V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
5.2 Gambaran Umum Usahatani Jamur Tiram Putih
Usahatani jamur tiram putih di Kecamatan Cisarua dan Megamendung
sudah berkembang sejak tahun 1998. Salah satu pelopor budidaya jamur tiram
putih yaitu almarhum Bapak Badri Ismaya yaitu ketua Kelompok Tani Kaliwungu
Kalimuncang yang berada di Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua.
Pengetahuan masyarakat yang semakin tinggi mengenai manfaat jamur tiram
54 mendorong para petani untuk mencoba berusahatani jamur tiram putih. Hasil
produksi jamur tiram putih di Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14. Daerah Penghasil Jamur Tiram Putih di Kabupaten Bogor Tahun 2008 - 2010 (ton) No Kecamatan 2008 2009 2010 1 Cigudeg 0.00 0.00 9.00 2 Nanggung 7.50 8.50 2.00 3 Leuwiliang 5.00 7 .50 7 .50 4 Cibungbulang 10.00 10.00 5.00 5 Pamijahan 10.00 10.00 5.00 6 Luwisadeng 10.00 10.00 12.00 7 Tenjolay 5.00 5.00 8.00 8 Ciseeng 0.00 0.00 20.00 9 Kemang 0.00 0.00 5.00 10 Rancabungur 2.50 2 .50 5.00 11 Dramaga 0.00 0.00 12.50 12 Ciomas 0.00 0.00 7.50 13 Tamansari 5.00 5.00 6.00 14 Caringin 10.00 10.00 2.00 15 Cijeruk 0.00 2 .50 7.00 16 Ciawi 0.00 0.00 13.50 17 Megamendung 0.00 0.00 445.00 18 Cisarua 200.00 160.00 180.00 19 Sukaraja 4.00 4.00 10.00 20 Citeureup 0.00 0.00 4.00 21 Babakan Madang 5.00 5.00 2.50 22 Cibinong 0.00 0.00 5.00 23 Cigombong 0.00 0.00 10.00 24 Gunung Putri 0.00 0.00 6.00 TOTAL 274.00 240.00 789.50
Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor, 2011
Berdasarkan Tabel 14, Kecamatan Cisarua menempati peringkat pertama
sebagai penghasil jamur tiram putih di Kabupaten Bogor dengan jumlah produksi
sebesar 540 ton. Hasil produksi jamur tiram putih di Kecamatan Cisarua pada
tahun 2009 sebesar 200 ton dan tahun 2010 produksi jamur tiram putih
Kecamatan Megamendung lebih banyak dari pada Kecamatan Cisarua dengan
selisih produksi sebesar 265 ton.
Sejak tahun1998, Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor mulai
mengutamakan program-program pertanian untuk komoditi jamur tiram putih
seperti aplikasi teknologi dan penyuluhan mengenai tata cara budidaya jamur
55 mulai menemukan teknik budidaya yang tepat dan berhasil meningkatkan
produksi jamur tiram putih. Keberhasilan petani dalam budidaya jamur tiram di
Kecamatan Cisarua, membuat banyak petani berdatangan ke kawasan ini untuk
belajar budidaya jamur tiram putih.
Berdasarkan Pada Pasal 6 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008
mengenai skala usaha yang didasarkan pada kekayaan yang dimiliki (tidak
termasuk tanah dan bangunan) dan hasil penjualan. Usahatani non plasma A
berdasarkan kekayaan yang dimiliki (tidak termasuk tanah dan bangunan)
termasuk dalam skala usaha kecil dengan kekayaan sebesar Rp 150 445 500.00.
Usahatani non plasma A berdasarkan hasil penjualan termasuk kedalam skala
usaha menengah dengan hasil penjualan bibit jamur tiram putih dan jamur tiram
putih segar sebesar Rp 2 749 356 000.00/tahun
Usahatani non plasma B berdasarkan kekayaan yang dimiliki (tidak
termasuk tanah dan bangunan) termasuk dalam skala usaha kecil dengan kekayaan
sebesar Rp 22 584 000.00, rincian kekayaan usahatani non plasma B dapat dilihat
pada Lampiran 2. Usahatani non plasma B berdasarkan hasil penjualan termasuk
kedalam skala usaha kecil dengan besar penjualan jamur tiram putih segar sebesar
Rp 568 620 000.00/tahun.
Usahatani plasma berdasarkan kekayaan yang dimiliki (tidak termasuk
tanah dan bangunan) termasuk dalam skala usaha kecil dengan kekayaan sebesar
Rp 813 500.00, rincian kekayaan usahatani plasma dapat dilihat pada Lampiran 3.
Usahatani plasma berdasarkan hasil penjualan termasuk kedalam skala usaha kecil
56 5.2.1 Usahatani Non Plasma A
Usahatani non plasma A adalah usahatani jamur tiram putih yang
membuat bag log dan bibit jamur tiram putih. Tahap usahataninya dimulai dari
tahap pembuatan bibit, pembuatan bag log, pemeliharaan sampai masa panen.
Usahatani jamur tiram putih non plasma A di Kecamatan Cisarua dan
Megamendung berjumlah dua unit.
Pembuatan bibit terdiri dari tiga tahap yang memerlukan waktu satu bulan
sampai bibit siap dipakai. Setiap tahapan pembuatan bibit tidak dapat berjalan
dengan sempurna. Tingkat kegagalan dalam pembuatan bibit sebesar 10% untuk
setiap tahapan pemecahan bibit mulai dari biang sampai dengan tahap pembuatan
bibit. Tahap pertama pembuatan bibit jamur tiram putih yaitu petani membuat
biang, pembuatan biang murni sebanyak 100 botol. Tahap kedua adalah
pemecahan biang murni. Satu botol biang murni yang sudah dibuat dapat dipecah
menjadi 35 botol. Tahap ketiga dimana satu botol biang murni yang sudah di
pecah dapat di pecah kembali menjadi 10 botol. Hasil bersih dari tiga tahap
pembuatan bibit sebanyak 306 180 botol .
5.2.2 Usahatani Non Plasma B
Usahatani non plasma B adalah usahatani jamur tiram putih yang membuat
bag log namun tidak membuat bibit. Tahap usahataninya dimulai dari tahap
pembuatan bag log, pemeliharaan sampai pada tahap panen. Usahatani jamur
tiram putih non plasma B di Kecamatan Cisarua dan Megamendung berjumlah
sebelas unit. Terdapat dua petani non plasma B yang tergabung dalam kelompok
57 Kecamatan Cisarua dan Kelompok Wanita Tani Asri yang berada di Kecamatan
Megamendung.
1. Kelompok Tani Cijulang Asri
Kelompok Tani Cijulang Asri berdiri pada 15 Februari 2006 dan
dikukuhkan pada 24 Maret 2000 dengan ketua Bapak Zaenal Arifin. Lokasi
Kelompok Tani Cijulang Asri, Dusun Cijulang RT 03 RW 05 Desa Kopo,
Kecamatan Cisarua. Jumlah anggota kelompok tani sebanyak 25 orang, luas lahan
anggota kelompok tani seluas 23 ha yang terdiri dari 11 ha sawah dan 12 ha
daratan.
Kelompok Tani Cijulang Asri bergerak pada banyak sektor usahatani,
diantaranya yaitu: (1) budidaya jamur tiram putih, (2) pengembangan ternak
kambing sebanyak 15 ekor dilakukan oleh anggota kelompok tani di kandang
milik anggota kelompok tani, (3) produksi pupuk kadang dan kompos dan (4)
membuat pembibitan tanaman keras dan buah-buahan.
Budidaya jamur tiram putih hanya dilakukan oleh satu orang anggota saja
yaitu Bapak Basir. Usahatani jamur tiram putih yang dilakukan oleh Bapak Basir
mendapat bantuan dana dari Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor
yang berupa alat-alat untuk produksi bag log dan bahan-bahan untuk membuat
bag log. Kumbung yang dimilikinya mempunyai kapasitas bag log 10 000 log.
2. Kelompok Wanita Tani Asri
Kelompok Wanita Tani Asri (KWT Asri) berdiri pada 20 April 2008
dengan ketua Ibu Fatimah. Lokasi KWT Asri di Dusun Cikopo Selatan Kampung
Jawa RT 01 RW 03, Desa Sukamaju, Kecamatan Megamendung. KWT Asri
58 di sektor pertanian saja tetapi juga kegiatan pembuatan makanan ringan. Kegiatan
KWT Asri dalam sektor pertanian yaitu: (1) budidaya jamur tiram putih, (2)
pemanfaatan lahan pekarangan untuk tanaman toga, (3) penyedia sarana produksi
pertanian dan di sektor lainnya seperti: (1) pembuatan molen mini, (2) kacang
upet dan sale pisang.
Di KWT Asri usahatani jamur tiram putih hanya dilakukan oleh satu
anggota saja yaitu Ibu Fatimah. Teknik budidaya jamur tiram putih diperoleh Ibu
Fatimah dari mengikuti pelatihan yang dilakukan oleh Dinas Sosial Provinsi Jawa
Barat karena tertarik untuk mengembangkan usahatani jamur tiram putih,
selanjutnya Ibu Fatimah mengajukan dana bantuan kepada dinas terkait untuk
mengembangkan jamur tiram putih di desanya dan pengajuan dana tersebut
mendapat respon positif. Bantuan dari Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat berupa
material untuk pembuatan kumbung jamur, peralatan produksi bag log yaitu
drum, kompor semawar, cangkul, sekop, lampu bunsen dan lainya serta bahan-
bahan untuk pembuatan bag log.
5.2.3 Usahatani Plasma
Usahatani plasma adalah usahatani jamur tiram putih yang tidak membuat
bag log melainkan membeli dari para pembuat bag log. Tahap usahatani yang
dilakukan hanya tahap pemeliharaan sampai masa panen. Usahatani jamur tiram
putih plasma di Kecamatan Cisarua dan Megamendung berjumlah delapan unit.