• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konvensi Hukum Laut

Dalam dokumen SKRIPSI PERAN ORGANISASI (Halaman 40-46)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

C. Tinjauan Mengenai Hukum Laut

2. Konvensi Hukum Laut

Bila dulu hukum laut pokoknya hanya mengurus kegiatan-kegiatan di atas permukaan laut, tetapi dewasa ini perhatian juga telah diarahkan pada dasar laut dan kekayaan mineral yang terkandung di dalamnya.

Hukum laut yang dulunya bersifat unidimensional sekarang berubah menjadi pluridimensional. Yang sekaligus merombak filosofi dan konsepsi hukum laut di masa laut. Justru untuk dapat menggunakan kekayaan-kekayaan laut itulah, hukum laut semenjak beberapa dekade terakhir ini telah berupaya keras bukan saja untuk menentukan sampai berapa jauh kekuasaan suatu negara terhadap laut yang menggenangi pantainya, sampai sejauh mana negara-negara pantai dapat mengambil kekayaan-kekayaan yang terdapat di dasar laut dan laut di atasnya, tetapi juga untuk mengatur eksploitasi daerah-daerah dasar laut yang telah dnyatakan sebagai warisan bersama umat manusia.24

23 Syahrial Bosse, 2003, Pengertian Hukum Maritim, diakses dari

http://www.maritimeworld.web.id/2013/11/penjelasan-Secara-Rinci-Tentang-Hukum-Maritim.html?m=1, pada Pukul 03:44. 19 Januari 2018.

24 Boer Mauna, op.cit, hlm. 304.

The United Nations Convention on the Law of the Sea (UNCLOS), juga disebut Konvensi Hukum Laut atau Hukum Perjanjian Laut, adalah perjanjian internasional yang dihasilkan dari ketiga Konferensi PBB tentang Hukum Laut (UNCLOS III) yang berlangsung dari tahun 1973 sampai 1982. United Nations Convention on the Law of the Sea mendefenisikan hak dan tanggung jawab negara dalam penggunaan lautan di dunia, menetapkan pedoman untuk bisnis, lingkungan, dan pengelolaan sumber daya alam laut. UNCLOS mulai berlaku sejak tahun 1994, setahun setelah Guyana menjadi negara ke-60 menandatangani perjanjian, sejak saat ini 161 negara dan masyarakat eropa telah bergabunga dalam Konvensi (UNCLOS). Sedangkan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-bangsa menerima instrumen ratifikasi dan aksesi.

Setelah Perang Dunia Kedua, masyarakat internasional meminta agar PBB Internasional Commission mempertimbangkan kodifikasi hukum yang ada yang berkaitan dengan lautan. Komisi mulai bekerja ke arah ini pada tahun 1949 dan menyiapkan empat rancangan konvensi, yang diadopsi pada konvensi PBB pertama tentang Hukum Laut.

Konferensi PBB pertama tentang hukum laut bertemu di Jenewa dari 24 Februari sampai 29 April 1958. Sebanyak 86 negara yang diwakili pada diskusi. Untuk sebagian besar apa yang dicapai adalah kodifikasi praktek adat pada waktu itu. Ada upaya untuk berlayar ke dalam air unchartered, tapi sedikit kemajuan telah dibuat. Ketidakmampuan UNCLOS I untuk menyelesaikan beberapa masalah menjengkelkan, termasuk khususnya lebar laut territorial, menyebabkan UNCLOS kedua

pada tahun 1960 dan akhirnya pada UNCLOS III, yang berlangsung dari Desember 1973 sampai Desember 1982. Kesepakatan yang dicapai selama UNCLOS I dirangkum dalam empat Konvensi berikut:25

a. Konvensi tentang High Seas

b. Konvensi tentang Laut Teritorial dan Zona Tambahan c. Konvensi tentang Landas Kontinen

d. Komvensi tentang Perikanan dan Konservasi Sumber Daya Alam Hayati Laut Tinggi.

Pada tahun 1960 digelar UNCLOS II dengan tujuan untuk penyempurnaan hasil-hasil yang telah dicapai UNCLOS I, konvensi ini digelar dari tanggal 17-26 April 1960. Namun UNCLOS II tidak menghasilkan perjanjian internasional. Konferensi ini sekali lagi gagal memperbaiki luasnya seragam untuk wilatah atau membangun konsensus tentang hak-hak nelayan berdaulat.

Sementara UNCLOS III dimulai dari tahun 1973 ke 1982. UNCLOS III membahas isu-isu dibeli di konferensi sebelumnya. Lebih dari 160 negara berpartisipasi dalam konvensi 9 tahun, yang akhirnya mulai berlaku pada tanggal 14 November 1994, 21 tahun setelah pertemuan pertama UNCLOS III dan satu tahun setelah ratifikasi oleh negara keenam puluh.

Setelah disahkannya Konferensi ketiga (UNCLOS III) yang sekarang dikenal sebagai Konvensi PBB tentang Hukum Laut 1982

25 Sangkoeno, Sejarah Lahirnya UNCLOS, diakses dari

http://www.sangkoeno.com/2016/07/sejarah-lahirnya-unclos.html?m=1, pada Pukul 19:55. 25 Desember 2017.

(United Nations Convention on the Law of the Sea) yang ditandatangani oleh 119 negara di Teluk Montego Jamaika tanggal 10 Desember 1982.

UNCLOS 1982 membagi laut dalam tiga bagian, yaitu: pertama, laut yang merupakan bagian dari wilayah kedaulatannya (yaitu laut teritorial, laut pedalaman); kedua, laut yang bukan merupakan wilayah kedaulatannya namun negara tersebut memiliki hak-hak dan yurisdiksi terhadap aktivitas tertentu (taitu zona tambahan, zona ekonomi eksklusif);

ketiga, laut yang bukan merupakan wilayah kedaulatannya dan bukan merupakan hak/yurisdksi, namun negara tersebut memiliki kepentingan, yaitu laut bebas.26

1) Perairan Pedalaman

Lebar laut teritorial diukur dari “garis pangkal” dan perairan yang berada pada arah darat dari garis tersebut dinyatakan sebagai perairan pedalaman.27 Secara garis besar, perairan pedalaman terdiri atas:28

a) Laut pedalaman yaitu bagian laut yang terletak pada sisi dalam dari garis pangkal lurus dan sisi luar dari bekas garis pangkal normal.

b) Perairan darat yaiyu bagian perairan yang terletak pada sisi dalam dari garis pangkal normal maupun bekas garis pangkal normal.

26 Retno Windari, 2009, Hukum Laut, Zona-zona Maritime Sesuai UNCLOS 1982 dan Konvensi-konvensi Bidang Maritim, (Jakarta: Badan Koordinasi Keamanan Laut), hlm.

19.

27 Lihat Pasal 5 UNCLOS 1982.

28 Suryo Sakti Hadiwijoyo, 2011, Perbatasan Negara Dalam Dimensi Hukum Internasional, Graha Ilmu, Yogyakarta, hlm. 32.

c) Perairan kepulauan (Archipelagic Water) yaitu perairan yang terletak pada sisi dalam dari garis pangkal kepulauan.

2) Perairan Kepulauan (Archipelagic water)

Perairan kepulauan merupakan zona maritim yang tidak dimiliki oleh semua negara panta, namun hanya dimiliki oleh negara-negara pantai yang dikategorikan sebagai negara kepulauan. Menurut Pasal 49 UNCLOS 1982 yang dimaksud perairan kepulauan adalah perairan yang dilingkupi oleh garis pangkal kepulauan (Archipelagic Base Line) tanpa memperhatikan kedalaman dan jaraknya dari garis pantai.29

Di perairan kepulauan juga berlaku Hak Lintas Damai (Right of the Innocent Passage) bagi kapal asing yang dinyatakan dalam Pasal 52 (2) UNCLOS 1982. Namun demikian, apabila berkaitan dengan keamanan dan pertahanan, sebuah negara kepulauan dapat menghentikan pemberlakuan Hak Lintas Damai di Perairan Kepulauan tanpa ada pengecualian.

3) Laut Territorial

Laut teritorial adalah laut yang terletak di sisi luar garis pangkal yang tidak melebihi 12 mil laut diukur dari pangkal seperti yang tercantum dalam Pasal 4 UNCLOS 1982. Untuk negara-negara kepulauan yang mempunyai karang-karang di sekitarnya, garis pangkalnya adalah garis pasang surut dari sisi karang ke arah laut.30

Pasal 15 UNCLOS mengatur penetapan garis batas territorial di antara negara-negara yang pantainya saling berhadapan atau

29 Suryo Sakti Hadiwijoyo, op.cit, hlm. 30.

30 T. May Rudy, 2006, Hukum Internasional II, Refika Aditama, Bandung, hlm. 18

berdampingan, tidak satupun dari kedua negara berhak, kecuali ada persetujuan sebaliknya diantara mereka, untuk menetapkan batas laut territorialnya melebihi garis tengah yang titik-titiknya sama jaraknya dari titik-titik terdekat pada garis pangkal dari mana lebar laut teritorial masing-masing negara itu diukur.

4) Zona Tambahan

Landasan yuridis Zona Tambahan mengacu pada Pasal 33 ayat (1) dan ayat (2) UNCLOS 1982 yang menyatakan bahwa zona tambahan tidak boleh melebihi 24 mil laut dari garis pangkal dari garis lebar laut teritorial diukur

Menurut UNCLOS 1958 maupun1982, sebuah negara pantai harus memutuskan apakah akan mengklaim zona tambahan atau tidak, karena zona ini tidak diberikan secara otomatis kepada negara pantai.

5) Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE)

Berdasarkan Pasal 55 UNCLOS 1982 Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) merupakan suatu daerah atau area yag terletak di luar dan berdampingan dengan laut teritorial. Ini menunjukkan bahwa ZEE berada di luar wilayah negara atau bukan merupakan wilayah negara, tetapi negara pantai yang bersangkutan memiliki hak-hak atau yurisdiksi-yurisdiksi tertentu. Hak-hak berdaulat negara pantai di ZEE bersifat residu, karena hanya berlaku terhadap sumber daya hayati yang terkandung di dalam zona tersebut dan tidak meliputi perairan dan ruang udara diatasnya.31

31 Didik Mohamad Sodik, 2014, Hukum Laut Internasional & Pengaturannya di Indonesia, PT Refika Aditama, Bandung, hlm. 82.

6) Landas Kontinen (Continental Shelf)

Landas Kontinen dalam pengertian yuridis mulai diatur di melalui UCLOS 1958 yang kemudian Konferensi Hukum Laut di Jenewa Swiss pada tahun 1958 tersebut juga menghasilkan Konvensi Tentang Landas Kontinen.32 Melaui Pasal 1 Konvensi tentang Landas Kontinen tersebut, Landas Kontinen diartikan sebagai dasar laut dan tanah di luar wilayah laut teritorial, sampai pada 200 meter atau lebih, sepanjang kedalaman air di atasnya masih memungkinkan untuk dapat mengeksploitasi sumber daya alamnya.

Dalam dokumen SKRIPSI PERAN ORGANISASI (Halaman 40-46)

Dokumen terkait