• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Sengketa Laut Cina Selatan

Dalam dokumen SKRIPSI PERAN ORGANISASI (Halaman 46-50)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

D. Gambaran Umum Sengketa Laut Cina Selatan

6) Landas Kontinen (Continental Shelf)

Landas Kontinen dalam pengertian yuridis mulai diatur di melalui UCLOS 1958 yang kemudian Konferensi Hukum Laut di Jenewa Swiss pada tahun 1958 tersebut juga menghasilkan Konvensi Tentang Landas Kontinen.32 Melaui Pasal 1 Konvensi tentang Landas Kontinen tersebut, Landas Kontinen diartikan sebagai dasar laut dan tanah di luar wilayah laut teritorial, sampai pada 200 meter atau lebih, sepanjang kedalaman air di atasnya masih memungkinkan untuk dapat mengeksploitasi sumber daya alamnya.

Hongkong), Republik Cina (Taiwan), Filipina, Malaysia, Singapura, Brunei, Indonesia dan Vietnam.33

1. Latar Belakang Sengketa Laut Cina Selatan

Sengketa di Laut Cina Selatan ini diawali oleh klaim Republik Rakyat Cina atas Kepulauan Spartly dan Paracel pada tahun 1974 dan 1992. Hal ini dipicu oleh karena Cina pertama kali mengeluarkan peta yang memasukkan Kepulauan Spartly dan Paracel dan Pratas. Pada tahun yang sama, Republik Rakyat Cina mempertahankan keberadaan militer di kepulauan tersebut.34 Namun Vietnam membantahnya dan menganggap kepulauan Spartly dan Paracel adalah bagian dari wilayah kedaulatannya. Tidak hanya Vietnam, sejumlah negara lain juga turut mengklaim Kepulauan Spartly dan Paracel termasuk dalam wilayah teritorialnya.

Sejumlah negara yang bersengketa atas hak kepemilikan wilayah di Laut Cina Selatan selama beberapa abad adalah Taiwan, Filipina, Malaysia dan juga Brunei kembali megalami ketegangan beberapa tahun terakhir oleh karena Cina secara terang-terangan melangkah lebih jauh dengan membangun pulau-pulau buatan serta menggelar patroli laut secara teratur di sana. Pada tahun 2016, Filipina geram atas tindakan Cina tersebut dan bahkan Filipina menggugat Cina ke Mahkamah Arbitrase Internasional di Den Haag, Belanda.

33 Anugerah Baginda Harahap, “Upaya ASEAN Dalam Menyelesaikan Konflik Laut Cina Selatan Tahun 2010-2015”, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik Universitas Riau,

Pekanbaru, hlm 2.

34 Evelyn Goh, 2005, Meeting the China Challenge: The U.S in Southheast Asian Regional Security Strategies, East- West Center Washintong, hlm 11

Pada bulan Juli 2016, Mahkamah Internasional memutuskan untuk menolak kepemilikan Cina atas kawasan kepemilikan wilayah perairan di Laut Cina Selatan akan tetapi Pemerintah Beijing menepis dan mengaku tidak akan terpengaruh dengan putusan tersebut.35 Dalam putusan tersebut juga menyatakan bahwa reklamasi pulau yang dilakukan Cina di Perairan itu tidak memberi hak apapun kepada Pemerintah Cina.

Mahkamah menyatakan bahwa Cina telah melakukan penggaran atas hak-hak kedaulatan Filipina dan menegaskan bahwa Cina telahh menyebabkan kerusakan lingkungan di wilayah tersebut.

Hakim di ppengadilan mendasarkan putusan mereka pada Konvensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS), yang ditandatangani baik oleh pemerintah Cina maupun Filipina. Keputusan ini bersifat mengikat, namun Mahkamah Arbitrase tak punya kekuatan untuk menerapkanya.

Jadi dapat dikatakan bahwa sengketa Laut Cina Selatan disebabkan karena letak geografisnya sebagai jalur pelayaran dan perdagangan internasional, dan juga SDA yang ada di dalamnya akan sangat menguntungkan bagi siapapun negara yang menguasainya.

2. Pihak-pihak yang Bersengketa di Laut Cina Selatan a. Vietnam

Pada sengketa di wilayah Perairan Laut Cina Selatan, Vietnam merupakan bagian dari negara Asia Tenggara yang ikut menjadi negara pengklaim atas masalah di Laut Cina Selatan. Klaim Vietnam didasarkan pada latar belakang sejarah Perancis tahun 1930-an masih menjajah

35 BBC, Cina Tegaskan Klaim Wilayah Laut Cina Selatan yang Masih Jadi Sengketa, diakses dari http://www.bbc.com/indonesia/dunia/38730199, pada pukul 13.00. 14 maret 2018

Vietnam. Pada saat itu kepulauan Spartly dan Paracel di bawah kontrol Perancis. Setelah merdeka dari Perancis, Vietnam kemudian mengklaim kedua pulau tersebut, serta memaka argument dasar landas kontinen.

Vietnam mengkalim daerah Spartly sebagai daerah lepas pantai provinsi Khanh Hoa. Klaim Vietnam mencakup area yang cukup luas di Laut Cina Selatan dan Vietnam telah menduduki sebagian kepulauan Paracel sebagai wilayahnya.

b. Filipina

Adapun negara anggota ASEAN yang menjadi negara pengklaim atas wilayah perairan Laut Cina Selatan yaitu Filipina. Filipina juga mengklaim Kepulauan Spartly berdasarkan pada prinsip landas kontinen serta eksplorasi Spartly pleh seorang penjelajah Filipina pada tahun 1956, menurut data penjelajah Filipina bahwa pulau-pulau yang diklaim adalah:

1) bukan bagian dari kepulauan Spartly, dan 2) tidak dimiliki oleh negara manapun serta terbuka untuk diklaim. Tahun 1971, Filipina secara resmi menyatakan 8 pulau di Spartly sebagai bagian dari provinsi Palawan. Ada 8 pulau yang diklaim dan dikuasai Fiipina di Spartly, luas total lahan pulau-pulau ini adalah 790.000 meter persegi.

c. Malaysia

Negara yang juga mengklaim sebagian dari kepulauan wilayah perairan Laut Cina Selatan bahwa kepulauan tersebut merupakan bagian dari kepulauannya adalah Malaysia. Klaim Malaysia berdasarkan pada prinsip Landas kontinen, berkaitan dengan hal itu Malaysia telah membuat batas yang diklaimnya dengan koordinat yang jelas. Malaysia telah

menempati tiga pulau yang dianggap berada dalam landas kontinennya.

Malaysia telah mencoba untuk membangun garis antara pulau dengan menggunakan pasir dan tanah.

d. Brunei Darusalam

Negara pengklaim selanjutnya yaitu Brunei Darussalam yang juga menjadi salah satu anggota ASEAN yang ke-6 pada awal tahun 1984.

Dalam hal ini Brunei tidak mengklaim pulau-pulau, tetapi mengklam bagian dari landas kontinen dan Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE). Brunei mengumumkan ZEE yang meliputi Loiusa Reef di Kepulauan Spartly. Di Asia Tenggara, Brunei terletak pada suatu titik pusat. Di sebelah utara Brunei terbentang Laut Cina Selatan yang kemudian di sambung dengan daratan Indocina, di sebelah barat terbentang Malaysia, Indonesia, Singapura, dan Muangthai. Di sebelah timur terpapar wilayah Malaysia, Indonesia, dan Filipina, dan disebelah selatan wilayanya dikelilingi oleh Malaysia dan Indonesia. Ini adalah kedudukan yang menyolok bagi Brunei, yang menghadap ke Laut Cina Selatan yang ramai dengan lalu lintas laut, baik untuk armada dagang maupun militer. Brunei meiliki pelabuhan laut yang relatif paling baik di wilayah Laut Cina Selatan.36

Dalam dokumen SKRIPSI PERAN ORGANISASI (Halaman 46-50)

Dokumen terkait