• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

DAFTAR LAMPIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.5. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian mengenai studi kelayakan sudah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Namun jenis proyek yang diteliti berbeda. Andi Crhistiawan (2002), melakukan penelitian mengenai analisis kemitraan dan kelayakan finansial usaha peternakan ayam potong peternak plasma PT. Mitra Asih Abadi Purwokerto. Cakupan penelitian dalam analisis kelayakan usaha peternakan ayam potong secara finansial terbagi menjadi dua skala besar dan skala kecil. Secara finansial usaha peternakan usaha ayam potong skala besar dan

skala kecil layak untuk diusahakan. Pada analisis finansial skala besar diperoleh nilai NPV sebesar 323.106 juta, Net B/C 12,08 dan IRR 240,78 persen. Sedangkan analisis finansial untuk skala kecil diperoleh NPV sebesar 38.079 juta, Net B/C 3,49 dan IRR 75,03 persen. Hasil analisis payback period, usaha peternakan ayam potong skala besar dapat mengembalikan biaya investasi dalam waktu lima bulan, sedangkan skala kecil dalam waktu dua tahun enam bulan. Berdasarkan kriteria kelayakan tersebut, dimana NPV bernilai positif, Net B/C lebih besar dari satu dan IRR lebih besar dari tingkat diskonto yang berlaku (16,5 persen), maka secara finansial usaha peternakan ayam potong skala besar dan skala kecil layak untuk diusahakan.

Laeli Komalasari (2008), meneliti tentang Kelayakan Finansial Peternakan Ayam Broiler Terpadu. Penelitian ini adalah menganalisis kelayakan finansial peternakan ayam broiler terpadu pada kapasitas 10.000 dan 25.000 ekor. Hasil analisis kelayakan finansial dan analisis switching value dapat disimpulkan bahwa peternakan ayam broiler terpadu pada skala 10.000 ekor tidak layak diusahakan. Dengan meningkatkan skala usaha menjadi 25.000 ekor maka usaha menjadi layak. Peningkatan nilai indikator kelayakan finansial dari 10.000 menjadi 25.000 ekor cukup besar. Artinya bila usaha peternakan ayam broiler dilakukan secara integrasi dengan skala usaha yang relatif besar maka usaha semakin layak secara finansial dibandingkan bila usaha peternakan ayam broiler saja.

Hasil analisis kelayakan diperoleh nilai NPV sebesar Rp 1.1481.498.164, Net B/C lebih besar dari satu yaitu 1,59 dan IRR sebesar 30,60 persen. Jangka waktu pengembalian investasi selama tiga tahun dua bulan 12 hari. Dari analisis kelayakan finansial maka peternakan ayam broiler terpadu merupakan model terbaik untuk diterapkan, dan untuk usaha tersebut diperlukan modal awal sebesar Rp 2.854.611.767. Kombinasi usaha antara pabrik pakan dan peternakan ayam broiler dengan kapasitas 25.000 ekor layak untuk diusahakan. Analisis switching value menunjukkan bahwa batas maksimum penurunan harga jual ayam broiler yang dapat membuat usaha tetap layak sebesar 11,08 persen dan kenaikan harga DOC maksimal 62,73 persen.

Indriani Ikapertiwi Kusumawardani (2010), melakukan analisis kelayakan finansial usaha peternakan ayam broiler. Analisis data dilakukan dengan

menggunakan analisis kelayakan finansial (Net Present Value), Benefit Cost Ratio, Internal Rate of Return dan Pay Back Periode serta analisis sensitivitas terhadap perubahan tingkat harga, baik tingkat harga input maupun tingkat harga output. Hasil perhitungan kelayakan finansial pada peternakan X didapatkan usaha peternakan X selama 10 tahun ke depan yaitu 2007 – 2017 menunjukkan bahwa dengan menggunakan tingkat suku bunga deposito 7,00 persen maka didapatkan nilai NPV yang positif, yaitu sebesar Rp. 752.504.929,86. Nilai BCR sebesar 1,04. Nilai IRR yang didapat dari hasil perhitungan adalah 27,58 persen dengan Pay Back Period tiga tahun delapan bulan. Berdasarkan kriteria kelayakan, dimana NPV bernilai positif, BCR lebih dari satu dan IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku, maka secara finansial usaha peternakan X layak untuk dijalankan.

Hasil sensitivitas menunjukkan bahwa usaha peternakan X rentan terhadap perubahan harga. Hasil analisis switching value peningkatan harga DOC sampai dengan 28,71 persen masih dinyatakan layak dan akan menjadi tidak layak jika kenaikan harga DOC lebih dari 28,71 persen, analisis switching value peningkatan harga pakan akan menjadikan usaha peternakan X tidak layak pada peningkatan harga pakan lebih dari 10,31 persen dan analisis switching value penurunan harga jual ayam broiler lebih dari 4,40 persen akan menyebabkan usaha peternakan X menjadi tidak layak dan mengalami kerugian.

Mulatsih et al. (2010), melakukan penelitian mengenai intensifikasi usaha peternakan itik petelur dalam rangka peningkatan pendapatan rumah tangga pinggir kota. Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kelayakan usaha ternak itik secara intensif. Analisis keuntungan dilakukan pada dua kategori yaitu pemeliharaan mulai dari DOD (kategori I) dan pemeliharaan mulai dari itik dara (kategori II). Selama periode usaha 10 tahun dan dengan biaya investasi sebesar Rp 11.550.000,00 (kategori I) dan Rp 47.050.000,00 (kategori II), NPV yang diperoleh sebesar Rp 19.695.093,00 (kategori I) dan Rp 179.405.378,00 (kategori II). Nilai Net B/C pada kategori I sebesar 1,42 dan kategori II sebesar 5,94. Nilai IRR pada periode yang sama kategori I sebesar 34,76 persen dan kategori II sebesar 159 persen. Nilai Payback period pada kategori I selama dua tahun tujuh bulan dan kategori II selama 8 bulan. Secara

umum usaha peternakan itik tersebut layak untuk dilaksanakan dari aspek finansial. Penelitian Mulatsih et al. (2010) tidak meneliti mengenai aspek non finansial dan analisis nilai pengganti.

Penilitian yang dilakukan identik dengan penelitian yang dilakukan oleh Indriani Ikapertiwi Kusumawardani (2010), mengenai analisis kelayakan finansial usaha peternakan ayam broiler. Namun peneliti juga meneliti tentang kelayakan usaha dari aspek non finansial.

Terdapat beberapa kesamaan dengan penelitian terdahulu dengan topik kelayakan usaha ternak non itik misalnya ayam terutama dalam hal topik penelitian yakni kelayakan usaha ternak, mengambil kasus pada perusahaan peternakan. Selain itu, persamaan penelitian analisis kelayakan usaha pembibitan itik Pada CV. Usaha Unggas dengan keempat penelitian sebelumnya adalah adanya persamaan alat analisis untuk menentukan kelayakan non-finansial dan finansial. Alat analisis kelayakan finansial adalah NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), Net B/C (Net Benefit-Cost Rasio) dan PBP (Payback Period). Untuk aspek nilai kelayakan non-finansial digunakan pembahasan dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, serta aspek sosial dan lingkungan.

Sedangkan perbedaan analisis kelayakan usaha pembibitan itik pada CV. Usaha Unggas dengan kelima penelitian sebelumnya yaitu, pada penelitian ini, dianalisis mengenai kelayakan pembibitan itik yang bukan merupakan sebuah proyek lagi, namun merupakan sebuah usaha yang telah dijalankan selama beberapa tahun yang berlokasi di Kampung Demplot, Desa Mekar Sari, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Jadi analisis kebekaan yang dilakukan pun dilakukan karena telah terdapat pengalanan akan perubahan harga yang terjadi. Selain itu belum adanya penelitian terdahulu mengenai kelayakan usaha pada perusahaan ini. Dilihat dari waktu, tempat penelitian, dan kompleksitas permasalahannya penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian terdahulu.

III. KERANGKA PEMIKIRAN