Pemanfaatan Teknologi Nuklir untuk Pertanian di Pulau Jawa
Pengembangan teknologi nuklir di bidang pertanian telah dirintis sejak tahun 1973 yaitu dengan penggunaan teknik pemuliaan mutasi dengan radiasi untuk mendapatkan padi varietas unggul. Perbaikan varietas tanaman padi bertujuan agar mampu berproduksi tinggi, umur genjah, tahan terhadap berbagai hama penyakit utama, dan adaptif pada kondisi agroklimat Indonesia. Hasil pengembangannya dikenalkan kepada masyarakat dalam bentuk program penerapan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di Daerah (Iptekda) pada tahun 1999 dengan wilayah penyebaran Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, Bali, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, dan Bengkulu. Program iptekda merupakan salah satu implementasi dalam membantu pemerintah memberdayakan ekonomi rakyat dan memacu usaha kecil di perdesaan dengan cara alih teknologi yang dimiliki oleh BATAN kepada masyarakat.
Secara khusus tujuan dari diperkenalkannya Iptekda adalah: (1) menyebarluaskan pemanfaatan hasil penelitian teknologi nuklir di bidang pertanian dengan penerapan langsung pada petani untuk keselamatan dan kesejahteraan masyarakat. (2) Menyelenggarakan proses alih teknologi tepat guna dalam bidang pertanian untuk ditransformasikan kedalam wujud kemandirian dan kegiatan usaha ekonomi rakyat di daerah. (3) Mengangkat sumberdaya lokal serta melibatkan peran dan partisipasi institusi, mitra usaha dan masyarakat petani. (4) Meningkatkan tumbuhnya kreativitas, prakarsa dan semangat kemandirian dari para petani. (5) Meningkatkan produktivitas hasil pertanian.
Kegiatan penyebarluasan hasil penelitian teknologi nuklir melibatkan partisipasi masyarakat di daerah seperti perguruan tinggi, usaha kecil menengah dan koperasi, serta pemerintah daerah setempat. Proses alih teknologi dilakukan dengan mengutamakan sumberdaya lokal sekaligus meningkatkan pemahaman masyarakat tentang teknologi nuklir dan aplikasinya di berbagai bidang untuk kesejahteraan. Di bidang pertanian, BATAN memperkenalkan varietas unggul padi hasil penelitian teknologi nuklir.
Penerapan teknologi nuklir dibidang pertanian menghasilkan beberapa varietas unggul padi sawah. Varietas unggul yang dihasilkan merupakan pengembangan dari varietas non nuklir dengan memberikan perlakuan iradiasi pada dosis tertentu untuk mendapatkan sifat-sifat yang diinginkan. Varietas pandanputri diperoleh dari induk Pandanwangi yang diberi penyinaran sinar gamma 0,2 kGy, sedangkan Mira 1 berasal dari induk Cisantana yang diberi penyinaran sinar gamma 2,2 kGy. Varietas unggul tersebut dikenalkan kepada petani dengan memperhatikan kondisi fisik lahan dan selera masyarakat setempat misalnya petani di Pulau Jawa lebih menyukai varietas yang memiliki rasa pulen dibandingkan petani di Sumatera. Contoh varietas yang memiliki rasa pulen adalah Pandanputri, Mira-1, Bestari, dan Inpari sidenuk. Varietas unggul yang telah dihasilkan melalui pengembangan teknologi nuklir dan disebarluaskan kepada masyarakat secara rinci terdapat pada Tabel 6.
Tabel 6 Varietas padi teknologi nuklir
Varietas Tanggal pelepasan Nomor SK Pelepasan Atomita 1 2 Desember 1982 879/Kpts/Um/12/1982 Atomita 2 4 Juli 1983 Tp.240/369/Kpts/Um/6/1983 Atomita 3 16 Agustus 1990 582/Kpts/TP.240/8/90 Atomita 4 9 Maret 1991 97/Kpts/TP.240/3/91 Cilosari 30 Juli 1996 632/Kpts/TP.310/7/96 Meraoke 22 Oktober 2001 552/Kpts/TP.240/10/2001 Woyla 22 Oktober 2001 553/Kpts/TP.240/10/2001 Kahayan 14 Februari 2003 124/Kpts/TP.240/2/2003 Winongo 14 Februari 2003 125/Kpts/TP.240/2/2003 Diah Suci 29 Juli 2003 386/Kpts/SR.120/7/2003 Mayang 12 Oktober 2004 574/Kpts/SR.120/10/2004 Yuwono 12 Oktober 2004 573/Kpts/SR.120/10/2004 Mira 1 6 Maret 2006 134/Kpts/SR.120/3/2006 Bestari 28 Juli 2008 1012/Kpts/SR.120/7/2008 Pandan Putri 28 Juni 2010 2366/kpts/SR.120/6/2010 Inpari Sidenuk 2 Mei 2011 2257/kpts/SR.120/5/2011
Varietas padi unggul dapat ditanam berulang kali apabila diberi perlakuan yang baik. Hasil panen dari varietas ini dapat dijadikan benih kembali, beberapa petani berhasil menanam sampai 10 kali lebih dengan hasil yang hampir sama. Varietas padi unggul dilepas ke masyarakat melalui SK Menteri Pertanian setelah melalui berbagai uji coba. Contoh varietas padi unggul yang banyak ditanam petani adalah Ciherang, Ir 64, Mekongga, Cimelati, Cibogo, Cisadane, Situ Patenggang, Cigeulis, Ciliwung, Membramo, Sintanur, Jatiluhur, Fatmawati, Situbagendit. Sejak tahun 2008 penamaan padi berubah, untuk padi sawah dinamakan Inpari (Inbrid Padi Irigasi) seperti Inpari 1 -10, Inpari 11, Inpari 12, dan Inpari 13.
Varietas unggul yang dikeluarkan oleh BATAN diantaranya Diah Suci, Mira-1, Bestari, Inpari Sidenuk, dan Pandan Putri serta tiga varietas baru yang belum disebarluaskan kepada masyarakat yaitu Inpari Mugibat, Suluttan Unsrat 1 dan Suluttan Unsrat 2. Varietas Inpari Mugibat merupakan varietas unggul baru hasil konsorsium BATAN dengan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi dan Institut Pertanian Bogor pada tahun 2011. Varietas Inpari Mugibat telah lulus sebagai varietas unggul baru dan telah mendapatkan Surat Keputusan Pelepasan dari Menteri Pertanian No. 2419/Kpts/SR.120/7/2012, dengan keunggulan sebagai berikut: (a) dibandingkan dengan varietas Ciherang lebih tahan terhadap WBC biotipe 1, 2 dan 3; lebih tahan terhadap blas ras 133 dan 173; serta umur setara. (b) dibandingkan dengan Inpari 1 produktivitas lebih tinggi; lebih tahan WBC biotipe 1, 2 dan 3; lebih tahan blas ras 033 dan 173; dan setara ketahanannya terhadap blas ras 133; serta umur setara; c. dibandingkan dengan Cimelati produktivitas setara; lebih tahan terhadap WBC biotipe 1, 2, dan 3; lebih tahan terhadap blas ras 133; dan umur setara.
Varietas Suluttan Unsrat 1 merupakan varietas unggul baru berasal dari Galur Harapan OBS 1750 yang merupakan hasil kerjasama BATAN dengan Universitas Sam Ratulangi dan Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2011. Varietas Suluttan Unsrat 1 telah lulus sebagai varietas unggul baru dan telah mendapatkan Surat Keputusan Pelepasan dari Menteri Pertanian No. 2436/ Kpts/SR.120/7/2012, dengan keunggulan sebagai berikut: (a) dibandingkan dengan Mira-1 produktivitas lebih tinggi 7,89%; rendemen beras giling setara; rendemen beras kepala lebih tinggi; beras patah lebih rendah; ketahanan terhadap WBC biotipe 1 setara; lebih tahan terhadap WBC biotipe 2; dan ketahanan terhadap HDB strain III setara. (b) dibandingkan dengan Super Win: produktivitas lebih tinggi 27,42%; umur lebih pendek 12 hari; postur tanaman lebih rendah 25 cm; bentuk tanaman lebih tegak; rendemen beras giling lebih tinggi; rendemen beras kepala lebih tinggi; beras patah lebih rendah; kadar amilosa setara; serta lebih tahan terhadap WBC biotipe 1 dan 2. (c) dibandingkan dengan Ciherang produktivitas lebih tinggi 12,58%; umur setara; tinggi tanaman setara; rendemen beras giling setara; rendemen beras kepala lebih tinggi; beras patah lebih rendah; lebih tahan terhadap WBC biotipe 2.
Varietas Suluttan Unsrat 2 merupakan varietas unggul baru berasal dari Galur Harapan OBS 1750, merupakan hasil kerjasama BATAN dengan Universitas Sam Ratulangi dan Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi Sulawesi Utara pada tahun 2011. Varietas Suluttan Unsrat 2 telah lulus sebagai varietas unggul baru dan telah mendapatkan Surat Keputusan Pelepasan dari Menteri Pertanian No. 2438/ Kpts/SR.120/7/2012, dengan keunggulan sebagai berikut: (a) dibandingkan dengan
Mira-1 produktivitas lebih tinggi 5,95%; rendemen beras giling setara; serta lebih tahan terhadap WBC biotipe 1 dan 2. (b) dibandingkan dengan Super Win: produktivitas lebih tinggi 25,13%; umur lebih genjah 13 hari; postur tanaman lebih pendek dan lebih tegak; rendemen beras giling lebih tinggi; kadar amilosa setara; dan lebih tahan terhadap WBC biotipe 1 (c). dibandingkan dengan Ciherang: produktivitas lebih tinggi 10,56%; umur setara; tinggi tanaman setara; rendemen beras giling setara; rendemen beras kepala setara; serta lebih tahan terhadap WBC biotipe 1 dan 2.
Penyebaran Padi di Kabupaten Malang
Kabupaten Malang adalah Kabupaten di Jawa Timur yang memiliki kerjasama dalam menyebarluaskan hasil penelitian tekologi nuklir di bidang pertanian. Luas wilayah Kabupaten Malang adalah 353.486 ha dan memiliki sawah seluas 45.545 ha pada tahun 2011 (BPS Jatim 2011). Letak geografis wilayah berada pada 112017’10,90” sampai 112057’00” Bujur Timur, 7044’55,11” sampai 8026’35,45” Lintang Selatan dan jumlah peduduk Kabupaten Malang adalah 2.446.218 Jiwa (BPS, 2010). Secara administrasi Kabupaten Malang memiliki 35 kecamatan dan secara spasial disajikan dalam Gambar 5.
Gambar 5 Peta administrasi Kabupaten Malang
Kegiatan penyebaran benih padi varietas unggul hasil penelitian teknologi nuklir merupakan kegiatan menyebarkan benih padi unggul yang bersertifikat kepada masyarakat atau kelompok petani untuk ditanam di lahan-lahan milik mereka dengan harapan dapat mendukung program produksi pangan di daerah Jawa Timur. Penyebaran padi varietas unggul hasil penelitian teknologi nuklir telah dilakukan di Kabupaten Malang sejak tahun 2001. Luas penyebaran tahun 2007 –
2012 mencapai 1060 ha. Luas tanam tersebut adalah yang terluas dalam menyebarkan padi unggul teknologi nuklir di Pulau Jawa. Varietas yang ditanam meliputi Diah Suci, Yuwono, Mira 1, Bestari, dan Inpari Sidenuk.
Wilayah penyebaran serta produksi padi hasil teknologi nuklir di Kabupaten Malang disajikan dalam Tabel 7. Benih padi teknologi nuklir juga menyebar ke beberapa wilayah disekitar Kabupaten Malang seperti Blitar Nganjuk, Tulungagung, Madiun, dan Trenggalek. Kondisi pertumbuhan dan produksi padi pada tahun 2009 menunjukkan hasil yang tinggi. Varietas Bestari yang ditanam di Kepanjen sempat mengalami kering di tepi daunnya pada usia 45 hari, namun menjelang panen kondisi tanaman membaik. Sedangkan varietas Inpari Sidenuk sejak awal hingga akhir dalam keadaaan baik.
Tabel 7 Wilayah penyebaran dan varietas padi teknologi nuklir di Jawa Timur
Tahun Wilayah Penyebaran Varietas Luas Produksi GKP
(ton/ ha)
2007 Kec. Pakisaji-Malang Diah Suci 20 ha 8,8
Blitar, Nganjuk, Trenggalek Diah Suci 600 ha 9,0
Kec. Sumberpucung, Malang Mira-1 20 ha 9,5
Kec. Purwosari Pasuruan Mira-1 20 ha 8,3
Kec. Karangploso, Kec.
Sumberpucung – Malang Yuwono 20 ha 9,4
2008 Kec. Turen, Kec. Kepanjen – Malang
Diah Suci 40 ha 9,2
Blitar, Nganjuk, Trenggalek Diah Suci 1500 ha 9,0 Kec. Sumberpucung, Kec.
Kepanjen
Mira-1 80 ha 9,2
Blitar Mira-1 30 ha 8,9
Kec. Kepanjen – Malang Yuwono 20 ha 9,1
Kec. Dampit – Malang Bestari 40 ha 9,5
2009 Kab. Malang Diah Suci 200 ha 9,0
Blitar, Nganjuk, Trenggalek, Madiun, Tulungagung
Diah Suci 4000 ha 9,0
Kab. Malang Mira-1 600 ha 9,0
Blitar Mira-1 400 ha 8,9
Kec. Kasembon, Kec.. Kepanjen – Malang
Yuwono 250 ha 9,0
Malang Bestari 600 ha 9,3
Blitar, Nganjuk, trenggalek, Madiun
Bestari 300 ha 9,1
2010 Tidak ada penyebaran 2011 Tidak ada penyebaran
2012 Kec. Sumberpucung – Malang Bestari dan Inpari Sidenuk
100 ha 9,2
Kec. Kepanjen – Malang Bestari 80 ha 9,0
Kec. Sanankulon – Blitar Bestari dan Inpari Sidenuk
20 ha 8,7
Kec. Gurah - Kediri Bestari dan
Inpari Sidenuk
50 ha 9,3
Pelaksanaan penyebaran padi di Kabupaten Malang bekerjasama dengan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya, selanjutnya dalam
pelaksanaan di lapangan melibatkan petani, Dinas Pertanian, Badan Ketahanan Pangan, Penyuluh bidang pertanian, Balai Benih Induk Padi Dinas Pertanian, BPSB, serta kelompok Tani. Salah satu Kelompok Tani yang melakukan penyebaran adalah KT Mekarsari. Kelompok tani ini melakukan pengenalan, penerapan, dan penyebaran benih padi Yuwono, Mira-1, dan Diah Suci. Kondisi pertumbuhan dan produksi tanaman memberikan hasil yang tinggi. Varietas Mira- 1 menghasilkan produksi 9,5 ton GKP per hektar dan Yuwono 9,4 ton GKP per hektar, Bestari 9,6 per hektar, dan Diah Suci 9,5 per hektar. Pada awal pengenalan belum semua anggota Kelompok Tani menanam varietas Mira-1, luas areal pertanaman hanya 10 hektar. Setahun kemudian partisipasi kelompok tani meningkat sehingga semua anggota ikut melakukan penanaman pada lahan seluas 50 hektar.
Teknik penanaman yang dilakukan adalah dengan menanam dua bibit per lubang dengan jarak 26,5 cm. Hasilnya menunjukkan pertumbuhan bagus, jumlah anakan banyak dan produksi yang diperoleh tinggi. Dari ketiga varietas yang ditanam, Mira-1 adalah yang paling banyak diminati petani untuk dilakukan penanaman kembali. Pilihan varietas tersebut didasarkan pada kondisi pertumbuhan yang merata, umur relatif pendek, tidak ada serangan hama penyakit, tidak rebah, dapat diserap dan diterima oleh perusahaan penggilingan beras, harga jual baik, dan rasa nasi enak/pulen. Selain menanam varietas Mira-1, KT Mekarsari juga menanam varietas non nuklir (Ir 64, Ciherang, Cibogo, Hibrindo, Intani-2, SL-8) namun dari beberapa varietas tersebut petani lebih menyukai Mira-1.
Penyebaran di wilayah Malang semakin berkembang, pada tahun 2009 benih varietas Yuwono, Diah Suci, Mira-1 dan Bestari telah tersebar ke masyarakat sebanyak 40 Ton. Berdasarkan data Dinas Pertanian Malang, penggunaan benih bersertifikat yang telah disebarkan kepada petani di Kabupaten Malang mencapai 170 ton dan 24 persen adalah benih padi hasil penelitian teknologi nuklir.
Sistem tanam pada varietas Bestari adalah Jajar Legowo yaitu cara tanam padi sawah yang memiliki beberapa barisan tanaman kemudian diseling oleh 1 baris kosong dimana jarak tanam pada barisan pinggir setengah kali jarak tanaman pada barisan tengah. Dengan cara ini petani melakukan rekayasa teknik tanam dengan mengatur jarak tanam antar rumpun dan antar barisan sehingga terjadi pemadatan rumpun padi dalam barisan dan melebar jarak antar barisan sehingga seolah olah rumpun padi berada di barisan pinggir dan pertanaman memperoleh manfaat sebagai tanaman pinggir (border effect).
Beberapa jenis ukuran jarak tanam legowo yang pernah dilaksanakan petani adalah legowo 2:1, legowo 3:1, legowo 4:1, sampai legowo 6:1. Diantara semua jenis ukuran jarak tanam legowo tersebut hanya legowo 2 :1 yang merupakan jarak tanam paling praktis. Hal ini dikarenakan proses tanam bibit padi lebih mudah dibandingkan legowo ukuran 3, 4, maupun 6. Jarak tanam legowo 2 yang dianjurkan adalah dengan ukuran 50 cm x 25 cm x 12,5 cm. setiap lajur tanaman padi diambil jarak tanam 25 cm dan diberikan satu lajur yang kosong tanpa tanaman untuk memberikan efek atau pengaruh pinggiran yang diharapkan. Sedangkan untuk setiap baris tanaman (jarak antar tanaman) diberikan jarak 12,5 cm agar pengaruh border effect dapat dirasakan oleh tanaman. Pembuatan lajur tanaman melintang dari utara ke selatan dan barisan tanaman membujur dari barat ke timur untuk mendapatkan pencahayaan sinar matahari yang maksimal. Apabila dibandingkan dengan jarak tanam tegel (persegi) dengan ukuran 25 cm x 25 cm,
maka jarak tanam legowo 2:1 mampu memberikan tambahan populasi dalam 1 meter persegi sebanyak 5 rumpun. Artinya pada jarak tanam tegel 25 cm x 25 cm populasi tanaman hanya sebanyak 16 rumpun, sedangkan pada legowo 2:1 mencapai 21 rumpun.
Varietas Inpari Sidenuk yang ditanam petani Kabupaten Malang menerapkan sistem tanam SRI (System of Rice Intensification). SRI merupakan suatu teknik budidaya padi dengan memanfaatkan teknik pengelolaan tanaman, tanah, air, dan unsur hara. Prinsip budidaya padi dengan metode SRI antara lain: (1) menanam bibit muda berusia 7 -12 hari setelah semai (HSS) ketika bibit masih berdaun dua helai. (2) tanam tunggal atau satu lubang satu bibit. (3) jarak tanam lebar 25 x 25 cm, 30 x 30 cm, 40 x 40 cm. (4) memindahkan tanaman sesegera mungkin. (5) sistem pengairan berselang. (6) penyiangan sejak awal sekitar umur 10 hari dan diulang 2 -3 kali dengan interval 10 hari. (7) penggunaan pupuk organik dan pestisida organik.
Benih yang digunakan untuk kegiatan penyebaran diperoleh dari Pusat Pengembangan Isotop dan Radiasi BATAN berjenis BS (Breeder Seed). Penangkaran benih untuk pembibitan dilakukan di Kebun Balai Penyuluhan Pertanian Dampit yang merupakan kebun benih Dinas Pertanian Kabupaten Malang. Penangkaran Benih Penjenis/Breeder Seed (BS) tersebut menghasilkan Benih Dasar/Foundation Seed (FS) dan Benih Pokok/Stock Seed (SS). Benih yang diperoleh dari kegiatan penangkaran ini digunakan untuk penangkaran benih berikutnya sehingga terbentuk sistem penangkaran benih yang berkelanjutan, dan benih turunan yang lebih rendah (Benih Sebar/Extension Seeds/ES) digunakan untuk kegiatan peyebaran padi varietas unggul teknologi nuklir.
Benih padi adalah bahan tanaman (planting material) yang dihasilkan dari perkembangbiakan tanaman padi secara generatif yang digunakan untuk produksi benih atau produksi tanaman. Menurut hirarkinya benih unggul padi dibedakan menjadi empat kelas yaitu benih penjenis (breeder seeds/BS), benih dasar (foundation seeds/FS), benih pokok (stock seeds/SS), dan benih sebar (extension seeds/ES). Benih unggul ini diproduksi oleh instansi atau badan yang ditetapkan atau ditunjuk oleh Badan Benih Nasional dan memiliki sertifikat. Setiap tingkatan benih memiliki label yang berbeda. Label benih penjenis adalah kuning, benih dasar berlabel putih, benih pokok berlabel ungu, dan benih sebar berlabel biru. Terdapat satu lagi padi bersertifikat yakni label merah jambu yang merupakan keturunan dari benih sebar, namun setelah tahun 2007 benih dengan label ini sudah tidak diproduksi lagi karena produktivitasnya yang rendah.
Benih penjenis (BS) adalah benih yang diproduksi oleh dan dibawah pengawasan Pemulia Tanaman yang bersangkutan atau Instansinya. Benih ini merupakan sumber perbanyakan benih dasar. Keturunan pertama dari benih penjenis adalah benih dasar (FS) yang diproduksi dibawah bimbingan intensif dan pengawasan yang ketat sehingga kemurnian varietas dapat terpelihara. Benih dasar diproduksi oleh Instansi/Badan yang ditunjuk oleh Direktorat Jenderal Tanaman Pangan dan produksinya disertifikasi oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi benih.
Benih pokok (SS) adalah keturunan dari benih penjenis atau benih dasar yang diproduksi dan dipelihara sedemikian rupa sehingga identitas dan tingkat kemurnian varietas yang ditetapkan dapat dipelihara dan memenuhi standar mutu yang ditetapkan serta harus disertifikasi sebagai benih pokok oleh Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih. Benih yang digunakan oleh petani adalah kelas
benih sebar yakni merupakan keturunan dari benih penjenis atau benih dasar atau pokok yang dipelihara sedemikian rupa sehingga identitas dan kemurniannya terjaga serta memenuhi standar mutu yang ditetapkan. Untuk membuat benih memerlukan waktu sekitar satu bulan setelah panen kemudian diistirahatkan selama satu bulan, sehingga total waktu yang diperlukan adalah dua bulan.
Benih unggul konvensional bersertifikat terutama dihasilkan oleh badan pembenihan milik negara dan perusahaan BUMN dibidang pembenihan yaitu PT Sang Hyang Seri dan PT Pertani. Sejak tahun 2006 industri benih tanaman pangan di Indonesia mulai berkembang pesat ditandai dengan berdirinya beberapa perusahaan swasta nasional maupun asing yang memproduksi benih padi dengan volume yang cukup berarti. Beberapa produsen tersebut antara lain PT Dupont Indonesia, PT Karya Niaga Beras Mandiri, PT Tri Usaha Tani, dan PT Sumber Alam Sutera.
Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya sebagai fasilitator beserta BATAN melakukan sosialisasi tentang teknologi nuklir serta pemanfaatanya di bidang pertanian kepada petani yang menanam benih varietas unggul. Selain sosialisasi petani juga diperlihatkan demo farming (demfarm) varietas unggul yang dihasilkan. Petani mulai tertarik untuk menanam.setelah melihat demfarm varietas unggul tersebut.
Penyebaran Padi di Kabupaten Bogor
Kabupaten Bogor adalah salah satu Kabupaten di Jawa barat yang memiliki kerjasama dalam menyebarluaskan hasil penelitian tekologi nuklir di bidang pertanian. Luas wilayah kabupaten Bogor 298.838 ha. Pada tahun 2011, luas lahan sawah sebesar 44.570 ha dengan kemampuan ditanami padi satu kali seluas 7.861 Ha, ditanami padi dua kali seluas 30.049 ha, dan ditanami padi tiga kali seluas 6.660 Ha (Distanhut 2012). Letak geografis Kabupaten Bogor berada pada 6018’0” sampai 6047’10” Lintang Selatan dan 106023’45” sampai 107013’30” Bujur Timur. Jumlah peduduk Kabupaten Bogor adalah 5.077.210 Jiwa pada tahun 2012 (BPS Jabar 2012). Wilayah selatan Kabupaten Bogor didominasi oleh wilayah dataran tinggi dan wilayah utara Kabupaten Bogor didominasi oleh dataran rendah, sehingga memungkinkan untuk dijadikan persawahan. Sebagian besar persawahan di Kabupaten Bogor yang ditanami padi berada pada dataran yang relatif rata. Secara spasial, wilayah administrasi Kabupaten Bogor yang terbagi dalam 40 kecamatan yang disajikan pada Gambar 6. Tidak seluruh kecamatan yang berpartisipasi dalam penyebaran padi teknologi nuklir, namun hanya 5 kecamatan yaitu Ciomas, Sibungbulang, Jonggol, Pamijahan, dan Tanjungsari.
Gambar 6 Peta administrasi Kabupaten Bogor
Kegiatan penyebaran benih padi varietas unggul teknologi nuklir baru dimulai tahun 2012 dengan luas areal pertanaman 100 Ha. Varietas yang ditanam di wilayah Kabupaten Bogor adalah Mira-1 dan Inpari Sidenuk. Pelaksanaan penyebaran padi bekerjasama dengan Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor. Terdapat 5 kecamatan yang berpartisipasi dalam penyebaran tersebut yaitu kecamatan Jonggol, kecamatan Tanjungsari, kecamatan Cibungbulang, kecamatan Pamijahan dan kecamatan Ciomas. Lokasi beserta varietas yang ditanam diperlihatkan pada Tabel 8.
Tabel 8 Lokasi dan varietas yang ditanam di Kabupaten Bogor
Kelompok Tani Lokasi Varietas yang ditanam
KT. Barokah Ds. Situ Udik, Kec – Cibungbulang Mira-1 KT. Purwasari Ds. Gunung Sari - Kec. Pamijahan Mira-1
KT. Subur tani Ds. Singasari – Kec. Jonggol Mira-1, Inpari Sidenuk KT. Wargi Jaya Ds. Sirna Sari – Kec. Tanjung Sari Mira-1
KT. Mandiri I Ds. Sukaharja - Kec. Ciomas Mira-1
Benih yang digunakan dalam penyebaran padi hasil penelitian teknologi nuklir berasal dari penangkaran yang dilakukan oleh UPT perbenihan wilayah timur (Jonggol). Produksi benih tersebut termasuk dalam Cadangan Benih Nasional (CBN). Kemampuan pemeritah daerah menyediakan benih bersertifikat kepada
petani di wilayah Bogor hanya sebesar 15.000 Ha (33 persen) dari total luas lahan sawah 44.570 Ha. Hal ini tidak sebanding dengan tingginya permintaan benih dari luar wilayah Bogor seperti Sumatera dan Sulawesi.