• Tidak ada hasil yang ditemukan

CV. Usaha Unggas terletak di Kampung Demplot, Desa Mekar Sari, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi ini dipilih karena lokasi ini merupakan salah sentra peternakan unggas yang berpotensi di daerah Jabodetabek.

Perusahaan ini bergerak dalam usaha unggas, dimana ternak yang diusahakan tidak hanya itik, namun juga beternak ayam. Oleh karena itu kandangnya pun harus terpisah. Berdasarkan keterangan pemilik, kandang itik memiliki syarat-syarat tertentu. Diantaranya harus berjarak 1,5 km dari kandang ayam, dan lokasi harus dekat dengan kuburan. Selain hal tersebut merupakan mitos, pemilihan lokasi harus di dekat kuburan adalah karena lingkungan tersebut biasanya sepi dan menghindarkan itik dari keramaian. Hal ini juga merupakan pertimbangan agar warga tidak terganggu dengan polusi bau, karena wilayah kuburan biasanya di luar pemukiman warga.

5.2. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

CV. Usaha Unggas merupakan perusahaan yang bergerak di bidang peternakan dan perdagangan unggas. CV. Usaha Unggas berdiri pada tahun 1999. Pada awalnya perusahaan ini hanya bersifat sebagai usaha sampingan. Pemilik memulai usaha ini dengan beternak ayam arab dengan produk awal berupa DOC, telur konsumsi, dan karkas. Sumber modal usaha ini adalah modal dari tiga orang pemilik dan pinjaman KUR BRI. Tujuan jangka pendek perusahaan ini adalah menambah penghasilan, sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah pemberdayaan masyarakat.

Seiring dengan meningkatnya tingkat permintaan konsumen atas produk yang diproduksi oleh CV. Usaha Unggas ini, para pemilik perusahaan mulai mengembangkan usahanya. Usaha ini menjadi mata pencaharian utama bagi mereka, bukan lagi sampingan. Pada tahun 2005 keadaan perusahaan sudah lebih stabil dan pemilik mulai merintis bidang ternak itik. Hal ini karena pemilik melihat sebuah peluang pasar yang bagus.

Permintaan daging itik di pasaran cukup tinggi, tetapi sumber pasokan daging saat ini sebagian besar merupakan itik afkir, sehingga pedagang kekurangan stok dan akhirnya memotong itik betina yang masih produktif. Belum terpenuhinya permintaan pasar untuk menyuplai itik adalah salah satu alasan pemilik memulai usaha itik. Selain peluang pasar yang besar, jumlah kompetitor juga tidak terlalu banyak pada daerah Jabodetabek.

Usaha di bidang ini dilakukan dengan sistim kemitraan. Pemilik dalam bidang ini lebih fokus pada bidang pembibitan dan pembesaran itik. Pada perusahaan ini membeli lahan seluas 500 m2 dan membuat kandang. Disamping itu, perusahaan juga membeli itik indukan sebanyak 500 ekor dan dua unit mesin tetas. Dalam usaha ini, pemilik menetaskan telur dari hasil mengawinkan indukan. Setelah tahap penyortiran, bibit yang dihasilkan akan diambil oleh mitra yang berjumlah enam orang untuk dibesarkan. Kandang yang dimiliki oleh pemilik dipergunakan seperlunya hanya pada saat-saat mitra tidak mengambil bibit tersebut, contohnya pada hari liburan dan hari raya, atau sekedar untuk dibesarkan sendiri. Bibit-bibit ini dibesarkan pada kandang sederhana yang dipersiapkan.

Mitra yang diberdayakan merupakan penduduk setempat. Perusahaan menyediakan pakan untuk ternak, sementara mitra menyediakan kandang. Hasil dari penjualannya itik yang sudah besar dibagi sesuai dengan kesepakatan. Selain mitra yang diberdayakan dari penduduk setempat, tenaga kerja yang dipekerjakan juga merupakan penduduk setempat. Karena daerah ini pada awalnya memang merupakan daerah peternakan, maka tenaga kerja yang direkrut sudah berpengalaman dalam hal ini.

Sampai saat ini, perusahaan mengembangkan kemitraannya ke Tulung Agung, Jawa Timur. Hal ini disebabkan oleh rongrongan masyarakat pada perusahaan ini. Semakin besar perusahaan, maka semakin banyak pula permintaan dari masyarakat setempat. Oleh karena itu pemilik mengambil inisiatif untuk membatasi produksinya di daerah ini dan melakukan kemitraan dengan peternak di wilayah Jawa Timur. Mitra ini menyediakan DOD itik hibrida yang merupakan hasil perkawinan silang antara itik peking dan itik mojosari. Setelah DOD ini dipasok, sebagian dijual dan sebagian dibesarkan sendiri oleh CV. Usaha Unggas.

Semakin stabilnya perusahaan, maka pihak pelanggan dan mitra pun menyarankan untuk menyediakan sebuah tempat yang nyaman untuk bertransaksi ataupun untuk memasarkan produknya. Pemilik pun mengembangkan lagi usahanya dengan menyewa sebuah kios yang terletak di pasar prumpung, Gunung Sinder. Kios ini juga berfungsi sebagai kantor sederhana bagi perusahaan.

Keahlian yang dimiliki oleh para pemilik pun menjadi salah satu aset perusahaan. Dalam satu tahun terakhir mereka melakukan pelatihan dan sharing tentang bagaimana cara untung beternak unggas. Kegiatan ini direspon positif dan banyak diminati berbagai kalangan. Pelatihan ini telah dilakukan sebanyak tujuh kali.

5.3. Visi dan Misi Perusahaan

CV. Usaha Unggas memiliki visi menjadi perusahaan terbaik dalam kemitraan usaha unggas. Misi yang dilakukan diantaranya menghasilkan produk yang berkualitas tinggi, memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan, mengembangkan kemitraan yang menguntungkan, mengejar efisiensi dan produktivitas yang tinggi, mengembangkan dan membentuk SDM yang berkualitas, dan membangun perusahaan dengan budaya hidup terbaik.

5.4. Deskripsi Kegiatan Usaha

CV. Usaha Unggas merupakan perusahaan peternakan dengan fokus bisnis pada kemitraan unggas. Kegiatan utama yang dilakukan yaitu penetasan dan pembesaran unggas. Dalam bisnis itik, perusahaan ini menetaskan itik dari indukan yang dimiliki dan menjualnya dalam bentuk produk utama yaitu Day Old Duck (DOD). Alur produksi pada CV. Usaha Unggas diawali dengan mengawinkan indukan dan menghasilkan telur, melakukan penyortiran, menetaskan telur dalam mesin tetas dan menyerahkan proses pembesaran pada mitra. Dalam hal ini perusahaan bertidak sebagai pemasok. Proses dari mengawinkan hingga bertelur memakan waktu 28 hari. Harga jual DOD ini berkisar antara Rp 6.000,00 hingga Rp 6.500,00 per ekor.

Sisa dari bibit yang tidak diambil mitra dibesarkan sendiri. Bibit itik ini selanjutnya itik dipelihara selama kurang lebih dua bulan untuk mencapai bobot sekitar 1,2 kilogram. Setelah itu produk dijual pada pengumpul yang berjumlah

tiga orang. Harga jual itik dengan ukuran tersebut yaitu Rp 22.000,00 per ekor. Namun pada saat terjadi penurunan produksi, harga yang ditawarkan menjadi Rp 26.000,00 hingga Rp 28.000,00 per ekor.

Pendistribusian produk ke mitra dilakukan melalui dua alternatif. Alternatif pertama perusahaan mengantarkan produk ke mitra sedangkan alternatif kedua mitra yang mengambil produk dari perusahaan.

Kegiatan promosi dilakukan melalui layanan internet dan kemitraan. Selain itu kegiatan pelatihan juga menjadi salah satu bentuk promosi tak langsung untuk memperluas kemitraan. Mitra yang ditargetkan yaitu orang-orang dalam masa pensiun dan peternak yang kekurangan bibit untuk dibesarkan. Kegiatan promosi juga dapat dilakukan melalui bantuan dari para peternak lain misalnya ketika terjadi tukar informasi diantara para peternak mengenai bisnis itik.