• Tidak ada hasil yang ditemukan

Taman Nasional Way Kambas memiliki potensi gangguan yang tinggi karena letak kawasan yang dekat dan berbatasan langsung dengan pemukiman penduduk serta aksesibilitas yang relatif mudah. Beberapa jenis ancaman/gangguan yang terjadi di dalam kawasan Taman Nasional Way Kambas yang dapat mengancam keberadaan harimau sumatera secara langsung maupun tidak langsung antara lain penebangan liar (illegal logging), perburuan liar, perambahan hutan dan kebakaran hutan. Penyebaran lokasi gangguan di Taman Nasional Way Kambas dapat dilihat pada Gambar 17.

Sumber : Balai TNWK

Gambar 18. Peta Gangguan Tama n Nasional Way Kambas

a. Penebangan Liar (Illegal Logging)

Kegiatan penebangan liar di dalam kawasan Taman Nasional Way Kambas cukup marak antara lain dilakukan oleh ma syarakat setempat, pengusaha illegal yang membayar masyarakat untuk mencuri kayu dan masyarakat pendatang. Berbagai jenis kayu yang menjadi sasaran kegiatan illegal logging diantaranya rengas (Gluta rengas), meranti (Shorea sp), gaharu (Aquilaria sp), gelam (Melaleuca leucadendron ) dan beberapa jenis kayu yang lain. Pada tahun 2004 setidaknya terjadi 20 kasus penebangan liar di kawasan Taman Nasional Way Kambas dan 16 diantaranya terjadi di wilayah Cabang dan Bungur.

Aktivitas penebangan liar terutama terjadi di wilayah Bungur dan Cabang karena memiliki aksesibilitas yang mudah dijangkau melalui aliran sungai Way Pegadungan yang juga merupakan batas kawasan. Kondisi tersebut sangat berpengaruh pada harimau sumatera karena adanya penebangan liar dapat merusak fungsi habitat yang diperlukan oleh harimau sumatera. Hal ini dapat terlihat dari tanda-tanda keberadaan harimau sumatera di wilayah Bungur dan Cabang yang sangat sulit ditemukan.

Illegal logging

Perambahan hutan

Perburuan liar

b. Perburuan liar

Seperti halnya penebangan liar, kegiatan perburuan liar di Taman Nasional Way Kambas banyak dilakukan oleh masyarakat sekitar kawasan. Pada tahun 2002 pernah terjadi kasus perburuan liar yang dilakukan oleh oknum perwira TNI AL dan sipil dengan barang bukti satwa buruan berupa 5 ekor rusa sambar (Cervus unicolor). Satwaliar lain yang biasanya menjadi sasaran perburuan diantaranya babi hutan (Sus scrofa), kijang (Muntiacus muntjak) dan berbagai jenis burung.

Doc TNWK

Gambar 19. Hasil Perburuan Liar di Taman Nasional Way Kambas

Beberapa jenis satwaliar yang diburu di dalam kawasan Taman Nasional Way Kambas merupakan satwa mangsa bagi harimau sumatera. Perburuan yang dapat mengakibatkan berkurangnya populasi satwa mangsa sangat berpengaruh juga terhadap populasi harimau sumatera di Taman Nasional Way Kambas, karena harimau sangat tergantung pada keberadaan satwa mangsa sebagai sumber makanannya.

c. Perambahan Hutan

Perambahan hutan di Taman Nasional Way Kambas banyak dilakukan oleh masyarakat sekitar yang berbatasan langsung dengan kawasan. Sebagian besar areal perambahan tersebut digunakan untuk kegiatan perladangan (Gambar

19). Pada tahun 2004 luas areal perambahan mencapai 7000 ha terutama di sekitar

wilayahSusukan Baru dan Bungur. Adanya perambahan hutan menyebabkan luas

Frekunsi Gangguan Kawasan di TNWK 0 10 20 30 40 50

Tahun 2002 Tahun 2003 Tahun 2004

Waktu

Jumlah kasus

Penebangan Liar Pengambilan Hasil hutan Perburuan Liar Pencurian ikan pembakaran hutan perambahan Doc TNWK

Gambar 20. Perambahan Hutan di Taman Nasional Way Kambas d. Kebakaran Hutan

Kebakaran hutan yang terjadi di kawasan Taman Nasional Way Kambas sebagian besar disebabkan oleh aktivitas manusia di dalam kawasan seperti perambahan, penebangan dan perburuan liar. Bencana kebakaran ini terutama terjadi pada musim kemarau yaitu sekitar bulan Mei sampai September. Kebakaran hutan menyebabkan satwa-satwa yang berada di dalam kawasan terganggu, termasuk harimau sumatera, karena panasnya api, asap serta abu yang timbul akibat kebakaran.

Dari berbagai gangguan tersebut, yang memiliki frekuensi gangguan tertinggi adalah kegiatan penebangan liar sedangkan terendah adalah perburuan liar. Jumlah kasus gangguan dalam kawasan Taman Nasional Way Kambas cukup banyak terjadi pada tahun 2003 dan kembali menurun pada tahun 2004. Frekuensi gangguan di Taman Nasional Way Kambas selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 20.

Sumber : Balai TNWK

Selain sebab-sebab di atas, faktor keamanan yang kurang juga berpengaruh terhadap kegiatan monitoring harimau sumatera di Taman Nasional Way Kambas. Program Konservasi Harimau Sumatera (PKHS) yang merupakan mitra Taman Nasional Way Kambas dalam upaya konservasi harimau sumatera menggunakan camera trap untuk memonitoring keberadaan harimau sumatera. Beberapa kamera yang dipasang di areal TIMA (Tiger Intensive Monitoring Area) hilang dicuri sehingga kegiatan monitoring harimau sumatera menjadi terhambat.

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Tipe habitat yang digunakan oleh harimau sumatera di Taman Nasional Way Kambas adalah hutan dataran rendah, hutan rawa dan hutan bekas terbakar. Kerapatan vegetasi mempengaruhi kepadatan jumlah harimau sumatera, yaitu pada vegetasi yang tidak terlalu rapat lebih banyak ditemukan tanda-tanda keberadaan harimau sumatera.

2. Kerapatan penutupan tajuk pohon yang digunakan sebagai cover harimau sumatera di Taman Nasional Way Kambas termasuk dalam kelas 2 yaitu penutupan daun antara 1/8 – 1/3 dari luas petak contoh dan kelas 3, yaitu penutupan daun antara 1/3 – 2/3 dari luas petak contoh. Selain itu, juga ditemukan alang-alang sebagai tempat berlindung bagi harimau sumatera. 3. Sumber air sebagai komponen penting dari habitat harimau sumatera yang

digunakan di Taman Nasional Way Kambas yaitu Sungai Way Kanan, Rawa Badak, Camp Siang, Rawa Cengok dan Rawa Kalibiru II. Sumber air tersebut secara umum memiliki warna air keruh sampai jernih, pH tergolong asam yaitu 6, tepian sumber air yang landai dan teduh serta dekat dengan jalur satwa mangsa.

4. Satwa mangsa sebagai komponen pakan pada habitat harimau sumatera di Taman Nasional Way Kambas yang dapat ditemukan adalah babi hutan, rusa sambar, kijang, monyet, siamang dan beruang madu. Kepadatan populasi dugaan dan keanekaragaman jenis satwa mangsa yang tertinggi terletak di Way Kanan (D1, Kalibiru dan D2). Tingginya nilai dugaan kepadatan populasi satwa mangsa di Way Kanan, disebabkan oleh ketersediaan pakan serta air yang cukup. Berdasarkan analisis feses harimau sumatera secara makroskopis, jenis satwa mangsa yang dimakan adalah babi hutan, rusa sambar, monyet dan kijang.

Dokumen terkait