi pengembangan usaha kecil dan menengah menuju kesejahteraan bagi

Stake Holder. Visi tersebut telah diraih oleh BPRS Al Salaam Amal Salman dengan menjadi BPRS 5 terbesar di Indonesia dengan total asset pada tahun 2006 yang dimilikinya Rp 83,6 miliar. Dengan total pendapatan Rp 18,9 miliar.

4.1.2. Prinsip Utama Operasional BPRS Al Salaam

Ada tiga prinsip utama dalam ekonomi syariah yang dilaksanakan dalam bank syariah, yang pertama adalah prinsip kesetaraan antara nasabah dan bank, kedudukan bank tidak lebih tinggi dari nasabah. Prinsip yang kedua adalah prinsip keterbukaan dimana bank akan dikelola secara terbuka dan setiap nasabah

(shahibul maal) dapat meminta penjelasan kepada pihak bank

(mudharib) bagaimana uangnya dikelola dan disalurkan. Prinsip yang ketiga adalah keadilan dalam berbagi hasil. Disamping prinsip kesetaraan, keterbukaan dan keadilan seluruh karyawan bank syariah dalam menjalankan tugasnya harus sopan, jujur, amanah dan bertanggung jawab dengan dijiwai akhlakul karimah (budi pekerti yang baik).