BAB IV METODOLOGI PENELITIAN
5.3 Gambaran Umum Program MP-ASI Biskuit untuk Baduta
Program MP-ASI biskuit untuk baduta korban bencana merupakan salah satu program gizi yang dilaksanakan oleh Puskesmas Kelurahan Petogogan pada tahun 2012. MP-ASI tersebut merupakan dropping dari Kemenkes yang ditujukan bagi baduta korban bencana. Hal ini disesuaikan dengan indikator gizi yang tercantum dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan tahun 2010 – 2014, yaitu 100 % buffer stock MP-ASI bencana. Selain itu, karena pengadaan program MP-ASI reguler sudah dapat diselenggarakan secara mandiri oleh Puskesmas melalui dana Bantuan Opersional Kesehatan (BOK). MP-ASI yang diberikan adalah MP-ASI biskuit untuk usia 6-24 bulan. Tujuannya untuk mencegah terjadinya gizi buruk dan mempertahankan gizi yang sudah baik agar tidak jatuh ke gizi kurang atau buruk. Berikut kutipan hasil wawancaranya:
“MP-ASI untuk bencana memang diperlukan untuk situasi bencana, tidak untuk situasi program yang normal. Sekarang ini MP-ASI reguler untuk balita gizi kurang yang ada di masyarakat sudah ditolong oleh dana BOK, itu salah satunya untuk melakukan pembelian atau penyelenggaraan MP-ASI. Seharusnya MP-ASI kita kan 100 persen mutlak untuk diberikan kepada balita-balita yang mengalami bencana, misal di kabupaten/kotamadya tertentu mengalami bencana, banjir, gempa dan sebagainya, kemudian dia ke tempat pengungsian, nah itu kita berikan MP-ASI kepada baduta-baduta supaya kalau memang dia gizi baik kalau MP-ASI-nya cukup tetap diberikan, tetap kita berikan karena enggak ada makanan kan, jadi makanan itu makanan terbaik supaya dia tidak jatuh ke gizi kurang dan yang gizi kurang supaya tidak jatuh ke gizi buruk. Tujuan utamanya itu.”
(Informan MS)
Hal yang sama juga disampaikan oleh petugas gizi di Sudinkes jakarta Selatan hingga Puskesmas kelurahan bahwa program MP-ASI biskuit pada baduta korban bencana sudah dilaksanakan pada tahun 2012 ini. Di Puskesmas Kelurahan Petogogan, program MP-ASI ini disebut juga MP-ASI Gawat Darurat Bencana (Gadarben). Pemberian makanan tambahan berupa MP-ASI biskuit tersebut dilaksanakan untuk penanggulangan bencana dan kemiskinan serta mencegah kekurangan pangan dan gizi kurang. Sasarannya adalah baduta yang menjadi korban banjir. Berikut beberapa kutipan mengenai gambaran umum program MP-ASI di Puskesmas Kelurahan Petogogan:
“MP-ASI biskuit tahun 2012 ini adalah dropping dari Kementerian Kesehatan. MP-ASI itu diperuntukkan korban bencana. Diberikan kepada baduta korban banjir, bisa melalui kader atau langsung dari petugas. Saya baru dikasih tahu bahwa itu jangan diperuntukkan yang lain dulu, hanya untuk bencana (banjir) saja. Tujuannya untuk penanggulangan bencana dan
kemiskinan.” (Informan LH)
“MP-ASI biskuit yang khusus untuk korban banjir, baru 2012 ini. Disebut juga MP-ASI Gadarben. Sasarannya baduta juga, sebagai bantuan pangan
5.4 Gambaran Perencanaan Program MP-ASI Biskuit untuk Baduta Korban Bencana
Berdasarkan wawancara dengan koordinator gizi Sudinkes Jakarta Selatan dan Kasie Bimbingan dan Evaluasi Subdit Bina Konsumsi Makanan Kemenkes RI, MP-ASI biskuit yang diajukan untuk bencana kepada Kemenkes untuk Jakarta Selatan sebanyak 1 ton. Pengajuan ini dilakukan untuk mengantisipasi kejadian banjir 5 tahunan di wilayah DKI Jakarta, termasuk Jakarta Selatan pada tahun 2012. Jumlah tersebut disamaratakan untuk setiap Kota Administrasi di Provinsi DKI Jakarta. Tidak ada perencanaan anggaran di tingkat Kota karena pengadaan MP-ASI bencana ini dilakukan oleh Kemenkes. Berikut kutipan pernyataannya:
“Di Jakarta, kita diminta 1 ton untuk antisipasi terjadi bencana. Kira-kira di
Jakarta ini bulan-bulan banjir kan sudah tahu kapan, nah makanya mereka
minta ditujukan untuk korban banjir.” (Informan MS)
“MP-ASI tahun 2012 ini sebanyak 1 ton untuk antisipasi bencana banjir
tahun ini.” (Informan LH)
Kemudian koordinator gizi Sudinkes Jakarta Selatan melakukan perencanaan distribusi MP-ASI kepada semua Puskesmas Kecamatan di wilayah Kota Administrasi Jakarta Selatan. Perencanaan ini dilakukan berdasarkan data geografi, yaitu dengan melihat daerah rawan banjir di wilayah Jakarta Selatan. Karena rata-rata semua wilayah di Jakarta Selatan memiliki daerah rawan banjir, maka perencanaan pembagian MP-ASI dilakukan secara merata. Perencaanaan anggaran tidak dilakukan karena MP-ASI ini merupakan dropping dari Kemenkes, biaya pengiriman dari Kemenkes hingga kotamadya ditanggung oleh Kemenkes, sedangkan untuk distribusi dari Sudinkes Jakarta Selatan ke kecamatan, koordinator gizi Sudinkes Jakarta Selatan merencanakan agar MP-ASI tersebut
diambil oleh pihak Puskesmas Kecamatan sesegera mungkin. Selain itu juga tidak terdapat perencanaan untuk melakukan pengawasan dan penilaian, sedangkan untuk pelaporan hasil kegiatan akan dilakukan jika ada permintaan laporan dari Dinas Kesehatan Provinsi atau Kemenkes. Berikut kutipan pernyataannya:
“Rencana disribusinya merata aja, kita kan didrop 1 ton atau 143 dus, jadi
setiap Puskesmas dapat 14 dus – 18 dus. Harusnya kan ada alokasi, proporsi, cuma karena kita belum ada penentuan lokasi banjir, jadi disamakan saja. Di laptah (laporan tahunan) kan ada keterangan daerah rawan banjir ya, dan setiap kecamatan itu pasti ada, rata-rata hampir sama wilayah banjirnya, jadi disamaratakan saja alokasinya. Kita juga rencananya minta mereka (pihak Puskesmas Kecamatan) yang ambil, karena enggak ada anggaran transportasinya ya, atau biasa disebut juga
„handling cost’. Untuk pengawasan dan evaluasi juga enggak ada
perencanaan karena enggak ditekankan untuk itu dan kita percaya aja sama kadernya. Kalau untuk pelaporan baru kita lakukan kalau ada permintaan dari Dinas (Dinkes Provinsi DKI Jakarta) atau Kemenkes.” (Informan LH) Berdasarkan hasil telaah dokumen, diperoleh hasil bahwa Sudinkes Jakarta Selatan memang menerima 1 ton atau sebanyak 143 dus MP-ASI biskuit, kemudian dari 143 dus tersebut Puskesmas Kecamatan diberi sebanyak 14 dus. Selain itu juga ditemukan bahwa memang tidak ada perencanaan anggaran dalam program MP-ASI biskuit untuk baduta korban bencana ini.
Begitu pula perencanaan yang dilakukan di tingkat Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru dan Kelurahan Petogogan. Perencanaan ini tidak dilakukan secara khusus dalam rapat koordinasi tetapi sesegera mungkin setelah mendapat informasi bahwa ada pemberian MP-ASI dari Sudinkes Jakarta Selatan untuk dibagikan kepada baduta korban banjir. Perencanan yang dilakukan di tingkat kecamatan dilakukan oleh TPG. Perencanaan distribusi ini dilakukan berdasarkan fakta pengalaman kejadian banjir sebelumnya dan data geografi, yaitu data daerah
rawan banjir yang terdapat di kelurahan Petogogan. Selain menggunakan fakta dan data geografi, juga menggunakan asumsi bahwa wilayah yang luas memiliki balita yang banyak.Untuk pendistribusian, TPG Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru berencana segera mendistribusikannya setelah mengambil MP-ASI dari Sudinkes Jakarta Selatan. Perencanaan untuk pengawasan tidak dilakukan karena merasa tidak perlu ada pengawasan jika pemberiannya hanya sedikit, selain itu mempercayakan saja kepada kader. Perencanaan metode penilaian juga belum dilakukan. Sedangkan perencanaan pelaporan hasil kegiatan akan dilakukan jika ada permintaan laporan data hasil kegiatan dari Sudinkes Jakarta Selatan. Berikut kutipan pernyataannya:
“Mungkin kalau perencanaan itu alokasi tempatnya yang mau dikasih di
mana dan berapa dikasihnya. Enggak ada penghitungan khusus, enggak ada pengajuan juga. Langsung aja sesuai droppingan. Kita ngerencanain mulai ngambil dari Sudin sampai pendistribusian ke puskesmas kelurahan. Kan kemarin kita dapet dari Sudin 14 dus untuk banjir, itu saya harus cari lokasi
yang ada bencana banjir. Kita „mapping’ dulu kan wilayah mana yang
banyak, jadi udah ada ancer-ancer wilayah mana yang mau dikasih. Nah, dari 10 kelurahan di kecamatan ini, kita ada 3 daerah rawan banjir, ada Rawa Barat, Petogogan, dan Cipete Utara. Wilayah yang daerah rawan banjir terbanyak dapetnya ya lebih banyak, Petogogan kan banyak ya, ada 3 RW, jadi dapet 5 dus. Cipete Utara juga balitanya banyak kan, jadi dapet 5 dus juga. Kemudian 2 dus untuk Rawa Barat dan 2 dus lagi untuk stok di kecamatan, karena untuk antisipasi banjir di wilayah lain. Biasanya awalnya kita memang pendataan dulu, yang wilayah banjir mana aja, tapi memang kebetulan yang wilayahnya luas ya banyak juga balitanya. Kemudian ditambah berita banjir di Petogogan ini sampai masuk TV (televisi) juga, karena cukup besar. Kalau perencanaan pengawasan enggak ada ya, dan sepertinya juga tidak perlu pengawasan karena dapetnya hanya sedikit sekali. Kalaupun ada nanti yang mengawasi adalah TPG kelurahan dan dibantu kader, dipercayakan saja kepada mereka. Pelaporan juga nanti saja kalau ada permintaan dari Sudin, tapi selama ini belum ada.”
(Informan SD)
Berdasarkan hasil telaah dokumen, hal yang disampaikan oleh telah sesuai dengan dokumen yang ada, bahwa Puskesmas Kecamatan menerima 14 dus MP-ASI
biskuit yang direncanakan untuk didistribusikan pada Puskesmas Kelurahan Petogogan dan Cipete Utara masing-masing sebanyak 5 dus, sedangkan Puskesmas Kelurahan Rawa Barat mendapat 2 dus, dan 2 dus lagi menjadi stok cadangan di Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru.
Perencanaan pendistribusian kepada baduta yang berada di wilayah rawan banjir juga dilakukan oleh TPG Puskesmas Kelurahan Petogogan. Perencanaan distribusi juga dilakukan berdasarkan fakta pengalaman sebelumnya dan data geografi, yaitu wilayah yang memiliki daerah rawan banjir. Dari data tersebut diketahui bahwa terdapat 3 RW yang menjadi daerah rawan banjir dan alokasinya disamaratakan saja untuk setiap Posyandu di ketiga RW tersebut. TPG Puskesmas Kelurahan Petogogan juga merencanakan untuk membuat stok MP-ASI di Puskesmas sebagai antisipasi kejadian banjir di waktu atau tempat yang lain. Untuk distribusi, direncanakan melalui kader Posyandu di wilayah banjir. Perencanaan pengawasan tidak dilakukan karena MP-ASI yang diberikan hanya sedikit sehingga tidak memerlukan pengawasan yang intensif. Perencanaan penilaian juga tidak dilakukan karena tidak ada instruksi untuk melakukan penilaian. Sedangkan untuk pelaporan hasil kegiatan akan dilakukan jika ada permintaan dari Puskesmas Kecamatan. Berikut kutipan pernyataannya:
“Kita enggak ada perencanaan khusus, paling cuma pas didrop kita siapin
buat daerah yang rawan banjir. Dari data dan fakta yang ada kan di sini ada 3 wilayah nih, RW 01, 02 dan 03. Itu juga instruksi dari Kecamatan juga, kan Bu SD (TPG Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru) udah tahu kalau di sana wilayah rawan banjir dan MP-ASI nya diperuntukkan ke mereka. Tapi kalau untuk jumlahnya saya bagi rata aja ke RW yang banjir sesuai yang kita terima. Kita akan kasih ke kader di tiap Posyandu yang terkena banjir untuk membagikan langsung ke ibu balita. Tahun 2012 ini saya terima 5 dus MP-ASI biskuit. Saya bagi rata ke setiap Posyandu di RW 01, 02 dan 03 sebanyak 28 rol (bungkus). Sisa 2 dus untuk antisipasi kalau
ada banjir lagi. Pengawasan dan pelaporan enggak ada perencanaannya sih, karena ini kan cuma sedikit ya, enggak seperti MP-ASI yang untuk baduta gizi kurang yang 90 hari, mungkin baru dibagi juga mereka bisa kangsung habis di tempat. Perencanaan evaluasi juga enggak ada, karena enggak diminta. Kalau pelaporan nanti kita lakukan kalau ada permintaan
saja.” (Informan YAP)
Berdasarkan hasil telaah dokumen, hal yang disampaikan oleh TPG Puskesmas Kecamatan Kebayoran Baru dan TPG Puskesmas Kelurahan telah sesuai dengan dokumen yang ada, bahwa Puskesmas Kelurahan Petogogan mendapat 5 dus MP-ASI biskuit. Setelah itu, TPG Puskesmas Kelurahan merencanakan pembagian ke posyandu secara merata.
Perencanaan pendistribusian langsung kepada sasaran dilakukan oleh kader di ketiga RW di Kelurahan Petogogan yang mendapat bantuan MP-ASI. Perencanaan ini tidak dilakukan secara khusus, tetapi melalui kesepakatan antar kader saja di masing-masing posyandu. Perencanaan tersebut sangat memudahkan kader dalam menentukan sasaran dan metode pendistribusian MP-ASI tersebut. Ada yang menggunakan data jumlah balita sebagai dasar pendistribusian dan menyesuaikan dengan MP-ASI yang diterima sehingga setiap anak mendapat jumlah yang sama dengan harapan pembagiannya dilakukan secara adil. Berikut kutipan hasil wawancaranya:
“Kita lihat jumlah balitanya. Kebetulan di posyandu Dahlia ini ada 28.
Sesuai ya dengan jumlah MP-ASI yang kita dapat, jadi rencananya langsung
dibagi rata semua aja. Tiap anak dapet 1 bungkus.” (Informan ET)
“Balitanya ada 68, tapi kita dapat MP-ASI-nya cuma 4 pak. Kita siapinnya
tiap 2 bungkus untuk 3 anak. Jadi tiap anak dapetnya 8 biji. Yang penting
Selain itu, karena MP-ASI yang diperoleh tidak sesuai dengan jumlah balitanya, ada juga kader yang berencana menambahkan makanan lain dengan menggunakan dana swadaya masyarakat. Berikut kutipan hasil wawancaranya:
“Karena kita (para kader) dapetnya sedikit tapi balitanya banyak, jadi ya
gimana caranya semua harus dapet, makanya setiap anak enggak mungkin dapet 1 bungkus. Tapi biar dapat banyakan, kita tambahin biskuit lain pakai uang kaleng (swadaya masyarakat) aja.” (Informan NR)
Akan tetapi ada juga yang berencana hanya membagi kepada baduta dan balita BGM berdasarkan data di Posyandu, berikut kutipan hasil wawancaranya:
“Kita (para kader) enggak ngerencanain gimana-gimana, pas abis dikasih
ya kita lihat aja yang kurus sama yang BGM-BGM. Karena kita utamain
ke mereka, ya udah kita kasih ke mereka.” (Informan SU)
“Perencanaan, enggak ada sih, tapi abis dapet MP-ASI, terus pas
ditimbang dia BGM, ya kita kasih. Karena kan kadang bisa berubah ya.”
(Informan MT)
Berdasarkan telaah dokumen, diketahui bahwa perencanaan pendistribusian yang dilakukan kader tersebut telah sesuai dengan pernyataan kader, bahwa pembagiannya berbeda-beda karena jumlah balita dan baduta di setiap posyandu berbeda-beda. Perbedaan dalam perencanaan pendistribusian tersebut dikarenakan kader diberi kebebebasan dalam membagikan MP-ASI biskuit tersebut, selain itu pemberitahunnya adalah agar diberikan kepada balita, bukan hanya baduta. Berikut hasil wawancaranya:
“Tolong dikasih aja sesuai nama-nama (balita) yang pernah ibu (kader)
kasih waktu itu.” (Informan YAP)
“Model bagiiinya beda-beda ya, terserah kita (kader) yang penting habis
Dalam melakukan perencanaan tersebut terdapat hambatan. Hambatan yang ditemui di tingkat Kota adalah dalam menentukan jumlah konsumsi per hari, lama pemberian dan tempat penyimpanan MP-ASI. Hal ini disebabkan tidak adanya ketentuan konsumsi dan anggaran daerah untuk biaya penyimpanan serta distribusi. Berikut kutipan hasil wawancaranya:
“Hambatannya itu menentukan berapa lama dikasihnya, berapa banyak per
hari dan tempat penyimpanan. Karena tidak ada ketentuan konsumsi di panduannya ya. Yang saya ketahui dari Dinas (Dinkes Provinsi DKI Jakarta) hanya kalau lebih dari 14 hari harus sudah didirikan dapur umum. Jadi pemberiannya perkiraan saja. Kemudian tempat penyimpanan, harusnya ada tempatnya lah untuk nyimpen, karena yang didrop kan lumayan banyak ya, tapi di Puskesmas kecamatan dan kelurahan kan tidak ada tempat penyimpanan khusus. Sedangkan kalau disimpan di gudang sudin yang di Jl. Pejaten itu tidak bisa karena tidak ada handling cost (biaya
transportasi, ongkos angkut).” (Informan LH)
Pernyataan tersebut dibuktikan dengan tidak adanya dokumen perencanaan anggaran dari Sudinkes Jakarta Selatan serta tidak adanya ketentuan konsumsi MP-ASI biskuit dalam pedoman MP-ASI buffer stock yang telah dibuat oleh Kemenkes.
Sedangkan hambatan yang dirasakan di tingkat kecamatan adalah belum adanya pemberitahuan pengalihan MP-ASI jika tidak terjadi banjir di wilayah-wilayah yang sudah diberikan MP-ASI. Selain itu, dikhawatirkan pula tanggal kadaluarsanya sudah mau habis, sehingga MP-ASI tersebut tidak terpakai. Berikut kutipan pernyataannya:
“Hambatannya itu kalau sudah dikasih tapi enggak ada banjir, terus barang mau diapakan? Gitu aja, karena kadaluarsanya ternyata juga kan enggak lama. Dan belum ada instruksi jelas juga terkait itu.”(Informan SD)
Hambatan ini diperkuat oleh pernyataan Koordinator gizi Sudinkes Jakarta Selatan bahwa MP-ASI biskuit tersebut hanya untuk bencana banjir, belum diperbolehkan untuk yang lain. Berikut kutipan pernyataannya:
“Saya dikasih tahu bahwa itu jangan diperuntukkan yang lain dulu, hanya
untuk bencana (banjir) saja.” (Informan LH)
Sedangkan menurut staf Subdit Bina Konsumsi Makanan Kemenkes, jika MP-ASI yang ditujukan untuk bencana namun tidak terjadi bencana hingga MP-ASI tersebut hampir kadaluarsa, MP-ASI dapat diberikan kepada baduta yang membutuhkan sebagai program penganggulangan gizi buruk. Kebijakan tersebut dapat dibuat oleh kotamadya setempat. Berdasarkan hasil wawancara dengan Koordinator gizi Sudinkes Jakarta Selatan, pada akhirnya, para pelaksana program di tingkat kecamatan dan kelurahan ada juga yang melakukan pengalihan MP-ASI bencana ini kepada baduta 2T atau BGM. Sehingga MP-ASI masih dapat dimanfaatkan dan tidak mubazir.
5.5 Gambaran Pengorganisasian Program MP-ASI Biskuit untuk Baduta